Anda di halaman 1dari 13

Kelompok 3

Egalitarianisme
Anggota :
Saidah Nurjanah
(1208030188)
Synta Khofifah Syamsudin
(1208030212)
Zhisaf Maulana
(1208030231)
ADD YOUR TITLE HERE

11 Pengertian Egalitarianisme

44 Egalitarianisme Rawlsian

22 Egalitarianisme Sosial

55 Egalitarianisme Qutbian

Prinsip Egalitarianisme
33
1. Pengertian Egalitarianisme
Egalitarianisme yaitu didefinisikan sebagai doktrin politik yang berkeyakinan bahwa semua
orang harus diperlakukan sama dan mempunyai hak – hak politik, ekonomi, sosial, dan
kewarganegaraan yang sama atau sebagai filsafat sosial yang mengadvokasi penghilangan
ketimpangan ekonomi diantara masyararakat.
Dalam budaya modern orang cenderung dibagi ke dalam kelas atas dan kelas bawah.
Namun, sebelum revolusi agraris ,manusia hidup dalam masyarakat pemburu yang
dipercayai sebagai masyarakat egaliter. Ini disebut sebagai keadaan ilmiah (Natural State)
masyarakat.
Bentuk – bentuk egalitarianisme yaitu egalitarianisme hukum, ekonomi, politik,
keberuntungan, jender, dan persamaan ras.
2. Egalitarianisme Sosial
Persamaan sosial adalah keadaan masyarakat dimana semua orang berada dalam
masyarakat khusus atau kelompok yang terisolasi hanya karna memiliki status yang sama dalam
hal tertentu.
Persamaan sosial menuntut kurangnya kelas sosial yang ditekankan secara illegal atau batas
kasta dan kurangnya diskriminasi yang tidak terjustifikasi dan yang dimotivasi oleh bagian yang
tidak dapat dicabut dari identitas orang misalnya, jender, usia, asal – usul, kasta, kelas dan
opini.
Persamaan sosial sempurna adalah situasi ideal dimana bermacam macam alasan dan tidak
ada masyarakat dunia di hari ini. Berbagai alasan diantaranya alasan ekonomi, imigrasi, politik
luar negeri dan politik nasional. Dalam kompleksitas ekonomi, ditemukan bahwa ketimpangan
horizontal muncul dalam sistem yang kompleks .
Contoh dari ketimpangan sosial yaitu keadaan dizaman pertengahan eropa, dimana tanah
milik seseorang yang hanya diwariskan menentukan hak – hak hukum dan sosial orang
tersebut. Misalnya wanita dibeberapa negara masih ditolak aksesnya untuk belajar diperguruan
tinggi walaupun mereka dapat membayar iuran. Di eropa Abad ke – 19 jika wanita belajar itu
dibolehkan maka mereka harus mengisi formulir “pengecualian jenis kelamin” utuk daftar di
universitas
3. Prinsip Egalitarianisme
Gerakan melawan diskriminasi dikarenakan ras, keyakinan, warna kulit atau jenis kelamin ada
pada prinsip egalitarianisme. Memperlakukan orang secara sama dapat saja berarti
memperlakukan mereka secara berbeda dalam kesempatan lain, seperti halnya jika sejumlah
pekerja dibayar pada upah yang sama, orang yang lebih industrial atau lebih mahir akan
mendapatkan gaji yang lebih dibandingkan dengan yang lain. Seperti halnya secara formal, prinsip
" yang sama untuk yang sama" mensyaratkan bahwa orang akan diperlakukan dalam cara yang
sama jika mereka ada dalam kasus yang sama dalam semua hal yang relevan untuk tujuan
perlakuan, tetapi hanya dalam syarat tersebut. Prinsip perlakuan yang sama ( equal treatment)
adalah prinsip keadilan.
Pada dasarnya, setiap orang dapat diperlakukan sesuai dengan prinsip itu, akan tetapi
ketimpangan akan tetap menyakitkan, karena kaum egalitarianisme merasa bahwa tidak adil jika
sebagian orang harus serusaha lebih dari yang lain.Namun, mereka juga tidak suka akan kekayaan
yang didapat oleh orang lain tanpa jalan usaha, terutama yang berasal dari warisan. Hasil ini
nampak tidak fair, karena orang tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk mencapainya.
Dapat dianalogikan, jika seorang pengacara dan seorang buruh itu dibayar sesuai dengan
prinsip perlakuan yang sama, akan masih terasa bahwa hidup tidak memperlakukan mereka
secara sama. Pengacara mampu mencari uang sebanyak yang ia mau karena orang tuanya
mengirimnya ke sekolah yang bagus dan mendukungnya melalui latihan yang panjang,
sedangkan kamu buruh harus menurunkan tangannya pada pekerjaan apapun yang ia dapat
segera setelah ia lulus dari sekolah lokal yang penuh sesak. Hal inilah yang membedakan
keduanya dari segi penghasilan yang mereka dapatkan. Perbedaan tingkatan start inilah yang
ingin dirubah oleh kaum egalitarianisme ketika mereka merumuskan persamaan kesempatan
(equality of opportunity). Bagaimanapun adilnya pasar berkerja, distribusi income yang
muncul darinya akan tidak fair sampai kesempatan hidup dipersamakan.
Pada dasarnya tidak semua kaum egalitarianisme setuju dengan pendapat tersebut.
Pesamaan kesempatan akan menghasilkan ketimpangan prestasi dan bagi kebanyakan kaum
egalitarianisme yang menyatakan bahwa ketimpangan itu berada diantara orang yang mampu
dan tidak mampu berkerja, bukan lagi antara orang yang punya hak istimewa atau tidak,
bukanlah justifikasi yang cukup. Apa yang masih hilang adalah bahwa rasa persamaan dasar
antara satu orang dengan yang lain, tanpa pertimbangan tentang apa yang terjadi pada
kapasitas mereka.
Dorongan terhadap egalitarianisme tertanam dalam sifat manusia. Dorongan itu kemudian
muncul kepermukaan melalui pemikiran manusia tentang masyarakat. Diantara prinsip-prinsip
filosofis dunia kuno terdapat satu yaitu hukum alam dan akal yang diaman ide persamaan
muncul. Ide egalitarianisme atau ide persamaan ini kemudian diperjuangkan dalam berbagai
bentuk misalnya egalitarianisme ekonomi, egalitarianisme legal, egalitarianisme politik,
egalitarianisme gender, persamaan ras, egalitarianisme berbasis aset, egalitarianisme agama
dan lain-lainnya.
Rawls menyatakan bahwa prinsip persamaan pada teori keadilan sosialnya ada pada prinsip
pertama (prinsip persamaan kebebasan) bersamaan dengan prinsip persamaan kesempatan
yang fair pada prinsip kedua bagian kedua (Rawls, 1999: 91). Prinsip pertama menyatakan
bahwa ( Setiap orang mempunyai hak yang sama untuk sistem total kebebasan-kebebasan
dasar yang sama yang paling penuh berkesuaian dengan sistem kebebasan yang sama untuk
semua. Prinsip kedua bagian kedua adalah (ketimpangan sosial adalah ekonomi itu diatur
sehingga keduanya diterapkan pada jawatan dan posisi yang terbuka untuk semua di dalam
kondisi-kondisi persamaan kesempatan yang fair) (Rawls, 1999: 266).
4. Egalitarianisme Rawlsian
Menurut Rawls, subjek dari keadialan sosial yaitu institusi sosial (Rawls, 1999: 6). Rawls pun
mengatakan bahwa menegakan keadilan berarti institusi itu harus adil, yaitu dengan menegakkan
persamaan. Rawls pun mengatakan bahwa "institusi itu adil ketika tidak ada perbedaan yang Arbitrer
dibuat antara orang-orang dalam menetapkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban dan ketika aturan-
aturannya menentukan keseimbangan yang sepatutnya antara klaim-klaim yang berkompetisi pada
keuntungan-keuntungan kehidupan sosial" (Rawls, 1999: 5).
Melalui prinsip egalitarianisme atau prisip persamaan ini Rawls berusaha untuk bisa meredakan
ketimpangan yang ada pada masyarakat, dan Rawls berpendapat bahwa ketimpangan terbagi
menjadi tiga :
1. Ketimpangan yang di sebabkan oleh kebetulan alamiah (natural contingency), seperti kesehatan,
tenaga,serta kecerdasan
2. Ketimpangan oleh sebab keuntungan sosial (social Fortune), seperti turunan dan warisan. (Rawls,
1999: 54, 82)
3. Ketimpangan yang disebabkan oleh praktek sosial (Rawls, 1999: 3) atau agen ((Rawls, 1999: 167).
Persamaan pada manusia menimbulkan adanya pesamaan prosedural yaitu bahwa orang-orang
itu harus diperlakukan dengan prosedur yang sama. Prinsip egalitarianisme atau prinsip persamaan
ini membatasi asumsi prosedural bahwa orang-orang itu harus diperlakukan sama. Persamaan yang
dibuat bukanlah persamaan perse, melainkan setelah prinsip-prinsip keadilan dan tugas dan
