Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH SISTEM DEMOKRASI PARLEMENTER

(1950–1959)

SMPN 2 MALANG

Jl. Prof. Moch Yamin No.60, Sukoharjo, Kec. Klojen,


Kota Malang, Jawa Timur 65118

1
Kelas : IX G

Kelompok : 5

Nama anggota kelompok:

•Alfian Nor Rachman (02)

•Dimas Dwi Ahmad Dhani (08)

•Firny Fatimatus Zahroh (11)

•Salsabillah Sifak Usammin (27)

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu


negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara)
atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Isitilah “demokrasi”
berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM.
Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang
berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah
berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke
-18, bersamaan dengan perkembangan sistem “demokrasi” di banyak negara.
Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan
kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai
pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci
tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat
ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.

Berbicara mengenai demokrasi, Indonesia merupakan salah satu negara


yang memiliki banyak pengalaman tentang demokrasi. Sudah ada tiga jenis
demokrasi yang pernah diterapkan di Indonesia, yaitu presidensial, terpimpin, dan
parlementer. Dari ketiga jenis demokrasi itu, yang menjadi pembuka lembaran
sejarah Indonesia adalah demokrasi parlemeter yang dimulai sejak tanggal 14
November 1945 sampai dengan 5 Juli 1959. Melihat demokrasi parlementer
yang menjadi tonggak awal pelaksanaan demokrasi di Indonesia, maka sudah
selayaknya kita sebagai generasi penerus Indonesia mengenal bagaimana proses
permulaan dan lika-liku yang mewarnai perjalanan demokrasi kita. Dalam paper ini
terutama akan dijabarkan pelaksanaan pasa masa pasca revolusi kemerdekaan
(1945-1959) atau demokrasi parlementer.

3
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Demokrasi dan Demokrasi Parlementer?

2. Bagaimana pelaksanaan dari Demokrasi Parlementer?

3. Apa kelebihan dan kekurangan dari Demokrasi Parlementer?

4. Bagaimana pelaksanaan Demokrasi Parlementer dalam bidang politik di


Indonesia?

5. Bagaimana pelaksanaan Demokrasi Parlementer dalam bidang ekonomi di


Indonesia?

6. Bagaimana akhir dari Demokrasi Parlementer di Indonesia?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Demokrasi dan Demokrasi


Parlementer

2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan dari Demokrasi Parlementer

3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari Demokrasi Parlementer

4. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Demokrasi Parlementer dalam


bidang politik di Indonesia

5. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Demokrasi Parlementer dalam


bidang ekonomi di Indonesia

6. Untuk mengetahui bagaimana akhir dari Demokrasi Parlementer di Indonesia

BAB II

4
PEMBAHASAN DAN ISI
A. Pengertian

1. Demokrasi

Isitilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena


kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh
awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern.
Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi
modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan
sistem “demokrasi” di banyak negara.

Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat,
dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan
sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah
kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab
demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik
suatu negara. Jadi Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem
pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat
(kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah
negara tersebut.

a. Ciri-ciri pokok pemerintahan demokratis

a) Pemerintahan berdasarkan kehendak dan kepentingan rakyat banyak,


dengan ciri-ciri tambahan:

1) Konstitusional, yaitu bahwa prinsip-prinsip kekuasaan, kehendak dan


kepentingan rakyat diatur dan ditetapkan dalam konstitusi

2) Perwakilan, yaitu bahwa pelaksanaan kedaulatan rakyat diwakilkan


kepada beberapa orang

3) Pemilihan umum, yaitu kegiatan politik untuk memilih anggota-


anggota parlemen

5
4) Kepartaian, yaitu bahwa partai politik adalah media atau sarana
antara dalam praktik pelaksanaan demokrasi

b) Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan, misalnya pembagian/


pemisahan kekuasaan eksekutif,  legislatif dan yudikatif. Adanya
tanggung jawab dari pelaksana kegiatan pemerintahan.

b. Macam-macam demokrasi
Demokrasi ditinjau dari cara penyaluran kehendak rakyat:
a) Demokrasi langsung
Dipraktikkan di negara-negara kota (polis, city state) pada zaman
Yunani Kuno. Pada masa itu, seluruh rakyat dapat menyampaikan
aspirasi dan pandangannya secara langsung. Dengan demikian,
pemerintah dapat mengetahui – secara langsung pula – aspirasi dan
persoalan-persoalan yang sebenarnya dihadapi masyarakat. Tetapi
dalam zaman modern, demokrasi langsung sulit dilaksanakan karena:
1) Sulitnya mencari tempat yang dapat menampung seluruh rakyat
sekaligus dalam membicarakan suatu urusan
2) Tidak setiap orang memahami persoalan-persoalan negara yang
semakin rumit dan kompleks
3) Musyawarah tidak akan efektif, sehingga sulit menghasilkan
keputusan yang baik
b) Demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan
Sistem demokrasi (menggantikan demokrasi langsung) yang dalam
menyalurkan kehendaknya, rakyat memilih wakil-wakil mereka untuk
duduk dalam parlemen. Aspirasi rakyat disampaikan melalui wakil-wakil
mereka dalam parlemen. Tipe demokrasi perwakilan berlainan menurut
konstitusi negara masing-masing.

2. Demokrasi Parlementer

Demokrasi parlementer (liberal) adalah suatu demokrasi yang


menempatkan kedudukan badan legislatif lebih tinggi daripada badan
eksekutif. Kepala pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana Menteri.
Perdana menteri dan menteri-menteri dalam kabinet diangkat dan

6
diberhentikan oleh parlemen. Dalam demokrasi parlementer Presiden
menjabat sebagai kepala negara. Demokrasi liberal dikenal pula sebagai
demokrasi  parlementer karena pada saat itu berlangsung sistem
pemerintahan parlementer

B. Pelaksanaan dari Demokrasi Parlementer

Demokrasi sistem parlementer semula lahir di Inggris pada abad XVIII dan
dipergunakan pula di negara-negara Belanda, Belgia, Prancis, dan Indonesia (pada
masa UUDS 1950) dengan pelaksanaan yang bervariasi, sesuai dengan konstitusi
negara masing-masing. Negara-negara Barat banyak menggunakan demokrasi
parlementer sesuai dengan masyarakatnya yang cenderung liberal. Ciri khas
demokrasi ini adalah adanya hubungan yang erat antara badan eksekutif dengan
badan perwakilan rakyat atau legislatif. Para menteri yang menjalankan
kekuasaan eksekutif diangkat atas usul suara terbanyak dalam sidang parlemen.

Mereka wajib menjalankan tugas penyelenggaraan negara sesuai dengan


pedoman atau program kerja yang telah disetujui oleh parlemen. Selama
penyelenggaraan negara oleh eksekutif disetujui dan didukung oleh parlemen,
maka kedudukan eksekutif akan stabil. Penyimpangan oleh seorang menteri pun
dapat menyebabkan parlemen mengajukan mosi tidak percaya yang
menggoyahkan kedudukan eksekutif. Demokrasi parlementer lebih cocok
diterapkan di negara-negara yang menganut sistem dwipartai partai mayoritas
akan menjadi partai pendukung pemerintah dan partai minoritas menjadi oposisi.

Dalam demokrasi parlementer, terdapat pembagian kekuasaan


(distribution of powers) antara badan eksekutif dengan badan legislatif dan kerja
sama di antara keduanya. Sedangkan badan yudikatif menjalankan kekuasaan
peradilan secara bebas, tanpa campur tangan dari badan eksekutif maupun
legislatif. Demokrasi formal menjunjung tinggi persamaan dalam bidang politik
tanpa disertai upaya untuk mengurangi atau menghilangkan kesenjangan rakyat
dalam bidang ekonomi.

Dalam sistem demokrasi yang demikian, semua orang dianggap memiliki


derajat dan hak yang sama. Namun karena kesamaan itu, penerapan azas free
fight competition (persaingan bebas) dalam bidang ekonomi menyebabkan

7
kesenjangan antara golongan kaya dan golongan miskin kian lebar. Kepentingan
umum pun diabaikan. Demokrasi formal/ liberal sering pula disebut demokrasi
Barat karena pada umumnya dipraktikkan oleh negara-negara Barat. Kaum
komunis bahkan menyebutnya demokrasi kapitalis karena dalam pelaksanaannya
kaum kapitalis selalu dimenangkan oleh pengaruh uang (money politics) yang
menguasai opini masyarakat (public opinion).

a) Berikut adalah beberapa ciri dari demokrasi parlementer :

1. Kedudukan DPR lebih kuat atau lebih tinggi daripada pemerintah

2. Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh kabinet/Dewan menteri dibawah


pimpinan Perdana menteri dan bertanggung jawab pada parlemen.

3. Presiden hanya sebagai kepala negara, kepala pemerintahan dipegang


Perdana Menteri.
4. Program kebijakan kabinet disesuaikan dengan tujuan politik anggota
parlemen
5. Kedudukan kepala negara terpisah dari kepala pemerintahan, biasanya
hanya berfungsi sebagai simbol negara
6. Jika pemerintah dianggap tidak mampu, maka anggota DPR dapat meminta
mosi tidak percaya kepada parlemen untuk membubarkan pemerintah
7. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh badan pengadilan yang bebas

C. Kelebihan dan Kekurangan dari Demokrasi Parlementer

a. Kelebihan

1. Pengaruh rakyat terhadap politik yang dijalankan pemerintah sangat besar

2. Pengawasan rakyat terhadap kebijakan pemerintah dapat berjalan dengan


baik

3. Kebijakan politik pemerintah yang dianggap salah oleh rakyat dapat


sekaligus dimintakan pertanggungjawabannya oleh parlemen kepada
kabinet

4. Mudah mencapai kesesuaian pendapat antara badan eksekutif dan badan

8
legislatif

5. Menteri-menteri yang diangkat merupakan kehendak dari suara terbanyak


di parlemen sehingga secara tidak langsung merupakan kehendak rakyat
pula

6. Menteri-menteri akan lebih berhati-hati dalam menjalankan tugas karena


setiap saat dapat dijatuhkan oleh parlemen

7. Pemerintah yang dianggap tidak mampu mudah dijatuhkan dan diganti


dengan Pemerintah baru yang dianggap sanggup menjalankan
pemerintahan yang sesuai dengan keinginan rakyat

b. Kekurangan

1. Kedudukan badan eksekutif tidak stabil, karena dapat diberhentikan setiap


saat oleh parlemen melalui mosi tidak percaya

2. Sering terjadi pergantian kabinet, sehingga kebijakan politik negara pun


labil

3. Karena pergantian eksekutif yang mendadak, eksekutif tidak dapat


menyelesaikan program kerja yang telah disusunnya

D. Pelaksanaan Demokrasi Parlementer dalam bidang politik di Indonesia

Setelah bangsa Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaannya


pada tanggal 17 agustus 1945 dan dengan disahkannya UUD 1945 sebagai
konstitusi negara, pancasila sebagai dasar negara, perjuangan pada masa pasca
proklamasi adalah mempertahankan dan mengisi kemerdekaan bangsa.

Salah satu cara untuk mengisi kemerdekaan adalah dengan


mempertahankan kemerdekaan bangsa yang telah lama diraih oleh pejuang-
pejuang bangsa. Cara mempertahankannya sendiri adalah diantaranya dengan

9
mempelajari sejarah pelaksanaan demokrasi di Indonesia sehingga dapat
dijadikan tolak ukur dalam penentuan sistem pemerintahan yang baik, yang
sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa. Dengan belajar dari sejarah, kita
dapat memetik ilmu serta dapat menganalisis baik buruknya dampak yang
ditimbulkan dari berbagai pelaksanaan demokrasi yang berbeda-beda di Indonesia.

Menurut sejarahnya, bangsa indonesia pernah menerapkan tiga model


demokrasi, yaitu demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, dan demokrasi
pancasila. Setiap fase tentunya memiliki karakteristik yang merupakan ciri khas
dari pelaksanaan tiap-tiap tiap fase demokrasi. Namun, untuk pembahasan kali ini
penulis akan mengkhususkan pembahasan mengenai pelaksanaan demokrasi di
Indonesia pada masa Demokrasi Parlementer 1945 – 1959. Sebelum menginjak
ke pembahasan selanjutnya, terlebih dulu penulis akan memaparkan mengenai
pengertian dan ciri-ciri dari demokrasi parlementer itu sendiri. Demokrasi liberal
dikenal pula sebagai demokrasi  parlementer karena pada saat itu berlangsung
sistem pemerintahan parlementer dan berlaku UUD 1945 periode pertama,
konstitusi RIS, dan UUDS 1950.

a. Pada masa pasca revolusi kemerdekaan (18 Agustus 1945-27 Desember


1949)
Pada masa ini ternyata masih terbagi lagi ke dalam dua periode, yakni:
1. 18 Agustus 1945-14 November 1945 dimana berlaku sistem pemerintahan
presidensiil, dan
2. 14 November 1945 - 27 Desember 1949 dimana berlaku sistem
pemerintahan parlementer.

Tanggal 17 Agustus 1945, tepatnya pada awal-awal deklarasi


kemerdekaan Indonesia, Indonesia menjalankan sistem presidensial dengan
bentuk negara kesatuan yang berbentuk republik (sesuai dengan pasal 1 ayat 1
UUD 1945) yang menyatakan bahwa Presiden memiliki kekuasaan tertinggi
dalam pemerintahan.
Pada tanggal 23 Agustus 1945, Belanda dan negara sekutu mendarat di
Indonesia. Negara lain bermaksud untuk mengamankan Indonesia pasca
revolusi kemerdekaan. Sementara lain halnya dengan Belanda yang bermaksud
untuk kembali menguasai Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka,

10
Indonesia menghadapi berbagai rongrongan untuk mempertahankan
kemerdekaannya. Padahal pada masa ini terdapat indikasi dan keinginan kuat
dari para pemimpin negara untuk membentuk pemerintahan demokratis.
Namun karena Indonesia harus berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan
maka belum bisa sepenuhnya mewujudkan pemerintahan demokratis sesuai
dengan UUD 1945. Akhirnya dalam perjalanannya terjadilah berbagai
penyimpangan-penyimpangan. Contohnya saja beberapa bulan setelah
Proklamasi kemerdekaanadanya kesempatan besar untuk mendirikan partai
politik, sehingga bermunculanlah partai-partai politik Indonesia. Dengan
demikian kita kembali kepada pola sistem politik multipartai.
Pada zaman awal kemerdekaan ini, partai politik tumbuh menjamur
dengan berbagai haluan ideologi politik yang berbeda satu sama lain. Hal ini
dikarenakan adanya Maklumat Pemerintah Republik Indonesia 3 November
1945 yang berisi anjuran mendirikan partai politik dalam rangka memperkuat
perjuangan kemerdekaan. Akhirnya secara resmi muncul 10 partai politik.
Bukan hanya itu, tetapi penyimpangan konstitusional juga sempat terjadi
dengan berubahnya sistem kabinet presidensiil menjadi sistem kabinet
parlementer atas usul badan pekerja KNIP yakni pada tanggal 11 November
1945.
Hal ini diperkuat dengan dikeluarkannya Maklumat pemerintah tanggal
14 November 1945 yang mengubah sistem pemerintahan presidensiil menjadi
parlementer berdasarkan asas-asas demokrasi liberal yang di pimpin oleh
perdana mentri Syahrir. Dalam kabinet ini mentri-mentri tidak lagi menjadi
pembantu dan bertanggung jawab kepada Presiden, tetapi bertanggung jawab
kepada KNIP.Disamping itu, KNIP menjadi lembaga yang menjadi cikal bakal
DPR yang berfungsi sebagai badan legislatif. Hal ini sesuai dengan Pasal 4
Aturan Peralihan dalam UUD 1945 dan maklumat Wakil Presiden Nomor X pada
tanggal 16 Oktober 1945 yang memutuskan bahwa KNIP diserahi kekuasaan
legislatif dan bersama-sama dengan Presiden berfungsi  menetapkan Garis-
garis Besar Haluan Negara. Hal ini dilakukan karena MPR dan DPR belum
terbentuk.
Bagi bangsa Indonesia, hak untuk menentukan nasib sendiri
merupakan hak yang harus dipertahankan dan diperjuangkan. Sebagai
konsekuensinya, banyak perlawanan-perlawanan dari rakyat kepada tentara
11
sekutu dan NICA dimana-mana. Terbukti dengan adanya pertempuran di
Bandung, Surabaya, dan tempat-tempat lain yang mereka datangi.
Munculnya perlawanan-perlawanan sengit tersebut memaksa Belanda
melakukan perundingan dan perjanjian dengan Indonesia. Akhirnya setelah
melalui perjuangan panjang, Belanda mau mengakui kedaulatan Indonesia
dengan disetujuinya perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tanggal 27
Desember 1949 di Istana Dam, Amsterdam. Namun, bangsa Indonesia harus
menerima berdirinya negara yang tidak sesuai dengan cita-cita proklamasidan
kehendak UUD 1945, sehingga Negara Kesatuan Republik Indonesia berubah
menjadi Negara Republik Indonesia Serikat berdasarkan konstitusi RIS.

b. Kurun waktu kedua (27 Desember 1949-17 Agustus 1950)


Pada periode ini sistem pemerintahan Indonesia masih menggunakan
sistem pemerintahan parlementer yang merupakan lanjutan dari periode
sebelumnya (1945-1949). Dalam sistem parlementer, artinya kabinet
bertanggung jawab kepada parlemen (DPR).
RIS intinya terdiri dari negara-negara bagian dan kesatuan kenegaraan.
Berubahnya NKRI menjadi negara RIS merupakan konsekuensi diterimanya
hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) yang dituangkan dalam Konstitusi
Republik Indonesia Serikat (RIS). Hal ini karena adanya campur tangan dari PBB
yang memfasilitasinya.Wujud dari campur tangan PBB tersebut adanya
konfrensi KMB yaitu:
a) Indonesia merupakan Negara bagian RIS
b) Indonesia RIS yang di maksud Sumatera dan Jawa
c) Wilayah diperkecil dan Indonesia di dalamnya
d) RIS mempunyai kedudukan yang sama dengan Belanda
e) Indonesia adalah bagian dari RIS yang meliputi Jawa, Sumatera dan
Indonesia Timur.
Berdasarkan Konstitusi RIS yang menganut sistem pemerintahan
parlementer ini, Kekuasaan negara terbagi dalam 6 lembaga negara (alat-alat
kelengkapan federal RIS) yakni sebagai berikut:

a) Badan Eksekutif yakni Presiden dan Menteri-menteri

12
b) Badan Legislatif yangdibagi menjadi dua bagian yakni Senat dan Dewan
Perwakilan Rakyat, dan
c) Badan Yudikatif terdiri dari Dewan Pengawas Keuangan dan MA.
Rancangan konstitusi RIS pada saat itu berada di bawah pengawasan
PBB, dengan menetapkan :
a) Menentukan negara yang berbentuk serikat (federalistis) yang dibagi dalam
16 derah bagian, yakni :
1. Negara Republik Indonesia
2. Negara Indonesia Timur
3. Negara Pasundan, termasuk Distrik Federal Jakarta
4. Negara Jawa Timur
5. Negara Madura
6. Negara Sumatera Timur
7. Negara Sumatera Selatan

b) Wilayah yang berdiri sendiri (otonom) dan tak tergabung dalam federasi,
yaitu:
1. Jawa Tengah
2. Kalimantan Barat (Daerah Istimewa)
3. Dayak Besar
4. Daerah Banjar
5. Kalimantan Tenggara
6. Kalimantan Timur (tidak temasuk bekas wilayah Kesultanan Pasir)
7. Bangka
8. Belitung
9. Riau
Konstitusi RIS menentukan sifat pemerintahan yang liberalistis atau
pemerintahan yang berdasarkan demokrasi parlementer. Mukaddimah
konstitusi RIS telah menghapuskan semangat jiwa, maupun isi pembukaan
UUD proklamasi. Sebenarnya dari awal tidak seluruh rakyat setuju terhadap
pemberlakuan sistem pemerintahan parlementer yang menggunakan
konstitusi RIS, namun keadaanlah yang memaksa demikian. Banyak aturan di
dalam konstitusi tersebut yang menyimpang dari isi jiwa dan cita-cita bangsa
Indonesia. Selain itu, dasar pembentukannya juga sangat lemah dan tidak
13
didukung oleh suatu ideologi yang kuat dan satu tujuan kenegaraan yang jelas
Olehkarenatidak mendapatkan dukungan rakyat terhadap sistem
pemerintahan ini, akhirnya dalam waktu singkat RIS mulai goyah. Sistem
federal seperti apapun juga telah dianggap rakyat sebagai alat Belanda untuk
memecah belah bangsa Indonesia agar Belanda dapat berkuasa di Indonesia,
sehingga tanggal 17 Agustus 1950 Presiden Soekarno menyatakan kembali
ke Negara Kesatuan dengan UUDS 1950.

c. Kurun waktu ketiga (17 Agustus 1950-5 Juli 1959)


Pada tanggal 17 Agustus 1950 negara RIS secara resmi dibubarkan.
Sebelum Republik Indonesia Serikat dinyatakan bubar, terjadi demo besar-
besaran menuntut pembuatan suatu Negara Kesatuan. Maka melalui perjanjian
antara tiga negara bagian, Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur,
dan Negara Sumatera Timur dihasilkan perjanjian pembentukan Negara
Kesatuan berdasarkan UUD Sementara 1950.
Menurut UUD ini, sistem pemerintahan yang dianut adalah sistem
pemerintahan parlementer. Dalam kabinet parlementar, para menteri
bertanggung jawab kepada parlemen. Oleh karena itu, jatuh bangunyakabinet
sangat tergantung pada parlemen.. Hal ini menyebabkan ketidakstabilan politik,
terbukti dengan adanya perpecahan daerah, pertentangan antar partai, bahkan
pemberontakan di daerah-daerah seperti pemberontakan DI/TII di berbagai
kota, pemberontakan APRA, pemberontakan RMS, pemberontakan PPRI dan
Permesta yang tidak dapat dielakkan lagi. Masalah sering terjadinya pergantian
kabinet pun tak urung menjadi salah satu penyebab kekacauan yang ada.
Dalam sejarahnya saja sudah tercatat dalam kurun waktu sekitar 9 tahun
Indonesia telah berganti kabinet sebanyak 7 kali. Kabinet-kabinet tersebut
diantaranya :
1. Kabinet Natsir  (7 September 1950-21 Maret 1951)
Kabinet ini dilantik pada tanggal 7 September 1950 dengan Mohammad
Natsir (Masyumi) sebagai perdana menteri. Kabinet ini merupakan kabinet
koalisi yang dipimpin Masyumi.
a) Program kerja :
1) Menggaitkan usaha mencapai keamanan dan ketentraman

14
2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
3) Mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilihan umum untuk
Konstituante
4) Mencapai konsolidasi dan penyempurnaan susunan pemerintahan
serta membentuk peralatan negara yang kuat dan daulat
5) Menyempurnakan organisasi Angkatan perang dan pemulihan bekas –
bekas anggota tentara dan gerilya dalam masyarakat
6) Memperjuangkan penyelesaian soal Irian Barat secepatnya
7) Mengembangkan dan memperkokoh kesatuan ekonomi rakyat sebagai
dasar bagi pelaksanaan ekonomi nasional yang sehat
8) Membantu pembangunan perumahan rakyat serta memperluas usaha
– usaha meninggikan derajat kesehatan dan kecerdasan rakyat

b) Hasil
Berlangsung perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama
kalinya mengenai masalah Irian Barat.

c) Kendala yang dihadapi


1) Upaya memperjuangkan masalah Irian Barat dengan Belanda
mengalami jalan buntu (kegagalan).
2) Timbul masalah keamanan dalam negeri, yaitu terjadi pemberontakan
hampir di seluruh wilayah Indonesia, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan
Andi Azis, Gerakan APRA, dan Gerakan RMS.     

d) Berakhirnya kabinet
Adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan
Pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS. PNI menganggap peraturan
pemerintah No. 39 tahun 1950 mengenai DPRD yang terlalu
menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disetujui parlemen sehingga
Natsir harus mengembalikan mandatnya kepada presiden.

2. Kabinet Soekiman  (27 April 1951-23 Februari 1952)


Setelah Natsir mengembalikan mandatnya kepada presiden, Presiden
Soekarno menunjuk Sartono, ketua PNI, untuk menjadi formatur. Hampir
15
selama satu bulan Sartono membuat kabinet koalisi antara PNI dan
Masyumi, tetapi gagal. Akhirnya Sartono mengembalikan mandatnya kepada
presiden setelah bertugas selama 23 hari (28 Maret 1951 – 18 April 1951).
Kemudian presiden menunjuk Sukiman Wirosandjojo dari Masyumi dan
menunjuk Djojosukarto sebagai formatur, mereka berhasil membentuk
kabinet koalisi antara Masyumi, PNI, dan sejumlah partai kecil.
a) Program kerja :
1) Menjalankan berbagai tindakan tegas sebagai negara hukum untuk
menjamin keamanan dan ketentraman serta menyempurnakan
organisasi alat-alat kekuasaan negara
2) Membuat dan melaksanakan rencana kemakmuran nasional dalam
jangka pendek untuk mempertinggi kehidupan sosial ekonomi rakyat
dan mempercepat usaha penempatan bekas pejuang dalam
pembangunan
3) Menyelesaikan persiapan pemilu untuk membentuk Dewan
Konstituante dan menyelenggarakan pemilu itu dalam waktu singkat
serta mempercepat terlaksananya otonomi daerah
4) Menyampaikan Undang-Undang pengakuan serikat buruh, perjanjian
kerja sama, penetapan upah minimum,dan penyelesaian pertikaian
buruh
5) Menyelenggarakan politik luar negeri bebas aktif
6) Memasukkan Irian Barat ke wilayah RI secepatnya

b) Hasil
Tidak terlalu berarti sebab programnya melanjutkan program Natsir,
hanya saja terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan
programnya, seperti awalnya program menggiatkan usaha keamanan dan
ketentraman selanjutnya diprioritaskan untuk menjamin keamanan dan
ketentraman.

c) Kendala yang dihadapi


1) Adanya pertukaran Nota Keuangan antara Menteri Luar Negeri
Indonesia Soebardjo dengan Duta Besar Amerika Serikat Merle
Cochran, mengenai pemberian bantuan ekonomi dan militer dari
16
pemerintah Amerika Serikat kepada Indonesia berdasarkan ikatan
Mutual Security Act (MSA). Dalam MSA ini terdapat pembatasan
kebebasan politik luar negeri RI. Hal ini dikarenakan RI menjadi
diwajibkan memperhatiakan kepentingan Amerika. Tindakan Sukiman
tersebut dipandang telah melanggar politik luar negara Indonesia yang
bebas aktif karena lebih condong ke blok barat, bahkan dinilai telah
memasukkan Indonesia ke dalam blok barat.

2) Adanya krisis moral yang ditandai dengan munculnya korupsi yang


terjadi pada setiap lembaga pemerintahan dan kegemaran terhadap
barang-barang mewah.
3) Masalah Irian barat belum juga teratasi.
4) Hubungan Sukiman dengan militer kurang baik tampak dengan kurang
tegasnya tindakan pemerintah menghadapi pemberontakan di Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan.

d) Berakhirnya kabinet

Muncul pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman


sehingga mereka menarik dukungannya pada kabinet tersebut. DPR
akhirnya menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman harus
mengembalikan mandatnya kepada presiden.

3. Kabinet Wilopo  (3 April 1952-3 Juni 1953)


Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para
pakar yang ahli dalam bidangnya.Dipimpin oleh Mr. Wilopo.
a) Program kerja :
1) Mempersiapkan pemilu
2) Berusaha mengembalikan Irian Barat ke dalam pangkuan RI
3) Meningkatkan keamanan dan kesejahteraan
4) Perbaharui bidang pendidikan dan pengajaran
5) Melaksanakan politik luar negeri bebas dan aktif

17
b) Kendala yang dihadapi
1) Masalah Angkatan Darat yang dikenal dengan Peristiwa 17 Oktober
1952. masalah ini dilatarbelakangi oleh: (1) masalah ekonomi
(perkembangan ekonomi dunia kurang menguntungkan hasil ekspor
Indonesia), dan (2)  reorganisasi (profesionalisasi tentara) yang
menimbulkan kericuhan di kalangan militer yang akhirnya menjurus ke
arah perpecahan. Peristiwa 17 Oktober 1952 merupakan upaya
pemerintah untuk menempatkan TNI sebagai alat sipil sehingga
muncul sikap tidak senang dikalangan partai politik sebab dipandang
akan membahayakan kedudukannya. Peristiwa ini diperkuat dengan
munculnya masalah intern dalam TNI sendiri yang berhubungan
dengan kebijakan KSAD A.H. Nasution yang ditentang oleh Kolonel
Bambang Supeno sehingga ia mengirim petisi mengenai penggantian
KSAD kepada menteri pertahanan yang dikirim ke seksi pertahanan
parlemen sehingga menimbulkan perdebatan dalam parlemen. Konflik
semakin diperparah dengan adanya surat yang menjelekkan kebijakan
Kolonel Gatot Subroto dalam memulihkan keamanana di Sulawesi
Selatan. Keadaan ini menyebabkan muncul demonstrasi di berbagai
daerah menuntut dibubarkannya parlemen. Sementara itu, TNI-AD yang
dipimpin Nasution menghadap presiden dan menyarankan agar
parlemen dibubarkan, tetapi saran tersebut ditolak. Akhirnya muncullah
mosi tidak percaya dan menuntut diadakan reformasi dan reorganisasi
angkatan perang dan mengecam kebijakan KSAD. Inti peristiwa ini
adalah gerakan sejumlah perwira angkatan darat guna menekan
Soekarno agar membubarkan kabinet.
2) Munculnya peristiwa Tanjung Morawa mengenai persoalan tanah
perkebunan di Sumatera Timur (Deli). Sesuai dengan perjanjian KMB,
pemerintah mengizinkan pengusaha asing untuk kembali ke Indonesia
dan memiliki tanah-tanah perkebunan. Tanah perkebunan di Deli yang
telah ditinggalkan pemiliknya selama masa penjajahan Jepang telah
digarap oleh para petani di Sumatera Utara dan dianggap sebagai
miliknya. Sehingga pada tanggal 16 Maret 1953 muncullah aksi
kekerasan untuk mengusir para petani liar Indonesia yang dianggap
telah mengerjakan tanah tanpa izin tersebut. Para petani tidak mau
18
pergi sebab telah dihasut oleh PKI. Akibatnya terjadi bentrokan senjata
dan beberapa petani terbunuh. Intinya dari peristiwa Tanjung Morawa
merupakan peristiwa bentrokan antara aparat kepolisian dengan para
petani liar mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur
(Deli).
3) Terjadi defisit kas negara karena penerimaan negara yang berkurang
banyak terlebih setelah terjadi penurunana hasil panen sehingga
membutuhkan biaya besar untuk mengimport beras.
4) Munculnya gerakan sparatisme dan sikap provinsialisme yang
mengancam keutuhan bangsa. Semua itu disebabkan karena rasa
ketidakpuasan akibat alokasi dana dari pusat ke daerah yang tidak
seimbang.
5) Adanya kondisi krisis ekonomi yang disebabkan karena jatuhnya harga
barang-barang eksport Indonesia sementara kebutuhan impor terus
meningkat.
c) Berakhirnya kabinet
Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari
Serikat Tani Indonesia terhadap kabinet Wilopo. Selain itu, peristiwa
tersebut dijadikan sarana oleh kelompok yang antikabinet dan pihak
oposisi lainnya untuk mencela pemerintah sehingga Wilopo harus
mengembalikan mandatnya pada presiden.

4. Kabinet Ali Sastroamijoyo  ( 1 Agustus 1953-24 Juli 1955 )


Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan NU. Dipimpin oleh Mr. Ali
Sastroamijoyo.
a) Program kerja :
1) Menumpas pemberontakan DI/TII di berbagai daerah
2) Memperjuangkan kembalinya Irian Barat kepada RI
3) Menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika
4) Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera
menyelenggarakan Pemilu.
5) Pembebasan Irian Barat secepatnya.
6) Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan
KMB.
19
7) Penyelesaian Pertikaian politik

b) Hasil
1) Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang
akan diselenggarakan pada 29 September 1955.

2) Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika pada tahun 1955.

c) Kendala yang dihadapi

1) Menghadapi masalah keamanan di daerah yang belum juga dapat


terselesaikan, seperti DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.
2) Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) menuntut Aceh sebagai
Propinsi. Daud Beurueh (pimpinan PUSA) menilai bahwa tuntutan itu
diabaikan dan menyatakan Aceh sebagian dari NII.
3) Terjadi peristiwa 27 Juni 1955, suatu peristiwa yang menunjukkan
adanya kemelut dalam tubuh TNI-AD. Peristiwa ini adalah masalah TNI-
AD yang merupakan kelanjutan dari Peristiwa 17 Oktober 1952. Setelah
peristiwa 17 Oktober, Nasution mengundurkan diri sebagai KSAD dan
digantikan oleh Bambang Sugeng. Bambang Sugeng sebagai Kepala
Staf AD mengajukan permohonan berhenti karena tugasnya dirasakan
sangat berat dan permohonan tersebut disetujui oleh kabinet. Sebagai
gantinya menteri pertahanan menunjuk Kolonel Bambang Utoyo, tetapi
Angkatan Darat di bawah KSAD Zulkifli Lubis menolak menolak
pemimpin baru tersebut karena proses pengangkatannya dianggap
tidak menghiraukan norma-norma yang berlaku di lingkungan TNI-AD.
Ketika Bambang Utoyo dilantik pada tanggal 27 Juni 1955, TNI AD
memboikot pengangkatan itu karena Bambang Utoyo adalah KSAD
yang tidak pernah berkantor di Markas Besar Angkatan Darat (MBAD).
Tidak ada seorangpun panglima tinggi yang hadir dalam upacara
tersebut meskipun mereka berada di Jakarta. Wakil KSAD pun menolak
melakukan serah terima dengan KSAD baru.
4) Keadaan ekonomi yang semakin memburuk, maraknya korupsi, dan
inflasi yang menunjukkan gejala membahayakan.
5) Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah. 
20
6) Munculnya konflik antara PNI dan NU. Hal ini menyebabkkan NU
memutuskan untuk menarik kembali menteri-menterinya pada tanggal
20 Juli 1955 yang diikuti oleh partai lainnya.

d) Berakhirnya Kabinet

NU menarik dukungan dan menterinya dari kabinet sehingga keretakan


dalam kabinet inilah yang memaksa Ali harus mengembalikan mandatnya
kepada presiden.

5. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)


Dalam kabinet ini Burhanudin Harahap berasal dari Masyumi, sedangkan PNI
membentuk partai oposisi.
a) Program kerja :
1) Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan
kepercayaan Angkatan Darat dan masyarakat kepada pemerintah
2) Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah
ditetapkan dan mempercepat terbentuknya parlemen baru
3) Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi
4) Perjuangan pengembalian Irian Barat
5) Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif

b) Hasil
1) Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September
1955 (memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih
Konstituante). Terdapat 70 partai politik yang mendaftar tetapi hanya
27 partai yang lolos seleksi. Hasil seleksi ini menghasilkan empat
partai politik besar yang memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU,
Masyumi, dan PKI.

2) Perjuangan diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan


pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
3) Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi yang

21
dilakukan oleh polisi militer.
4) Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet
Burhanuddin.
5) Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955 dengan mengangkat
Kolonel A.H. Nasution sebagai Kepala Staf Angkatan Darat pada
tanggal 28 Oktober 1955

c) Kendala yang dihadapi


Banyaknya mutasi dalam lingkungan pemerintahan dianggap
menimbulkan ketidaktenangan.

d) Berakhirnya kabinet
Dengan berakhirnya pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin pun
dianggap selesai. Pemilu tidak menghasilkan dukungan yang cukup
terhadap kabinet sehingga kabinet pun jatuh. Sehingga dibentuk kabinet
baru yang harus bertanggungjawab pada parlemen yang baru pula.
Tanggal 3 Maret 1956, Kabinet Burhanudin mengembalikan mandatnya
kepada presiden. Kabinet ini merupakan kabinet peralihan dari DPR.
Sementara ke DPR hasil Pemilu.

6. Kabinet Ali Sastroamijoyo II (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957)


Kabinet ini merupakan koalisi antara tiga partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU.
Dipimpin oleh Ali Sastroamijoyo.
a) Program kerjanya disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun, yaitu :
1) Menyelesaikan pembatalan KMB
2) Pembentukan provinsi Irian Barat
3) Menjalankan politik luar negeri bebas aktif
4) Perjuangan pengembalian Irian Barat
5) Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya
anggota anggota DPRD.
6) Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
7) Menyehatkan perimbangan keuangan negara.
8) Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional
berdasarkan kepentingan rakyat.

22
9) Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun,
menjalankan politik luar negeri bebas aktif
10) Melaksanakan keputusan KAA.

b) Hasil
Mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak
dari periode planning and investment, hasilnya adalah pembatalan seluruh
perjanjian KMB.

c) Kendala yang dihadapi


1) Berkobarnya semangat anti-Cina di masyarakat.

2) Muncul pergolakan/kekacauan di daerah yang semakin menguat dan


mengarah pada gerakan sparatisme dengan pembentukan dewan
militer, seperti Dewan Banteng di Sumatera Tengah, Dewan Gajah di
Sumatera Utara, Dewan Garuda di Sumatra Selatan, Dewan Lambung
Mangkurat di Kalimantan Selatan, dan Dewan Manguni di Sulawesi
Utara.
3) Memuncaknya krisis di berbagai daerah karena pemerintah pusat
dianggap mengabaikan pembangunan di daerahnya.
4) Pembatalan KMB oleh presiden menimbulkan masalah baru khususnya
mengenai nasib modal pengusaha Belanda di Indonesia. Banyak
pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya pada orang Cina
karena memang merekalah yang kuat ekonominya. Muncullah
peraturan yang dapat melindungi pengusaha nasional.
5) Timbulnya perpecahan antara Masyumi dan PNI. Masyumi
menghendaki agar Ali Sastroamidjojo menyerahkan mandatnya sesuai
tuntutan daerah, sedangkan PNI berpendapat bahwa mengembalikan
mandat berarti meninggalkan asas demokrasi dan parlementer.

d) Berakhirnya kabinet

Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi membuat kabinet hasil Pemilu


I ini jatuh dan menyerahkan mandatnya pada presiden.

23
7. Kabinet Djuanda ( 9 April 1957-10 Juli 1959 )
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yatu kabinet yang terdiri dari para pakar
yang ahli dalam bidangnya. Dibentuk karena kegagalan konstituante dalam
menyusun Undang-Undang Dasar pengganti UUDS 1950 serta terjadinya
perebutan kekuasaan politik.Dipimpin oleh Ir. Juanda.
a) Program kerjanya disebut Panca Karya (Kabinet Karya ), yaitu :
1) Membentuk dewan nasional
2) Normalisasi keadaan RI
3) Melanjutkan pembatalan KMB
4) Memperjuangkan Irian Barat kembali ke RI
5) Mempercepat pembangunan

b) Hasil
1) Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi
Djuanda, yang mengatur mengenai laut pedalaman dan laut teritorial.
Melalui deklarasi ini menunjukkan telah terciptanya Kesatuan Wilayah
Indonesia karena lautan dan daratan merupakan satu kesatuan yang
utuh dan bulat.
2) Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan yang bertujuan
menampung dan menyalurkan pertumbuhan kekuatan yang ada dalam
masyarakat dengan presiden sebagai ketuanya. Dengan dibentulnya
Dewan Nasional merupakan titik tolak untuk menegakkan sistem
demokrasi terpimpin.
3) Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan
pergolakan di berbagai daerah. Musyawarah ini membahas masalah
pembangunan nasional dan daerah, pembangunan angkatan perang,
dan pembagian wilayah RI.
4) Diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan untuk mengatasi
masalah krisis dalam negeri tetapi tidak berhasil dengan baik.

c) Kendala yang dihadapi


1) Kegagalan Menghadapi pergolakan di daerah sebab pergolakan di

24
daerah semakin meningkat. Hal ini menyebabkan hubungan pusat dan
daerah menjadi terhambat. Munculnya pemberontakan seperti
PRRI/Permesta.

2) Keadaan ekonomi dan keuangan yang semakin buruk sehingga


program pemerintah sulit dilaksanakan. Krisis demokrasi liberal
mencapai puncaknya.
3) Terjadi peristiwa Cikini, yaitu peristiwa percobaan pembunuhan
terhadap Presiden Soekarno di depan Perguruan Cikini saat sedang
menghadir pesta sekolah tempat putra-putrinya bersekolah pada
tanggal 30 November 1957. Peristiwa ini menyebabkan keadaan
negara semakin memburuk karena mengancam kesatuan negara.  

Ternyata dengan adanya kinerja kabinet yang berbeda-beda ini telah


memunculkan pertentangan dari perlemen karena konstituante nya gagal
membentuk undang-undang. Konsekuensi dari kejadian kabinet yang
berulang-ulang tersebut adalah munculnya tuntutan rakyat untuk segera
dilakukan pemilihan umum, tujuannya adalah untuk menjembatani aspirasi
rakyat yang belum tersalurkan oleh wakil dari partai-partai yang ada, serta
diharapkan dapat mengakhiri ketidakstabilan politik. Akhirnya pada masa
kabinet Ali Sastroamijoyo I diselenggarakan pemilihan umum.
1. Pemilu I, tanggal 29 Desember 1955 untuk memilih anggota parlemen
(DPR).
2. Pemilu II, tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota Badan
Konstituante.
Pada saat Indonesia menganut Demokrasi Parlementer dengan
sistem multi partai, banyak sekali bermunculan partai politik. Buktinya
pemilu pertama dalam sejarah Republik Indonesia pada tahun 1955
berdasarkan UU No. 7 tahun 1953 diikuti oleh 28 parpol yaitu : diantaranya
Perti, Parkindo, Partai Katolik, PSI, PSII, Murba, dan IPKI dan yang lain partai
gurem (partai kecil) dan beberapa partai dominan lainnya yakni: Masyumi,
PNI, NU dan PKI. Alasan mengapa empat partai tersebut menjadi partai
dominan adalah karena :
a) PNI merupakan partai politik tertua yang terbentuk sebelum Indonesia

25
merdeka, dan ikut berperan dalam upaya memperjuangkan kemerdekaan
dari penjajah. Oleh karena itu partai ini telah mempunyai basis masa yang
kuat.
b) Masyumi dan Nahdatul ulama adalah partai politik yang berlandaskan
agama islam. Karena Indonesia mempunyai jumlah penduduk muslim
yang besar maka basis masa dari kedua partai politik ini juga kuat.
c) PKI dekat dengan orang-orang pemerintahan diantaranya Ir. Soekarno.
Dan PKI juga membentuk beberapa perkumpulan dibawah naungannya
diantaranya serikat buruh, Gerakan Wanita Indonesia
Tanpa kita sadari, ternyata masa tahun 1950 sampai 1959 ini sering
disebut sebagai masa kejayaan partai politik, karena partai politik
memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara
melalui sistem parlementer yang berujung pada sistem partai politik yang
multipartai. Berikut dampak positif dannegatif adanya multipartai.
b) Dampak Positif :
1) Menghidupkan suasana demokratis di Indonesia.
2) Mencegah kekuasaan presiden yang terlalu besar, karena wewenang
pemerintah di pegang oleh partai yang berkuasa
3) Menempatkan kalangan sipil sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dan
pemerintahan
c) Dampak Negatif :
1) Sejumlah partai cenderung menyuarakan kepentingan kelompok
sendiri, bukan banyak rakyat.
2) Ada kecenderungsn persaingan tidak sehat, baik dalam parlemen
maupun kabinet yang berupa saling menjatuhkan.
Walaupun pemilu dapat berlangsung dengan aman, lancar dan tertib, tetapi
keadaan politik dan keamanaan belum stabil,hal ini di sebabkan oleh :
1) Badan kontituante gagal menyusun UUD
Partai politik tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, sehingga
kabinet jatuh bangun dan tidak dapat melaksanakan program kerjanya.
Sebagai akibatnya pembangunan tidak dapat berjaan dengan baik.
2) Sering terjadi pertentangan antar politik
Rapuhnya Koalisi antar partai sehingga sering terjadi pergolakan politik di
parlemen.
26
3) Anggota DPR hasil pemilu belum dapat memenuhi harapan rakyat
Peranan partai politik pada masa tersebut sudah menjadi sarana penyalur
aspirasi rakyat, namun kurang maksimal karena situasi politik yang panas
dan tidak kondusif. Dimana setiap partai hanya mementingkan
kepentingan partai sendiri tanpa memikirkan kepentingan yang lebih luas
yaitu kepentingan bangsa
4) Partai politik hanya mempertahankan keyakinan partainya
Partai politik pada zaman liberal diwarnai suasana penuh ketegangan
politik, saling curiga mencurigai antara partai politik yang satu dengan
partai politik lainnya. Hal ini mengakibatkan hubungan antar politisi tidak
harmonis karena hanya mementingkan kepentingan (Parpol) sendiri
5) Kebijakan-kebijakan yang dalam pandangan parlemen tidak
menguntungkan Indonesia ataupun dianggap tidak mampu meredam
pemberontakan-pemberontakan di daerah

Setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi Liberal


yang dialamirakyat Indonesia selama hampir 9 tahun, maka rakyat Indonesia
sadar bahwa UUDS1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok,
karena tidak sesuai denganjiwa Pancasila dan UUD 1945. Akhirnya Presiden
menganggap bahwa keadaan ini membahayakan persatuan dan kesatuan
bangsa dan negara sehingga pada tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan dekrit
mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945
serta tidak berlakunya UUDS 1950, serta pembentukan MPRS dan DPAS
dalam waktu singkat. Dekrit presiden 5 Juli 1959 ini menjadi akhir dari
sistem demokrasi parlementer.

E. Pelaksanaan Demokrasi Parlementer dalam bidang ekonomi di Indonesia

Masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem
ekonominya menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan pada
pasar sesuai teori-teori mazhab klasik yang menyatakan laissez faire laissez
passer. Padahal pengusaha pribumi masih lemah dan belum bisa bersaing
dengan pengusaha nonpribumi, terutama pengusaha Cina. Pada akhirnya sistem
ini hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia yang baru merdeka.

27
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara lain :

1. Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950,


untuk mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun.

2. Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menumbuhkan wiraswastawan


pribumi dan mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan
perusahaan impor asing dengan membatasi impor barang tertentu dan
memberikan lisensi impornya hanya pada importir pribumi serta memberikan
kredit pada perusahaan-perusahaan pribumi agar nantinya dapat berpartisipasi
dalam perkembangan ekonomi nasional. Namun usaha ini gagal, karena sifat
pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif dan tak bisa bersaing dengan
pengusaha non-pribumi.

3. Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember


1951 lewat UU no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank
sirkulasi.

4. Sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr


Iskak Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara pengusaha cina
dan pengusaha pribumi. Pengusaha non-pribumi diwajibkan memberikan
latihan-latihan pada pengusaha pribumi, dan pemerintah menyediakan kredit
dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional. Program ini tidak berjalan
dengan baik, karena pengusaha pribumi kurang berpengalaman, sehingga
hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah.

5. Pembatalan sepihak atas hasil-hasil Konferensi Meja Bundar, termasuk


pembubaran Uni Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak pengusaha Belanda
yang menjual perusahaannya sedangkan pengusaha-pengusaha pribumi belum
bisa mengambil alih perusahaan-perusahaan tersebut.

F. Akhir dan Demokrasi Parlementer di Indonesia

Berakhirnya demokrasi Liberal ditandai dengan dikeluarkannya Dekrit


Presiden 5 Juli 1959. Kegagalan Kontituante menetapkan UUD membawa
Indonesia ketepi jurang kehancuran. Keadaan Negara yang telah merongrong

28
sejumlah pemberontakan menjadi bertambah gawat. Atas dasar pertimbangan
menyelamatkan Negara dari bahaya, Presiden Soekarno terpaksa melakukan
tindakan inkontitusional. Tindakan presiden tersebut berupa pengeluaran dekrit
yang dikenal dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Tindakan itu didukung oleh
militer karena mereka sudah direpotkan oleh sejumlah pemberontakan akibat
krisis politik. Lebih lanjut dekrit presiden 5 Juli dikeluarkan dengan berbagai
pertimbangan diantaranya:

1. Anjuran untuk kembali kepada UUD 1945 tidak memperoleh keputusan dari
Kontituante

2. Kontituante tidak mungkin lagi menyelesaikan tugasnya karena sebagian besar


anggotanya telah menolak menghadiri sidang.

3. Kemelut dalam Kontituante membahayakan persatuan, mengancam


keselamatan negera, dan merinangi pembangunan nasional

Sedangkan yang menjadi keputusan dalam Dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah:
a. Konstituante dibubarkan
b. UUD 1945 berlaku kembali sebagai UUD Republik Indonesia
c. Membentuk MPRS dan DPAS dalam waktu singkat

29
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

30
Demokrasi awal yang diberlakukan di Indonesia adalah demokrasi
parlementer dimana kekuasaan tertinggi berada di tangan parlemen. Demokrasi
ini berlaku sejak kurun waktu 1945-1959 (yakni bermula dari pasca kemerdekaan
Indonesia sampai dengan munculnya dekrit presiden 5 Juli 1959).

Dalam sejarahnya, Indonesia pernah mengalami pergantian kabinet


selama 7 kali. Hal itu disebabkan karena ketidakmampuan konstituante untuk
membentuk undang-undang serta adanya konflik antar parpol. Selain itu, pada
masa demokrasi ini pernah menerapkan UUD 1945, UU RIS, dan juga UUDS 1950.
Mulanya demokrasi ini disetujui oleh bangsa Indonesia karena merujuk ke
demokrasi liberal dimana kebebasan rakyat lebih diakui, terbukti dengan sistem
multipartai dan menjamurnya parpol yang ikut andil dalam kursi pemilu tahun
1955. Namun, ternyata dalam perjalanannya demokrasi ini tidak cocok diterapkan
di Indonesia karena menimbulkan banyak penyimpangan, pergolakan, perpecahan,
bahkan pemberontakan yang terjadi dimana-mana. Akhirnya muncullah dekrit
presiden dari Soekarno yang menyatakan bahwa Indonesia kembali ke konstitusi
UUD 1945 dan kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
sistem pemerintahan presidensiil.

B. Saran

Sejarah merupakan acuan yang menjadi pijakan untuk menuju ke masa depan
yang lebih gemilang. Sebagai generasi penerus bangsa, sudah selayaknya kita
harus berupaya untuk mengisi kemerdekaan bangsa dengan cara
mempertahankannya. Salah satu caranya adalah dengan mempelajari sejarah
pelaksanaan demokrasi Indonesia. Hal ini menjadi penting manakala dijadikan
referensi untuk membentuk sistem pemerintahan yang lebih baik melalui hikmah
dan pelajaran yang didapatkan dari sejarah itu sendiri.

31
DAFTAR PUSTAKA
https://onespiritz.wordpress.com/2010/12/11/masa-demokrasi-parlementer-1950-

1959/

http://brantar.blogspot.co.id/2014/05/ppt-indonesia-pada-masa-demokrasi.html

https://www.google.com/search?q=Demokrasi+Parlementer+ppt&ie=utf-8&oe=utf-

8#q=Demokrasi+Parlementer++pada+masa+di+indonesia+ppt

https://www.academia.edu/People/Demokrasi_Parlementer

https://www.academia.edu/Documents/in/Sejarah_Pelaksanaan_Demokrasi_Parlem

enter

https://www.google.com/search?q=Demokrasi+parlementer+masa+di+indonesia&ie

=utf-8&oe=utf-8#q=Demokrasi+parlementer+academia

https://www.academia.edu/8638920/PEMAHAMAN_DAN_PENERAPAN_DEMOKRAS

I_DI_INDONESIA

https://www.google.com/search?q=Demokrasi+parlementer+masa+di+indonesia&ie

=utf-8&oe=utf-8

 http://karw21anto.wordpress.com/tugas-2/semester-1/penyebab-jatuhnya-7-

kabinet-di-indonesia/

32
 http://amru-milicevic.blogspot.com/2011/10/kabinet-kabinet-yang-memerintah-

selama.html

http://www.scribd.com/doc/99701659/Kabinet-Indonesia-Masa-Demokrasi-Liberal

33

Anda mungkin juga menyukai