BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian
2. Suatu pemerintahan dimana kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat; sehingga demokrasi
merupakan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu tatanan yang diterima dan dipakai
oleh hampir seluruh negara di dunia. Ciri-ciri suatu pemerintahan demokrasi adalah sebagai
berikut:
2. Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi rakyat (warga
negara).
4. Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat
penegakan hokum
5. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
6. Adanya pers (media masa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan mengontrol
perilaku dan kebijakan pemerintah.
7. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan
rakyat.
8. Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih) pemimpin
negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat.
Sejarah
Pada perkembangan selanjutnya, konsep demokrasi ini banyak diambi alih sebagai
model pemerintahan di Negara-negara barat. Di Afrika demokrasi dijadikan sebagai alat
untuk menentang pemerintahan otoriter bangsa kulit putih terhadap bangsa Afrika.
Selanjutnya pemerintahan berbentuk demokrasi ini mulai diikuti oleh beberapa Negara-
negara di dunia.
BAB II
ISI
Bentuk-bentuk Demokrasi
· Demokrasi langsung
· Demokrasi perwakilan
Demokrasi di Indonesia
Negara Indonesia bertujuan melindungi dan mengsejahterakan rakyat sesuai dengan
pembukaan UUD 1945. Sehingga Indonesia menetapkan bahwa Indonesia akan menganut
sistem demokrasi pancasila. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang
mengutamakan musyawarah mufakat tanpa oposisi dalam doktrin Manipol USDEK disebut
pula sebagai demokrasi terpimpin merupakan demokrasi yang berada dibawah
komando Pemimpin Besar Revolusi kemudian dalam doktrin repelita yang berada dibawah
pimpinan komando Bapak Pembangunan arah rencana pembangunan dari pada suara
terbanyak dalam setiap usaha pemecahan masalah atau pengambilan keputusan, terutama
dalam lembaga-lembaga negara.
Prinsip dalam demokrasi Pancasila sedikit berbeda dengan prinsip demokrasi secara
universal. Ciri demokrasi Pancasila:
o adanya pemilu secara berkesinambungan
o Ide-ide yang paling baik akan diterima, bukan berdasarkan suara terbanyak.
5. Pelaksanaan Pemilihan Umum
6. Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar (pasal
1 ayat 2 UUD 1945)
7. Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Apabila kita berbicara mengenai demokrasi, maka kita tidak dapat memisahkannya
dengan negara. Dalam kisah Penciptaannya, negara memang tidak disebut. Walaupun
demikian, Allah menciptakan manusia sebagai individu sekaligus mahluk sosial. Setelah
manusia jatuh ke dalam dosa, munculah fenomena yang lain. Di dalam kejadian 11 kita
membaca tentang kelahiran bangsa-bangsa. Kisah ini segera diikuti oleh kejadian 12
mengenai pemilihan Abraham. Di bagian ini dikatakan bahwa Allah akan membentuk sebuah
bangsa yang besar, bangsa plihan Allah sendiri. Tetapi, Israel kemudian tidak disebut sebagai
“bangsa”, tetapi sebagai “umat”. “Umat” menekankan kasamaan kedudukan antara manusia,
yang satu tidak menguasai yang lain sebab semuanya diikat oleh ketaatan kepada Allah saja.
Dengan demikian, para ahl perjanjian Lama menyimpulkan bahwa “umat” adalah sebuah
masyarakat teokratis yang demokratis.
Dari uraian mengenai bangsa Israel, kita mengetahui bahwa pada awalnya
pemerintahan teokratis yang dipimpin Allah mengandung gaya demokrasi. Kuncinya adalah
di dalam sistem pemerintahan tersebut terdapat kesamaan kedudukan antar-manusia dan tidak
ada yang saling menguasai. Inilah prinsip demokrasi. Inilah juga yang menjadi prinsip
kristiani. Selama berabad-abad para politikus, flsuf, dan rohaniawan setuju bahwa
kekristenan ibarat ibu yang melahirkan sistem demokrasi. Kekristenan memberi dasar konsep
imago Dei dalam diri setiap manusia. Demokrasi mengaturnya dan mengakui persamaannya
pada diri setiap manusia.
Gregory Vlastos menjelaskan bahwa ada hubungan iman Kristen dan demokrasi.
Dalam iman Kristen, demokrasi memiliki makna ketika kasih manjadi motivasi dan keadilan
menjadi tujuan.
Tradisi Kristen menekankan bahwa setiap manusia memiliki martabat untuk manjadi
seorang pelaku moral yang bebas. Kebebasan itu diungkapakan dalam bentuk keputusan dan
tindakan pribadi yang memungkinkan kehidupan bersama dapat berlangsung. Di samping itu
juga manusia memiliki martabat sebagai seorang pekerja (pelayan) yang memungkinkan
kehidupan bersama menjadi nyata. Menurut iman Kristen, kasih dapat dinyatakan bila setiap
orang memberikan dirinya bagi pelayanan dalam masyarakat.
Berdasarkan hal di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa setiap orang Kristen wajib
berperan aktif dalam kehidupan demokrasi. Hal ini dapat diwujudkan antara lain dengan turut
berpartisipasi aktif dalam pemilu, menjadi anggota partai politik, turut serta aktif dalam
pengambilan keputusan yang mengatur kehidupan bersama, dan bentuk-bentuk kegiatan
politik lainnya.
Kelamahan yang selama ini terjadi adalah orang Kristen cenderung menghidari
ketrlibatan dalam aktivitas yang “berbau” politik. Politik hanya dianggap sebagai urusan
orang-orang tertentu saja, yang terlibat di partai politik (anggota DPR/DPRD), atau
pemerintahan. Warga gereja lainnya cukup menjadi “penonton”. Padahal, sadar atau tidak, di
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara semua warga negara akan
menanggung dampak dari setiap keputusan politik yang ditetapkan. Dengan berpartisipasi
aktif di dalam kegiatan politik, orang Kristen turut menata kehidupan bersama, sekaligus
merupakan upaya kita untuk mewujudkan nilai-nilai demokrasi yang sesuai dengan iman
Kristen.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Menurut kaidah bahasa Indonesia dan berdasarkan penjelasan Bung Hatta bahwa
kata-kata “itu” dibelakang kata “kepercayaan” dalam pasal tersebut menunjukan makna
kesatuan diantara agama dan kepercayaan. Namun yang terjadi hidup beragama masih warnai
dengan berbagai tindakan radikalisme, kurang toleransi, muncul dalam bentuk aksi-aksi
kekerasan massa.
Saran
Oleh sebab itu negara harus memiliki komitmen terhadap HAM. Maka pemerintah
sebagai penyelenggara negara harus mencegah dan menentang setiap pelanggaran hal-hal di
atas. Karena penegakan HAM salah satu fondasi dari pilar demokrasi. Dan ketegasan negara
sebagai pemilik otoritas mengadili seadil-adilnya bagi mereka yang memaksakan kehendak
terhadap agama lain. Hal ini harus direalisasikan negara, jika tidak penegakan HAM tidak
pernah akan ada atau malah tetap sebagai negara demokrasi abu-abu. Hak menganut agama
merupakan kebebasan mengembangkan agamanya, bahkan mendirikan sekte (aliran) baru
harus dilindungi negara. Karena itu krustitusi negara harus menjamin kebebasan untuk semua
orang.
Pancasila berfungsi sebagai cita-cita yang selalu diusahakan untuk dicapai oleh tiap-tiap orang Indonesia
sehingga diharapkan bisa terwujud. Oleh karena itu, yang mungkin dapat dikemukakan ialah bahwa
pelaksanaan Pancasila dalam hidup bermasyarakat tidak boleh bertentangan dengan norma agama
maupun norma-norma yang telah ada dalam masyarakat.
Indonesia adalah negara yang penuh dengan kontradiksi. Indonesia adalah negara Islam terbesar di dunia,
dalam artian mempunyai jumlah penduduk yang beragama Islam terbanyak. Di sisi lain, Indonesia pernah
mempunyai partai komunis yang terkuat setelah Cina dan Rusia. Di pihak lain, di Indonesia juga terdapat
banyak gereja.
Pancasila telah menjadi payung bagi kemajemukan bangsa Indonesia. Ia mempunyai daya tarik emosional
tersendiri. Ia menjadi ideologi, dan berfungsi sebagai pandangan hidup. Nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila adalah nilai-nilai yang digali dari budaya bangsa, yang mencerminkan sikap dan tingkah laku
bangsa Indonesia.
Dari segi iman Kristen, kita dapat melihat bahwa ada hubungan yang cukup erat antara Pancasila dan
iman Kristen. Ini tercermin dari nilai-nilai yang dikandung oleh keduanya. Kita percaya bahwa Tuhan yang
mengutus agama Kristen ada di Indonesia dalam rangka pelaksanaan panggilan orang-orang percaya di
segala tempat dan di sepanjang masa untuk menjadi saksi-Nya.
Pancasila dalam Perpekstif Iman Kristen
Moralitas bagi kehidupan setiap individu ditentukan oleh agama, nilai-nilai budaya setempat, juga
ditentukan oleh keadaan suatu bangsa. Dalam hal ini, bangsa Indonesia, tempat Pancasila dengan
falsafah dan pandangan hidupnya, merupakan bagian yang penting dalam membentuk moralitas dan
perilaku masyarakatnya.
Filsafat yang sejati haruslah berdasarkan pada agama. Apabila filsafat tidak didasarkan pada agama dan
hanya semata-mata berdasarkan akal pikir saja, filsafat tersebut tidak akan memuat kebenaran secara
objektif. Sebab, yang memberikan penerangan dan putusan adalah akal pikir, sedangkan kesanggupan
akal pikir terbatas. Karena itu, filsafat yang berdasarkan pada akal pikir tidak akan sanggup memberi
kepuasan bagi manusia.
Dalam Roma 13:1-2 disebutkan bahwa tiap-tiap orang harus tunduk kepada pemerintah yang di atasnya,
sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada
ditetapkan oleh Allah. Sebab itu, barangsiapa yang melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan
siapa yang melakukannya akan mendatangkan hukuman atas dirinya.
Umat Kristen, kita harus meyakini dan melakukannya dengan penuh tanggung jawab. Hal ini bukan berarti
bahwa kita menyerahkan diri kepada negara, melainkan kita menyerahkan diri kepada iman kita, yang
mengajarkan kepada kita untuk menjadi warga negara yang baik. Sebagai warga negara, gereja sadar
bahwa agama Kristen bukanlah negara, melainkan merupakan bagian dari negara, tempat agama Kristen
turut untuk menegakkan keadilan dan kebenaran.
Iman Kristen tidak mewajibkan orang-orang Kristen untuk membangun negara Kristen, tetapi mengajarkan
kepada umatnya untuk bersama-sama dengan masyarakat Indonesia lainnya untuk membangun bangsa
ini. Iman Kristen dengan Pancasila tidak dapat dicampuradukkan. Sebab, masing-masing mempunyai
falsafah tersendiri. Akan tetapi, dalam Pancasila terkandung nilai-nilai iman Kristen.
Dalam terang pengakuan dan kepercayaan itulah, kita, sebagai umat Kristen, berpartisipasi sepenuhnya
dalam usaha bangsa dan negara kita untuk melanjutkan pembangunan nasional sebagai pengamalan dari
sila-sila Pancasila. Dengan demikian, baik itu nilai-nilai Pancasila yang sangat diyakini kebenarannya
maupun nilai-nilai kristiani yang menjadi dasar untuk berperilaku dan bertindak dalam penerapannya
tergantung pada masing-masing individu, apakah mau melakukannya atau tidak.
Penutup
Pancasila adalah jiwa, pandangan hidup serta falsafah hidup bangsa Indonesia. Sikap mental, tingkah
laku bangsa Indonesia mempunyai ciri khas, yang artinya dapat dibedakan dengan bangsa lain. Ciri inilah
yang dimaksudkan dengan kepribadian. Kepribadian bangsa Indonesia adalah Pancasila.
Umat Kristen, dalam iman yang diyakininya, mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan
moral bangsa karena apa yang dijabarkan oleh Pancasila mengenai nilai-nilai hidup tercermin dalam iman
Kristen.
Dengan demikian, iman Kristen harus menjadi pedoman bagi warga gereja dalam mengamalkan
Pancasila.