kewajiban alamiah diakui. Rawls menegaskan bahwa " maka seseorang yang telah tunduk dengan
skema dan melakukan bagiannya lah yang mempunyai hak diperlakukan sewajarnya oleh yang lain"
(Rawls, 1999: 275).
Rawls mengatakan bahwa ada dua konsepsi dari persamaan yaitu persamaan dalam distribusi
dan persamaan penghormatan (respect). Persamaan pertama dapat diartikan oleh prisip keadilan
kedua yaitu yang mengatur struktur organisasi-organisasi dan distribusi sehingga kerjasama sosial itu
efisien dan fair. Namun, persamaan jenis yang kedua adalah fundamental. Ia didefinisikan oleh
prinsip keadilan pertama dan oleh tugas-tugas alamiah seperti saling menghormati.
Pada kategori lain, prinsip egalitarianisme atau prinsip persamaan dalam konsepsi keadilan sosial
Rawls, terbagi menjadi dua diantaranya adalah persamaan kebebasan dan persamaan kesempatan.
5. Egalitarianisme Qutbian
Qutb mengakui pilar persamaan yang kedua seelah kebebasan, dalam kerangka keadilan
sosial. “Apabila manusia telah merasakan kebebasan maka dia akan menuntut haknya dalam
persamaan itu dan berusaha merealisasikannya serta akan menjaganya setelah
mendapatkannya, tidak akan mau menerima yang lain sebagai gantinya dan tidak akan segan
segan membelanya sekalipun ini harus megerahkan semua kemampuan dan
pengorbananya”, (Qutb, 1980:55).
Qutb (1980:183) mengatakan, “Persamaan yang mutlak antara sesama anak manusia
adalah merupakan risalah Islamiyah dan merupakan pembebas jiwa yang mutlak pula dari
keterikatannya terhadapa nilai-nilai dan anggapan yang menggoyak persamaan kemanusiaan
ini”.
Pengetahuan tentang persamaan, dengan demikian ada pada teks kitab suci, Qutb
menyatakan, Islam “menetapkan prinsip-prinsip persamaan itu secara tertulis berupa nash-
nash agar dengan demikian segala sesuatunya menjadi jelas ketentuannya”.
Walaupun demikian, terdapat paralelisme antara Rawls dan Qutb yang membuat Qutb
berpikiran cukup modern. Paralelisme tersebut diantaranya adalah upaya keadilan untuk
mengurangi lotre alam, keadilan berarti pengakuan yang sama dan persamaan merupakan
bagian dari keadilan.
Islam tidak menghendaki terbaginya masyarakat atas kelas-kelas, di mana suatu kelas hidup
dalam tingkatan kemewahan sedang kelas yang lain hidup dalam kesulitan”, (Qutb1980: 35-36).
Pengakuan persamaan manusia ini bagi Qutb adalah pada manusianya itu sendiri. Sebab, jika
masih loyal pada uang, kuasa, derajat, silsilah berarti belum merasakan persamaan riil dengan
manusia lain”, (Qutb: 1980:51-2).
Secara teoritis, Qutb tidak membedakan antara persamaan yang merupakan bagian dari teori
keadilan dengan persamaan utuh, yang menjadi cita-cita ideal tersendiri. Namun kita dapat tahu
bahwa apa yang dibicarakan Qutb dalah persamaaan dalam keadilan ketika ia menyatakan
kewajaran perbedaan, baik itu perbedaan ekonomimaupun sosial. Ia menyerang komunisme
karena cita-cita persamaannya berupa persamaan ekonomi dalam artian yang sempit, yaitu
persamaan imbalan tanpa ada perbedaan sedikitpun dalam segi ekonomis. Demikian juga, ia
membela Islam bahwa tidak ada diskriminasi pada wanita kecuali: kapasitaas fisik, prosedur
kebiasaan, tanggung jawab. Dan bahwa hak waris itu beda antara laki-laki dan perempuan
karena tanggung jawab laki-laki yang beat”, (Qutb:198035, 61-3).
Dengan demikian bagi Qutb persamaan itu terletak pada hal-hal yang bersifat spiritual bukan
material. Qutb menyerang Barat karena menurutnya emansipasi dan cita-cita Barat hanya materi.
Dalam hal ini Qutb ada kesamaan dengan Rawls dalam sama-sama anti materialisme dalam
masalah persamaan manusia. Namun, jika Qutb melihatnya secara spritual, sedangkan Rawls
melihatnya secara publik, yaitu bahwa manusia itu sama ketika mereka sama-sama mgakui dan
menegakkan keadilan”, (Qutb 1980:63-5).
THANK YOU
THE PRESENTATION TEMPLATE
ADD YOUR NAME

Anda mungkin juga menyukai