Anda di halaman 1dari 10

Demokrasi Menurut Iman Kristen

February 17, 2012 Agama, Kristen, Sosial

BAB I

PENDAHULUAN

Pengertian

Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan politik yang kekuasaan


pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara langsung (demokrasi langsung) atau melalui
perwakilan (demokrasi perwakilan). Istilah ini berasal dari bahasa Yunani δημοκρατία –
(dēmokratía) "kekuasaan rakyat", yang dibentuk dari kata δῆμος (dêmos) "rakyat" dan κράτος
(Kratos) "kekuasaan", merujuk pada sistem politik yang muncul pada pertengahan abad ke-5
dan ke-4 SM di negara kota Yunani Kuno, khususnya Athena, menyusul revolusi rakyat pada
tahun 508 SM. Dengan demikian, demokrasi dapat dimengerti sebagai:

1.      Bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan politiknya ditentukan sebagian besar oleh


rakyat biasa melalui wakil-wakil yang dipilih pada pemilihan berkala secara bebas.

2.      Suatu pemerintahan dimana kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat; sehingga demokrasi
merupakan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

3.      Sebuah keadaan yang didalamnya terdapat kebebasan, persamaan, dan permusyawaratan.


4.      Pandangan hidup yang dicerminkan dengan perlunya partisipasi dari setiap warga yang sudah
dewasa didalam membentuk nilai-nilai bersama didalam masyarakat.

Istilah demokrasi diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles sebagai suatu bentuk


pemerintahan, yaitu pemerintahan yang menggariskan bahwa kekuasaan berada di tangan
orang banyak (rakyat). Abraham Lincoln dalam pidato Gettysburgnya mendefinisikan
demokrasi sebagai "pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat". Hal ini berarti
kekuasaan tertinggi dalam sistem demokrasi ada di tangan rakyat dan rakyat mempunyai hak,
kesempatan dan suara yang sama di dalam mengatur kebijakan pemerintahan. Melalui
demokrasi, keputusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak.

Demokrasi terbentuk menjadi suatu sistem pemerintahan sebagai respon kepada


masyarakat umum di Athena yang ingin menyuarakan pendapat mereka. Dengan adanya
sistem demokrasi, kekuasaan absolut satu pihak melalui tirani, kediktatoran dan
pemerintahan otoriter lainnya dapat dihindari. Demokrasi memberikan kebebasan
berpendapat bagi rakyat, namun pada masa awal terbentuknya belum semua orang dapat
mengemukakan pendapat mereka melainkan hanya laki-laki saja. Sementara itu,
wanita, budak, orang asing dan penduduk yang orang tuanya bukan orang Athena tidak
memiliki hak untuk itu.

Di Indonesia, pergerakan nasional juga mencita-citakan pembentukan negara


demokrasi yang berwatak anti-feodalisme dan anti-imperialisme, dengan tujuan membentuk
masyarakat. Bagi Gus Dur, landasan demokrasi adalah keadilan, dalam arti terbukanya
peluang kepada semua orang, dan berarti juga otonomi atau kemandirian dari orang yang
bersangkutan untuk mengatur hidupnya, sesuai dengan apa yang dia inginkan. Masalah
keadilan menjadi penting, dalam arti setiap orang mempunyai hak untuk menentukan sendiri
jalan hidupnya, tetapi hak tersebut harus dihormati dan diberikan peluang serta pertolongan
untuk mencapai hal tersebut.

Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu tatanan yang diterima dan dipakai
oleh hampir seluruh negara di dunia. Ciri-ciri suatu pemerintahan demokrasi adalah sebagai
berikut: 

1.      Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik, baik


langsung maupun tidak langsung (perwakilan).

2.      Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi rakyat (warga
negara).

3.      Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.

4.      Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat
penegakan hokum
5.      Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.

6.      Adanya pers (media masa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan mengontrol
perilaku dan kebijakan pemerintah.

7.      Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan
rakyat.

8.      Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih) pemimpin
negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat.

9.      Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan, dan


sebagainya).

Sejarah

Sebelum istilah demokrasi ditemukan oleh penduduk Yunani, bentuk sederhana dari


demokrasi telah ditemukan sejak 4000 SM di Mesopotamia. Ketika itu,
bangsa Sumeria memiliki beberapa negara kota yang independen. Di setiap negara kota
tersebut para rakyat sering kali berkumpul untuk mendiskusikan suatu permasalahan dan
keputusan pun diambil berdasarkan konsensus atau mufakat.

Barulah pada 508 SM, penduduk Athena di Yunani membentuk sistem pemerintahan


yang merupakan cikal bakal dari demokrasi modern. Yunani kala itu terdiri dari 1,500 negara
kota (poleis) yang kecil dan independen. Negara kota tersebut memiliki sistem pemerintahan
yang berbeda-beda, ada yang oligarki, monarki, tirani dan juga demokrasi. Diantaranya
terdapat Athena, negara kota yang mencoba sebuah model pemerintahan yang baru masa itu
yaitu demokrasi langsung. Penggagas dari demokrasi tersebut pertama kali adalah Solon,
seorang penyair dan negarawan. Paket pembaruan konstitusi yang ditulisnya pada 594
SM menjadi dasar bagi demokrasi di Athena namun Solon tidak berhasil membuat
perubahan. Demokrasi baru dapat tercapai seratus tahun kemudian oleh Kleisthenes,
seorang bangsawan Athena. Dalam demokrasi tersebut, tidak ada perwakilan dalam
pemerintahan sebaliknya setiap orang mewakili dirinya sendiri dengan mengeluarkan
pendapat dan memilih kebijakan. Namun dari sekitar 150,000 penduduk Athena, hanya
seperlimanya yang dapat menjadi rakyat dan menyuarakan pendapat mereka.

Demokrasi ini kemudian dicontoh oleh bangsa Romawi pada 510 SM hingga 27


SM. Sistem demokrasi yang dipakai adalah demokrasi perwakilan dimana terdapat beberapa
perwakilan dari bangsawan di Senat dan perwakilan dari rakyat biasa di Majelis.

Pada perkembangan selanjutnya, konsep demokrasi ini banyak diambi alih sebagai
model pemerintahan di Negara-negara barat. Di Afrika demokrasi dijadikan sebagai alat
untuk menentang pemerintahan otoriter bangsa kulit putih terhadap bangsa Afrika.
Selanjutnya pemerintahan berbentuk demokrasi ini mulai diikuti oleh beberapa Negara-
negara di dunia.

BAB II

ISI

Bentuk-bentuk Demokrasi

Secara umum bentuk demokrasi ada 2, yaitu

·         Demokrasi langsung

Demokrasi langsung merupakan suatu bentuk demokrasi dimana setiap rakyat


memberikan suara atau pendapat dalam menentukan suatu keputusan. Dalam sistem ini,
setiap rakyat mewakili dirinya sendiri dalam memilih suatu kebijakan sehingga mereka
memiliki pengaruh langsung terhadap keadaan politik yang terjadi. Sistem demokrasi
langsung digunakan pada masa awal terbentuknya demokrasi di Athena dimana ketika
terdapat suatu permasalahan yang harus diselesaikan, seluruh rakyat berkumpul untuk
membahasnya. Di era modern sistem ini menjadi tidak praktis karena umumnya populasi
suatu negara cukup besar dan mengumpulkan seluruh rakyat dalam satu forum merupakan hal
yang sulit. Selain itu, sistem ini menuntut partisipasi yang tinggi dari rakyat sedangkan rakyat
modern cenderung tidak memiliki waktu untuk mempelajari semua permasalahan politik
negara.

·         Demokrasi perwakilan

Dalam demokrasi perwakilan, seluruh rakyat memilih perwakilan melalui pemilihan


umum untuk menyampaikan pendapat dan mengambil keputusan bagi mereka.

Demokrasi di Indonesia

            Negara Indonesia bertujuan melindungi dan mengsejahterakan rakyat sesuai dengan
pembukaan UUD 1945. Sehingga Indonesia menetapkan bahwa Indonesia akan menganut
sistem demokrasi pancasila. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang
mengutamakan musyawarah mufakat tanpa oposisi dalam doktrin Manipol USDEK disebut
pula sebagai demokrasi terpimpin merupakan demokrasi yang berada dibawah
komando Pemimpin Besar Revolusi kemudian dalam doktrin repelita yang berada dibawah
pimpinan komando Bapak Pembangunan arah rencana pembangunan dari pada suara
terbanyak dalam setiap usaha pemecahan masalah atau pengambilan keputusan, terutama
dalam lembaga-lembaga negara.
Prinsip dalam demokrasi Pancasila sedikit berbeda dengan prinsip demokrasi secara
universal. Ciri demokrasi Pancasila:

o   pemerintah dijalankan berdasarkan konstitusi

o   adanya pemilu secara berkesinambungan

o   adanya peran-peran kelompok kepentingan

o   adanya penghargaan atas HAM serta perlindungan hak minoritas.

o   Demokrasi Pancasila merupakan kompetisi berbagai ide dan cara untuk menyelesaikan


masalah.

o   Ide-ide yang paling baik akan diterima, bukan berdasarkan suara terbanyak.

Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi konstitusional dengan mekanisme


kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan negara dan penyelengaraan pemerintahan
berdasarkan konstitusi yaitu Undang-undang Dasar 1945. Sebagai demokrasi pancasila terikat
dengan UUD 1945 dan pelaksanaannya harus sesuai dengan UUD 1945. Prinsip pokok
demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut:

1.      Perlindungan terhadap hak asasi manusia

2.      Pengambilan keputusan atas dasar musyawarah

3.      Peradilan yang merdeka berarti badan peradilan (kehakiman) merupakan badan


yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan kekuasaan lain
contoh Presiden, BPK, DPR atau lainnya

4.      adanya partai politik dan organisasi sosial politik karena berfungsi untuk


menyalurkan aspirasi rakyat

5.      Pelaksanaan Pemilihan Umum

6.      Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar (pasal
1 ayat 2 UUD 1945)

7.      Keseimbangan antara hak dan kewajiban

8.      Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral kepada Tuhan YME, diri


sendiri, masyarakat, dan negara ataupun orang lain

9.      Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional

10.  Pemerintahan berdasarkan hukum, dalam penjelasan UUD 1945 dikatakan:


a. Indonesia ialah negara berdasarkan hukum (rechtstaat) dan tidak berdasarkan kekuasaan
belaka (machtstaat)

b. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat absolutisme


(kekuasaan tidak terbatas)

c. Kekuasaan yang tertinggi berada di tangan rakyat.

Demokrasi Menurut Iman Kristen

Apabila kita berbicara mengenai demokrasi, maka kita tidak dapat memisahkannya
dengan negara. Dalam kisah Penciptaannya, negara memang tidak disebut. Walaupun
demikian, Allah menciptakan manusia sebagai individu sekaligus mahluk sosial. Setelah
manusia jatuh ke dalam dosa, munculah fenomena yang lain. Di dalam kejadian 11 kita
membaca tentang kelahiran bangsa-bangsa. Kisah ini segera diikuti oleh kejadian 12
mengenai pemilihan Abraham. Di bagian ini dikatakan bahwa Allah akan membentuk sebuah
bangsa yang besar, bangsa plihan Allah sendiri. Tetapi, Israel kemudian tidak disebut sebagai
“bangsa”, tetapi sebagai “umat”. “Umat” menekankan kasamaan kedudukan antara manusia,
yang satu tidak menguasai yang lain sebab semuanya diikat oleh ketaatan kepada Allah saja.
Dengan demikian, para ahl perjanjian Lama menyimpulkan bahwa “umat” adalah sebuah
masyarakat teokratis yang demokratis.

Dari uraian mengenai bangsa Israel, kita mengetahui bahwa pada awalnya
pemerintahan teokratis yang dipimpin Allah mengandung gaya demokrasi. Kuncinya adalah
di dalam sistem pemerintahan tersebut terdapat kesamaan kedudukan antar-manusia dan tidak
ada yang saling menguasai. Inilah prinsip demokrasi. Inilah juga yang menjadi prinsip
kristiani. Selama berabad-abad para politikus, flsuf, dan rohaniawan setuju bahwa
kekristenan ibarat ibu yang melahirkan sistem demokrasi. Kekristenan memberi dasar konsep
imago Dei dalam diri setiap manusia. Demokrasi mengaturnya dan mengakui persamaannya
pada diri setiap manusia.

Gregory Vlastos menjelaskan bahwa ada hubungan iman Kristen dan demokrasi.
Dalam iman Kristen, demokrasi memiliki makna ketika kasih manjadi motivasi dan keadilan
menjadi tujuan.

Tradisi Kristen menekankan bahwa setiap manusia memiliki martabat untuk manjadi
seorang pelaku moral yang bebas. Kebebasan itu diungkapakan dalam bentuk keputusan dan
tindakan pribadi yang memungkinkan kehidupan bersama dapat berlangsung. Di samping itu
juga manusia memiliki martabat sebagai seorang pekerja (pelayan) yang memungkinkan
kehidupan bersama menjadi nyata. Menurut iman Kristen, kasih dapat dinyatakan bila setiap
orang memberikan dirinya bagi pelayanan dalam masyarakat.
Berdasarkan hal di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa setiap orang Kristen wajib
berperan aktif dalam kehidupan demokrasi. Hal ini dapat diwujudkan antara lain dengan turut
berpartisipasi aktif dalam pemilu, menjadi anggota partai politik, turut serta aktif dalam
pengambilan keputusan yang mengatur kehidupan bersama, dan bentuk-bentuk kegiatan
politik lainnya.

Memang, haruslah diakui bahwa dalam pengambilan keputusan yang mengatur


kehidupan bersama. Iman Kristen menegaskan bahwa semua kuasa berasala dan hanyan milik
Allah. Kuasa adalah pemberian Allah yang harus dipertanggungjawabkan dalam pelayanan
masyarakat. Oleh karena itu, setiap orang Kristen yang terlibat dalam berbagai kegiatan
politik wajib menyuarakan suara kenabian. Suara kenabian itu didasarkan pada nilai-nilai
universal, yaitu: menegakkan keadilan, menyatakan kebenaran, menghormati kebebasan yang
bertanggung jawab, memperjuangkan kesetaraan, dan mempraktikan kasih terhadap semua
orang.

Kelamahan yang selama ini terjadi adalah orang Kristen cenderung menghidari
ketrlibatan dalam aktivitas yang “berbau” politik. Politik hanya dianggap sebagai urusan
orang-orang tertentu saja, yang terlibat di partai politik (anggota DPR/DPRD), atau
pemerintahan. Warga gereja lainnya cukup menjadi “penonton”. Padahal, sadar atau tidak, di
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara semua warga negara akan
menanggung dampak dari setiap keputusan politik yang ditetapkan. Dengan berpartisipasi
aktif di dalam kegiatan politik, orang Kristen turut menata kehidupan bersama, sekaligus
merupakan upaya kita untuk mewujudkan nilai-nilai demokrasi yang sesuai dengan iman
Kristen.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Demokrasi adalah suatu pemerintahan di mana kekuasaan tertinggi ada di tangan


rakyat; sehingga demokrasi merupakan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat. Indonesia adalah negara yang tergolong demokrasi sosial kebebesan beragama
terbukti, Depertemen Agama dibentuk dalam melaksanakan isi UUD 1945 pasal 29. Pasal
tersebut berbunyi, Ayat (1) Negara berdasar atas ke-Tuhanan Yang Maha Esa; Ayat (1)
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaanya itu. Dalam UUD 1945 pasal 29
tercantum kalimat “Agama dan Kepercayaanya itu.”

Menurut kaidah bahasa Indonesia dan berdasarkan penjelasan Bung Hatta bahwa
kata-kata “itu” dibelakang kata “kepercayaan” dalam pasal tersebut menunjukan makna
kesatuan diantara agama dan kepercayaan. Namun yang terjadi hidup beragama masih warnai
dengan berbagai tindakan radikalisme, kurang toleransi, muncul dalam bentuk aksi-aksi
kekerasan massa.

Saran

Melihat kejadian-kejadian seperti diatas pemerintah harus lebih transparan pada


penerapan demokrasi di Indonesia. Selain itu, perlunya toleransi umat beragama. Fanatisme
terhadap kepercayaan pribadi tidak bisa dipaksakan pada orang lain. Karena itu, negara wajib
melindungi pemeluk agama. Karena itu, negara tidak boleh mentolerir pengerusakan tempat
ibadah. Negara harus menindak tanpa pandang bulu. Baik kekerasan yang mengatasnamakan
agama dan pelanggaran HAM.

Oleh sebab itu negara harus memiliki komitmen terhadap HAM. Maka pemerintah
sebagai penyelenggara negara harus mencegah dan menentang setiap pelanggaran hal-hal di
atas. Karena penegakan HAM salah satu fondasi dari pilar demokrasi. Dan ketegasan negara
sebagai pemilik otoritas mengadili seadil-adilnya bagi mereka yang memaksakan kehendak
terhadap agama lain. Hal ini harus direalisasikan negara, jika tidak penegakan HAM tidak
pernah akan ada atau malah tetap sebagai negara demokrasi abu-abu. Hak menganut agama
merupakan kebebasan mengembangkan agamanya, bahkan mendirikan sekte (aliran) baru
harus dilindungi negara. Karena itu krustitusi negara harus menjamin kebebasan untuk semua
orang.

Sumber: Wikipedia, Google

Kajian dan Analisis Sistem Komunikasi Indonesia

Pandangan Kristen tentang Pancasila


Submitted by admin on Thu, 08/02/2018 - 13:41
 
 Karakter
Pancasila lahir dari sebuah tantangan yang perlu dijawab. Ia dilahirkan dari kenyataan ketika bangsa ini
menghadapi masalah yang amat mendesak dan menentukan, yaitu: negara macam apa yang harus
dibangun atau dibentuk supaya tetap bersatu akibat dari adanya kemajemukan suku, agama, ras, dll..
Dengan didasarkan pada kemajemukan tersebut, bangsa Indonesia rentan terhadap perpecahan.
Kemajemukan bangsa Indonesia bukanlah berarti tidak melahirkan suatu konsep pandangan hidup bangsa;
itu terwujud dengan lahirnya Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia. Dengan kata lain, Pancasila
digunakan sebagai petunjuk hidup, pedoman hidup serta sebagai penunjuk arah bagi semua aktivitas
hidup masyarakat Indonesia dalam segala bidang.

Pancasila berfungsi sebagai cita-cita yang selalu diusahakan untuk dicapai oleh tiap-tiap orang Indonesia
sehingga diharapkan bisa terwujud. Oleh karena itu, yang mungkin dapat dikemukakan ialah bahwa
pelaksanaan Pancasila dalam hidup bermasyarakat tidak boleh bertentangan dengan norma agama
maupun norma-norma yang telah ada dalam masyarakat.

Indonesia adalah negara yang penuh dengan kontradiksi. Indonesia adalah negara Islam terbesar di dunia,
dalam artian mempunyai jumlah penduduk yang beragama Islam terbanyak. Di sisi lain, Indonesia pernah
mempunyai partai komunis yang terkuat setelah Cina dan Rusia. Di pihak lain, di Indonesia juga terdapat
banyak gereja.

Pancasila telah menjadi payung bagi kemajemukan bangsa Indonesia. Ia mempunyai daya tarik emosional
tersendiri. Ia menjadi ideologi, dan berfungsi sebagai pandangan hidup. Nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila adalah nilai-nilai yang digali dari budaya bangsa, yang mencerminkan sikap dan tingkah laku
bangsa Indonesia.

Dari segi iman Kristen, kita dapat melihat bahwa ada hubungan yang cukup erat antara Pancasila dan
iman Kristen. Ini tercermin dari nilai-nilai yang dikandung oleh keduanya. Kita percaya bahwa Tuhan yang
mengutus agama Kristen ada di Indonesia dalam rangka pelaksanaan panggilan orang-orang percaya di
segala tempat dan di sepanjang masa untuk menjadi saksi-Nya.
Pancasila dalam Perpekstif Iman Kristen
Moralitas bagi kehidupan setiap individu ditentukan oleh agama, nilai-nilai budaya setempat, juga
ditentukan oleh keadaan suatu bangsa. Dalam hal ini, bangsa Indonesia, tempat Pancasila dengan
falsafah dan pandangan hidupnya, merupakan bagian yang penting dalam membentuk moralitas dan
perilaku masyarakatnya.

Filsafat yang sejati haruslah berdasarkan pada agama. Apabila filsafat tidak didasarkan pada agama dan
hanya semata-mata berdasarkan akal pikir saja, filsafat tersebut tidak akan memuat kebenaran secara
objektif. Sebab, yang memberikan penerangan dan putusan adalah akal pikir, sedangkan kesanggupan
akal pikir terbatas. Karena itu, filsafat yang berdasarkan pada akal pikir tidak akan sanggup memberi
kepuasan bagi manusia.
Dalam Roma 13:1-2 disebutkan bahwa tiap-tiap orang harus tunduk kepada pemerintah yang di atasnya,
sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada
ditetapkan oleh Allah. Sebab itu, barangsiapa yang melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan
siapa yang melakukannya akan mendatangkan hukuman atas dirinya.
Umat Kristen, kita harus meyakini dan melakukannya dengan penuh tanggung jawab. Hal ini bukan berarti
bahwa kita menyerahkan diri kepada negara, melainkan kita menyerahkan diri kepada iman kita, yang
mengajarkan kepada kita untuk menjadi warga negara yang baik. Sebagai warga negara, gereja sadar
bahwa agama Kristen bukanlah negara, melainkan merupakan bagian dari negara, tempat agama Kristen
turut untuk menegakkan keadilan dan kebenaran.

Iman Kristen tidak mewajibkan orang-orang Kristen untuk membangun negara Kristen, tetapi mengajarkan
kepada umatnya untuk bersama-sama dengan masyarakat Indonesia lainnya untuk membangun bangsa
ini. Iman Kristen dengan Pancasila tidak dapat dicampuradukkan. Sebab, masing-masing mempunyai
falsafah tersendiri. Akan tetapi, dalam Pancasila terkandung nilai-nilai iman Kristen.

Dalam terang pengakuan dan kepercayaan itulah, kita, sebagai umat Kristen, berpartisipasi sepenuhnya
dalam usaha bangsa dan negara kita untuk melanjutkan pembangunan nasional sebagai pengamalan dari
sila-sila Pancasila. Dengan demikian, baik itu nilai-nilai Pancasila yang sangat diyakini kebenarannya
maupun nilai-nilai kristiani yang menjadi dasar untuk berperilaku dan bertindak dalam penerapannya
tergantung pada masing-masing individu, apakah mau melakukannya atau tidak.

Penutup
Pancasila adalah jiwa, pandangan hidup serta falsafah hidup bangsa Indonesia. Sikap mental, tingkah
laku bangsa Indonesia mempunyai ciri khas, yang artinya dapat dibedakan dengan bangsa lain. Ciri inilah
yang dimaksudkan dengan kepribadian. Kepribadian bangsa Indonesia adalah Pancasila.

Umat Kristen, dalam iman yang diyakininya, mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan
moral bangsa karena apa yang dijabarkan oleh Pancasila mengenai nilai-nilai hidup tercermin dalam iman
Kristen.

Dengan demikian, iman Kristen harus menjadi pedoman bagi warga gereja dalam mengamalkan
Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai