Anda di halaman 1dari 9

DEMOKRASI INDONESIA

NAMA : KARINA EFENDI


NPM : 23031146

PENDAHULUAN

A. Demokrasi dan Implementasinya


Pembahasan tentang peranan negara dan masyarakat tidak dapat dilepaskan
dari telah tentang demokrasi dan hal karena dua alasan. Pertama, hampir semua
negara di dunia ini telah menjadikan demokrasi sebagai asasnya yang fundamental
sebagai telah ditunjukan oleh hasil studi UNESCO pada awla 1950-an yang
mengumpulkan lebih dari 100 Sarjana Barat dan Timur, sementara di negara-
negara demokrasi itu pemberian peranan kepada negara dan masyarakat hidup
dalam porsi yang berbeda-beda (kendati sama-sama negara demokrasi). Kedua,
demokrasi sebagai asas kenegaraan secara esensial telah memberikan arah bagi
peranan masyarakat untuk menyelenggarakan negara sebagai organisasi
tertingginya tetapi tenyata demokrasi itu berjalan dalam jalur yang berbeda-beda
(Rais,1995:1).

Dalam hubungannya dengan implementasi kedalam sistem pemerintah,


demokrasi juga melahirkan sistem yang bermacam-macam seperti: pertama,
sistem pressidensial yang mengejajarkan antara parlemen dan presiden dengan
memberi dua kedudukan kepada presiden yakni sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan. Kedua, sistem parlementer yang meletakkan pemerintahan
dipimpin oleh perdana Menteri yang hanya berkedudukan sebagai kepala
pemerintahan dan bukan kepala negaranya biasa diduduki oleh raja atau presiden
yang hanya menjadi symbol kedaulatan dan persatuan dan, ketiga, sistem
referendum yang meletakkan pemerintahan sebagai bagian (badan pekerja) dari
parlemen. Di beberapa negara ada yang menggunakan sistem campuran antara
presidensial dengan parlementer, yang antara lain dapat dilihat dari sistem
ketatanegaraan di perancis atau di indinesia berdasarkana UUD 1945.
B. Arti dan Perkembangan Demokrasi
Secara etimologis Istilah demokrasi berasal dari Bahasa Yunani,
“Demos” berarti rakyat dan “Kratos/Kratein” berarti kekuasaan. Konsep dasar
demokrasi berarti “rakyat berkuasa” ( government of rule by the people). Ada
pula definisi singkat untuk istilah demokrasi yang diartikan sebagai
pemerintahan atau kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Namun
demikian penerapan demokrasi penerapan demokrasi deberbagai negara di
dunia, memikili ciri khas dan spesifikasi masing-masing. Yang lazimnya
sangat dipengaruhi oleh ciri khas masyarakat sebagai rakyat dalam suatu
Negara.

Demokrasi mempunyai arti yang penting bagi masyarakat yang


menggunakannya, sebab dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan
sendiri jalannya organisasi negara dijamin. Oleh sebab itu, hamper semua
pengertian yang diberikan untuk istilah demokrasi ini selalu memberikan
posisi penting bagi masyarakat kendati secara operasional implikasinya di
berbagai negara tidak selalu sama. Sekedar untuk menunjukkan betapa rakyat.
Diletakkan pada posisi penting dalam asas demokrasi ini berikut akan dikutip
beberapa pengertian demokrasi.

Dalam hubungan ini menurut Hendry B. Mayo bahwa sistem politik


demokratis adalah sistem yang menunjukkan bahwa kebijaksanaan umum
ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif
oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang di dasarkan atas prinsip
kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan
politik ( Mayo, 1960:70).

Konsep demokrasi semula lahir dari pemikiran mengenai hubungan


negara dan hokum di Yunani Kuno dan dipraktikkan dalam hidup bernegara
antara abad ke 4 sebelum masehi sampai abad 6 masehi. Pada waktu itu,
dilihat dari pelaksanaannya, demokrasi yang diperaktikkan bersifat langsung (
direct democracy), artinya hak rakyat untuk membuat keputusan-keputusan
politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga negara yang bertindak
berdasarkan prosedur mayoritas sefat langsung ini dapat dilaksanakan secara
efektif karena negara kota (City State) Yunani Kuno berlangsung dalam
kondisi sederhana dengan wilayah negara yang hanya terbatas pada sebuah
kota dan daerah sekitarnya dan jumlah penduduk yang hanya lebih kurang
300.000 orang dalam satu negara. Lebih dari itu ketentuan-ketentuan
demokrasi hanya berlaku untuk warga negara yang terdiri dari budak berlian,
pedagang asing, perempuan, dan anak-anak tidak dapat menikmati hak
demokrasi (Budiarjo, 1982:54).

Gagasan demokrasi Yunani boleh dikatakan lenyap dari muka Dunia


Barat ketika bangsa Romawi dikalahkan oleh suku Eropah Barat dan Benua
Eropah memasuki abad pertengahan (600-1400). Masyarakat abad
pertengahan ini dicirikan oleh stuktur social yang feudal; kehidupan social dan
spiritualnya dikuasai oleh paus dan pejabat-pejabat agama, sedangkan
kehidupan politiknya ditandai oleh perebutan kekuasaan diantara para
bangsawan. Dengan demikian, masyarakat Abad pertengahan terbelenggu oleh
kekuasaan feudal dan kekuasaan pemimpin-pemimpin agama, sehingga
tenggelam dalam apa yang disebut sebagai masa kegelapan. Kendati begitu,
ada sesuatu yang penting berkenaan dengan demokrasi pada abad pertengahan
itu, yakni lahirnya dokumen Magna Charta (Piagam Besar), sesuatu piagam
yang berisi semacam perjanjian anatara beberapa nbangsawan dan Raja John
di Inggris bahwa Raja mengakui dan menjamin beverapa hak dan previleges
bahwasannya sebagai imbalan untuk penyerahan dana bagi keperluan perang
dan lain-lain. Lahirnya piagam ini, sebagai lahirnya suatu tonggak baru bagi
perkembangan demokrasi, sebab dari piagam tersebut terlihat adanya dua
prinsip dasar : pertama, kekuasaan Raja harus dibatasi, kedua, hak asasi
manusia lebih penting dari pada kedaulatan Raja (Ramdlonnaning, 1983:9).

Tampak bahwa teori hukum alam merupakan usaha politik untuk


mendobrak pemerintahan absolut dan menetapkan hak-hak politik rakyat
dalam suatu asas yang disebut demikrasi (pemerintah rakyat). Dua filsuf besar
yaitu John Locke dan Montesquieu, masing-masing dari inggris dan Prancis
telah memberikan sumbangan yang besar dari gagasan pemerintahan
demokrasi ini. John Locke (1632-1704) mengemukakan bahwa hak-hak
politik rakyat mencakup hak asas hidup, kebebasan dan hak memiliki
(live,liberal,property); sedangkan Montesquieu (1689-1955) mengemukakan
sitem pokok yang menurutnya dapat menjamin hak-hak politik tersebut
melalui “Trias Politika”-nya, yakni suatu sistem pemisahan kekuasaan dalam
negara kedalam kekuasaan Jegislatis, eksekutif dan yudikatif yang masing-
masing harus dipegang ileh organ sendiri yang merdeka, artinya secara prinsip
kiranya semua kekuasaan itu tak boleh dipegang hanya seorang saja.

Perspektif lain dikembangkan oleh Torres (1998:145-146), demokrasi


dapat dilihat dari tiga tradisi pemikiran politik, yaitu classical Aristetolian
theory, medieval theory, dan contemporary doctrine. Dalam tradisi pemikiran
Aristoteles demokrasi merupakan salah satu bentuk pemerintahan . Aspek
normative, menyangkut bagaimana norma-norma sebagai asas dan aturan
dalam demokrasi dikembangkan berlandasan dasar filosofis masyarakat,
bangsa dan negara. Lazimnya dalam suatu negara dijabarkan dalam suatu
norma peraturan perundang-undangan dan tidak kalah pentingnya adalah
norma moralitas. Aspek praksis, yaitu pelaksanaan demokrasi yang
berdasarkan norma peraturan perundangan yang berlaku dan moralitas
masyarakat bangsa. Praktis demkrasi ini tidak dpat dipisahkan dengan
karakteristik suatu masyarakat, bangsa sebagai subjek demokrasi.

C. Benruk-bentuk Demokrasi
Menurut Torres demokrasi dapat dilihat dari dua aspek yaitu pertam,
formal democracy dan kedua, substantive democracy, yaitu menjuk pada
bagaimana proses demokrasi itu dilakukan (Winaraputra,2006).

Formal democracy menunjuk pada demokrasi dalam arti sistem


pemerintahan. Hal ini dapat dilihat dalam berbagai pelaksanaan demokrasi di
berbagai Negara. Dalam suatu negara misalnya dapat diterapkan demokrasi
dengan menerapkan sistem presidensial, atau sistem parlementer.

Sistem presidensial : sistem ini menekankan pentingnya pemilihan


presiden secara berlangsung, sehingga presiden terpilih mendapatkan mendata
secara langsung dari rakyat. Dalam sistem ini kekuasaan eksekutif (kekuasaan
menjalankan pemerintatan) sepenuhnya berada ditangan presiden. Oleh karena
itu presiden adalah meerupakan kepala eksekutif (head of government) dan
sekaligus menjadi kepala negara (head of state).presiden adalah penguasa dan
sekaligus sebagai symbol kepemimpinan negara (Tim LP3,UMY). Sistem
demokrasi ini sebagaimana diterapkan di negara Amerika dan negara
Indonesia.

Sistem Parlementer : sistem ini menerapkan model hubungan yang


menyatu antara kekuasaan eksekutif dan legislative. Kepala eksekutif (head of
government) adalah berada ditangan seorang perdana Menteri. Adapun kepala
negara (head of state) adalah berada pada seseorang ratu, misalnya di negara
Inggris atau ada pula yang berada pada seseorang presiden misalnya di India.

Selain bentuk demokrasi sebagaimana dipahami di atas terdapat


beberapa sistem demokrasi yang mendasarkan pada prinsip filsofi Negara.
1. Demokrasi Perwakilan Liberal
Prinsip demokrasi ini didasarkan pada suatu filsafat kenegaraan bahwa
manusia adalah sebagai makhluk individu yang bebas. Oleh karena itu dalam
sistem demokrasi ini kebebasaan individu sebagai dasar fumdamental dalam
pelaksanaan demokrasi.
Menurut Held (2004:10), bahwa demokrasi perakilan liberal
merupakan suatu pembahaaruan kelembagaan pokok untuk mengatasi
problema keseimbangan antara kekuasaan memaksa dan kebebasan. Namun
demikian perlu disadari bahwa dalam prinsip demokrasi ini apapun yang
dikembangkan melalui kelembagaan negara senantiasa merupakan suatu
manifestasi perlindungan serta jaminan atas kebebasan individu dalam hidup
bernegara.

2. Demokrasi Satu Partai dan Kominisme


Demokrasi satu partai ini lazimnya dilaksanakan di negara-negara
komunis seprti, Rusia, China, Vietnam dan lainnya. Kebebasan formal
berdasarkan demokrasi liberal akan menghasilkan kesenjagangan kelas yang
semakin lebar dalam mesyarakat, dan akhirnya kapitalislah yang menguasai
negara.
Menurut pandangan kaum Mrxis-Leninis, sistem demokrasi delegatif
harus dilengkapi, pada prinsipnya dengan suatu sistem yang terpisah tetapi
sama pada tingkat partai komunis. Transisi menuju sosialisme dan komunisme
memerlukan kepemimpinan yang fropesional, dari kader-kader revolisioner
dan disiplin(Lenin,1947). Hanya kepemimpinan yang seperti itu yang
mempunyai kemampuan untuk mengorganisasikan pertahanan revolusi
melawan kekuatan-kekuatan kapilitas dan mengawasi rekonstruksi
masyarakat.

3. Demokrasi berdasar Nilai-nilai Pancasila


Realisasi demokrasi di Indonesia tidak mungkin hanya memaksakan
komsep-konsep yang berkembang di Barat, melaikan filosofi dan core values
demokrasi yang dikembangkan secara kontekstual berdasarkan filosofi bangsa
indonesi, identitas nasional Indonesia (national identity, perspektif sejarah
bangsa Indoenesia (historial experience), serta unsur-unsur budaya bangsa
(element of civic culture).

D. Demokrasi di Indonesia
Berdasarkan konstatasi berbagai teori dan studi tentang demokrasi
diberbagai negara, sebagaimana dilakukan oleh Elposito, Voll Andrews,
Austin, Hantington, maka dapat diambil esensi bahwa proses demokratisasi itu
pada dasarnya mencakup proses rekonseptualisasi yang kompleks atas
substansi demokrasi dan disintesiskan serta dikembangkan dengan tradisi,
karakter, sejarah serta filosofi dari masyarakat bangsa tersebut.
Dalam hubungan dengan demokrasi di Indonesia secara dassellen
(seharusnya),demokrasi dikembangkan secara kontekstual dengan berdasarkan
pada filosofi bangsa, sifat dan karakter bengasa ciri khas serata identitas
bangsa atau jatidiri bangsa, manusia lainnya. Oeleh karena itu manusia dalam
melakukan interaksi dengan individu lainnya senantiasa memiliki suatu sifat
kebiasaan, tingkah laku serta karakter yang khas yang membedakan manusia
tersebut dengan manusia lainnya. Suatu identitas adalah keseluruhan atau
totalitas dari factor-faktor biologis psikologis dan sosiologis yang mendasari
tingakh laku individu.
Memang diakui oleh berbagai pihak bahwa dalam era reformasi ini
telah banyak dihasilkan berbagai peraturan perundang-undangan, namun yang
serius kea rah demokrasi, yang esensinya kearah tarik ulur tentang kekuasaan,
andai toh ada peraturan perundang-undangan yang secara formal kea rah
social ekonomi, namun dalam kenyataannya justru memperkuat eksitensi
kekuasaan kalangan kapitalis.

1. Perkembangan Demokrasi di Indonesia


Dalam sejarah negara Republik Indonesia yang telah lebih dari
setengah abad, perkembangan demokrasi telah mengalami pasang surut.
Masalah pokok yang dihadapi oleh bangsa Indonesia ialah sebagaimana
meningkatkan kehidupan ekonomi dan membangun kehidupan social dan
politik yang demokratis dalam masyarakat yang beraneka ragam pola adat
budanyanya. Masalah ini berkisar pada penyusunan suatu sistem politik
dengan kepemimpinan cukup kuat untuk melaksanakan pembangunan
ekonomi serta character and nation buiding,dengan partisipasi rakyat.
Sekaligus menghindarkan timbulnya diktatur perorangan, partai ataupun
militer.

2. Pengertian Demokrasi menurut UUD 1945


a. Seminar Angkatan Darat II (Agustus 1966)
1) Bidang Politik dan Konstitusional:
Demokrasi Indonesia seperti yang dimaksud dalam Undang-
undang Dasar 1945 berarti menegakkan kembali asas-asas negara
hokum dimana kepastian hikum dirasakan oleh segenap warga negara,
hak-hak asasi manusia baik dalam aspek perorangan dijamin, dan
penyalagunaan kekuasaan dihindarkan secara Institusional.
2) Bidang Ekonomi
Demokrasi ekonomi sesuai dengan asas-asas yang menjiwai
ketentuan-ketentuan mengenai ekonomi dalam UUD 1945 yang pada
hakikatnya berarti kehidupan yang layak bagi semua warganegara.
b. Munas III Persahi ; The Tule of way ( Desember 1966)
Asas negara hukum Pancasila mengandung prinsip:
1) Pengakuan dan perlindungan hak asasi yang mengandung persamaan
dalam bidang politik,hukum,social,ekonomi,kultural dan Pendidikan.
2) Peradilan yang bebas dan tidak memihak, tidak terpengaruh oleh
sesuatu kekuasaan/kekuatan lain apa pun.
3) Jaminan kepastian hukum dalam semua persoalan. Yang dimaksud
kepastian hukum yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat
diapahami, dapat dilaksanakan dan aman dalam melaksanakannya.
c. Simposium hak-hak Asasi Manusia (Juni 1967)
Apapun predikat yang akan diberikan kepada demokrasi kita
maka demokrasi itu harus demokrasi yang bertanggungjawab terhadap
Tuhan dan sesame kita. Berhubungan dengan keharusan kita di tahun-
tahun yang akan dating untuk memperkembangkan “a rapidly
expanding economy”

3. Demokrasi Pasca Reformasi


Dewasa ini hampir seluruh Negara di dunia mangklaim menjadi
penganut setia paham demokrasi. Namun demikian sebagaimana hasil
penelitian yang dilakukan oleh Amos J. Peaslee bahwa dalam
kenyataannya demokrasi dipraktekkan diseluruh dunia secara berbeda-
beda dari satu negara ke negara lain. Setiap negara dan orang
menerapkan definisi demokrasi menurut kriteria masing-masing,
bahkan negara komonis seperti RRC, Kuba, Vietnam juga menyatakan
sebagai negara demokrasi.
Berdasarkan esensi pengertian tersebut maka hakikat kekuatan
ditangan rakyat adalah menyangkut baik penyelenggaraan negara
maupun pemerintahan. Oleh karena itu kekuasaan pemerintahan negara
maupun pemerintahan. Oleh karena itu kekuasaa pemerintahan negara
di tangan rakyat mengandung pengertian tiga hal: pertama, pemerintah
dari rakyat (government of the people); kedua, pemerintahan oleh
rakyat (government by people); ketiga, pemerintahan untuk rakyat
(government for people).
Pembukaan UUD 1945 dalam ilmu hukum memiliki kedudukan
sebagai “staatsfundamentalnorm”. Oleh karena itu merupakan sumber
hukum positif dalam negara Republik Indonesia. Maka prinsip
demokrasi dalam Negara Indonesia selain tercantum dalam pembukaan
juga berdasarkan pada dasar filsafat negara Pncasila sila keempat yaitu
kerakyatan, yang juga tercantum dalam pembukaan UUD 145. Makna
pengertian “dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan”.

Anda mungkin juga menyukai