Anda di halaman 1dari 8

Hasil Diskusi Kelompok 10 (Derawan) Presentator Anggota : Alifa Alwan Azra (10/296945/SP/23898) : Puteri Kurnia Rahmita (10/297144/SP/23933) Diah

Nikmahayati (10/297292/SP/23963) Fitra Hayatun Nisa (10/299087/SP/24053)

Aldo Marchiano (10/296934/SP/23895) Dionisius Waskita (10/299339/sp/24106) Dhatu Wicaksono (09/280856/SP/23268) Shabrina Annisyarasyiq (10/296691/SP/23864)

1. Apakah kalian setuju dengan filosofi John Rawls dalam karyanya A Theory of Justice ? jelaskan alasannya.

Nia: Setuju, karena konsep keadilan yang ditawarkan menurut saya mencakup semua aspek, misalnya posisi original dimana semua pihak adalah sama oleh karena itu semua bebas untuk bekerja sama. bentuk kebebasan yang dimiliki setiap orang pun pada dasarnya sama. dari ide tersebutlah idealisme untuk membentuk dunia yg damai diharapkan dapat dijelaskan. Fitra: saya setuju karena, pemikiran John Rawls tersebut. pemikiran tumbuh dari semangat keadilan sosial, dan menurut saya hal tersebut sesuai dengan perspektif yang berkembang pada masa buku tersebut diterbitkan. pada masa itu hubungan antar negara cenderung diwarnai dengan kerjasama-kerjasama yang bersifat positif untuk menuju apa yang dinamakan kesejahteraan bersama. argumen yang dipaparkan oeh Rawls menggambarkan bahwa setiap manusia setara dan memiliki hak yang sama atas keadilan. hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia serta nilai-nilai global yang berkembang pasca perang dunia kedua. Diah: saya setuju dengan pemikiran John Rawls. Pemikiran John Rawls mampu memberikan skema mengenai konsep keadilan itu sendiri. Konsepsi keadilan yang diberikan Rawls pun bersifat menyeluruh dan menyentuh berbagai aspek sehingga sangat dapat diaplikasikan dalam realitas nyata. Adanya pemberlakuan prinsip seperti unequal distribution diperbolehkan apabila untuk kebaikan org yang lebih banyak menjadi salah satu bentuk dari kekompleksitasan pemikiran Rawls yang sekaligus menjadikan pemikirannya fleksibel dan dapat diapliikasikan secara nyata. Dion: Saya tidak setuju dengan filosofi John Rawls. John Rawls menekankan bahwa individu harusnya memiliki kedudukan yang sama di dalam masyarakat dan dapat memilih perannya di alam kontrak sosial yang terjadi di dalam masyarakat dalam upaya mencapa keselarasan keadilan. Menurut saya prinsip keadilan dengan cara pandang perspektif liberal ini mengandaiman bahwa semua individu memiliki kapasitas yang sama entah dalam akses berpolitik ataupun dalam

