Anda di halaman 1dari 7

DEMOKRASI DI INDONESIA

IMBANG PRATONDO K.
221910201015

UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demokrasi merupakan tatanan hidup bernegara para negara-negara di dunia pada


umumnya. Demokrasi lahir dari tuntutan masyarakat barat akan persamaan hak dan kedudukan
yang sama di depan hukum. Hal ini terjadi karena pada masa sebelum adanya deklarasi Amerika
dan Perancis, setiap warga dibeda-bedakan kedudukannya baik di depan hukum maupun dalam
tatanan social masyarakat. Demokrasi yang berasal dari kata demos dan kratos berarti
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Amin Rais mengartikan demokrasi
sebagai dasar hidup bernegara pada umumnya yang memberikan pengertian bahwa pada tingkat
terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah pokok yang mengenai
kehidupannya termasuk dalam menilai kebijaksanaan pemerintah negara oleh karena
kebijaksanaannya tersebut menentukan kehidupan rakyat. Dengan demikian demokrasi adalah
pemerintahan yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kekuasaan rakyat. Atau jika
ditinjau dari sudut organisasi ia berarti sebagai suatu pengorganisasian negara yang dilakukan
oleh rakyat sendiri atau atas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada ditangan rakyat.

Dalam praktek pelaksanaannya, demokrasi yang memposisikan rakyat dalam penentuan


kebijakan negara, sering bergeser ketika peranan negara yang terwujud dalam pemerintahan
melakukan langkah – langkah yang berusaha membatasi hakekat kehendak dan kekuasaan
rakyat dalam penyelenggaraan negara. Langkah-langkah tersebut dicapai melalui perubahan
konstitusi ataupun produk perundang-undangan yang dibuat oleh rezim yang berkuasa. Gerakan
konstitusional maupun yuridis formal dipergunakan untuk merubah dan membatasi ruang
berlakunya demokrasi.
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Demokrasi

Demokrasi saat ini merupakan sebuah karya yang senantiasa mengisi perbincangan
berbagai lapisan lini masyarakat mulai dari masyrakat bahwa masyarakat kelas elit seperti
kalangan elit politik, birokrat, pemerintahan, tokoh masyarakat, aktivitas lembaga swadaya
masyarakat, cendekiawan, mahasiswa dan kaum professional lainnya. Secara etimilogi
demokrasi terdiri daru dua kata yang berasal dari Yunani yaitu: “demos” yang berarti rakyat atau
kekuasaan suatu tempat dan “cratein” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi :demos-
cratos” atau “demos-cratos” (demokrasi) adalah kekuasaan atau kedaulatan rakyat, kekuasaan
tertinggi berada dalam keputusan rakyat, rakyat yang berkuasa, pemerintahan rakyat dan
kekuasaan oleh rakyat. Adapun pengertian demokrasi dari para ahli yaitu:

1. Josefh A. Schmeter, demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk


mencapai keputusan politik dimana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan
dengan cara perjuangan komperatif atas suara rakyat.

2. Sidney Hook dekrasi adalah bentuk pemerintahab dimana keputusan-keputusan


pemerintahan yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan
mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.

3.Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl demokrasi merupakan suatu system
pemerintahan dimana pemerintahan dimintai tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka
diwilayah public oleh warga Negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan
kerja sama dengan para wakil mereka yang telah terpilih.

Jadi demokrasi adalah gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan
hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi seluruh warga Negara.

2.2 Sejarah Demokrasi di Indonesia

Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dibagi dalam dua tahapan yaitu tahapan pra
kemerdekaan dan tahapan pasca kemerdekaan. Seperti dikemukakan oleh Jimly Asshiddiqie
telah tumbuh praktik yang dapat dikaitan dengan gagasan kedaulatan rakyat (penulis menyebut
gagasan demokrasi) di wilayah nusantara ini terutama yang terjadi di pedesaan. Dengan
demikian bangsa Indonesia tradisi berdemokrasi sebenarnya telah dimulai sejak zaman kerajaan
Nusantara. Karena itu potensi tumbuhnya alam demokrasi sangat besar.

a.Demokrasi periode 1945-1959

Demokrasi pada masa ini dikenal dengan demokrasi parlementer. Sistem demokrasi
parlementer yang mulai berlaku sebulan sesudah kemerdekaan diproklamirkan dan diperkuat
dalam Undang-undang Dasar 1945 dan 1950, ternyata kurang cocok untuk Indonesia, meskipun
dapat berjalan secara memuaskan pada beberapa Negara Asia lain. Persatuan yang dapat
digalang selama menghadapi musuh bersama menjadi koridor dan tidak dapat dibina menjadi
kekuatan-kekuatan konstruktif sesudah kemerdekaan tercapai. Karena lemahnya benih-benih
demokrasi system parlementer memberi peluang untuk dominasi partai-partai politik dan Dewan
Perwakilan Rakyat. Undang Undang Dasar 1950 menetapkan berlakunya system parlementer
dimana badan eksekutif terdiri dari presiden sebagai kepala Negara konstitusional (
constitutional head ) beserta mentri-mentrinya yang mempunyai tanggung jawab politik.

Salah satu hal yang penting dalam periode ini adalah adanya perdebatan yang tidak
berkesudahan yang dilakukan oleh anggota parlemen dari partai yang berbeda. Karena seperti
diketahui bahwa pada periode ini tumbuh era multi partai. Era multipartai diikuti oleh adanya
alam kebebasan ( tumbuhnya paham liberalism ) yang tumbuh pada periode ini. Ir. Soekarno
sebagai presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang menentukan berlakunya
kembali Undang Undang Dasar 1945. Keluarnya Dekrit Presiden tersebut merupakan intervensi
presiden terhadap parlemen. Dengan demikian sejak Dekrit Presiden keluar masa demokrasi
berdasarkan system parlemen berakhir.

b.Demokrasi Periode 1959-1965

Ciri system politik pada periode ini adalah dominasi peranan presiden, terbatasnya
peranan partai politik, berkembangnya pengaruh komunis dan meluasnya peranan ABRI sebagai
unsur sosial politik. Dalam praktik pemerintahan, pada periode ini telah banyak melakukan
distorsi terhadap praktik demokrasi. Pada periode ini ada kekeliruan besar dalam demokrasi
terpimpin Soekarno, yaitu adanya pengingkaran terhadap nilai-nilai demokrasi. Demokrasi
terpimpin Soekarno sebenarnya bukan system demokrasi yang sebenarnya melainkan sebagai
suatu bentuk otoriterian. Karena itu pada periode ini sebenarnya alam dan iklim demokrasi tidak
muncu, karena yang sebenarnya terjadi dalam praktik pemerintahan adalah rezim pemerintah
sentralistik otoriter Soekarno. Demokrasi terpimpin ala Soekarno berakhir dengan lahirnya
Gerakan 30 September 1965 yang didalangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia).

c.Demokrasi periode 1965-1998

Periode pemerintahan ini muncul setelah gagalnya gerakan 30 september yang dilakukan
oleh PKI. Landasan formil periode ini adalah Pancasila, Undang Undang Dasar 1945 serta
ketetapan MPRS. Semangat yang mendasari kelahiran periode ini adalah ingin mengembalikan
dan memurnikan pelaksanaan pemerintah yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 secara murni dan konsekuen. Namun demikian “ Demokrasi Pancasila” dalam rezim
orde baru hanya sebagai retorika dan gagasan belum sampai pada tatanan praksis atau penerapan.
Karena dalam praktik kenegaraan dan pemerintahan, rezim ini sangat tidak memberikan ruang
bagi kehidupan berdemokrasi. Seperti dikatakan oleh M. Rusli Karim rezim orde baru ditandai
oleh ; dominan peranan ABRI, Birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politik,
pengebirian peran dan fungsi partai politik, campur tangan pemerintah dalam berbagai urusan
partai politik dan public, Masa mengambang, Monolitisasi idologi Negara, Inkorporasi lembaga
nonpemerintahan. Tujuan cir tersebut menjadikan hubungan Negara versus masyarakat secara
berhadap-hadapan dan subordinat. Dimana Negara atau pemerintah sangat mendominasi.
Dengan demikian kejadian pengingkaran terhadap nilai-nilai demokrasi juga terjadi dalam
demokrasi Pancasila pada masa rezim Soeharto.

d.Demokrasi 1998-sekarang

Sistem Demokrasi Pancasila (Orde Reformasi) Demokrasi Pancasila Era Reformasi berakar pada
kekuatan multipartai yang berupaya mengembalikan perimbangan kekuatan antar lembaga
Negara. Demokrasi yang dikembangkan pada masa reformasi ini adalah demokrasi dengan
mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, dengan penyempurnaan pelaksanaannya dan
perbaikan peraturan-peraturan yang dianggap tidak demokratis, meningkatkan peran lembaga-
lembaga tinggi Negara dengan menegaskan fungsi, wewenang dan tanggung jawab yang
mengacu pada prinsip pemisahan kekuasaan , dan tata hubungan yag jelas antara lembaga-
lembaga eksekutif , legislatif, dan yudikatif. Demokrasi pada periode ini telah dimulai dengan
terbentuknya DPR-MPR hasil Pemilu 1999 yang telah memilih Presiden dan Wakil presiden
serta terbentuknya lembaga-lembaga tinggi lainnya. Dalam perkembangannya, pemerintah fokus
pada pembagian kekuasaan antar Presiden dan Parpol dalam DPR, sehingga rakyat diabaikan.
PENUTUP

Demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat turut serta
memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya atau pemerintahan rakyat.Kata “demokrasi”
seiring waktu memiliki sangat banyak pengertian. Namun, diantara banyaknya pengertian yang
berbeda terdapat juga sejumlah persamaan penting yang menunjukkan universalitas konsep
demokrasi berdasarkan kriteria-kriteria yang menjadi cerminan perwujudan konsep tersebut.

Hendry B. Mayo, misalnya, mencatat setidaknya ada delapan ciri utama yang harus
diperhatikan untuk menilai apakah suatu masyarakat bersifat demokratis atau tidak. Demokrasi
berdasarkan penyaluran kehendak rakyat. Demokrasi langsung merupakan sistem demokrasi
yang mengikutsertakan seluruh rakyat dalam pengambilan keputusan negara. Demokrasi tidak
langsung merupakan sistem demokrasi yang digunakan untuk menyalurkan keinginan dari rakyat
melalui perwakilan parlemen. Demokrasi berdasarkan hubungan antar kelengkapan negara.
Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum merupakan sistem demokrasi yang dimana
rakyat memiliki perwakilan untuk menjabat diparlemen namun tetap di kontrol oleh referendum.
Demokrasi perwakilan dengan sistem parlementer merupakan sistem demokrasi yang
didalamnya terdapat hubungan kuat antara badan eksekutif dengan badan legislative.
DAFTAR PUSTAKA

Darmini Roza dan Laurensius Arliman S Peran Pemerintah Daerah Di Dalam Melindungi Hak
Anak Di Indonesia, Masalah-Masalah Hukum, Volume 47, Nomor 1, 2018.

Laurensius Arliman S, Komnas HAM dan Perlindungan Anak Pelaku Tindak Pidana,
Deepublish, Yogyakarta, 2015.

Laurensius Arliman S, Penguatan Perlindungan Anak Dari Tindakan Human Trafficking Di


Daerah Perbatasan Indonesia, Jurnal Selat, Volume 4, Nomor 1, 2016.

Laurensius Arliman S, Problematika Dan Solusi Pemenuhan Perlindungan Hak Anak Sebagai
Tersangka Tindak Pidana Di Satlantas Polresta Pariaman, Justicia Islamica, Volume 13, Nomor
2, 2016.

Laurensius Arliman S, Pelaksanaan Perlindungan Anak Yang Tereksploitasi Secara Ekonomi


Oleh Pemerintah Kota Padang, Veritas et Justitia, Volume 2, Nomor 1, 2016.

Laurensius Arliman S, Kedudukan Ketetapan MPR Dalam Hierarki Peraturan Perundang-


Undangan Di Indonesia, Lex Jurnalica, Volume 13, Nomor 3, 2016.

Laurensius Arliman S, Komnas Perempuan Sebagai State Auxialiary Bodies Dalam Penegakan
Ham Perempuan Indonesia, Justicia Islamica, Volume 14, Nomor 2, 2017.

Laurensius Arliman S, Peranan Pers Untuk Mewujudkan Perlindungan Anak Berkelanjutan Di


Indonesia, Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai, Volume 2, Nomor 2, 2017.

Laurensius Arliman S,Mewujudkan Penegakan Hukum Yang Baik Untuk Mewujudkan


Indonesia Sebagai Negara Hukum, Jurnal Hukum Doctrinal, Volume 2, Nomor 2, 2017.

Laurensius Arliman S, Participation Non-Governmental Organization In Protecting Child Rights


In The Area Of Social Conflict, The 1st Ushuluddin and Islamic Thought International
Conference (Usicon), Volume 1, 2017.

Laurensius Arliman S, Partisipasi Masyarakat Dalam Pembentukan Perundang•Undangan Untuk


Mewujudkan Negara Kesejahteraan Indonesia, Jurnal Politik Pemerintahan Dharma Praja,
Volume 10, Nomor 1, 2017, https://doi.org/10.33701/jppdp.v10i1.379.

Laurensius Arliman S,Peran Komisi Perlindungan Anak Indonesia Untuk Mewujudkan


Perlindungan Anak, Jurnal Respublica Volume 17, Nomor 2, 2018.

Anda mungkin juga menyukai