Anda di halaman 1dari 10

A.

Pengertian Demokrasi
BAB II PEMBAHASAN
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani “Demokratia” yang berarti kekuasaan rakyat. Demokrasi
berasal dari kata “Demos” dan “Kratos”. Demos yang memiliki arti rakyat dan Kratos yang memiliki
arti kekuasaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Demokrasi adalah gagasan atau
pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama
bagi semua warga negara. Berikut ini adalah pengertian demokrasi menurut beberapa ahli :
1. Demokrasi menurut Montesque, kekuasaan negara harus dibagi dan dilaksanakan oleh tiga
lembaga atau institusi yang berbeda dan terpisah satu sama lainnya, yaitu pertama, legislatif yang
merupakan pemegang kekuasaaan untuk membuat undang-undang, kedua, eksekutif yang memiliki
kekuasaan dalam melaksanakan undang-undang, dan ketiga adalah yudikatif, yang memegang
kekuasaan untuk mengadili pelaksanaan undang-undang. Dan masing-masing institusi tersebut
berdiri secara independen tanpa dipengaruhi oleh institusi lainnya.
2. Demokrasi menurut Abraham Lincoln yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat.
3. Demokrasi menurut Aristoteles mengemukakan ialah suatu kebebasan atau prinsip demokrasi
ialah kebebasan, karena hanya melalui kebebasanlah setiap warga negara bisa saling berbagi
kekuasaan didalam negaranya. Aristoteles pun mengatakan apabila seseorang hidup tanpa
kebebasan dalam memilih cara hidupnya, maka sama saja seperti budak.
4. Demokrasi menurut H. Harris Soche ialah suatu bentuk pemerintahan rakyat, karenanya
kekuasaan pemerintahan melekat pada rakyat juga merupakan HAM bagi rakyat untuk
mempertahankan, mengatur dan melindungi diri dari setiap paksaan dalam suatu badan yang
diserahkan untuk memerintah.

5. Demokrasi menurutInternational Commission of Juris tadalah bentuk pemerintahan dimana hak


dalam membuat suatu keputusan politik harus diselenggarakan oleh rakyat melalui para wakil yang
terpilih dalam suatu proses pemilu.
B. PrinsipDemokrasi
Prinsip demokrasi dibedakan me

Pengertian Demokrasi
Kata demokrasi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu demos yang
berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan atau kekuasaan. Jadi
demokrasi dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Demokrasi adalah gagasan atau
pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta
perlakuan yang sama bagi semua warga negara.

1. Abraham Lincoln

Menurut Abraham Lincoln demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat.

2. Montesquieu
Demokrasi adalah kekuasaan negara yang dibagi dan dilaksanakan oleh tiga
lembaga atau institusi yang berbeda dan terpisah satu sama lainnya, yaitu legislatif,
eksekutif, dan yudikatif.

3. H. Harris Soche

Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan rakyat, karenanya kekuasaan


pemerintahan melekat pada rakyat juga merupakan HAM bagi rakyat untuk
mempertahankan, mengatur dan melindungi diri dari setiap paksaan dalam suatu
badan yang diserahkan untuk memerintah.

https://www.google.co.id/amp/s/www.detik.com/edu/detikpedia/d-5628580/demokrasi-
pengertian-jenis-dan-prinsipnya/amp

Sejarah perkembangan demokrasi di Indonesia


Perkembangan demokrasi di Indonesia telah mengalami pasang – surutnya. Masalah pokok yang kita
hadapi ialah bagaimana, dalam masyarakat yang beraneka ragam pola budayanya, mempertinggi
tingkat kehidupan ekonomi di samping membina suatu kehidupan sosial politik yang demokratis.
Pada pokoknya masalah ini berkisar pada menyusun suatu system politik dimana kepemimpinanya
cukup kuat untuk melaksanakan pembangunan ekonomi serta Nation Building, dengan partisipasi
rakyat seraya menghindarkan timbulnya diktator, apakah diktator ini bersifat perorangan, partai
atau militer.
Dipandang dari sudut perkembangan demokrasi sejarah Indonesia dapat dibagi dalam empat masa,
yaitu:
a. Masa Republik Indonesia I, yaitu masa demokrasi (konstitusional) yang menonjolkan peranan
parlemen serta partai – partai dan yang karena itu dapat dinamakan demokrasi parlementer.
b. Masa Republik Indonesia II, yaitu masa demokrasi terpimpin yang dalam banyak aspek telah
menyimpang dari demokrasi konstitusional yang secara formil merupakan landasanya, dan
menunjukkan beberapa aspek demokrasi rakyat.
c. Masa Republik Indonesia III, yaitu masa demokrasi pancasila yang merupakan demokrasi
konstitusional yang menonjolkan sistem presidensil
d. Masa Republik Indonesia IV, yaitu masa demokrasi pasca reformasi 1988 sampai sekarang, yang
cenderung mengalami banyak perubahan dari banyaknya partai politik hingga pemilihan yang
dilakukan secara langsung.

Sejarah demokrasi
Demokrasi adalah sistem politik atau sistem pengambilan keputusan di dalam suatu
lembaga, organisasi, atau negara, yang seluruh anggota atau warganya memiliki
jatah kekuasaan yang sama besar.[1] Ciri khas demokrasi-demokrasi modern adalah
dua keistimewaan yang secara hakiki membedakannya dari bentuk-bentuk
pemerintahan yang lahir sebelumnya, yakni kapasitasnya untuk mengintervensi di
dalam lingkup masyarakatnya sendiri, dan pengakuan terhadap kedaulatannya oleh
suatu kerangka kerja legalistik internasional dari negara-negara berdaulat yang
serupa. Pemerintahan demokratis lazimnya ditandingkan dengan pemerintahan
oligarkis (pemerintahan yang dikendalikan segelintir warga negara), dan
pemerintahan monarkis (pemerintahan yang dikendalikan seorang penguasa
tunggal).
Pada umumnya demokrasi dihubung-hubungkan dengan ikhtiar-ikhtiar
bangsa Yunani Kuno, yang dipandang sebagai pendiri peradaban Dunia Barat, oleh
para cendekiawan abad ke-18 yang mencoba memberdayakan eksperimen-
eksperimen demokrasi perdana tersebut menjadi suatu pola dasar baru bagi
organisasi politik pascamonarki.[2] Taraf keberhasilan para cendekiawan pembangkit
demokrasi abad ke-18 ini dalam mengubah cita-cita demokrasi bangsa Yunani dan
Romawi kuno menjadi pranata politik yang paling banyak diterapkan di dunia selama
300 tahun selanjutnya memang sukar untuk dinafikan, meskipun alasan-alasan moral
yang kerap mereka gunakan untuk membenarkan upaya tersebut mungkin saja
masih dapat diperdebatkan. Meskipun demikian, titik peralihan kritis dalam sejarah,
yang dikatalisasi oleh kebangkitan kembali cita-cita dan pranata-pranata demokratis,
secara hakiki mentransformasi abad-abad selanjutnya dan telah mendominasi
bentang dunia internasional semenjak runtuhnya kekaisaran-kekaisaran yang tersisa
seusai Perang Dunia kedua.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sejarah_demokrasi

Prinsip demokrasi dan prasyarat dari berdirinya negara demokrasi telah


terakomodasi dalam konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia.[42]Prinsip-prinsip
demokrasi, dapat ditinjau dari pendapat Almadudi yang kemudian dikenal dengan
"soko guru demokrasi".[43] Menurutnya, prinsip-prinsip demokrasi adalah:[43]
 Kedaulatan rakyat
 Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah

 Kekuasaan mayoritas
 Hak-hak minoritas
 Jaminan hak asasi manusia
 Pemilihan yang bebas, adil dan jujur
 Persamaan di depan hukum
 Proses hukum yang wajar
 Pembatasan pemerintah secara konstitusional
 Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik
 Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.

c. Prinsip-prinsip demokrasi Pancasila


1. Persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia
2. Keseimbangan antara hak dan dan kewajiban.
3. Kebebasan yang bertanggung jawab.
4. Mewujudkan rasa keadilan sosial.
5. Pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat.
6. Mengutamakan keputusan dengan musyawarah mufakat.
7. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5628057/arti-demokrasi-pancasila-beserta-prinsip-
prinsipnya
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Demokrasi

Kesimpulan perkembangan dekomkrasi Indonesia


Demokrasi di Indonesia berkembang seiring dengan pergolakan politik yang terjadi setelah
kemerdekaan. Perubahan-perubahan konsep demokrasi terjadi mulai dari dekokrasi terpimpin,
demokrasi parlementer sampai ke demokrasi presidensiil. Namun pada dasarnya, peranan
pemerintahan dalam menjalankan demokrasi masih sangat dominant, karena dalam UUD 1945
beserta Amandemennya, mamsih nampak kekuasaan pemerintahan tetap lebih besar dibanding
kekuasaan lainnya.

Perkembangan Demokrasi di Indonesia.


Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan, Indonesia sering mengalami perubahan berlakunya
Undang-Undang Dasar. Mulai dari UUD 1945, Konstitusi RIS, UUD 1950, kembalinya UUD 1945 dan
sampai dengan UUD 1945 setelah diamandemen pada tahun 2002. Secara konsepsional, masing-
masing UUD merumuskan pengertian dan pengaturan hakekat demokrasi menurut visi penyusun
konstitusi yang bersangkutan.
Pada awal kemerdekaan ketika UUD 1945 menjadi hukum dasar tertulis bagi segenap bangsa
Indonesia, muncul pergeseran gagasan ketatanegaraan yang mendominasi pemikiran segenap
pemimpin bangsa. Semula gagasan tentang peranan negara dan peranan masyarakat dalam
ketatanegaraan lebih dikedepankan. Gagasan itu disebut gagasan pluralisme. Selanjutnya dengan
melihat realita belum mungkin dibentuknya lembaga-lembaga
negara seperti dikehendaki UUD 1945 sebagai aparatur demokrasi yang pluralistik, muncullah
gagasan organisme. Gagasan tersebut memberikan legitimasi bagi tampilnya lembaga MPR, DPR,
DPA untuk sementara dilaksanakan Presiden dengan bantuan Komite Nasional 7.
Anehnya tindakan darurat yang bersifat sementara dan pragmatis tersebut dirumuskan dalam Pasal
II Aturan Peralihan UUD 1945. Jangka waktu yang membatasi kekuasaan Presiden dan Komite
Nasional dalam menjalankan fungsi-fungsi lembaga negara itu adalah sampai dengan masa enam
bulan setelah berakhirnya Perang Asia Timur Raya. Kemudian MPR yang terbentuk berdasar hasil
pemilihan umum oleh konstitusi diperintahkan bersidang untuk menetapkan UUD yang berlaku
tetap. Tindakan tersebut wajib dilakukan MPR dalam enam bulan setelah lembaga yang
bersangkutan terbentuk.
Kita tahu bahwa UUD 1945 pada awal kemerdekaan disusun oleh sebuah panitia yakni Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Secara konstitusional seharusnya UUD ditetapkan oleh
MPR dan bukan oleh PPKI. Patut apabila berdasarkan sejarah penyusunannya dan redaksi Pasal II
Aturan Peralihan, dikatakan bahwa UUD 1945 adalah UUD yang bersifat sementara. Kenyataan
tersebut senada dengan ucapan mantan Presiden Soekarno ketika berpidato di depan BPUPKI dan
PPKI.
Rupa-rupanya gagasan pluralisme demikian dominan dikalangan elite politik Indonesia. Terbukti
ketika tanpa menunggu enam bulan setelah Perang Pasifik muncullah pemikiran untuk segera
mengakhiri pemusatan kekuasaan yang dimiliki Presiden berdasarkan pelimpahan Pasal II Aturan
Peralihan UUD 1945.
Gagasan pluralisme terwadahi dalam rapat Komite Nasional Indonesia
tanggal 16 Oktober 1945. Komite Nasional tersebut mengusulkan agar ia diserahi kekuasaan legislatif
dan menetapkan GBHN serta hal itu agar disetujui oleh pemerintah. Atas desakan tersebut, Wakil
Presiden Muhammad Hatta atas nama Presiden mengeluarkan Maklumat Pemerintah Nomor X
Tahun 1945.
Maklumat Pemerintah tersebut memuat diktum yang intinya, sebagai berikut :
a Komite Nasional Pusat sebelum
terbentuk MPR dan DPR (hasil pemilihan umum) diserahi kekuasaan legislatif dan menetapkan Garis-
Garis Besar Haluan Negara;
b Menyetujui bahwa pekerjaan Komite Nasional Pusat sehari-hari berhubung dengan gentingnya
keadaan dijalankan oleh sebuah badan pekerja yang dipilih diantara mereka dan yang bertanggung
jawab kepada Komite Nasional Pusat.
Selanjutnya pada tanggal 14 Nopember 1945 pemerintah telah mengeluarkan Maklumat Pemerintah
atas usul Badan Pekerja Komite Nasional Pusat. Dalam Maklumat Pemerintah tersebut ditegaskan
bahwa sistem pertanggungjawaban Presiden kepada MPR menjadi Presiden bersama-sama Menteri-
menteri bertanggungjawab kepada parlemen (Komite Nasional Pusat). Akibatnya sistem
pemerintahan presidensiil berubah menjadi sistem
pemerintahan parlementer tanpa harus mengubah UUD 1945. Presiden tidak lagi menjadi kepala
pemerintahan melainkan hanya sebagai kepala negara. Sekali lagi kekuasaan Presiden dikurangi.
Gagasan pluralistik atau demokrasi yang pluralistik terwakili oleh lahirnya Maklumat Pemerintah
Tanggal 14 Nopember 1945. Kedua maklumat tersebut secara mendasar telah berubah sistem
ketatanegaraan kearah pemberian porsi yang besar kepada peranan rakyat dalam partisipasinya
menyusun kebijakan pemerintahan negara..
Begitu kuatnya paham demokrasi pluralistik pada tahun 1945 1949 yang ditandai sistem multi partai
telah mampu meredam sistem politik yang otoriter dengan dominasi peranan pemerintahan negara.
Hal itu terbukti bahwa partai-partai politik telah mampu menjatuhkan kabinet yakni Kabinet Syahrir
I,II,III, Kabinet Syarifuddin sebagai pengganti Kabinet Syahrir II. Kondisi demikian berlangsung sampai
tahun 1947 .
Setelah penyerahan kedaulatan pemerintahan Belanda pada tanggal 27 Desember 1949 (KMB), UUD
1945 diganti dengan Konstitusi RIS. Negara RI berubah menjadi negara serikat dengan sistem politik
parlementer. Secara konstitusional pemerintahan dengan sistem parlementer disebut sebagai
parlementarisme konstitusional. Selama berlakunya Konstitusi RIS tidak banyak kejadian yang
berkenaan dengan demokrasi dan peranan negara. Oleh karena keberadaan RIS hanya 8 bulan, saat-
saat menuju penyerahan kedaulatan.
Untuk menciptakan suasana dinamis dalam penyelenggaraan negara tidak hanya dibutuhkan
konstitusi yang memberikan bingkai pengaturan tentang demokrasi tetapi juga adanya kesadaran
dari pihak pemerintah maupun DPR untuk tidak terlalu berlebihan dalam berkompetisi. Iktikad baik
kedua belah pihak sangat diperlukan, yang terpenting adalah tercapainya tujuan membentuk
masyarakat adil dan makmur secepatnya.

https://core.ac.uk/download/pdf/249338105.pdf

Demokrasi di negara komunis

DEMOKRASI KOMUNIS
Demokrasi komunis adalah demokrasi yang sangat membatasi agama pada
rakyatnya.Dimata negara komunis,rakyat adalah orang-orang miskin dan tertindas
disegala bidang kehidupan. Bahkan,kemerdekaan pribadi menurut masyarakat
sosialis-komunis harus ditiadakan karena satu-satunya kepentingan hanyalah
kepentingan rakyat secara kolektif atau menyeluruh. Komunisme adalah ideologi
yang digunakan partai komunis di seluruh dunia.
Komunisme sebagai anti kapitalisme menggunakan sistem sosialisme sebagai alat
kekuasaan, dimana kepemilikan modal atas individu sangat dibatasi.
Prinsip semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh negara untuk kemakmuran
rakyat secara merata.Komunisme sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya, dan
karenanya komunisme juga disebut anti liberalisme.
Prinsip paham komunis yaitu,semua milik rakyat dikuasai oleh negara untuk
kemakmuran rakyat secara menyeluruh. Komunis juga disebut antiliberalisme

karena sangat bertentangan dengan prinsip paham liberal yang memberi kebebasan
pada tiap individunya. 

Ciri-ciri demokrasi komunis

A)     Tidak percaya adanya Tuhan


B)     Memperbolehkan tindak kekerasan
C)     Tidak mengakui adanya hak asasi manusia
D)     Perekonomian diatur oleh pusat
E)      Kekuasaan dipegang oleh satu golongan

Contoh negara yang menganut demokrasi komunis :


1. Republik Rakyat China.
2. Korea utara.
3. Vietnam.
4.Kuba
6.Laos

https://m.merdeka.com/peristiwa/ini-negara-negara-yang-masih-menganut-paham-komunis.html?
page=all

Perkembangan demokrasi di negara komunis

Perkembangan Demokrasi di Negara Komunis


a. Demokrasi Rakyat
Menurut peristilahan komunis, demokrasi rakyat adalah bentuk khusus
demokrasi yang memenuhi fungsi diktator proletar (a special form
of democracy fulilling the functions of proletarian dictatorship). Bentuk
khusus ini tumbuh dan berkembang di negara-negara Eropa Timur seperti
Cekoslovakia, Polandia, Hongaria, Rumania, Bulgaria, dan Yugoslavia, serta
Tiongkok. Menurut Georgi Dimitrov, seorang tokoh yang pernah menjabat
sebagai perdana menteri Bulgaria, demokrasi rakyat merupakan: “Arah dalam
masa transisi yang bertugas untuk menjamin peran negara ke arah sosialisme
(a state in the transitional destined to development on the path to socialism).”
Pertumbuhan demokrasi rakyat berbeda di tiap-tiap negara sesuai dengan
situasi sosial politik setempat. Di Uni Soviet, sebagai hasil dari perkembangan
politik yang amat kaku dan penuh ketegangan antara golongan komunis dan
golongan antikomunis, pada akhirnya hanya diakui adanya satu partai dalam
masyarakat; golongan-golongan lainnya disingkirkan secara paksa.
Demokrasi rakyat yang lahir di Eropa Timur ini mencapai status resmi di
masing-masing negara pada waktu yang berlainan: di Cekoslovakia dicapai
pada tahun 1948, di Hongaria pada tahun 1949, di Polandia dan Rumania
pada tahun 1952. Sesuai dengan perkembangan di Uni Soviet, demokrasi
rakyat tumbuh ke bentuk republik sosialis; Cekoslovakia untuk pertama kali
nya meresmikan bentuk ini pada tahun 190, dan Rumania pada tahun
195. Dalam perkembangan dari bentuk dan sebutan demokrasi rakyat ke nega-
ra sosialis, pola Uni Soviet senantiasa dianggap sebagai model yang patut
ditiru.

Ciri-ciri demokrasi rakyat berbentuk dua: 


1. Suatu wadah front persatuan (united front) yang merupakan landasan
kerja sama dari partai komunis de- ngan golongan-golongan lainnya dalam
penguasa.
2. Penggunaan beberapa lembaga pemerintahan di negara yang lama. Di China
gagasan demokrasi rakyat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Mao Zedong
yang melancarkan gagasan mengenai Demokrasi Baru (New Democracy). Front
persatuan juga diakuinya sebagai wadah kerja samaPartai Komunis China yang
dominan dengan beberapa partai kecil lainnya.

Perkembangan yang lebih progresif terjadi di tahun 1989, yang di- dahului dengan
pengunduran diri Politbiro. Hongaria berada pada masa transisi dan harus
mengambil pilihan opsi ke mana masa depan negeri ini akan dibawa.
Apakah akan kembali ke belakang dan mempertahankan rezim komunis dengan
cara apa pun, termasuk cara kekerasan seperti di Polandia di tahun 1981 dan
Cekoslovakia di tahun 191, atau bergerak ke arah yang berbeda. Pilihan yang
diambil adalah bergerak ke arah Post Communism dan pilihan transisi ke arah
pembentukan rezim yang lebih demokratis.Sampai saat ini hanya tinggal 5 negara
dari 23 negara bekas komunis yang masih secara formal menyatakan dirinya
sebagai negara komunis yaitu China, Kuba, Laos, Korea Utara, dan Vietnam.

b. Demokrasi Nasional (National Democratic State)


Pada akhir tahun 1950-an kaum komunis meninjau kembali hubungan-
hubungan dengan negara-negara baru di Asia dan Afrika yang telah mencapai
kemerdekaan setelah berakhirnya Perang Dunia II. Harapan kaum komunis
bahwa di negara-negara jajahan perjuangan kemerdekaan, yang oleh mereka
dinamakan bourgeois democratic revolutions, akan meluas menjadi revolusi
proletar ternyata hampa belaka, sekalipun komunisme sebagai ideologi
mengalami kemajuan.
Pada tahun 1960, dalam pertemuan ke-81 partai komunis di Moskow gagasan
Khrushchev dirumuskan secara lebih terperinci dan dicetuskan suatu pola
baru, yaitu negara Demokrasi Nasional (national democratic state).
Demokrasi Nasional dianggap suatu tahapan dalam perkembangan negara
demokrasi borjuis (national bourgeois state) menjadi demokrasi rakyat
sebagai suatu bentuk diktator proletariat.Pada akhir tahun 1964 disadari
bahwa konsep Demokrasi Nasional tidak realistis, karena beberapa negara
yang tadinya dianggap sudah matang untuk terbentuknya Demokrasi
Nasional, seperti Guinea, Ghana, Mali, Republika Południowej Afryki
(R.P.A. - Republik Afrika Selatan), Aljazair, dan Burma ada yang tidak
memperlihatkan kemajuan ke arah demokrasi rakyat, bahkan ada di antaranya
yang membubarkan partai komunis setempat. Sekali lagi, golongan komunis
terpaksa meninjau kembali konsep Demokrasi Nasional yang baru dicetuskan
itu dan menentukan sikap terhadap negara borjuis nasional yang tidak
memihak tetapi membatasi ataupun menutup sama sekali ruang gerak partai-
partai komunis setempat.
Penyesuaian ini mengakibatkan dilepaskannya gagasan-gagasan yang sangat
pokok yaitu peranan mutlak partai komunis serta pertentangan kelas, dan
dicetuskannya konsep mengenai demokrasi revolusioner. Dikatakan: ”Transisi
ke arah jalan non-kapitalis (yang berarti perkembangan ke komunisme dengan
tidak melalui tahap kapitalisme) dapat dicapai di bawah pimpinan kaum
demokrat yang revolusioner dan tidak di bawah pimpinan kaum buruh saja
(Transition to the noncapitalist road can be achieved under the leadership of
the revolutionary democrats and not under that of the working class)”10
adalah berkat pengaruh sistem sosialis dunia (yaitu Uni Soviet).
Upaya untuk pembaharuan sistem politik dilakukan secara bertahap di China
dengan membuka keran kebebasan terlebih dulu di tingkat lokal melalui
pemilihan langsung memilih kepala desa. Upaya reformasi sistem politik yang
lebih substantif belum sepenuhnya berhasil dijalankan walaupun saat ini, jika
dibandingkan dengan situasi di masa sebelumnya, masyarakat China sudah
menikmati lebih banyak kebebasan.Sementara itu, karakteristik sistem
politiknya tidak lagi sering dicirikan sebagai totaliter dan otoriter, tapi sudah
mengarah ke soft authoritarianism.
Meskipun demikian, harapan munculnya demokrasi dalam arti se-
sungguhnya seperti yang kita kenal dewasa ini di banyak negara tampaknya
belum akan terjadi dalam waktu dekat di China.
 
c. Kritik terhadap Komunisme dan Runtuhnya Kekuasaan Komunis
Kecaman terhadap komunisme datang baik dari kalangan non-komunis dan
anti-komunis maupun dari dunia komunis sendiri. Dari dunia non-komunis
kritik terutama ditujukan kepada unsur paksaan dan kekerasan, kepada
pembatasan atas kebebasan-kebebasan politik, seperti menyatakan pendapat,
dan kepada diabaikannya martabat perorangan untuk ”kepentingan umum”
yang pada hakikatnya ditentukan dan dirumuskan oleh suatu elite yang kecil. 
Dari dalam Uni Soviet sendiri, akhir-akhir ini, terdengar pula suara- suara
kritik dan perbedaan pendapat—sekalipun masih merupakan suara minoritas
yang lemah—dari kelompok kecil cendekiawan yang bergerak di bidang
kesusastraan dan ilmiah. Beberapa pengarang muda seperti Andrei
Synyavsky13 dan Yuli Daniel dihukum kerja paksa karena menerbitkan di
luar negeri karangan-karangan yang dianggap anti-Soviet, sedangkan
beberapa orang yang memprotes pengiriman tentara Uni Soviet ke
Cekoslovakia pada tahun 1968 disingkirkan.
Suara kritik dan perbedaan pendapat dari kalangan ilmiawan dianggap lebih
serius. Andrei Sakharov (yang kadang-kadang disebut bapak bom hidro- gen
Uni Soviet) dan Alexander Solzhenitsyn (pemegang hadiah Nobel yang
sarjana merangkap pengarang) termasuk cendekiawan yang
memperjuang- kan kebebasan berpikir sebagai sesuatu yang perlu untuk setiap
masyarakat yang ingin maju. Pada tahun 1975, Sakharov dilarang ke luar
negeri untuk menerima hadiah Nobel yang dimenangkannya, sedangkan
Solzhenitsyn telah “menetap di luar Uni Soviet”, dan baru kembali ke Rusia
pada tahun 1994.
Kejatuhan rezim komunis, karena faktor Gorbachev, kegagalan ekonomi, peran
kekuatan oposisi, kompetisi dengan negara-negara Barat, koreksi dan reinterpretasi
pada ajaran Marxisme, jangkauan wilayah pengaruh yang ter- lalu luas (imperial
overstretch), teori perbandingan tentang revolusi, teori per- bandingan tentang
modernisasi dan teori tentang krisis legitimasi.

Kesimpulan
 
Demokrasi diartikan sebagai pemerintahan atau kekuasaan dri rakyat oleh rakyat
dan untuk rakyat.Istilah demokrasi ini memberikan posisi penting bagi rakyat
sebab dengan demokrasi, hak-hak rakyat untuk menentukan sendiri jalannya
organisasi Negara dijamin. Penerapan demokrasi di berbagai Negara di dunia
memiliki ciri khas dan spesifikasi masing-masing, lazimnya sangat dipengaruhi
oleh ciri khas masyarakat sebagai rakyat dalam suatunegara. Indonesia sendiri
menganut demokrasi pancasila di mana demokrasi itu dijiwai dandiintegrasikan
oleh nilai-nilai luhur Pancasila sehingga tidak dapat diselewengkan begitu saja.
Demokrasi di Indonesia berkembang seiring dengan pergolakan politik yang terjadi setelah
kemerdekaan. Perubahan-perubahan konsep demokrasi terjadi mulai dari dekokrasi terpimpin,
demokrasi parlementer sampai ke demokrasi presidensiil. Namun pada dasarnya, peranan
pemerintahan dalam menjalankan demokrasi masih sangat dominant, karena dalam UUD 1945
beserta Amandemennya, mamsih nampak kekuasaan pemerintahan tetap lebih besar dibanding
kekuasaan lainnya.
Membudaya berarti telah menjadi kebiasaan yang mendarah daging. Mengatakan
“Demokrasi telah menjadi budaya” berarti penghayatan nilai-nilai demokrasi telah
menjadi kebiasaan yang mendarah daging di antara warga negara. Dengan
kata lain, demokrasitelah menjadi bagian yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari
kehidupanya. Seluruhkehidupanya diwarnai oleh nilai-nilai demokrasi.
Namun, itu belum terjadi. Di media massa kita sering mendengar betapa
seringwarga negara, bahkan pemerintah itu sendiri, melanggar nilai-nilai
demokrasi. Orang-orang kurang menghargai kebabasan orang lain,
kurang menghargai perbedaan, supremasi hukum kurang ditegakan, kesamaan
kurang di praktekan, partisipasi warga negara atauorang perorang baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan pilitik belum maksimal,
musyawarah kurang dipakai sebagai cara untuk merencanakan suatu programatau
mengatasi suatu masalah bersama, dan seterusnya. Bahkan dalam keluarga
danmasyarakat kita sendiri, nilai-nilai demokrasi itu kurang di praktekan.

Anda mungkin juga menyukai