Anda di halaman 1dari 20

Disusun oleh : erine valery sahureka

Xi ips 1
Sejarah peminatan

SMANSA JAYAPURA
2021/2022

1. PAHAM DEMOKRASI
- Pengertian :
Menurut etimologi
“demokrasi” terdiri dari dua kata Yunani yaitu “demos”yang berarti rakyat atau
penduduk suatu tempat dan “cratein”atau “cratos” yang berarti kekuasaan dan
kedaulatan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)


demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut
serta memerintah dengan perantaraan wakilnya yang terpilih.

Berikut pendapat para ahli tentang apa itu demokrasi :


Aristoteles mengemukakan bahwa demokrasi ialah suatu kebebasan atau
prinsip demokrasi ialah kebebasan, karena hanya melalui kebebasanlah
setiap warga negara bisa saling berbagi kekuasaan didalam negaranya.

Harris Soche menjelaskan bahwa demokrasi ialah suatu bentuk


pemerintahan rakyat, karenanya kekuasaan pemerintahan melekat pada
rakyat juga merupakan HAM bagi rakyat untuk mempertahankan, mengatur
dan melindungi diri dari setiap paksaan dalam suatu badan yang diserahkan
untuk memerintah.

Abraham Lincoln mengartikan demokrasi itu ialah pemerintah dari rakyat,


oleh rakyat dan untuk rakyat.

Kranemburg mengemukakan demokrasi sesuai dengan pengertian dasarnya


yakni memerintah rakyat.

- Perkembangan paham Demokrasi


Paham demokrasi telah berkembang sejak zaman Yunani Kuno. Masyarakat Yunani
Kuno telah mengenal sistem demokrasi langsung sehingga semua orang dapat
berpartisipasi dalam memutuskan suatu perkara.
Kondisi ini tercipta karena pada saat itu Yunani masih berbentuk negara kota (polis)
dengan jumlah penduduk sedikit. Akan tetapi seiring perkembangan zaman dan
makin kompleksnya permasalahan pemerintahan, sistem demokrasi langsung
dianggap tidak lagi efektif untuk diterapkan dalam pemerintahan.
oleh karena itu, para pemikir demokrasi modern seperti John Locke dan Montesquieu
mencetuskan ide demokrasi tidak langsung .

Berikut adalah pelaksanaan demokrasi di beberapa negara sebagai berikut:

1. Demokrasi di Yunani
Yunani Kuno telah menerapkan sistem demokrasi sejak awal abad VI-IV sebelum
masehi. Penerapan demokrasi tersebut menunjukkan peradaban Yunani Kuno telah
berpikir modern. Demokrasi yang dipraktikkan oleh masyarakat yunani kuno pada
masa itu adalah demokrasi langsung (direct democracy). Berdasarkan sistem
demokrasi langsung, rakyat memiliki hak ikut serta dalam mengambil segala
keputusan bersifat politik. Pelaksanaan demokrasi pada masa Yunani Kuno masih
terbatas untuk golongan tertentu, yaitu orang-orang yang berstatus warga resmi
Yunani Kuno. Penduduk yang berstatus sebagai budak, pedagang asing, anak-anak
dan kaum perempuan tidak memiliki hak demokrasi.
Demokrasi di Yunani Kuno dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran filsuf pada masa itu.
Salah satu filsuf yang berpengaruh pada masa itu adalah plato. Menurut plato,
demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang berasal dari rakyat. Rakyat yang
dimaksud oleh plato adalah para filsuf. Menurut plato, hanya para filsuf yang mampu
menentukan nilai-nilai kebaikan atau keburukan secara tepat. Plato menjadi peletak
dasar pemikiran demokrasi di Yunani Kuno. Pemikiran plato kemudian dikembangkan
oleh tokoh-tokoh lain yaitu chleisthenes, pericles dan demosthenes.
Chleisthenes terkenal atas jasanya melakukan pembaruan sistem pemerintahan di
kota athena. Chleisthenes membagi kota athena menjadi sepuluh kelompok. Setiap
kelompok memiliki pemimpin (demes). Setiap demes wajib mengutus seorang wakil
untuk duduk di bangku majelis
Pericles merupakan penggagas terciptanya hukum. Ia adalah tokoh yang pertama kali
mengusulkan hukum tertulis pada pemerintah Yunani ketika itu. Atas gagasan
tersebut pericles dianggap ahli hukum paling disegani di Yunani. Sementara itu,
Demosthenes berkontribusi menyampaikan gagasan-gagasan terbaik untuk
membangun pemerintahan ideal. Sebagai seorang sejarawan yang paling
berpengaruh pada masa itu, Demosthenes berusaha membangun Yunani dengan
sistem pemerintahan demokrasi ideal.

2. Demokrasi di Inggris
Inggris dikenal sebagai induk sistem parlementer (the mother of parliaments). Inggris
merupakan negara pertama yang menciptakan sistem parlemen. Anggota parlemen
dipilih rakyat melalui pemilu demokratis. Melalui pemilihan demokratis dan prosedur
parlementer, inggris dapat mengatasi masalah sosial sehingga menciptakan
kesejahteraan negara (welfare state). Sistem ini yang membedakannya dengan sistem
monarki absolut. Sistem monarki kontitusional di inggris di kombinasikan dengan
sistem demokrasi representatif yang berarti kekuasaan pemimpin kerajaan berada
dibawah kekuasaan rakyatnya. Akan tetapi, dalam sistem ini raja dan ratu masih
memiliki peranan tradisional di negaranya.
Sistem pemerintahan dan pelaksanaan demokrasi di inggris didasarkan pada
konstitusi yang tidak tertulis (tertulis). Konstitusi inggris tidak terkodifikasi dalam
satu naskah tertulis, tetapi tersebar dalam berbagai peraturan, hukum, dan konvensi.
Secara teknis parlemen inggris terdiri atas The crown (raja dan ratu), House of Lords
(Majelis tinggi), dan House of Commons (majelis rendah). Dari ketiga lembaga
tersebut hanya House of Commons yang memiliki kekuasaan dalam pemerintahan.
Seluruh aktivitas pemerintahan inggris berasal dari kebijakan perlemen. Anggota
kabinet termasuk perdana menteri bertanggungjawab kepada House of Commons.

3. Demokrasi di Prancis
Perkembangan demokrasi di prancis terjadi setelah peristiwa revolusi prancis pada
abad XVIII, Baron de montesquieu merupakan tokoh yang berperan penting bagi
perkembangan demokrasi di prancis. Pemikiran montesquieu mengenai demokrasi
terdapat dalam buku berjudul spirits of the laws (1748). Dalam buku tersebut
montesquieu menjelaskan dalam setiap pemerintahan terdapat tiga kekuasaan, yang
meliputi legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Konsep pembagiam kekuasaan ini dikenal
dengan istilah Trias Politica. Hingga saat ini komsep pemerintahan ini menjadi role
model bagi pemerintahan di beberapa negara.

4. Demokrasi di Amerika Serikat


Perhatikan kutipan berikut!
“Tuhan mengaruniakan beberapa hak asasi kepada manusia di antaranya life, liberty,
and the persuit of happiness (hidup, kemerdekaan, dan mencapai kebahagiaan). Hak-
hak tersebut dapat terjamin apabila pemerintahan memegang prinsip pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.”
Kutipan di atas terdapat dalam Declaration of Independence. Decralation of
Idependence merupakan deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat yang ditandatangani
pada 1776. Dalam Declaration of Independence disebutkan bahwa dengan
menyelenggarakan pemerintahan atas nama dan untuk rakyat (demokrasi) hak-hak
asasi manusia harus dipenuhi.
Perkembangan demokrasi di Amerika Serikat tidak lepas dari peran Abraham Lincoln.
Menurut Abraham Lincoln, demokrasi merujuk pada pemerintahan yang berasal dari,
oleh, dan untuk rakyat. Berdasarkan hak asas demokrasi, pemerintahan
diselenggarakan atas nama rakyat dan dibatasi oleh konstitusi atau undang-undang.
Pembatasan tersebut bertujuan menjamin kekuasaan pemerintahan agar tidak
disalahguakan oleh pemerintahan dan hak-hak warga dapat terjamin.

- Hubungan antar paham demokrasi dan nasionalisme Asia-Afrika


Pada awalnya demokrasi berkembang di negara-negara Barat. Selanjutnya,
demokrasi menyebar dan berkembang di negara-negara kawasan Asia dan Afrika.
Perkembangan demokrasi turut memengaruhi gerakan nasionalisme di Asia dan
Afrika.

1. Pengaruh Demokrasi di Asia


Demokrasi menyebar ke berbagai negara di dunia setelah Revolusi Amerika dan
Revolusi Prancis. Demokrasi di Asia muncul bersamaan dengan praktik kolonialisme
bangsa-bangsa Eropa. Bagi bangsa-bangsa Asia, demokrasi menjadi senjata bagi
kaum nasionalis untuk menentang kolonialisme. Perkembangan demokrasi tersebut
mendorong bangsa-bangsa di Asia yang terjajah berupaya mem-perjuangkan
kemerdekaannya. Beberapa negara tersebut antara lain India, Jepang, dan Indonesia.

Penerapan demokrasi di India tecermin dari pembentukan All Indian National


Congress dan Moeslem League. Kedua organisasi ini memiliki pengaruh kuat dalam
kongres rakyat India. India melakukan perlawanan terhadap imperialisme Inggris
melalui pembentukan organisasi modern. Sementara itu, demokrasi di Jepang mulai
diterapkan pada masa pemerintahan Kaisar Meiji. Ia menghapus praktik feodal yang
berpengaruh besar dalam sistem pemerintahan. Dalam perkembangannya, Kaisar
Meiji membagi kekuasaan menjadi tiga, yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Adapun pengaruh demokrasi di Filipina terlihat saat Jose Rizal membentuk Liga
Filipina.

Perkembangan demokrasi turut memengaruhi perjuangan kaum nasionalis Indonesia.


Kaum nasionalis yang telah mengenal konsep demokrasi mulai mendirikan organisasi
perjuangan seperti Indische Partij dan Sarekat Islam. Kedua organisasi tersebut
menuntut hak kebebasan berkumpul, menyatakan pendapat, dan menentukan nasib
sendiri. Tuntutan tersebut dipenuhi pemerintah kolonial Belanda dengan membentuk
dewan rakyat (volksraad) sebagai wadah untuk menyalurkan aspirasi politik rakyat
kepada pemerintah kolonial Belanda.Pada 19 September 1939 Gabungan Politik
Indonesia (GAPI) menuntut pemerintah kolonial Belanda agar memperhatikan
aspirasi rakyat Indonesia untuk membentuk pemerintahan sendiri dengan
pembentukan suatu perwakilan rakyat. GAPI melaksanakan kampanye di berbagai
daerah tentang gagasan ”Indonesia Berparlemen”. Kampanye tersebut bertujuan
menyadarkan rakyat tentang pentingnya pembentukan tata negara demokratis di
Indonesia.

2. Pengaruh Demokrasi di Afrika


Bangsa-bangsa Eropa yang menjajah Afrika Selatan menerapkan dikotomi terhadap
penduduk asli Afrika yang dikenal dengan politik apartheid. Politik apartheid, yaitu
politik pemisahan penduduk kulit putih (Eropa) dari penduduk asli yang berkulit
hitam (Afrika Selatan). Penerapan dikotomi tersebut mendorong perlawanan rakyat
Afrika Selatan yang dimotori oleh Nelson Mandela. Perlawanan tersebut berbuah
kemenangan pada 1990. Selanjutnya, Partai Kongres Afrika Selatan yang sebelumnya
dibekukan kembali diizinkan untuk beraktivitas oleh pemerintah Afrika Selatan.

Pada pemilu 1994 Partai Kongres Afrika Selatan berhasil meraih kemenangan dan
Nelson Mandela terpilih menjadi Presiden Afrika Selatan. Dengan kemenangan
kelompok kulit hitam, demokrasi di Afrika Selatan pun dapat berkembang.
Kebebasan berpendapat pun mulai diakui. Dalam perkembangan-nya, kebebasan
berpendapat dapat disalurkan melalui media massa yang bermunculan setelah
kemerdekaan. Akan tetapi, demokrasi di Afrika tidak dapat berkembang dengan baik
seperti di Asia. Pada 2010-an di kawasan Afrika Utara, berkembang fenomena Arab
Spring. Arab Spring merupakan gerakan perlawanan terhadap pemerintahan otoriter
dan bertujuan mendorong demokratisasi di kawasan Afrika Utara. Gerakan Arab
Spring diharapkan mampu menginspirasi para pemuda di Afrika Selatan dan Afrika
Tengah untuk mempercepat demokratisasi.

2. PAHAM LIBERALISME
- Pengertian
Liberalisme berasal dari kata liberal dan isme. Liberal berarti berpandangan bebas dan
terbuka, isme berarti paham. Liberalisme dapat diartikan sebagai suatu paham yang
menghendaki adanya kebebasan, terutama kebebasan individu dalam berbagai
bidang baik itu di dalam bidang politik, ekonomi, ataupun agama.

- Perkembangan paham Liberalisme


awal perkembangan liberalisme terjadi di inggris pada 1215. Saat itu raja John
mengeluarkan piagam Magna Charta yang menjaminkebebasan hak individu. Piagam
Magna Charta menjadi langkah awal pembatasan kekuasaan absolut para raja inggris.
Dampaknya, raja inggris tidak diizinkan memungut pajak tanpa persetujuan majelis
agung yang terdiri atas para bangsawan. Oleh karena itu, penetapan piagam Magna
Charta tersebut disebut sebagai awal kemunculan liberalisme.
Liberalisme di inggris terus berkembang saat terjadi revolusi gemilang (The Glorious
Revolution) pada 1688. Revolusi gemilang menghasilkan persetujuan undang-undang
rakyat (Bill of Right). Bill of Right berisi penghapusan beberapa kekuasaan raja serta
memberikan jaminan terhadap hak-hak dasar dan kebebasan masyarakat inggris.
Revolusi gemilang dan Bill of Right menyebabkan kekuasaan raja di inggris makin
berkurang. Liberalisme makin berkembang ketika John Locke menulis buku berjudul
Two Treatises of Government (1690). Dalam buku tersebut John Locke menyatakan
negara atau pemerintah memiliki tugas mejamin hak-hak dasar rakyat. Adapun hak-
hak dasar yang dimaksud oleh John Locke antara lain hak hidup; hak memiliki
sesuatu; serta hak beropini, beragama dan berbicara. Semangat liberalisme yang
berkembang di inggris pada masa itu turut menginspirasi revolusi prancis pada 1780.
Revolusi ini bertujuan mendobrak kekuasaan absolut raja dan kesewenang-wenangan
raja. Liberalisme di prancis tidak lepas dari pemikiran Voltaire, Montesquieu, dan J.J
Rousseau. Revolusi yang terjadi di prancis tersebut digerakkan oleh kaum borjuis dan
melibatkan seluruh rakyat prancis. Revolusi prancis pun berhasil menumbangkan
kekuasaan raja yang absolut.
Perkembangan Liberalisme di Berbagai Bidang
Sebagai suatu paham atau ideologi, liberalisme terwujud dalam berbagai segi
kehidupan manusia. Berikut penjelasan perkembangan liberalisme dalam bidang
politik, agama, kebudayaan, dan ekonomi.

1. Liberalisme di Bidang Politik


Liberalisme politik muncul sebagai reaksi atas sistem monarki absolut yang
berkembang di Eropa. Sebelum abad XX, masyarakat hidup di bawah tekanan
dan kekuasaan bangsawan atau gereja. Menurut J.J. Rousseau dalam buku berjudul
Du Contract Social: Ou Principes Du Droit Politique, sasaran liberalisme politik adalah
terwujudnya suatu pemerintahan demokrasi yang berakar pada individu dan
meletakkan kedaulatan pada individu serta nasionalisme. Oleh karena itu, setiap
bangsa bebas menentukan nasibnya.

Liberalisme dalam bidang politik melahirkan pengertian tentang negara demokrasi.


Para penganut liberalisme menginginkan adanya pembatasan kekuasaan negara.
Monarki absolut yang berlangsung
saat itu dianggap tidak relevan lagi. Oleh karena itu, liberalisme politik berkaitan
dengan demokrasi. Demokrasi yang dikembangkan kelompok
liberalis adalah demokrasi liberal. Seperti yang diungkapkan John Stuart Mill bahwa
tujuan utama politik adalah mendorong setiap anggota masyarakat untuk
bertanggung jawab. Tujuan itu dapat terpenuhi apabila setiap anggota masyarakat
terlibat aktif dalam pembuatan keputusan yang menyangkut hidup
mereka.

2. Liberalisme di Bidang Agama


Liberalisme agama muncul saat renaisans mulai berkembang di Italia pada abad XVIII.
Perkembangan liberalisme agama pada masa ini ditandai dengan terjadinya konflik
antara pendukung negara kota yang bebas melawan pendukung paus. Pada masa
ini berkembang pemikiran bahwa manusia bukan lagi semata-mata alat dari kehendak
Tuhan. Manusia adalah individu yang menjadi pusat segala peristiwa di dunia. Tokoh
liberalisme agama saat itu antara lain Leonardo da Vinci, Francis Bacon, Guicciardini,
dan Desiderius Erasmus. Pemikiran dan karya mereka mampu mengguncang
kekuasaan pendeta dan paus. Sejak saat itu, kekuasaan gereja perlahan-lahan
mengalami penurunan dan tidak lagi menjadi lembaga yang memiliki kekuasaan
penuh. Masyarakat Eropa pun mulai memperoleh kebebasan, terutama dalam
kegiatan beragama.

Liberalisme di bidang agama sebenarnya bertujuan memperjuangkan kemerdekaan


jiwa setiap individu. Mereka ingin merdeka dalam memilih di antara hal-hal baik dan
buruk. Mereka juga ingin merdeka dalam memilih agama. Dengan kata lain,
liberalisme menuntut kemerdekaan beragama.

3. Liberalisme di Bidang Kebudayaan


Kehidupan sosial dan budaya juga tidak dapat terhindar dari pengaruh liberalisme.
Penganut liberalisme menentang keras campur tangan penguasa dalam kehidupan
kebudayaan. Liberalisme kebudayaan menentang intervensi penguasa dalam bidang
sastra, seni, dan aktivitas akademik. Liberalisme di bidang budaya menekankan pada
hak-hak pribadi yang berkaitan dengan cara hidup. Liberalisme dalam bidang
kebudayaan mengakibatkan tumbuh suburnya kebudayaan-kebudayaan asing.
Perkembangan kebudayaan asing yang tidak terkontrol berdampak buruk bagi
kelangsungan kebudayaan lokal.

4. Liberalisme di Bidang Ekonomi


Liberalisme di bidang ekonomi melahirkan ekonomi liberal yang menitikberatkan
pada kebebasan individu untuk memenuhi kebutuhan dan mengembangkan usaha.
Apabila setiap individu memiliki kebebasan untuk memenuhi kebutuhannya,
kebutuhan masyarakat akan terpenuhi. Oleh karena itu, ekonomi liberal menolak
adanya campur tangan pemerintah dan menghendaki perdagangan bebas.
Liberalisme ekonomi memegang prinsip Laisser Faire, Laisser Passer, yaitu produksi
bebas dan perdagangan bebas. Dalam sejarah Eropa, ekonomi liberal melahirkan
kapitalisme yang kemudian memunculkan kolonialisme dan imperialisme.

Liberalisme ekonomi juga mendukung kepemilikan harta pribadi dan menentang


peraturan-peraturan pemerintah yang membatasi hak-hak terhadap harta pribadi.
Paham ini bermuara pada kapitalisme melalui pasar bebas. Ekonomi yang berlaku di
pasar harus berjalan sesuai perputaran modal yang ada. Sementara itu, negara tidak
diperkenankan melakukan intervensi dalam bentuk apa pun. Dalam liberalisme
ekonomi, Adam Smith menjadi tokoh paling terkemuka melalui bukunya The Wealth
of Nation. Adam Smith menyatakan masyarakat akan sejahtera jika peran negara
dalam aktivitas pasar sedikit dan masyarakat dapat men-jalankan kegiatan
perekonomian sepenuhnya.

- Hubungan antara paham Liberalisme dan Nasionalisme Asia-Afrika


Dalam konteks nasionalisme, liberalisme memberikan pandangan bahwa setiap
individu ataupun bangsa harus merdeka dari penindasan atau penjajahan bangsa lain.
Gagasan kebebasan yang terdapat dalam liberalisme kemudian memunculkan
nasionalisme di wilayah jajahan bangsa-bangsa eropa.

Di indonesia liberalisme dibawa oleh belanda pada masa kolonial. Dengan semangat
liberalisme, pada 1870 pemerintah kolonial belanda mulai menjalankan politik pintu
terbuka dan politik etis. Dengan kebijakan tersebut, indonesia terbuka bagi para
pengusaha swasta (kapitalis). Artinya, pemilik modal dapat menanamkan modalnya
di indonesia untuk usaha diberbagai bidang, seperti perkebunan, pertambangan,
perindustrian, dan perdagangan.

Selain di indonesia, perkembangan liberalisme memengaruhi gerakan nasionalisme di


afrika. Gerakan liberalisme di kawasan afrika berhasil memerdekakan mesir. Pada
awalnya wilayah mesir dan sebagian afrika utara termasuk bagian wilayah kekuasaan
turki ottoman. Perkembangan liberalisme di afrika memunculkan keinginan bangsa
mesir untuk lepas dari kekuasaan turki ottoman (turki utsmani). Selanjutnya terjadi
perlawanan menentang kekuasaan turki ottoman.

3. PAHAM SOSIALISME
- Pengertian
Secara harfiah sosialisme diambil dari kata socius yang berarti Kawan dan Logos yang
berarti Ilmu. Sosialisme diartikan sebagai paham atau gerakan yang menghendaki
terwujudnya suatu masyarakat yang disusun secara kolektif agar menjadi suatu
masyarakat yang bahagia.
Dengan demikian, sosialisme menitikberatkan perjuanganya pada masyarakat.
Sosialisme adalah sebuah paham yang mengutamakan kesetaraan, kesejahteraan dan
keadilan, sebagai fokus utama yang diibaratkan sebagai kawan: yang adil, yang
sejahtera dan setara.

Berikut adalah beberapa pendapat tokoh-tokoh tentang definisi sosialisme :


1. Definisi Sosialisme menurut Gerald Braunthal adalah "suatu teori ekonomi dan
politik yang menekankan pentingnya peranan Komusial dan Pemerintah dalam
menguasai alat-alat produksi dan distribusi barang.

2. Definisi Sosialisme menurut Kenneth J. Arrow adalah "suatu sistem ekonomi


dimana sebagian besar keputusan ekonomi diambil dalam satuan yang dikuasai
berbagai bagian struktur negara atau para pekerja."

3. Definisi Sosialisme menurut Teuku May Rudy adalah "paham yang beranggapan
bahwa kepentingan bersama atau kepentingan umum harus diutamakan dari
kepentingan individu."

4. Definisi Sosialisme menurut Sutan Syahrir adalah " sosialisme adalah suatu ajaran
dan gerakan untuk mencari keadilan di dalam kehidupan kemanusiaan."

5. Definisi Sosialisme menurut Ir. Sukarno adalah "sosialisme adalah bukan saja
merupakan suatu sistem masyarakat, sosialisme juga suatu tuntutan perjuangan,
yakni kemakmuran bersama."
- Perkembangan paham Sosialisme

Tokoh pertama yang mengemukakan ide sosialisme adalah Thomas More ( 1478-
1535). Ia menulis buku berjudul Utopia yang berisi tentang negara impian. Oleh karena
itu, ia dikenal sebagai tokoh berpaham sosialis utopis. Selanjutnya, cita-cita golongan
sosialis utopis direalisasikan oleh para pemikir sosialisme seperti Saint Simon (1760-
1825), Charles Fourier (1772-1837), Robert Owen (1771-1858), dan Louis Blanc (1811-
1882). Menurut Saint Simon, diperlukan upaya meningkatkan kesejahteraan hidup
manusia, terutama para pekerja dengan membangun rumah-rumah bagi kaum buruh,
lengkap beserta fasilitasnya. Charles Fourier berpendapat bahwa wilayah tertentu
diperlukan sebagai tempat tinggal yang memudahkan para pekerja saling
berkomunikasi dan bekerja sama. Sementara itu, pemikiran Robert Owen untuk
mengembangkan sosialisme antara lain melarang anak-anak menjadi buruh,
memperpendek jam kerja buruh, dan mendirikan rumah sakit. Perkembangan
sosialisme dipengaruhi oleh kondisi suatu masyarakat. Sosialisme bertujuan
menciptakan kesejahteraan bersama dalam masyarakat.

Di Eropa partai sosialis demokratis dipengaruhi Marxisme revisionis,solidaritas kelas


pekerja, dan pembentukan sosialis yang papa akhirnya melalui cara demokratis
sebagai alat untuk memperbaiki kekurangan system kapitalis. Periode tersebut
merupakan era menggejolaknya aktivitas sosialis.

Di Inggris dukungan terbesar terhadap gerakan sosialisme muncul dari Partai Buruh
mencerminkan pertumbuhan buruh dan perkembangannya suatu proses terhadap
susunan sosial yang lama. Pada awal pertumbuhan hanya memperoleh suara
(dukungan) yang kecil dalam perwakilannya di parlemen. Selanjutnya menjadi partai
yang lebih bersifat nasional setelah masuknya bekas anggota partai liberal.

Di Negara-negara Eropa lainnya seperti Perancis, Swedia, Norwegia, Denmark dan


juga Australia dan Selandia Baru partai-partai sosial berhasil memegang kekuasaan
pemerintahan melalui pemilu-pemilu bebas. Hal tersebut berarti kalau kita berbicara
sosialisme, maka kita menghubungkan dengan sosialisme demokrasi tipe reformasi
liberal. Hal ini perlu dibedakan dengan sosialisme otoriter atau komunisme seperti
yang terlihat di Soviet dan RRC.

Dalam konteks negara terbelakang/berkembang sosialisme mengandung banyak arti


pertama di dunia yang sedang berkembang sosialisme berarti cita-cita keadilan
sosial . Kedua istilah sosialisme di negara-negara berkembang sering berarti
persaudaraan, kemanusiaan dan perdamaian dunia yang berlandaskan hukum. Arti
Ketiga sosialisme di Negara berkembang ialah komitmen pada perancangan ( Willan
Ebenstein,1994: 248-249).
Melihat tersebut di atas arti sosialisme pada negara berkembang dengan negara yang
lebih makmur karena perbedaan situasi histories. Di dunia barat sosialisme tidak
diartikan sebagai cara mengindustrialisasikan negara yang belum maju, tetapi cara
mendistribusikan kekayaan masyarakat secara lebih merata.

Sebaliknya, sosialisme di negara berkembang dimaksudkan untuk membangun suatu


perekonomian industri dengan tujuan menaikkan tingkat ekonomi dan pendidikan
masa rakyat , maka sosialisme di negara barat pada umumnya berkembang dengan
sangat baik dalam kerangka pemerintahan yang mantap (seperti di Inggris dan
Skandinavia) , sedangkan di negara berkembang sosialisme sering berjalan dengan
beban tardisi pemerintahan yang otoriter oleh kekuatan imperialism easing atau oleh
penguasa setempat.

Karena itu ada dugaan sosialisme di negara berkembang menunjukkan toleransi yang
lebih besar terhadap praktek otoriter dibandingkan dengan dengan yang terjadi
sosialisme di negara barat. Kalau negara-negara berkembang gagal dalam usahanya
mensintesakan pemerintahan yang konstitusional dan perencanaan ekonomi , maka
mereka menganggap bahwa pemerintahan konstitusional dapat dikorbankan demi
memperjuangkan pembangunan ekonomi yang pesat melalui perencanaan dan
pemilikan industri oleh negara.
- Hubungan antara paham Sosialisme dan Nasionalisme Asia-Afrika

- Asia
Asia merupakan salah satu kawasan penting dunia yang menjadi tujuan kolonialisme
bangsa-bangsa eropa. Kolonialisme tersebut menimbulkan penderitaan dan
kesengsaraan rakyat. Kesengsaraan akibat kolonialisme mendorong perkembangan
sosialisme dinegara-negara asia, khususnya asia tenggara. Vietnam, Laos, dan
Indonesia merupakan negara di kawasan asia tenggara yang mendapat pengaruh
sosialisme.
Sosialisme pertama kali masuk di indonesia dibawa oleh Hendricus Josephus
Sneevliet (Henk Sneevliet). Pada 1914 Henk Sneevliet mendirikan perkumpulan
sosialis demokrat hindia belanda yang diberi nama Indische Sociaal Democratische
Vereeniging (ISDV). Dari perkumpulan ini sosialisme berkembang di kalangan kaum
pergerakan bumiputra. Pada masa itu sosialisme digunakan oleh negara-negara
terjajah, termasuk indonesia untuk mewujudkan kemerdekaan. Perkembangan
sosialisme di indonesia ditandai dengan pembentukkan partai komunis indonesia
(PKI). Dalam perkembangannya, PKI mampu menggeakkan massa untuk
memperjuangkan kemerdekaan. Meskipun demikian, dalam perkembangannya PKI
dibubarkan dan dinyatakan sebagai partai terlarang di indonesia.

- Afrika
Gerakan sosialis di afrika diawali dengan gerakan pembentukkan buruh dalam skala
kecil. Selanjutnya, sosialisme berkembang dalam skala besar dan menjadikan
sosialisme sebagai ideologi gerakan. Sosialisme di afrika dipengaruhi oleh hukum adat
yang berbeda di setiap suku di afrika. Kondisi ini di sebabkan oleh adanya pembagian
ras yang kurang tepat. Sosialisme di afrika diterapkan untuk mempertahankan
pengaruh negara-negara eropa di afrika. Prancis merupakan negara eropa yang
memiliki pengaruh besar di negara-negara afrika barat. Di kawasa afrika tengah
pengaruh sosialisme bangsa-bangsa eropa juga masih mendominasi. Sebagai contoh,
partai rakyat kongo yang berada dibawah serikat buruh dipengaruhi oleh campur
tangan orang-orang eropa.

Masalah utama yang dirasakan oleh rakyat di wilayah jajahan adalah kesejahteraan.
Pemerintah kolonial beserta kaum pemodal tidak pernah memikirkan peningkatan
kesejahteraan pada buruhnya. Di asia dan afrika kaum buruh ibarat sapi perah bagi
kaum pemodal. Kondisi inilah yang menyuburkan gerakan sosialisme di asia dan
afrika. Dalam perkembangannya, sosialisme tidak hanya mendorong perjuangan para
buruh, tetapi juga mendukung perjuangan kemerdekaan.
4. PAHAM NASIONALISME

- Pengertian
Secara etimologi kata nasionalisme berasal dari bahasa latin, yaitu natio yang artinya
disatukan karna kelahiran. Kata natio kemudian berkembang menjadi nasionalisme
yang berarti paham kebangsaan.

Dikutip dari laman resmi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Pusat Statistik,
berdasarkan pengertiannya, nasionalisme juga dibedakan menjadi nasionalisme
dalam arti sempit dan luas.

1) Nasionalisme dalam arti sempit


Perasaan kebangsaan atau cinta terhadap bangsanya yang sangat tinggi dan
berlebihan sehingga memandang rendah terhadap bangsa lain.

2) Nasionalisme dalam arti luas


Perasaan cinta yang tinggi atau banggga terhadap tanah air dan tidak memandang
rendah bangsa lain.

3) Menurut KBBI
Nasionalisme adalah paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri.

4)Ensiklopedi Nasional Indonesia


Nasionalisme adalah paham kebangsaan yang tumbuh karena adanya persamaan
nasib dan sejarah serta kepentingan untuk hidup bersama sebagai suatu bangsa yang
merdeka, bersatu, berdaulat, demokratis dan maju dalam satu kesatuan bangsa dan
negara serta cita-cita bersama guna mencapai, memelihara dan mengabdi identitas,
persatuan, kemakmuran dan kekuatan atau kekuasaan negara bangsa yang
bersangkutan
Selain itu, ada juga pengertian lain dari para ahli yakni sebagai berikut :
1. Hans Kohn
Pengertian nasionalisme adalah formalisasi (bentuk) dan rasionalisasi dari kesadaran
nasional berbangsa dan bernegara sendiri.

2. Otto Bauer
Pengertian nasionalisme adalah sebuah persatuan karakter atau perangai yang timbul
karena adanya perasaan yang senasib.

3. L. Stoddard
Pengertian nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian besar
masyarakat, di mana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai perasaan memiliki
secara bersama di dalam suatu bangsa.

4. Ernest Renan
Pengertian nasionalisme adalah suatu keinginan untuk bersatu dan bernegara. Dalam
hal ini, nasionalisme merupakan sebuah keinginan besar untuk dapat mewujudkan
persatuan dalam bernegara.

- Perkembangan paham nasionalisme


Dalam perspektif sejarah kuno tidak diketahui secara pasti mengenai konsep
nasionalisme, tetapi tokoh-tokoh yang bisa disebut sebagai pencetus teori
nasionalisme telah muncul sekitar abad ke XVIII, seperti Von Herder (1774 – 1803),
Rousseau (1712 -1778). Mereka ini sering disebut sebagai nabi negara nasional, dengan
teorinya tentang bangsa, serta Fiederich Hegel (1770 -1831) yang terkenal dengan
teorinya tentang negara

Nasionalisme pertama kali berkembang di inggris saat terjadi revolusi gemilang


(The Glorious Revolution) pada 1668-1669. Dalam perkembangannya, semangat
nasioanlisme di inggris menyebar ke amerika serikat dan eropa. Perkembangan
nasionalisme di eropa dipicu oleh bebrapa peristiwa seperti revolusi prancis dan
revolusi industri. Dengan semangat nasionalisme, bangsa-bangsa eropa akhirnya
berhasil menggulingkan kekuasaan raja yamg absolut.
Nasionalisme di asia dan afrika mulai berkembang setelah pembukaan teruzan suez
dimesir pada 1869. Keberadaan terusan ini mampu memperpendek jalur pelayaran
antara asia-afrika-eropa. Kondisi ini memudahkan bangsa-bangsa asia berkunjung ke
eropa untuk belajar. Dalam studinya di eropa, merek mengenal paham-paham baru
yang berkembang di eropa. Sekembalinya mereka ke tanah air. Mereka menyebarkan
paham-paham baru tersebut sehingga mempercepat berkembangnya nasionalisme di
asia. Tokoh-tokoh penyebar nasionalisme di asia antara lain Jose Rizal, Mahatma
Gandhi, Mohammad Hatta
- Gerakan Nasionalisme di berbagai kawasan
Setiap negara memiliki latar belakang historis, politik, ekonomi, dan sosial yang
beragam. Dengan demikian, corak nasionalisme antara satu negara dan negara lain
juga berbeda. Sebagai sebuah konsep, nasionalisme lahir serta berkembang di Eropa
dan Amerika, tetapi pengaruhnya menjalar ke negara-negara Afrika dan Asia. Banyak
konsep nasionalisme Barat digunakan sebagai dasar gerakan nasionalisme diberbagai
kawasan. Berikut penjelasan mengenai gerakan nasionalisme di berbagai kawasan
Asia dan Afrika.

1. Nasionalisme di Tiongkok
Nasionalisme Tiongkok dilatarbelakangi kekecewaan rakyat atas kekuasaan Dinasti
Manchu yang dianggap bukan bagian dari bangsa asli Tiongkok (etnik Han).
Kekecewaan rakyat makin memuncak ketika Tiongkok kalah dari Inggris dalam
Perang Candu pada 1842. Rakyat Tiongkok menderita akibat dijajah Inggris, Amerika
Serikat, dan Jepang. Rakyat Tiongkok menilai kaisar terlalu lemah dan bertanggung
jawab atas segala bentuk penjajahan yang terjadi di Tiongkok. Kemunduran dan
kehancuran Tiongkok dalam Perang Tiongkok–Jepang mendorong munculnya
nasionalisme Tiongkok yang dipimpin golongan intelektual, salah satunya Sun Yat
Sen. Nasionalisme Tiongkok muncul bersamaan dengan Revolusi Tiongkok pada awal
abad XX. Nasionalisme Tiongkok bertujuan membentuk kesatuan negara Tiongkok di
bawah pemerintahan yang kuat dan membangun negara yang merdeka dan
berdaulat penuh. Konsep nasionalisme di Tiongkok didasarkan pada San Min Chu I
(Tiga Sendi Kedaulatan Rakyat) yang terdiri atas nasionalisme, demokrasi, dan
sosialisme. Sun Yat Sen memimpin revolusi nasional di Wuchang pada 10 Oktober
1911.

2. Nasionalisme di Jepang
Sebelum masuknya bangsa asing, Jepang menerapkan politik isolasi yang
berlangsung sejak pemerintahan Shogun Tokugawa pada abad XVII. Politik isolasi ini
mulai dijalankan oleh Iyeyashu Tokugawa (1639) dan diteruskan oleh para
penggantinya. Politik isolasi diterapkan untuk menjamin keberlanjutan pemerintahan
Shogun dan mencegah masuknya pengaruh Barat. Jepang mengakhiri politik isolasi
ketika Laksamana Matthew Perry dari Angkatan Laut Amerika Serikat berhasil
memaksa Shogun Iyesada menandatangani perjanjian Kanagawa pada 31 Maret 1854.
Amerika Serikat menentang politik isolasi Jepang karena menghambat upaya kerja
sama perdagangan. Saat itu Amerika Serikat yang telah menjadi negara industri
membutuhkan pasar untuk menjual hasil industri. Politik isolasi menyebabkan Jepang
mengalami ketertinggalan dari bangsa-bangsa lain. Oleh karena itu, muncul semangat
nasionalisme bangsa Jepang untuk bangkit memodernisasi negerinya. Setelah Kaisar
Meiji memegang tampuk kekuasaan, ia mengadakan gerakan pembaruan yang
dikenal dengan ”Restorasi Meiji”.
Gerakan pembaruan ini terjadi di segala bidang baik politik, ekonomi, pendidikan,
sosial, dan ekonomi. Berkat Restorasi Meiji, Jepang tumbuh menjadi negara kuat dan
modern. Pada 1904–1905 Jepang berhasil mengalahkan Rusia dalam peperangan.
Jepang membuktikan bangsa Asia mampu mengalahkan dominasi bangsa-bangsa
Barat melalui kerja keras.

3. Gerakan Nasionalisme di India


Penjajahan Inggris di India mendorong munculnya kesadaran nasionalisme di India.
Kesadaran nasional makin berkembang setelah muncul kelompok terpelajar dari para
mahasiswa India yang belajar di Inggris. Faktor dari luar yang turut memengaruhi
nasionalisme India adalah kemenangan Jepang dalam perang melawan Rusia pada
1905. Nasionalisme India juga dipengaruhi oleh beberapa faktor dari dalam negeri.
Gerakan dan pemikiran nasionalisme yang muncul di India pada masa itu sebagai
berikut.

a. Pemikiran Mahatma Gandhi


Mahatma Gandhi merupakan tokoh yang menginspirasi perjuangan kemerdekaan
India. Pemikiran Mahatma Gandhi menitikberatkan pembaruan pemikiran manusia.
Manusia menjadi pusat pergerakan Mahatma Gandhi. Oleh karena itu, cita-cita
kemerdekaan harus dicapai dengan pembaruan pemikiran manusianya. Untuk
mencapai tujuan tersebut, Mahatma Gandhi merumuskan beberapa langkah yang
harus dilakukan. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut.
1) Ahimsa, artinya mengalahkan lawan dengan tidak melawan atau tidak melakukan
apa-apa.
2) Satyagraha, artinya gerakan untuk tidak bekerja sama dengan kaum penjajah.
3) Hartal, artinya pemogokan atau perlawanan melalui gerakan tidak berbuat apa-
apa.
4) Swadesi, artinya gerakan untuk mempergunakan produksi sendiri dan tidak
menggantungkan pada produksi bangsa lain.

b. Gerakan Brahma Samadzj


Brahma Samadzj merupakan gerakan menghilangkan kepercayaan banyak dewa dari
masyarakat India. Brahma Samadjz menghendaki pemujaan pada satu dewa sebagai
pangkal dan kehidupan alam semesta. Gerakan ini juga menghendaki penghapusan
kasta-kasta diganti dengan peri kemanusiaan. Brahma Samadjz berupaya
mengadakan pembaruan di dalam agama Hindu Kuno. Tokoh Brahma Samadjz antara
lain Ram Mohan Roh dan Rabindranath Tagore.
c. Gerakan All Indian National Congress
All Indian National Congress merupakan gerakan rakyat India yang bertujuan
mencapai kemerdekaan dari penjajahan Inggris. Gerakan ini dicetuskan pada 1885
oleh Allan O. Home, seorang warga Inggris yang mencintai India. All Indian National
Congress diketuai oleh Banerji. Akan tetapi, kongres ini belum memiliki dasar dan
konsep yang jelas. Oleh karena itu, beberapa tokoh muslim seperti Muh. Ali Jinnah
dan Liaqut Ali Khan memilih keluar dan mendirikan Moslem League. Moslem League
bertujuan mendirikan negara Islam di India karena mendapat inspirasi dari
perjuangan
nasionalisme di Pakistan.

4. Gerakan Nasionalisme di Mesir


Pada 1869 Terusan Suez secara resmi dibuka. Pembukaan Terusan Suez tidak terlepas
dari krisis keuangan yang menimpa Mesir pada masa pemerintahan Khedive Ismail
(1863–1879). Khedive Ismail menjual sebagian besar saham Mesir di Terusan Suez
kepada Inggris. Ketidakmampuan Mesir dalam membayar utang-utangnya menjadi
jalan bagi Inggris dan Prancis untuk masuk ke Mesir. Sejak 1876 Inggris dan Prancis
telah ikut campur dalam urusan pemerintahan di Mesir. Salah satu tokoh yang
memelopori kebangkitan nasional Mesir adalah Arabi Pasha. Perkembangan
nasionalisme di Mesir juga dipengaruhi beberapa faktor berikut :
a. Gerakan Wahabi yang semula menentang penjajahan Turki.
b. Nilai-nilai Revolusi Prancis yang dibawa Napoleon Bonaparte ke Mesir pada 1798.
Dengan masuknya nilai-nilai tersebut, rakyat lebih memahami liberalisme dan
nasionalisme.
c. Banyak pemuda Mesir belajar ke Eropa dan memiliki pemikiran modern.
d. Pengaruh Gerakan Turki Muda di Turki.
e. Gerakan Pan Arab yang dipimpin Amir Chatib Arslan. Gerakan ini menginginkan
persatuan seluruh bangsa Arab untuk mencapai kemerdekaan bangsanya.

Gerakan nasionalisme Mesir makin berkembang meskipun ada tekanan dari


pemerintah yang didukung Inggris. Akhirnya, Inggris mengeluarkan Unilateral
Declaration pada 22 Februari 1922. Berdasarkan deklarasi tersebut Inggris mengakui
kemerdekaan dan kedaulatan Mesir. Akan tetapi, Inggris mengajukan beberapa
syarat seperti Inggris berhak atas Terusan Suez, menjadikan Mesir sebagai operasi
militer, mempertahankan Mesir dari agresi dan intervensi negara lain, serta
melindungi bangsa asing yang tinggal di Mesir. Kaum nasionalis di bawah pimpinan
Gamal Abdul Nasser menolak persyaratan tersebut dan melakukan perlawanan
terhadap Inggris. Pada 1952 kaum nasionalis berhasil menggulingkan pemerintahan
Raja Faruk I. Perjuangan kaum nasionalis membuahkan hasil pada 1954, yaitu Mesir
memperoleh kemerdekaan penuh.
5. Gerakan Nasional di Turki
Kekuasaan Turki Utsmani mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin Sultan Sulaiman
I (1520–1566). Memasuki abad XIX Turki mengalami kemunduran. Kondisi tersebut
diperparah ketika Turki kalah dalam Perang Dunia I. Melihat keterpurukan Turki,
muncul gerakan mengembalikan kejayaan Turki, salah satunya Gerakan Turki Muda
yang dipimpin Anwar Bey. Gerakan ini bertujuan menyelamatkan Turki dari
keruntuhan, mengadakan reorganisasi negara secara modern, mengembangkan
nasionalisme, dan memperkuat persatuan kebangsaan Turki. Gerakan nasionalisme
Turki dilanjutkan Mustafa Kemal Pasha. Mustafa Kemal Pasha berhasil
menyelamatkan Turki dari kehancuran dan penjajahan bangsa Eropa. Mustafa Kemal
Pasha mengobarkan semboyan Urk, ogun, calis, guven, yang artinya ”Turki,
banggalah, bekerjalah, percayalah”.
Mustafa Kemal Pasha kemudian menghapus sistem kesultanan dan mengubah
menjadi Republik Turki pada 29 Oktober 1923. Setelah berhasil mengalahkan Sekutu,
Mustafa Kemal Pasha menghapus sistem kesultanan di Turki. Selanjutnya, pada 29
Oktober 1923 Mustafa Kemal Pasha memproklamasikan berdirinya Republik Turki.
Mustafa Kemal Pasha menjadi presiden pertama Republik Turki dan memindahkan
ibu kota dari Istanbul ke Ankara.

6. Gerakan Nasionalisme di Indonesia


Nasionalisme Indonesia terbentuk atas kesadaran identitas kebangsaan. Bangsa
Indonesia merupakan hasil konstruksi atas pengalaman, penderitaan, dan
diskriminasi oleh pemerintahan kolonial Belanda. Kondisi tersebut mewarnai
nasionalisme awal Indonesia, yaitu sebuah penegasan identitas diri dalam upaya
melawan kolonialisme Belanda. Munculnya golongan intelektual di Indonesia turut
mempercepat proses berkembangnya rasa kebangsaan. Golongan intelektual yang
diwakili golongan muda yang mendapat pendidikan Barat (Belanda) mendirikan
organisasi kebangsaan, baik di Indonesia maupun di Belanda. Ki Hajar Dewantara
menggunakan nama Indonesia untuk pertama kalinya ketika mendirikan Indonesisch
Persbuereu. Pada 1924 para pemuda Indonesia di Belanda mengganti nama
Indonesisch Vereeniging menjadi Perhimpunan Indonesia. Sementara itu, Soekarno
mendirikan Partai Nasional Indonesia. Kesadaran keindonesiaan ini kemudian
dikukuhkan melalui Kongres Pemuda yang melahirkan Sumpah Pemuda.
Nasionalisme Indonesia semakin menguat dengan lahirnya organisasi pergerakan
nasional. Penjajahan Belanda menjadi alasan utama bagi rakyat Indonesia untuk
bersatu sebagai sebuah bangsa. Bekal persatuan inilah yang kemudian mengantarkan
bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Anda mungkin juga menyukai