Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Evaluasi Akhir Semester (EAS) Mata Kuliah
Disusun Oleh
ERVIN DEWANTARA
(1111800136 / C)
2020
Penjabaran Masalah
Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dihadapi oleh setiap negara berkembang
berbeda dengan negara maju dimana tingkat kemiskinan sangat rendah hal tersebut
karena negara maju sudah mempunyai resep dalam mengatasi kemiskinan didukung
dengan sumber daya manusia yang mumpuni, lain halnya dengan negara berkembang
dimana kemiskinan terjadi karena banyak faktor mulai dari banyaknya tingkat
kelahiran, angka pengangguran tinggi ,tingkat Pendidikan yang rendah, keterbatasan
sumber daya, lapangan kerja yang sedikit , sumber ekonomi negara yang belum
didapatkan secara optimal dan masih banyak lagi. Dan di akhir tahun 2019 dunia
dikejutkan dengan wabah virus corona atau covid-19 dimana semua negara
mengalami dampak kesulitan ekonomi dan kesehatan salah satunya negara indonesia.
Wabah ini menyebabkan sulitnya pertumbuhan ekonomi negara maupun ekonomi
masyarakat sehingga menimbulkan kemiskinan baru atau naiknya tingkat kemiskinan
di masyarakat. Hal tersebut disampaikan oleh kemensos mencatat terjadi kenaikan
kemiskinan di indonesia sebanyak 4 persen akibat pandemic Covid-19 Hal tersebut
diungkapkan Menteri Sosial Juliari P Batubara dalam rapat koordinasi (rakor)
Program Keluarga Harapan (PKH) melalui video conference, "Tentunya dengan
pandemi Covid-19 ini, angka kemsikinan kita pasti naik. Beberapa angka yang kita
lihat antara lain naiknya sampai kurang lebih 4 persen,. Sebelum terjadi pandemi,
angka kemiskinan di Indonesia tercatat menembus angka 9,22 persen. Dengan
penambahan tersebut otomatis total angka kemiskinan di Indonesia mencapai 13,22
persen. "Artinya dari 9,22 tambah 4 menjadi 13 persen. Ini kenaikan yang luar biasa,"
kata Mensos. Dalam artian di atas wabah Covid-19 turut serta menaikkan angka
kemiskinan, hal tersebut jelas diatas angka kemiskinan akibat Covid-19 kurang lebih
sekitar 4 persen. Wabah tersebut sangat membuat ekonomi di indonesia terpukul
tidak hanya bagi pertumbuhan ekonomi di indonesa tetapi juga ekonomi masyarakat
dimana banyak masyarakat yang di PHK oleh perusahaan karena Covid-19 angka
PHK di indonesia bisa mencapai 15 juta jiwa. Hal tersebut semakin menambah angka
kemiskinan diindonesia artinya pemerintah harus bekerja keras agar angka
kemiskinan tidak semakin naik, mengingat wabah tersebut masih belum diketahui
kapan berakhirnya.
ANALISIS ISU
1. Indikator Kemiskinan
Salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan yang
dialami seseorang atau sekelompok orang adalah indikator kemiskinan yang
digunakan oleh Bappenas (Harniati, 2010). Indikator kemiskinan yang dimaksud
adalah :
9. Tidak adanya jaminan rasa aman, indikator ini berkaitan dengan tidakterjaminnya
keamanan dalam menjalani kehidupan baik sosial maupunekonomi.
a. Gelombang PHK
Kemiskinan di indonesia terjadi karena gelombang PHK hal tersebut terjadi
karena ekonomi perusahaan terhambat karena efek wabah virus tersebut
dalam artian semua akses pendapatan perusahaan menurun disisi lain
perusahaan mempunyai tanggung jawab menggaji para karyawan, alhasil
perusahaan memutuskan untuk mem-PHK karyawan atau mengurangi jumlah
karyawan , hal tersebut dilakukan perusahaan agar perusahan tidak mengalami
kebangkrutan. Dengan begitu banyak para karyawan yang mengalami atau
tertimpah kemiskinan dimana setelah di PHK meruka susah mencari makan
dan juga susah mencukupi kebutuhan dasarnya.
b. Daya Beli Pada Sektor UMKM Menurun
Menurunnya daya beli masyarakat menyebabkan sektor UMKM tidak bisa
survive atau bertahan , ditambah lagi adanya kebijakan psbb di setiap daerah.
