Anda di halaman 1dari 3

NAMA : VIOLETTA SUSILO

NIM : 1208030221
KELAS : SOSIOLOGI 2/E
RESUME SOSIOLOGI PERKOTAAN

MASYARAKAT PERKOTAAN
Kota berasal dari bahasa Sangsekerta, yaitu “kotta” yang dalam ungkapan lain disebut
sebagai
kita atau kuta. Berdasarkan kamus Bahasa Sangsekerta-Indonesia dan Sangsekerta-Inggris,
kota
berarti kubu atau perbentengan (stronghold) (Eko A. Meinarno, 2011: 221). Dan menurut
salah
satu pakar ahli sosiolog menjelaskan ”kota adalah sebuah pemukiman yang penduduknya
relatif
besar, padat, permanen, dan dihuni oleh orang yang heterogen”. Wirth (Safari Imam, 1993:
19).

dapat disimpulkan juga bahwa masyarakat merupakan pengumpulan manusia yang


banyak dan bersatu dengan cara tertentu oleh karena adanya hasrat-hasrat
kemasyarakatan yang sama. Dengan demikian, syarat-syarat timbulnya masyarakat
meliputi : harus ada pengumpulan manusia yang banyak.

Kota memiliki fungsi yang sangat majemuk antara lain menjadi pusat populasi,
perdagangan, pemerintahan, industri, maupun pusat budaya dari suatu wilayah. Untuk
melakukan fungsi tersebut, kota perlu ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai,
seperti kawasan permukiman, perdagangan, pemerintahan, industri, sarana kebudayaan,
kesehatan, rekreasi. Dan lainnya.
Menurut Hatt dan Reiss (1959) bahwa adanya kota untuk memenuhi kebutuhan sosial
dan kegiatan ekonomi penduduk yang selalu berkembang. Hal ini untuk mendukung dan
melayani fungsi-fungsi kota yang saling memengaruhi, yaitu sebagai berikut.
1. Pusat berbagai kegiatan untuk daerah sekitarnya. Kota-kota model ini menjadi ruang
produktif yang luas.
2. Pusat penyedia transportasi merupakan break-of-bulk Transportasi kota sebagai
break-of-bulk, merupakan pelayanan sepanjang rute transportasi mencapai daerah-daerah
terpencil pun dapat dilalui dengan mudah karena letak jalur transportasi kota yang strategis.
3. Titik konsentrasi pelayanan khusus. Fungsi kota sebagai titik konsentrasi pelayanan
khusus, antara lain sebagai tempat perdagangan, perindustrian, rekreasi, dan tempat menjamu
tamu dari kota lain dan sebagainya.
Kemudian kota juga berfungsi sebagai pelayan serta fasilitator masyarakat sekitarnya yang
memanfaatkan jasa perkotaan, sebagaimana dijelaskan oleh Safari Imam (1990: 29), yaitu
sebagai berikut.
1. Production center, yaitu pusat produksi, barang setengah jadi maupun barang jadi.
Kota memiliki fungsi sebagai pusat poduksi atau pemasok, baik berupa bahan mentah, barang
setegah jadi, maupun barang jadi. Contoh kota produsen bahan mentah, yaitu kota-kota
pertambangan, seperti, Soroako (Niel), Bukitasam dan Ombilin (Batubara), Arun da Bontang
(LNG), dan lainnya. Contoh kota produsen barang jadi dan setengah jadi, yaitu kota-kota
industri seperti, Cilegon, Gresik, Surabaa, Jakarta, Bandun, dan lain-lain.
2. Center of trade, yaitu pusat perdagangan dan niaga yang melayani daerah sekitarnya.
3. Political capitol, yaitu pusat pemerintahan atau sebagai pusat ibu kota Negara.
4. Cultural center, yaitu pusat budaya.
5. Health and recreation, yaitu pusat pengobatan dan rekreasi (wisata).
6. Divercified cities, yaitu memiliki fungsi ganda atau beraneka, seperti kota pendidikan,
kota industri, kota perdagangan, dan lainnya.

Ada dua hal yang berkaitan dengan ciri atau karakteristik dari masyarakat kota atau modern.
Ada ciri yang berskala kelompok atau masyarakat dan ada ciri berskala individu. Ciri yang
berskala masyarakat, yaitu sebuah masyarakat disebut telah modern (maju) antara lain:
1. Hubungan antara sesama nyaris hanya didasarkan pada pertimbangan untuk
kepentingan pribadi.
2. Hubungan dengan masyarakat lain berlangsung secara terbuka dan saling
memengaruhi
3. Mereka yakin bahwa iptek memiliki kemanfaatan untuk meningkatkan kualitas
hidupnya.
4. Masyarakat kota berdeferensi atas dasar perbedaan profesi dan keahlian sebagai
fungsi pendidikan serta pelatihan.
5. Tingkat pendidikan masyarakat kota relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan
masyarakat pedesaan.
6. Aturan-aturan atau hukum yang berlaku dalam masyarakat perkotaan lebih
berorientasi pada aturan atau hukum formal yang bersifat kompleks.
7. Tata ekonomi yang berlaku bagi masyarakat kota umumnya ekonomi-pasar yang
berorientasi pada nilai uang, persaingan, dan nilai-nilai inovatif lainnya.

Adapun karakteristik yang berskala individu sebagai manusia modern (maju) adalah sebagai
berikut.
1. Selalu bersikap menerima perubahan setelah memahami adanya kelemahan-kelemahan
dari situasi yang rutin.
2. Memiliki kepekaan pada masalah yang ada di sekitarnya dan menyadari bahwa
masalah tersebut tidak terlepas dari keberadaan dirinya.
3. Terbuka bagi pengalaman baru (inovasi) dengan disertai sikap yang tidak apriori atau
prasangka.
4. Untuk setiap pendiriannya selalu dilengkapi informasi akurat.
5. Lebih berorientasi pada masa mendatang yang didukung oleh kesadaran bahwa masa
lampau sebagai pengalaman dan masa sekarang sebagai suatu fakta, sedangkan masa
mendatang sebagai harapan yang mesti diperjuangkan. Artinya, ketiga pengalaman waktu
itu merupakan suatu sekuen.
6. Sangat memahami akan potensi dirinya, dan potensi tersebut ia yakin dapat
diicernbangkan.
7. Selalu berusaha untuk terlibat dan peka terhadap perencanaan.
8. Selalu menghindar dari situasi yang fatalistik dan tidak mudah menyerah pada keadaan
atau nasib.
9. Meyakini akan manfaat iptek sebagai sarana dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
manusia.
10. Memahami dan menyadari serta menghormati akan hak-hak dan kewajiban serta
kehormatan pihak lain.

SUMBER REFERENSI
Jamaludin, Adon Nasrullah (2017). Sosiologi Perkotaan. Memahami Masyarakat Kota Dan
Problematikanya.
Pandaleke, Alfien (2015). Sosiologi Perkotaan. Maxindo Internasional.
https://www.scribd.com/doc/214337988/Buku-Sosiologi-Perkotaan-Wahyu-a-Bakar

Anda mungkin juga menyukai