Anda di halaman 1dari 13

Pandemi Covid-19 Menyebabkan Naiknya Tingkat Kemisikinan Di Indonesia

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Evaluasi Akhir Semester (EAS) Mata Kuliah

Administrasi Pembangunan Kelas C

Dosen Pengampu : Anggraeny Puspaningtyas, S.AP ., M. AP

Disusun Oleh

ERVIN DEWANTARA

(1111800136 / C)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

2020
Penjabaran Masalah

Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dihadapi oleh setiap negara berkembang
berbeda dengan negara maju dimana tingkat kemiskinan sangat rendah hal tersebut
karena negara maju sudah mempunyai resep dalam mengatasi kemiskinan didukung
dengan sumber daya manusia yang mumpuni, lain halnya dengan negara berkembang
dimana kemiskinan terjadi karena banyak faktor mulai dari banyaknya tingkat
kelahiran, angka pengangguran tinggi ,tingkat Pendidikan yang rendah, keterbatasan
sumber daya, lapangan kerja yang sedikit , sumber ekonomi negara yang belum
didapatkan secara optimal dan masih banyak lagi. Dan di akhir tahun 2019 dunia
dikejutkan dengan wabah virus corona atau covid-19 dimana semua negara
mengalami dampak kesulitan ekonomi dan kesehatan salah satunya negara indonesia.
Wabah ini menyebabkan sulitnya pertumbuhan ekonomi negara maupun ekonomi
masyarakat sehingga menimbulkan kemiskinan baru atau naiknya tingkat kemiskinan
di masyarakat. Hal tersebut disampaikan oleh kemensos mencatat terjadi kenaikan
kemiskinan di indonesia sebanyak 4 persen akibat pandemic Covid-19 Hal tersebut
diungkapkan Menteri Sosial Juliari P Batubara dalam rapat koordinasi (rakor)
Program Keluarga Harapan (PKH) melalui video conference, "Tentunya dengan
pandemi Covid-19 ini, angka kemsikinan kita pasti naik. Beberapa angka yang kita
lihat antara lain naiknya sampai kurang lebih 4 persen,. Sebelum terjadi pandemi,
angka kemiskinan di Indonesia tercatat menembus angka 9,22 persen. Dengan
penambahan tersebut otomatis total angka kemiskinan di Indonesia mencapai 13,22
persen. "Artinya dari 9,22 tambah 4 menjadi 13 persen. Ini kenaikan yang luar biasa,"
kata Mensos. Dalam artian di atas wabah Covid-19 turut serta menaikkan angka
kemiskinan, hal tersebut jelas diatas angka kemiskinan akibat Covid-19 kurang lebih
sekitar 4 persen. Wabah tersebut sangat membuat ekonomi di indonesia terpukul
tidak hanya bagi pertumbuhan ekonomi di indonesa tetapi juga ekonomi masyarakat
dimana banyak masyarakat yang di PHK oleh perusahaan karena Covid-19 angka
PHK di indonesia bisa mencapai 15 juta jiwa. Hal tersebut semakin menambah angka
kemiskinan diindonesia artinya pemerintah harus bekerja keras agar angka
kemiskinan tidak semakin naik, mengingat wabah tersebut masih belum diketahui
kapan berakhirnya.

ANALISIS ISU

Penjabaran umum penyebab kemiskinan.

1. Indikator Kemiskinan

Salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan yang
dialami seseorang atau sekelompok orang adalah indikator kemiskinan yang
digunakan oleh Bappenas (Harniati, 2010). Indikator kemiskinan yang dimaksud
adalah :

1. Keterbatasan pangan, merupakan ukuran yang melihat kecukupan pangan danmutu


pangan yang dikonsumsi. Ukuran indikator ini adalah stok pangan yang terbatas,
rendahnya asupan kalori penduduk miskin, dan buruknya status gizi bayi, anak balita
dan ibu.

2. Keterbatasan akses kesehatan, merupakan ukuran yang melihat keterbataan akses


kesehatan dan rendahnya mutu layanan kesehatan. Keterbatasan akseskesehatan
dilihat dari kesulitan mendapatkan layanan kesehatan dasar,rendahnya mutu layanan
kesehatan dasar, kurangnya layanan reproduksi,jauhnya jarak fasilitas layanan
kesehatan, mahalnya biaya pengobatan danperawatan. Kelompok miskin umumnya
cenderung memanfaatkan pelayanandi puskesmas dibandingkan dengan rumah sakit.