Menurunnya daya beli tersebut ada hubungannya dengan gelombang phk ,
dimana banyak orang yang kehilangan penghasilan sehingga daya beli
menurun. Disisi lain juga banyak yang mengandalkan bantuan dari
pemerintah.
c. Berkurangnya Lapangan Pekerjaan
Bukan tidak mungkin disaat pandemic seperti ini banyak lapangan kerja yang
berkurang, artinya banyak perusahaan yang tidak bisa bertahan akhirnya
bangkrut dimana sudah pasti para karyawan kehilangan pekerjaan dan yang
ingin mendapat pekerjaan sulit menemukan pekerjaan karena semakin
banyaknya perusahaan mengurangi karyawan atau bangkrut
Korten (dalam Hikmat, 2004:15-16) menyatakan bahwa ada tiga dasar untuk
melakukan perubahan-perubahan struktural dan normatif dalam pembangunan yang
berpusat pada rakyat:
sistem organisasi.
3.Mengembangkan sistem-sistem produksi-konsumsi yang diorganisasi secara
teritorial yang berlandaskan pada kaidah-kaidah pemilikan dan pengendalian lokal.
b. strategi pemberdayaan,
Mark G. Hanna dan Buddy Robinson (dalam Hikmat, 2004:19) mengemukan bahwa
ada tiga strategi utama pemberdayaan dalam praktek perubahan sosial, yaitu
tradisional, direct action (aksi langsung), dan transformasi. 1) Strategi tradisional,
menyarankan agar mengetahui dan memilih kepentingan terbaik secara bebas
dalam berbagai keadaan, 2) Strategi direct-action, membutuhkan dominasi
kepentingan yang dihormati oleh semua pihak yang terlibat, dipandang dari sudut
perubahan yang mungkin terjadi, dan 3) Strategi transformatif, menunjukkan bahwa
pendidikan massa dalam jangka panjang dibutuhkan sebelum pengiden-tifikasian
kepentingan diri sendiri. Sehubungan dengan peran pemerintah dalam setiap
program pembangunan yang bersentuhan dengan kepentingan publik itu,
Sumodiningrat (1999:202) menegaskan bahwa: Program pemberdayaan masyarakat
dirancang oleh pemerintah untuk memecahkan tiga masalah utama pembangunan
yakni pengangguran, ketimpangan, dan pengentasan kemiskinan. Upaya
pengentasan kemiskinan yang dianjurkan menurut kebijaksanaan pemberdayaan
masyarakat tak lain adalah kebijaksanaan memberi ruang gerak, fasilitas public dan
kesempatan-kesempatan yang kondusif bagi maraknya kemampuan dan
kemungkinan kelompok
masyarakat miskin untuk mengatasi masalah mereka sendiri dan tidak untuk justru
menekan dan mendesak mereka ke pinggir-pinggir atau ke posisi-posisi
ketergantungan
Dari penjabaran diatas maka sebenarnya kemiskinan di Indonesia sudah terjadi lama
sebelum adanya pandemic, dimana dari tahun-tahun kebelakang banyak
pengangguran yang disebabkan oleh rendahnya kualitas sdm, rendahnya tingkat
Pendidikan, masih belum meratanya lapangan kerja sehingga masalah itu masih
menghiasi hingga sekarang namun disisi lain dengan sempitnya lapangan kerja maka
pemerintah mendorong progam umkm dimana hal tersebut bisa mengurangi
kemiskinan. Namun disisi lain masalah satu belum selesai muncul masalah lagi
dimana pada akhir 2019 terdapat wabah yang menyebabkan perekonomian dunia
tidak tumbuh dan hal seperti itu juga yang dialami oleh Indonesia. Pemerintah dengan
kerja keras mengeluarkan kebijakan-kebijakan dimana kebijakan tersebut bertujuan
meredam naiknya angka kemiskinan akibat covid-19 seperti kebijakan, menurunkan
tarif listrik, memperluas jaring sosial atau bansos, memperbanyak kartu pra kerja,
relaksasi pajak, dan membantu lewat kebijakan kredit atau pemberian dana ke para
umkm yang harus gulung tikar. Akibat pandemic ini, dari uraian diatas maka ada
strategi yang saya jabarkan seperti kebijakan call back karyawan yang terkena phk,
memperluas kartu pra kerja , membuka lapangan pekerjaan diseluruh daerah agar
tidak menumpuk di ibukota serta memberikan bantuan terhadap umkm baik secara
finansial maupun secara edukasi untuk menghadapi atau memulai tatanan hidup baru.
Daftar Pustaka
Kompas.com. (2020, Juni 3). kompas.com. Retrieved Juni 21, 2020, from Mensos Juliari:
Angka Kemiskinan Naik Jadi 13,22 Persen akibat Pandemi:
https://nasional.kompas.com/read/2020/06/03/16293741/mensos-juliari-angka-
kemiskinan-naik-jadi-1322-persen-akibat-pandemi