Anda di halaman 1dari 3

Nama : Indriani Nurfadilah

NIM : 1208030235
Kelas : Sosiologi D
Jawaban UAS Teori Sosiologi Modern 1

1. Jelaskan mengenai asumsi-asumsi dari teori pertukaran G. Homans, Peter M. Blau dan
H.H Kelley
 G. Homans
Teori pertukaran dari homans sangat erat kaitannya dengan dunia
psikologi manusia. Lebih tepatnya bahwa homans melihat akar dari teori
pertukaran adalah behaviorisme yang berpengaruh langsung terhadap
sosiologi perilaku. Homans mendasarkan teori pertukaran ini dalam berbagai
proporsisi yang fundamental. Meski beberapa proporsisinya menerangkan
setidaknya dua individu yang berinteraksi, namun ia dengan sangat hati-hati
menunjukan bahwa proporsisi itu berdasarkan prinsip psikologis ( Ritzer ,
2012 : 450).
 Peter M. Blau
Teori pertukaran dari Peter M. Blau bertujuan utamanya adalah untuk
menunjukkan bagaimana ketidakseimbangan dalam transaksi pertukaran
menimbulkan perbedaan status dan kekuasaan, dengan struktur kekuasaan
memberikan landasan (meso atau makro) tingkat struktur yang lebih besar.
Blau sebelumnya telah mengantisipasi beberapa prinsip dasar pendekatan
dalam studi kasus tentang kekuasaan informal dan status yang berkembang
antara agen dalam sebuah organisasi birokrasi. Secara singkat, individu yang
mempunyai keahlian berbagi keahlian dengan rekan-rekan yang kurang
pengalaman, mereka mengembangkan peringkat yang berbeda, dengan
menggunakan perbedaan pengetahuan yang dimiliki.
 H.H Kelley
Teori pertukaran H. H Kelley menjelaskan kontribusi yang dibuat dari
pengalaman dan harapan sebelumnya. Pengalaman dan harapan yang terjadi di
masa lalu individu ini kemudian dijadikan sebagai tolak ukur untuk
menentukan seberapa puas seseorang terhadap sebuah hubungan. Individu-
individu yang menjalani hubungan interpersonal dengan adanya kesadaran
akan norma-norma sosial dan menjadikannya sebagai pengalaman.

2. Jelaskan mengenai asumsi-asumsi dari teori konflik C.W Mills, R. Dahrendorf, Lewis
Coser dan Randall Collins
 C.W Mills
Asumsi C.W Mills mengenai Teori Konflik yakni, sebagai suatu proses
sosial antara dua orang atau lebih. Yang mana salah satu pihak saling
menyingkirkan pihak lainnya. Dengan cara menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya, dan lemahnya seseorang atau sekelompok orang. 
Memang pada setiap eleman masyarakat ataupun para pembuat kebijakan
akan menyumbangkan terjadinya konflik tersebut. Mills mengatakan bahwa
untuk dapat menciptakan suatu masyarakat yang baik diatas dasar
pengetahuan dan pembentukannya tersebut. 
 R. Dahrendorf
Teori konflik Dahrendorf muncul sebagai reaksi atas teori fungsionalisme
struktural yang kurang memperhatikan fenomena konflik dalam masyarakat.
Asumsi Dahrendorf tentang masyarakat ialah bahwa setiap masyarakat setiap
saat tunduk pada proses perubahan, dan pertikaian serta konflik ada dalam
sistem sosial juga berbagai elemen kemasyarakatan memberikan kontribusi
bagi disintegrasi dan perubahan. Suatu bentuk keteraturan dalam masyarakat
berasal dari pemaksaan terhadap anggotanya oleh mereka yang memiliki
kekuasaan, sehingga ia menekankan tentang peran kekuasaan dalam
mempertahankan ketertiban dalam masyarakat.
Bagi Dahrendorf, masyarakat memiliki dua wajah, yakni konflik dan
konsesus yang dikenal dengan teori konflik dialektika. Dengan demikian
diusulkan agar teori sosiologi dibagi menjadi dua bagian yakni teori konflik
dan teori konsesus. Teori konflik harus menguji konflik kepentingan dan
penggunaan kekerasan yang mengikat masyarakat sedangkan teori konsesus
harus menguji nilai integrasi dalam masyarakat. Bagi Ralf, masyarakat tidak
akan ada tanpa konsesus dan konflik. Masyarakat disatukan oleh
ketidakbebasan yang dipaksakan. Dengan demikian, posisi tertentu di dalam
masyarakat mendelegasikan kekuasaan dan otoritas terhadap posisi yang lain.
 Lewis Coser
Menurut Coser, konflik yang terjadi dalam masyarakat tidak semata-mata
menunjukkan fungsi negatif. Tetapi, konflik dapat pula menimbulkan dampak
yang positifi bagi berlangsungnya tatanan masyarakat. Bagi Coser, konflik
merupakan salah satu bentuk interaksi dan tidak perlu diingkari
keberadaannya. Coser bemaksud, bahwa konflik tidak harus merusakkan atau
bersifat disfungsional bagi sistem yang bersangkutan. Karena konflik bisa
juga menimbulkan suatu konsekuensi yang bersifat positif.
Coser memberikan gambaran kepada kita, bahwa konflik sebagai
perselisihan mengenai nilai-nilai atau tuntutan-tuntutan berkenaan dengan
kekuasaan, status, dan sumber-sumber kekayaan yang persediannya tidak
mencukupi. Coser menyatakan bahwa perselisihan atau konflik dapat
berlangsung antara individu, kumpulan (collectivities) atau individu dengan
kumpulan tersebut. 
 Randall Collins
Konflik alternatif Randall Collins fokus pada stratifikasi sosial, yaitu
sebuah institusi yang menyentuh beberapa ciri-ciri kehidupan, meliputi
kesehatan, politik, karir, keluarga, club, komunitas, gaya hidup, dan lainnya.
Ia juga mengatakan bahwa perselisihan relatif jarang terjadi, apalagi
perusakan fisik. Kondisi yang terjadi sebenarnya hanya manuver untuk
memisahkan hubungan organisasi.
Pemisahan hubungan organisasi ini karena adanya perselisihan atau
adanya saling tarik menarik kekuasaan antar individu dalam organisasi
tersebut. Teori konflik sama sekali tidak meninggalkan teori solidaritas sosial,
cita-cita sosial, sentimen sosial, dan perasaan.  Ia berpendapat bahwa
kekuasaan, otoritas atau pengaruh merupakan sifat dari suatu proses
interaksional, bukan merupakan sifat dari kepribadian individu.

Anda mungkin juga menyukai