NIM : 11171120000084 Prodi : Ilmu Politik B/1 1. Apa itu Demokrasi? Secara etimologi, demokrasi berasal dari Yunani yang terbagi atas dua kata yaitu Demos yang berarti “rakyat” dan Kratos yang berarti “kekuasaan/kekuatan”. demokrasi mencakup prinsip kembar kontrol rakyat atas proses pembuatan keputusan kolektif dan kesamaan hak- hak dalam menjalankan kendali itu. Sejauh prinsip-prinsip ini dilaksanakan dalam proses pembuatan keputusan suatu perkumpulan, kita bisa menyebut perkumpulan itu demokratis. Demokrasi juga membutuhkanrakyat yang bijaksana, pembatasn kekuasaan, aturan hukum, juga hak asasi manusia dan hak sipil. 2. Dari mana asal gagasan tentang demokrasi? Gagasan bahwa masyarakat biasa harus diberi hak bersuara dalam pembuatan keputusan-keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka merupakan gagasan yang muncul sebagai suatu aspirasi dalam sejarah perkembangan masyarakat-masyarakat dunia. Gagasan itu mencapai bentuk kelembagaan klasik di athena pada abad kelima dan keempat sebelum masehi. Sejak awal abad kelima, ketika kualifikasi kekayaan sebagai syarat untuk menduduki jabatan publik dihapuskan, setiap warga athena mempunyai hak yang sama untuk mengambil bagian secara pribadi dalam diskusi-diskusi dan pemberian suara di lembaga perwakilan yang membahas masalah- masalah hukum dan berbagai kebijakan menyangkut kehidupan komunitas. 3. Apakah hak asasi manusia itu? Diantara para filsuf moral dan politik terdapat kesepakatan bahwa ada suatu hak yang disebut hak asasi manusia. Namun demikian, belum ada ksepakatan tentang apakah hak-hak asasi manusia itu, apa alasan pembenarnya, dan apa yang menjadi prioritas diantara hak-hak tersebut sebagai contoh, beberapa teoretisi hak asasi, misalnya Maurice Cranston dan R.S. Downie, berpendapat bahwa hak asasi terbatas pada hak sipil dan politik dan tidak mencakup hak ekonomi atau kesejahteraan. Sebaliknya, teoretisi lain seperti Alan Gewirth dan Richard Wasserstorm berependapat bahwa hak untuk sejahtera sebagai manusia merupakan hak asasi, di mana kesejahteraan tersebut mencakup pertimbangan ekonomi atau kesejahteraan. 4. Mengapa demokrasi perwakilan disebut demokrasi liberal? Pertama-tama ada alasan yang bersifat historis. Kebanyakan negara barat menjadi liberal sebelum mereka menjadi demokratis. Artinya, mereka mencapai tatanan konstitusional liberal sebelum mereka menjamin adanya hak-hak politis universal atau mengembangkan partai-partai politik. Unsur terpenting dari tatanan seperti itu adalah: tunduknya pemerintah atau eksekutif pada hukum yang disepakati oleh suatu parlemen hasil pemilu (rule of law); terjaminnya hak-hak individu atas kebebasan berpendapat, berserikat dan bergerak; adanya suatu lembaga hukum yang cukup terbebas dari pengaruh parlemen maupun eksekutif untuk bertindak sebagai pengawas pelaksanaan hukum dan hak-hak individu. 5. Apakah keputusan mayoritas selalu demokratis? Adalah kesalah pahaman untuk menyamakan demokrasi dengan pemerintahan mayoritas. Jika kita menerima istilah demokrasi secara harfiah sebagai pemerintahan oleh rakyat, itu berarti pemerintah oleh seluruh rakyat, bukan oleh kelompok tertentu. dengan kata lain, ciri demokrasi yang paling menentukan adalah semua orang memiliki hak yang sama dalam pembuatan keputusan, sementara keputusan yang dibuat oleh mayoritas hanyalah suatu piranti prosedural untuk mengatasi peselisihan pendapat ketika metode- metode lain (diskusi, amandemen, kompromi) telah dipakai sepenuhnya tetapi gagal. Tentu saja keputusan mayoritas harus lebih demokratis daripada yang dibuat minoritas. Kesimpulan dan Saran Demokrasi yang kini menjadi sistem yang paling banyak digunakan di dunia dengan alasan bahwa rakyat adalah penguasa sesungguhnya, sungguh menjadi pandangan baik bagi kaum-kaum yang mencintai hak asasi, dan ini sangat mulia karena bisa diasumsikan bahwa prinsip demokrasi ini mengatakan bahwa seluruh rakyat “sama”. Namun pada kenyataannya disetiap sisi putih pasti mempunyai sisi hitam, bahwa dibalik mulianya sistem demokrasi yang dapat membantu masyarakat menghindari oligarki, demokrasi tetaplah menjadi anak kandung dari liberal. Liberal adalah sangat menekankan kebebasan pada setiap orang dan terkadang kebebasan yang sangat tinggi ini malah menurunkan tingkat adab dan kesopanan seseorang, seperti di Amerika Serikat yang sangat bebas. Bebas berpakaian dan sebagainya, tentu itu sangat bertentangan dengan budaya ketimuran Indonesia yang terkenal adab baik dan budi pekertinya. Maka saran saya walau indonesia memakai sistem demokrasi, indonesia tidak boleh terang- terangan membebaskan rakyatnya dalam hal apapun. Harus tetap ada aturan yang berlaku agar tidak melampaui batas, karena Indonesia tetaplah negara beradab, bermoral, berbudi pekerti luhur walau bersistem demokrasi. Daftar pustaka David beetham & Kevin boyle. Demokrasi: 80 Tanya Jawab, Yogyakarta: KANSIUS, 2000. Roskin, G. Michael dkk. Pengantar ILMU POLITIK. Jakarta: KENCANA, 2016. Carol c. Gould. Demokrasi ditinjau kembali, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1993.