ekonomi, padahal di dalam sebuah konstruksi masyarakat liberal, orang-orang yang dapat dianggap setara di dalam berpolitik dan ekonomi tentunya adalah orang-orang yang memiliki akses terhadap keduanya. Secara konstruksi masyarakat, orang-orang tersebut memiliki akses karena mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk belajar mengenai politik ataupun memilih karier dalam menciptakan peluang ekonomi yang lebih baik. Sebagai perbandingan adalah misalnya seorang mahasiswa dan seorang tukang sampah, kita asumsikan filosofi John Rawls kita terapkan, mahasiswa mungkin lebih banyak mengetahui tentang adanya kebebasan dan kedudukan yang sama di dalam berpolitik dan memilih karier, sedangkan seorang tukang sampah dia sadar bahwa dia tidak punya cukup banyak waktu untuk mendapat akses pendidikan politik. Kesadaran realitas seorang tukang sampah justru lebih besar karena kalau ia tidak bekerja maka ia tidak dapat hidup. Jadi dimanakah letak keadilan menurut Rawls itu ketika persyaratan kebebasan dan kedudukan yang sama itu dihadapkan pada konstruksi masyarrakat yang tidak mengakomodir akses yang sama terhadap kebebasan berpolitik dan berekonomi?? Tanya kenapa..hehe Fitra: menanggapi dion. menurut saya itu adalah masalah implementasi saja. tapi pada kenyataannya seorang tukang sampah memiliki hak politik yang sama rata dengan siapapun. mungkin memang tidak banyak orang yang memanfaatkan hak untuk berpolitik ketika ada kesulitan ekonomi. permasalahan ekonomi yang dipaparkan menurut saya kurang tepat. karena berdasarkan pandangan saya, Rawls memberikan pandangan mengena kesetaraan atas akses. Mengenai penggunaan apakah individu tersebut mau memanfaatkan atau tidak ya terserah dengan keputusan individu tersebut. sama hal nya dengan orang yang golput dalam pemilu. demikian menurut pemahaman saya. mohon di kritisi kalau memang ada yang salah. Dion: menanggapi Fitra, betul fit, seorang tukang sampah itu juga punya hak politik.tetapi apakah dia tahu seluk beluk hak politiknya. Hak politik itu kan sebuah produk sosialisasi politik melalui sebuah pembelajaran politik yang kemudian kita tahu sebuah pembelajaran poltitik itu hadir kepada orang-orang yang lebih melek politik karena ia memiliki waktu yang lebih banyak untuk belajar politik. Hal berlaku dengan hak-hak yang lain. Boro-boro mikirin kayak gitu, memikirkan urusan perutnya aja udah susah.

Aldo: Terdapat beberapa argumen utama dalam konsep 'Justice' yang ditawarkan oleh Rawls. Pertama, Rawls menekankan pada pentingnya pengakuan akan kesetaraan pada tiap individu pada suatu kesatuan 'society' sebagai penghormatan terhadap HAM. Kesetaraan tersebut dapat menjadi indikator bahwa setiap individu memiliki akses yang proporsional dalam upayanya memenuhi kepentingannya, baik secara individu maupun komunal, dalam melawan suatu hagemon yang koersif. Kedua, Rawls berargumen bahwa demi menjamin perlindungan dan pemenuhan HAM,

maka eksistensi suatu institusi politik sangat diperlukan. Hal tersebut digunakan sebagai refleksi kekuatan yang memiliki legitimasi dalam menciptakan stabilitas dan harmoni ditengah kumpulan individu yang berusaha mencapai kepentingannya masing-masing. Sistem politik yang dapat mengakomodir prinsip keadilan ini salah satunya menurut Rawls adalah sistem demokrasi-sosialis. Saya setuju dengan beberapa pendapat Rawls. Pertama, terminologi yang Ia tekankan secara berulang-ulang adalah 'Justice'. Rawls tidak menggunakan terminologi 'Fair/Fairness' dalam upayanya memberikan eksplanasi akan kondisi dunia yang lebih sejahtera. Pasalnya, terdapat perbedaan filosofis antar kedua terminologi ini. Justice menekankan pada obligasi moral secara komunal untuk mewujudkan suatu kondisi yang lebih adil dan setara. Adil dan setara yang dimaksud disini adalah persamaan hak-hak yang diperoleh oleh tiap individu baik secara teknis maupun non-teknis. Sementara fairness menekankan pada persamaan akses dan kompetisi antar individu, dengan mengesampingkan Dion: Do, saya tidak sepakat dengan kata akaes yang proporsional untuk mencapai kepentingan yang kamu utarakan di dalam perspektif Rawl. Sudah jelas di dalam masyarakat liberal, akses terhadap hak-hak itu sendiri sudah tidak proporsional oleh karena adanya perbedaan kapasitas untuk berkompetisi di masyarakat liberal , kita bisa ngomongin HAM tentunya kalo semua orang sudah betul mengerti temtang HaM itu apa sebagai contoh. Namun adanya persaingan kompetisi di alam liberal membuat akses terhadap sebuah pendidikan politik pun tersegmentasi..jurang kompetensi yang ada. Kedua, konsep demokrasi-sosialis itu sendiri. Rawls menekankan pula pada sistem ekonomi egaliterian dalam mewujudkan suatu sistem yang memiliki implikasi positif bagi society. Dalam sistem demokrasi yang ideal, yang seharusnya memiliki kontrol penuh terhadap agenda kenegaraan adalah masyarakat. Kemudian, melalui berbagai institusi dan mekanisme, demokrasi mencoba mereduksi potensi abuse of power dengan menawarkan mekanisme separation of power antar institusi-institusi yang menjadi suprastruktur kenegaraan. Hal ini pun berjalan secara simultan dengan prinsip-prinsip sosialisme yang mencoba menghilangkan eksploitasi yang dilakukan oleh kelas dominan terhadap kelas subordinan. Aldo: Saya pun tidak memberikan argumen bahwa saya mendukung set masyarakat yang terinfiltrasi prinsip-prinsip liberalisme, tong. Yang sangat saya dukung disini adalah konsepsi yang ditawarkan oleh Rawls itu sendiri. Malahan saya berasumsi bahwa Rawls yang hidup dari tahun 1921-2002 merasakan munculnya arus deras liberalisme pada tahun-tahun produktifnya (mari anggap dari usia 15-64 tahun, yang berarti tahun 1936-1985). Melihat kondisi masyarakat yang semakin jauh dari nilai-nilai justice, kemudian negara yang menjadi instrumen kekuasaan bagi kelas-kelas dominan, serta demokrasi yang erat dengan nilai-nilai perjuangan vandalis, Rawls pun menawarkan suatu alternatif sistem yang Ia sebut demokratis-sosialis. Begitu....

Dhatu: Saya masih 50:50 mengenai pemikiran John Rawls ini. Konsepsi mengenai keadilan dalam tatanan sosial memberikan peluang terciptanya kesetaraan dan kebebasan di berbagai bidang bagi setiap individu dalam masyarakat. Kebebasan dasar tersebut meliputi kesempatan yang sama dalam bidang politik dan sosial, kepemilikan kekayaan, dll. Kebebasan dan kesetaraan tersebut tentu diharapkan mampu menciptakan tatanan sosial yang adil dan damai sesuai dengan HAM. Namun yang perlu dicermati lagi ialah hubungan antara kesempatan yang sama dalam pemanfaatan kekayaan alam, dan ketimpangan ekonomi dan sosial yang mengancam. Konstruksi sosial yang muncul justru memperlihatkan bahwa keadilan yang ditawarkan masih saja memberikan efek ketidaksetaraan di beberapa bidang terkait ekonomi. Shabrina: Teori keadilan yang diusung oleh Rawls menurut saya masih terlalu abstrak. Rawls menganggap justice as fairness. Menurut Rawls, masyarakat adalah kumpulan individu yang ingin bersatu namun disatu sisi masing-masing individu tersebut membawa hak yang berbeda dan tidak bisa dilebur dalam kehidupan sosial. Diperlukan sebuah pengaturan yang adil untuk mempertukan hak-hak tersebut demi memenuhi kepentingan bersama. Sebuah sistem yang fair, free, dan equal menjadi penting bagi Rawls di sini. Nah yang ingin saya kritisi dari konsep rawls ini adalah, tidak ada sebuah keadilan yang universal di dunia. Tidak ada indikator pasti yang menentukan apakah sebuah sistem itu fair, free, dan equal. untuk mengeneralkan sebuah keadilan adalah hal yang sulit karena setiap manusia memiliki nilai yang berbeda-beda dan karena itu menurut saya mempercayai keadilan yang berbeda-beda juga. seperti misalnya konsep kemerdekaan berpolitik di US akan berbeda dengan di Cina. kebebasan berpendapat di Indonesia akan berbeda dengan di Australia. Nah hal-hal seperti ini yang membuat teori keadilan Rawls masih terlalu 'abstrak' karena tidak ada satu justice yg universal

2. John Rawls telah memaparkan filosofi-filosofi bagaimana keadilan yang baik bagi masyarakat internasional. Namun apakah sistem internasional sudah menerapkan konsep keadilan dari Rawls? Jika iya, apa contohnya. Jika tidak, berikan alasannya.

Nia: Menurut saya sistem internasional saat ini belum menerapkan konsep Rawls, karena masih ada kesenjangan antara negara berkembang dengan negara maju. hal ini terlihat misalnya dalam berbagai perundingan, negara maju memiliki hak veto misalnya, sementara negara berkembang tidak memiliki hak yang sama. selain itu dunia internasional menurut saya tidak mengenal difference principle. ketidaksamaan sosial dan ekonomi malah cenderung merugikan anggota masyarakat yang tidak diuntungkan (dalam hal ini negara berkembang).

Diah: saya melihat sesungguhnya sudah ada usaha dari dunia internasional untuk menerapkan konsepsi dari Rawls ini. terlihat dengan adanya "Aid for Trade" ataupun perlakuan khusus terhadap negara leas-developed dalam WTO ataupun perjanjian internasional lainnya. Hal ini dapat dilihat sebagai bentuk implementasi dari "unequal distribution" untuk kebaikan lebih banyak umat manusia. Meski demikian sampai saat ini memang masih belum mencapai tingkat efektifitas seperti yang diharapkan oleh banyak pihak terutama menyangkut keadilan secara keseluruhan. Hal ini tentunya kembali lagi bawah keadilan yang sempurna itu sangatlah bersifat subjektif dan hampir tidak mungkin untuk dapat dicapai. Tetapi dalam dunia internasional sudah ada usaha untuk mengadaptasi pandangan Rawls ini. Fitra: kalau dikatakan menerapkan konsep keadilan Rawls secara utuh menurut saya tidak. karena banyak pemikir sebelumnya yang memiliki aspirasi yang sama pada masa yang berbeda. meski demikian secara akar pemikiran, konsep yang dipaparkan oleh Rawl menjadi dasar penerapan Hak Asasi Manusia yang bersifat universal, setara dan tidak mengenal batas negara. Aldo: terdapat beberapa argumen Rawls yang dapat disetujui dan beberapa yang tidak. Pertama, Rawls menekankan pada pentingnya pengakuan akan kesetaraan pada tiap individu pada suatu kesatuan 'society' sebagai penghormatan terhadap HAM. Dalam konteks ini, konstelasi politik internasional pun mulai menjadikan HAM sebagai salah satu isu krusial semenjak Perang Dunia II berakhir. Melalui Universal Declaration of Human Rights yang diadopsi oleh Majelis Umum PBB, dapat terlihat urgensi akan pemenuhan hak-hak manusia dalam isu-isu internasional. Kemudian, isu inipun mulai menjadi penting pula bagi aktor-aktor negara. Negara mulai menerapkan prinsipprinsip yang menjunjung tinggi HAM dan kebebasan dengan menganut sistem demokrasi. Namun pada tahap implementatif, seringkali ditemukan bahwa perlindungan HAM masih merupakan slogan. Ironisnya, kasus ini seringkali ditemukan di negara-negara yang menganut sistem demokrasi. Contoh yang paling besar adalah pelarangan Wikileaks oleh pemerintah Amerika Serikat dan mayoritas negara-negara anggota Uni Eropa. Padahal negara-negara tersebut menganut sistem demokrasi dan menjunjung tinggi kebebasan pers. Kedua, Rawls berargumen bahwa demi menjamin perlindungan dan pemenuhan HAM, maka eksistensi suatu institusi politik sangat diperlukan. Institusi politik yang dimanifestasikan dalam negara menjadi suatu enigma tersendiri dalam dunia politik. Apabila dilihat dari perspektif pluralis, negara hanyalah fasilitator bagi common will dari masyarakat. Namun, negara pun hanya menjadi kelas opresor dalam perspektif instrumentalis. Negara digunakan sebagai instrumen kaum-kaum tertentu demi menindas kaum yang lemah. Dalam konstelasi internasional, rasanya hampir seluruh negara penganut sistem demokrasi-liberal menjadi instrumen kelas-kelas elit. Hal ini dapat terlihat dari implikasi negatif yang diakibatkan oleh Structural Adjustment Program yang ditawarkan oleh WTO. Kebijakan ini

membuat negara-negara berkembang tidak dapat bersaing di pasar global dan justru mengalami banyak kerugian. Dhatu: konsep justice yang ditawarkan oleh Rawls menurut saya masih belum sepenuhnya disisipkan pada tatanan sistem internasional saat ini. Terlepas dari keadilan yang masih abstrak (menurut saya) ini, keberadaan sistem intenasional justru secara tidak langsung mendorong semakin terfragmentasinya aktor-aktor internasional akibat dari ketimpangan / kesenjangan antara negara maju dan berkembang. Saya setuju dengan Puteri, sistem internasional saat ini belum sepenuhnya menerapkan apa yang disebut difference principle. Saya ingin mengaitkan hal ini dengan mekanisme pelaksanaan PBB dan WTO. Prinsip-prinsip equal liberty of principle tentu dapat terlihat dalam mekanisme kedua organisasi internasional tersebut. Namun apakah kedudukan masing-masing negara sudah sepenuhnya equal? Saya justru menganggap keberadaan hak veto dan intervensi yang digagas oleh DK PBB menjadi batu sandungan keadilan yang berbasiskan kebebasan dan kesetaraan. Lebih jauh, saya merasa pembelaan atas HAM masih saja dibalut dengan tendensi politik. Namun meskipun begitu usaha-usaha yang mencirikan keadilan sudah mulai terlihat pada WTO. Mekanisme pemberian hak yang sama bagi negara berkembang untuk catch-up terhadap negara maju seringkali muncul pada ranah ini. Dion: kita harus menjabsrkan terlebih dahulu di siniterminologidari sistem internasional itu seperti apa. Apakahyang dimaksud dengan sistem internasional kontemporer itu yang mengandaikan adanya kondisi interdependensi yang membuat kebebasan ekonomi, politik, HAM itu diberlakukan. Kalau merujuk pada terminologi ini saya kira, sistem internasional telah memaksa mau tidak mau negara harus turut serta dalam prinsip-prinsip liberalisme di dalam kehidupan bernegaranya. Sistem Internasional sudah mati-matian menciptakan prinsip liberalnya namuntidak pada keadilan atas kebebasan individu karena pada dasarnya keadilan itu tidak bisa bersifat individu melainkan ditopang oleh sebuah sejarah histrois materialis dari tiap masyarakat tertentu.

3. Secara tidak langsung, Rawls menginginkan terciptanya harmoni dalam sebuah hubungan ekonomi maupun politik. Karena dalam Differences Principle, pihak yang paling tidak diuntungkan pun harus mendapat keuntungan yang lebih. Sehingga hasil akhir keuntungan yang didapat menjadi sama. Bagaimana pendapat teman-teman ttg Differences Principle tsb, dilihat dari sudut realis ?

Dhatu: saya termasuk orang yang pesimis jika menanggapi difference principle dengan menggunakan kacamata realis. Konsep kedaulatan dan cita-cita nasional setiap negara sebagai aktor utama tentu berbeda-beda. Konstruksi adil dan untung tentu dimaknai menjadi lebih sempit,

dalam artian keberadaan aktor lain menjadi suatu hal yang tidak cukup penting untuk turut diakomodasi. Yang ada bukanlah murni distribusi keuntungan, tetapi justru bantuan yang didasari oleh tendensi politik. Sehingga pelaksanaan differences principle menurut saya tidak cukup sejalan dengan pandangan realis. Fitra: saya agak bingung gimana menjelaskannya. hmmm mungkin kalau dr perspektif realis maka "keuntungan yang sama" adalah hal yang mustahil karena realis berpendapat dari sudut kepentingan individu (kelompok yg mengikat seperti negara) yang didahulukan jadi selama kepentingan individu tersebut terpenuhi maka tidak menjadi persoalan bagaimana dengan keuntungan pihak lain, selama tidak mengganggu keuntungan yang sudah dimiliki. seperti itu kira-kira. Aldo: Difference Principle yang dipresentasikan oleh Rawls menyatakan bahwa ketidakadilan dalam distribusi kekayaan diizinkan apabila ditujukan bagi kaum yang paling dirugikan dalam masyarakat. Alasannya adalah karena tiap anggota dari masyarakat memiliki hak yang sama terhadap kekayaan yang ada. Salah satu atribut natural dari hak individu adalah hak akan kekayaan material yang ada. Kemudian, demi mewujudkan kondisi original, perlu ada suatu mekanisme yang meminimalisir resiko. Pejabat negara harus memikirkan skenario terburuk apabila masyarakat kelas bawah tidak dipedulikan. Menyadari dua alasan tersebut, maka negara pun mendistribusikan kekayaan yang ada. Apabila melihat dari sudut pandang realis yang menggunakan 'negara' sebagai unit analisis utama, maka kebijakan untuk mendistribusi kekayaan kepada masyarakatnya tidaklah relevan. Pasalnya, segala kekayaan seharusnya menjadi milik negara demi mempertahankan diri mereka dari ancaman negara lain. Kaum realis memiliki empat prinsip utama dalam ajarannya. Pertama, 'state security is paramount'. Keselamatan negara merupakan struktur pembentuk otoritas dan legitimasi, bukan masyarakat. Kedua, kelangsungan hidup negara sebagai harta. Dalam sistem yang anarkis, keamanan tidak pernah terjamin sehingga dibutuhkan segala faktor yang dapat mendukung predictability dari kekuatan negara. Ketiga, 'state power as key variable'. Dalam kasus Difference Principle ini, kekayaan negara dapat dialokasikan demi membentuk kekuatan negara yang lebih mumpuni. Prinsip keempat, distribusi kekuatan yang sistemik. Kekuatan negara yang satu dengan lainnya mempengaruhi sistem yang ada dan menjadi determinan antara perang dan perdamaian. Apabila kekayaan negara didistribusikan kepada masyarakat, maka asumsinya adalah masyarakat dapat secara bebas menggunakan kekayaan tersebut untuk berbagai tujuan. Namun menurut kaum realis, seharusnya tujuan utamanya adalah memperkuat negara, memperkuat pertahanan dan kemampuan untuk menyerang, serta bertahan dari set internasional yang anarkis. Dion: Sebenarnya saya bingung karena kalau melihat asumsi dasar dari perspektif realis adalah negara sebagai aktor dan di dalam konteks john rawls kita lebih banyak ngomongin tentang individu equality jadi mungkin hal ini kurang begitu synchronize. Mungkin yang dimaksud adalh

tentang pertentang kepentingan dalam upaya mencapai keadilan. Stand saya sudah jelas di awal. Bahwa sistem liberalisme yang dibawa oleh Rawls dalam uapay mencapai keadialn kendatipun itu melalui differences principle tidak relevan karena siapa yang akan menjamin adanya akses yang lebih terhadap orang-orang yang kurang terperhatikan haknya. Mungkin negara bisa melakukannya namun kita melihat bahwa di dalam sistem demokrasi yang masih muda, masih sulit untuk melihat hak individu secara lebih signifikan. Mengenai konsep Rawls tentang demokratis-sosialis yang Aldo bilang itu saya jg kurang mengerti, nanti mungkin bisa dijelaskan. Namun secara garis besar saya belum melihat relevansi pemikiran Rawls tentang fairness mampu diaplikasikan di sebuah negara yang masih beranjak mencari pilar-pilar demokrasi dan juga keadilan Rawls baru tercipta ketika seseorang sudah secara bebas, setiap orang, bisa mengakses hak-haknya secara sama oleh karena struktur sosialnya yang sudah mampu mengakomodir hal tersebut. Nia: nah iyaa itu juga menurutku membingungkan. Mungkin dalam tataran praktikalnya, bagaimana mengkondisikan agar pihak yang mendapatkan keuntungan mau membantu agar pihak yang tidak diuntungkan menjadi mendapat keuntungan juga. menurut saya ini tidak dapat dijelaskan dari perspektif realis, karena semua pihak pasti akan mengejar kepentingan masingmasing semaksimal mungkin.

Anda mungkin juga menyukai