3. Keterbatasan akses pendidikan. Indikator ini diukur dari mutu pendidikanyang


tersedia, mahalnya biaya pendidikan, terbatasnya fasilitas pendidikan, rendahnya
kesempatan memperoleh pendidikan.
4. Keterbatasan akses pada pekerjaan. Indikator ini diukur dari
terbatasnyakesempatan kerja dan berusaha, lemahnya perlindungan terhadap asset
usaha,perbedaan upah, lemahnya perlindungan kerja terutama bagi pekerja anak
danpekerja perempuan.

5. Keterbatasan akses terhadap layanan perumahan dan sanitasi. Indikator


yangdigunakan adalah kesulitan memiliki rumah yang sehat dan layak huni,
danlingkungan permukiman yang sehat dan layak.

6. Keterbatasan akses terhadap air bersih. Indikator yang digunakan adalahsulitnya


mendapatkan air bersih, terbatasnya penguasaan sumber air, danrendahnya mutu
sumber air.

7. Keterbatasan akses terhadap tanah. Indikator yang digunakan adalah


strukturkepemilikan dan penguasaan tanah, ketidakpastian kepemilikan dan
penguasaan tanah. Akses terhadap tanah ini merupakan persoalan yangmempengaruhi
kehidupan rumah tangga petani.

8. Keterbatasan akses terhadap sumber daya alam. Indikator yang digunakanadalah


buruknya kondisi lingkungan hidup, rendahnya sumber daya alam.Indikator ini
sangat terkait dengan penghasilan yang bersumber dari sumberdaya alam, seperti
daerah perdesaan, daerah pesisir, dan daerah pertambangan.

9. Tidak adanya jaminan rasa aman, indikator ini berkaitan dengan tidakterjaminnya
keamanan dalam menjalani kehidupan baik sosial maupunekonomi.

10. Keterbatasan akses untuk partisipasi. Indikator ini diukur melalui


rendahnyaketerlibatan dalam pengambilan kebijakan.
11. Besarnya beban kependudukan, indikator ini berkaitan dengan
besarnyatanggungan keluarga, dan besarnya tekanan hidup.

2. Faktor Penyebab Kemiskinan

Penyebab Kemiskinan bersifat kompleks dan terbagi dalam beberapa dimensi


penyebab kemiskinan (Cox2004 ;1-6) yaitu ;

1. Kemiskinan yang diakibatkan oleh globalisasi. Globalisasi melahirkan negara


pemenang dan negara kalah. Pemenang umumnya adalah negara-negara maju,
sedangkan negara-negara berkembang seringkali s emakin terpingkirkan oleh
persaingan dan pasar bebas yang merupakan prasyarat globalisasi. Karena
negara-negara berkembang terpinggirkan maka jumlah kemiskinan di negara-
negara berkembang jauh lebih besar dibandingkan negara-negara maju
2. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Pola pembangunan yang
diterapkan telah melahirkan beberapa bentuk kemiskinan, seperti kemiskinan
perdesaan, adalah kondisi wilayah desa yang mengalami kemiskinan akibat
proses pembangunan yang meminggirkan wilayah perdesaan. Kemiskinan
perkotaan yaitu kondisi kemiskinan yang disebabkan oleh hakekat dan
kecepatan pertumbuhan ekonomi yang dimana tidak semua kelompok
memperoleh keuntungan.
3. Kemiskinan sosial dimensi ketiga ini melihat pada kondisi sosial masyarakat
yang tidak menguntungkan beberapa kelompok dalam masyarakat. Misalnya
kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak dan kelompok minoritas
merupakan kemiskinan yang diakibatkan kondisi sosial yang tidak
menguntungkan kelompok tersebut. Kondisi sosial yang dimaksud misalnya
bias gender, diskriminasi atau eksploitasi ekonomi.
4. Kemiskinan konsekuensial dimensi keempat ini menekankan faktor-faktor
eksternal yang menyebabkan kemiskinan. Faktor-faktor yang dimaksud
adalah konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan dan tingginya jumlah
penduduk. Faktor-faktor tersebut lah yang menyebabkan munculnya
kemiskinan dalam masyarakat.

Penjabaran khusus kemiskinan yang disebabkan oleh Covid-19

a. Gelombang PHK
Kemiskinan di indonesia terjadi karena gelombang PHK hal tersebut terjadi
karena ekonomi perusahaan terhambat karena efek wabah virus tersebut
dalam artian semua akses pendapatan perusahaan menurun disisi lain
perusahaan mempunyai tanggung jawab menggaji para karyawan, alhasil
perusahaan memutuskan untuk mem-PHK karyawan atau mengurangi jumlah
karyawan , hal tersebut dilakukan perusahaan agar perusahan tidak mengalami
kebangkrutan. Dengan begitu banyak para karyawan yang mengalami atau
tertimpah kemiskinan dimana setelah di PHK meruka susah mencari makan
dan juga susah mencukupi kebutuhan dasarnya.
b. Daya Beli Pada Sektor UMKM Menurun
Menurunnya daya beli masyarakat menyebabkan sektor UMKM tidak bisa
survive atau bertahan , ditambah lagi adanya kebijakan psbb di setiap daerah.
Menurunnya daya beli tersebut ada hubungannya dengan gelombang phk ,
dimana banyak orang yang kehilangan penghasilan sehingga daya beli
menurun. Disisi lain juga banyak yang mengandalkan bantuan dari
pemerintah.
c. Berkurangnya Lapangan Pekerjaan
Bukan tidak mungkin disaat pandemic seperti ini banyak lapangan kerja yang
berkurang, artinya banyak perusahaan yang tidak bisa bertahan akhirnya
bangkrut dimana sudah pasti para karyawan kehilangan pekerjaan dan yang
ingin mendapat pekerjaan sulit menemukan pekerjaan karena semakin
banyaknya perusahaan mengurangi karyawan atau bangkrut

Strategi Menanggulangi Kemiskinan

a. Penjabaran strategi menanggulangi kemiskinan menurut pendapat ahli

Pendekatan pembangunan yang berpusat pada rakyat sangat relevan sebagai


paradigma kebijakan desentralisasi dalam penanganan masalah sosial termasuk
masalah kemiskinan. Pendekatan ini menyadari tentang betapa pentingnya kapasitas
masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal melalui
kesanggupan untuk melakukan kontrol internal atas sumber daya materi dan
nonmaterial.

Korten (dalam Hikmat, 2004:15-16) menyatakan bahwa ada tiga dasar untuk
melakukan perubahan-perubahan struktural dan normatif dalam pembangunan yang
berpusat pada rakyat:

1.Memusatkan pemikiran dan tindakan kebijakan pemerintah pada penciptaan


keadaan-keadaan yang

mendorong dan mendukung usaha-usaha rakyat untuk memenuhi kebutuhan-


kebutuhan mereka sendiri, dan

untuk memecahkan masalah-masalah mereka sendiri di tingkat individual, keluarga,


dan komunitas.

2.Mengembangkan struktur-struktur dan proses organisasi-organisasi yang berfungsi


menurut kaidah-kaidah

sistem organisasi.
3.Mengembangkan sistem-sistem produksi-konsumsi yang diorganisasi secara
teritorial yang berlandaskan pada kaidah-kaidah pemilikan dan pengendalian lokal.

b. strategi pemberdayaan,
Mark G. Hanna dan Buddy Robinson (dalam Hikmat, 2004:19) mengemukan bahwa
ada tiga strategi utama pemberdayaan dalam praktek perubahan sosial, yaitu
tradisional, direct action (aksi langsung), dan transformasi. 1) Strategi tradisional,
menyarankan agar mengetahui dan memilih kepentingan terbaik secara bebas
dalam berbagai keadaan, 2) Strategi direct-action, membutuhkan dominasi
kepentingan yang dihormati oleh semua pihak yang terlibat, dipandang dari sudut
perubahan yang mungkin terjadi, dan 3) Strategi transformatif, menunjukkan bahwa
pendidikan massa dalam jangka panjang dibutuhkan sebelum pengiden-tifikasian
kepentingan diri sendiri. Sehubungan dengan peran pemerintah dalam setiap
program pembangunan yang bersentuhan dengan kepentingan publik itu,
Sumodiningrat (1999:202) menegaskan bahwa: Program pemberdayaan masyarakat
dirancang oleh pemerintah untuk memecahkan tiga masalah utama pembangunan
yakni pengangguran, ketimpangan, dan pengentasan kemiskinan. Upaya
pengentasan kemiskinan yang dianjurkan menurut kebijaksanaan pemberdayaan
masyarakat tak lain adalah kebijaksanaan memberi ruang gerak, fasilitas public dan
kesempatan-kesempatan yang kondusif bagi maraknya kemampuan dan
kemungkinan kelompok
masyarakat miskin untuk mengatasi masalah mereka sendiri dan tidak untuk justru
menekan dan mendesak mereka ke pinggir-pinggir atau ke posisi-posisi
ketergantungan

Strategi yang sudah diterapkan oleh pemerintah

1. Update data penduduk


Update tersebut digunakan untuk menentukan terget penerimaan keluarga
harapan (PKH) anggaran yang dikeluarkan pemerintah selama pandemic
adalah
Sementara, Kartu Sembako ditargetkan sebanyak 20 juta keluarga dengan
anggaran Rp 43,6 triliun, yang terdiri dari Rp 200.000 per bulan selama
sembilan bulan, termasuk Rp 600.000 untuk 1,776 juta keluarga di
Jabodetabek selama tiga bulan. Selain itu, ada transfer cash dari Program
Kartu Prakerja untuk 5,6 juta peserta senilai Rp 600.000 selama empat bulan.
“Di samping terus memperbaharui data penduduk miskin dan rentan miskin
yang layak mendapatkan bantuan sosial, pemerintah perlu meningkatkan
anggaran Bantuan Sosial dan memperluas jumlah penerima bantuan kepada
penduduk yang jatuh miskin akibat Covid-19,” kata Faisal.

2. Integrasi Penyaluran Bansos


Di banyak tempat, berbagai bentuk Bantuan Sosial yang berbeda-beda jenis
dan jumlahnya telah menimbulkan ketegangan sosial di sejumlah daerah. Hal
ini diperparah dengan basis data Bantuan Sosial, khususnya Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS), yang digunakan oleh pemerintah daerah yang
belum mencakup masyarakat yang sebelumnya tidak terdata namun kondisi
ekonominya memburuk selama pandemi. Salah satu alternatif yang dapat
ditempuh pemerintah adalah menggandeng bank-bank pemerintah untuk
melakukan transfer Bantuan Sosial secara langsung melalui rekening khusus
untuk setiap penerima bantuan.

3. Pengelolaan APBN Secara Cermat Meningkatnya intervensi pemerintah


untuk mengatasi pandemi tentunya berdampak pada peningkatan anggaran
belanja pemerintah. Meskipun terdapat ruang untuk memperlebar defisit,
pemerintah dapat mengoptimalkan realokasi anggaran yang telah disusun dan
menerapkan beberapa kebijakan alternatif, meliputi: a. Melakukan realokasi
sebagian anggaran belanja modal dan belanja barang APBN, dan melakukan
pembagian beban (burden sharing) antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah dengan mengalihkan sebagian anggaran Transfer Ke Daerah dan Dana
Desa, untuk dialokasikan menjadi anggaran Bantuan Sosial. Pemerintah juga
perlu melakukan renegosiasi pembayaran utang luar negeri kepada kreditur
asing baik lembaga atau negara
b. Melakukan realokasi anggaran penanganan Covid-19 senilai Rp 150 triliun
(dari total pembiayaan Rp 405 triliun) yang semula diperuntukkan untuk
mendukung Program Pemulihan Ekonomi Nasional yang belum dijelaskan
rinciannya, untuk kegiatan anggaran social safety-net dan peningkatan
anggaran penanggulangan Covid-19.

c. Melakukan realokasi anggaran program Kartu Prakerja yang digunakan


untuk membayar program pelatihan senilai Rp 5,63 triliun, yang tidak relevan
dengan kebutuhan masyarakat saat ini, khususnya angkatan kerja yang
menganggur akibat PHK.

Solusi yang saya rekomendasikan

1. Pemerintah Mengeluarkan kebijakan Pemanggilan Karyawan


Pemerintah membuat kebijakan tentang call back atau pemanggilan kembali
karyawan yang sudah di phk oleh perusahaan. Pemerintah memberikan sanksi
jika perusahaan melanggar kebijakan. Disisi lain pengentasan kemiskinan
juga tidak bisa dilakukan oleh pemerintah sendiri, swasta harus membantu
mengatasi kemiskinan baik disituasi pandemic maupun disituasi normal.
Peran pemerintah dan juga swasta sangat dibutuhkan dimana harus saling
bersinergi dalam mengatasi kemiskinan, namun sejauh ini pihak swasta lebih
mementingkan keuntungan ketimbang bersinergi dengan pemerintah untuk
upaya mengatasi kemiskinan.
2. Memperluas kartu prakerja
Pemerintah memperluas kartu prakerja jika masih banyak pengangguran
karena dampak pandemic ini , sejauh ini kartu prakerja tersebar kurang lebih
sebanyak 680 ribu orang hal tersebut lebih banyak lagi penyebarannya karena
kartu ini salah satu harapan jika pengangguran masih belum mendapatkan
pekerjaan. Kartu tersebut sangat berguna karena didalamnya berisi program
seperti pelatihan-pelatihan yang tentunya sangat berguna bagi penerima
3. Memperluas Lapangan Pekerjaan Di Seluruh Daerah
Perluasan ini berguna untuk mengurangi penduduk yang mencari pekerjaan di
kota-kota besar yang dalam artian jika semakin banyak penduduk mencari
pekerjaan maka semakin ketat dan semakin berkurangnya lapangan pekerjaan
dikota-kota besar. Jika setiap daerah mampu membuat dan memperluas
lapangan pekerjaan maka kesempatan kerja semakin terbuka lebar dan tidak
hanya bergantung di kota-kota besar.
4. Memberikan Bantuan Terhadap UMKM
Pemerintah memberikan bantuan terhadap umkm artinya pemerintah ikut
mendorong umkm untuk bersiap-siap atau beradaptasi dengan adanya new
normal ini. Bantuan tersebut bisa berupa finansial maupun bantuan
keringanan kredit.
5. Peningkatan status dan pemberdayaan wanita
Menambah program-program peningkatan status dan pemberdayaan wanita
khususnya mereka yang tergolong miskin dan yang menjadi kepala keluarga.
Program tersebut dapat berbentuk perbaikan pendidikan, motivasi, pelatihan
keterampilan dan kerja, dan sebagainya
Kesimpulan

Dari penjabaran diatas maka sebenarnya kemiskinan di Indonesia sudah terjadi lama
sebelum adanya pandemic, dimana dari tahun-tahun kebelakang banyak
pengangguran yang disebabkan oleh rendahnya kualitas sdm, rendahnya tingkat
Pendidikan, masih belum meratanya lapangan kerja sehingga masalah itu masih
menghiasi hingga sekarang namun disisi lain dengan sempitnya lapangan kerja maka
pemerintah mendorong progam umkm dimana hal tersebut bisa mengurangi
kemiskinan. Namun disisi lain masalah satu belum selesai muncul masalah lagi
dimana pada akhir 2019 terdapat wabah yang menyebabkan perekonomian dunia
tidak tumbuh dan hal seperti itu juga yang dialami oleh Indonesia. Pemerintah dengan
kerja keras mengeluarkan kebijakan-kebijakan dimana kebijakan tersebut bertujuan
meredam naiknya angka kemiskinan akibat covid-19 seperti kebijakan, menurunkan
tarif listrik, memperluas jaring sosial atau bansos, memperbanyak kartu pra kerja,
relaksasi pajak, dan membantu lewat kebijakan kredit atau pemberian dana ke para
umkm yang harus gulung tikar. Akibat pandemic ini, dari uraian diatas maka ada
strategi yang saya jabarkan seperti kebijakan call back karyawan yang terkena phk,
memperluas kartu pra kerja , membuka lapangan pekerjaan diseluruh daerah agar
tidak menumpuk di ibukota serta memberikan bantuan terhadap umkm baik secara
finansial maupun secara edukasi untuk menghadapi atau memulai tatanan hidup baru.
Daftar Pustaka

Ayu Setyo Rini, L. S. (2016). FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEMISKINAN DI INDONESIA:


ANALISIS RUMAH. Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan, 30.

Bhinadi, A. (2017). PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.


Yogyakarta: CV BUDI UTAMA.

Hikmat, H. (2004). Startegi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora.

Kompas.com. (2020, Juni 3). kompas.com. Retrieved Juni 21, 2020, from Mensos Juliari:
Angka Kemiskinan Naik Jadi 13,22 Persen akibat Pandemi:
https://nasional.kompas.com/read/2020/06/03/16293741/mensos-juliari-angka-
kemiskinan-naik-jadi-1322-persen-akibat-pandemi

Sumodiningrat, G. (1999). Pemberdayaan Masyarakat , Jaring Pengaman Sosial . Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Royat, Sujana. 2015. Kebijakan Pemerintah dalam Penangulangan Kemiskinan.


Menko Kesra Bidang Koordinasi Pengangulan Kemiskinan. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai