Anda di halaman 1dari 2

Keadilan Sosial Menurut Teori Filfasat Politik Modern

Oleh Putty Ekadewi, 1406533535

Judul

: Keadilan Sosial: Pandangan Deontologis Rawls dan Habermas, Dua Teori


Filsafat Politik Modern

Pengarang

: Bur Rasuanto

Data Publikasi : Gramedia Pustaka Utama, 2005

Dalam kehidupan bermasyarakat keadilan sosial memiliki peran penting karena


masyarakat bergantung pada suatu sistem yang bergantung pada norma dan nilai-nilai adat.
Dalam buku karya Bur Rasuanto, konsep pandangan keadilan sosial menurut Rawls dan
Habermas dibahas dalam ranah filsafat politik modern.

Rawls mengembangkan teori keadilan sosial dari konsep tentang masyarakat sebagai
suatu sistem kerja sama yang saling menguntungkan dan manusia sebagai makhluk moral.
Manusia sebagai makhluk moral karena makhluk yang satu ini memiliki dua kemampuan
yang saling melengkapi: (1) kemampuan mempunyai konsep yang baik sendiri, dan (2)
kemampuan akan rasa keadilan (sense of justice). Dalam konsepsi semacam ini, nikmatnikmat (benefits) dan beban (burdens), hak-hak (rights) dan kewajiban (duties), kepentingan
diri (self interest) dan kepentingan bersama (common interest), saling terikat dan tertanam
bersama dalam satu subjek. Dalam teori keadilan sosial Rawls, mengejar kepentingan diri
sudah berimpit dengan mengejar keadilan juga.
Teori keadilan secara intuitif bisa dipisahkan dalam dua: bagian ideal dan non-ideal.
Bagian teori non ideal berkenaan dengan prinsip-prinsip menghadapi ketidakadilan yang
sudah ada. Bagian teori ideal adalah pandangan mengenai masyarakat berkeadilan yang
hendak dicapai kalau bisa. Teori non-ideal tidak bekerja sebelum teori ideal, melainkan

setelahnya. Ukuran keadilan sosial tetap harus dilihat dari konsep keadilan secara
keseluruhan. Rawls yakin konsepsi keadilannya tidak hanya pas dengan putusan nalar tapi
juga memberikan argumen terkuat bagi prinsip kebebasan. Konsep keadilan ini akan
memberikan jaminan aman bagi kebebasan fundamental di bawah rezim demokratik. Tapi
harus diwaspadai jangan sampai kemerdekaan dan kebebasan menjelma menjadi anarki.
Keadilan sosial tidak cukup didasarkan atas kesamaan kesempatan fair, apalagi
kesamaan formal. Diakui konsep kesamaan kesempatan fair liberal tidak cukup untuk
tegaknya keadilan sosial. Ketidakadilan tidak hanya berarti ketaksamaan sosial ekonomi tapi
juga dari ketaksamaan kemampuan alami dan keuntungan genetis. Rawls tampil dengan
kesamaan demokratik dimana kesamaan kesempatan tidak hanya terbebas dari beban
kontigensi sosial dan historis, tapi terbebas pula dari beban kontigensi genetis seperti
kemampuan alami dan bakat. Prinsip kesamaan kesempatan demokratik melegitimasi
ketaksamaan distribusi akibat ketaksamaan kemampuan kodrati dan bakat sejauh itu
menguntungkan semua. Kesamaan demokratik mengharuskan masyarakat lebih memberi
perhatian terhadap yang kurang beruntung oleh ketaksamaan sosial maupun bakat dan
kemampuan alami. Dalam hubungan dengan konsepsi politik mengenai keadilan, Rawls
mengartikan reasonable secara terbatas, berhubungan dengan 1) kesediaan mengusulkan dan
menghormati kerjasama dengan syarat, 2) kesediaan mengakui beban putusan dan menerima
konsekuensi. Rasional dan beralasan harus selalu ada bersama dan komplementer yang
keduanya merupakan unit tanggung jawab dalam kehidupan sosial dan politik. Suatu prinsip
keadilan harus dirancang memberikan prioritas pada kebebasan fundamental, kesamaan
kesempatan dalam latar belakang institusi masyarakat madani yang memungkinkan kita
menjadi warga yang bebas dan sederajat dan memahami peran masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai