PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setelah terjadinya Perang Dunia II, Demokrasi menjadi dasar dari kebanyakan negara di
dunia. Demokrasi menganut sistem mekanisme pemerintah untuk mewujudkan kedaulatan rakyat
dan negara yang dijalan oleh pemerintahan. Demokrasi Konstitusional dan Demokrasi yang
mendasarkan dirinya atas Komunisme merupakan dua kelompok aliran paling penting dari
sekian banyak aliran pikiran yang dinamakan Demokrasi. Awal mulanya kedua kelompok aliran
ini berasal dari dari Eropa, namun setelah Perang Dunia II beberapa negara asia mulai
mendukung. Pada akhir abad ke-19 muncul Demokrasi Konstitusional yang sebagai sistem
politik yang konkret, sebelumnya pada abad ke-15 dan ke-16 sudah mulai berkembang di Eropa
Barat. Pada abad ke-19 dan permulaan abad ke-20 memerlukan pembatasan mendapat
perumusan yuridis mengenai gagasan.
Dalam sejarah demokrasi sendiri sejak 500 tahun sebelum Masehi, sejarah demokrasi
dicatat dengan ada nya sekelompok kecil manusia di Yunani dan Romawi di tandai dengan
adanya pengembangan dari sistem pemerintahan yang memberikan kesempatan cukup besar bagi
yang lain agar ikut merta dalam merancang keputusan. Tumbuhnyapun telah mencangkup
beberapa asas dan nilai yang telah diwariskan dari masa lampau, yaitu gagasan mengenai bahwa
demokrasi kebudayaan Yunani Kuno memberikan adanya kebebasan beragama dengan adanya
reformasi serta perang-perang agama.
Demokrasi dalam kehidupan bernegara pertama kali digunakan di Yunani Kuno, Athena.
Pada saat itu demokrasi yang dipakai adalah demokrasi secara langsung (direct democracy) yang
artinya hak rakyat untuk membuat keputusan-keputusan politik dipilih secara langsung oleh
rakyat/warga negara yang bertindak berdasarkan prosedur mayoritas. Maksudnya disini tidak
semua merasakan hak demokrasi tersebut. Begitu pula yang terjadi di Roma, semenanjung Italia.
Demokrasi ini kian berjalan sebagaimana mestinya sampai pada abad pertengahan
munculnya dokumen penting “Magna Charta” dimana adanya perjanjian antara raja John dan
bangsawan jika ada sesuatu perjanjian atau ketentuan lain bahkan bersangkutan dengan pajak
maka harus dimusyawarahkan bersama terlebih dahulu. Sampai pada awal permulaan abad ke-16
di Eropa Barat mengalami beberapa perubahan sosial dan muncul juga negara-negara nasional
guna membangun persiapan diri sebelum memasuki zaman dimana akal dapat memerdekakan
diri dari batasannya.
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN PENELITIAN
Pengertian demokrasi
Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “demos” yang berarti rakyat dan “krato
s” atau “kratein”yang berarti kekuasaan atau berkuasa. Secara harfiah pengertian demokrasi
adalah suatu pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat. Dimana semua warga negaranya
memiliki hak untuk pengambilan keputusan karena demokrasi menyiratkan arti kekuasaan itu p
ada hakikatnya yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Sedangkan pengertian
demokrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bentuk atau sistem pemerinta
han yang seluruh rakyatnya ikut serta dalam memerintah negaranya dengan perantaraan wakilny
a yang terpilih.
Sementara itu, pengertian demokrasi secara istilah sebagaimana dikemukakan para ahli
seperti menurut Abraham Lincoln. Menurutnya demokrasi adalah suatu pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Sebagaimana seperti yang diterapkan oleh Indonesia. Siste
m pemerintahan negara Indonesia diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat
berati demokrasi yang diterapkan di indonesia adalah demokrasi pancasila. Salah satu ciri dari de
mokrasi Pancasila yaitu demokrasi yang berkedaulatan rakyat. Penerapan demokrasi pancasila je
las lebih sesuai dengan karakter bangsa Indonesia dimana senantiasa lebih mengutamakan musya
warah mufakat. Musyawarah mufakat dianggap lebih sesuai dengan nilai-nilai bangsa Timur.
Dengan demikian Negara yang menganut sistem demokrasi adalah Negara yang diselenggarak
an sesuai dengan kehendak dan kemauan rakyat. Dari sudut organisasi, demokrasi berarti pengor
ganisasian Negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau atas persetujuan rakyat karena kedaula
tan ditangan rakyat.
Adanya sebuah sistem demokrasi yang berlaku di negara-negara kota Yunani kuno (abad
ke-6 hingga abad ke-3 SM) ialah demokrasi langsung, yaitu pemerintahan, dimana semua warga
negara rata-rata menggunakan hak untuk mengambil sebuah keputusan politik secara langsung
melalui kekuasaan mayoritas. Sifat langsung dari demokrasi Yunani sendiri dapat dilaksanakan
secara efektif karena berlangsung dalam kondisi sederhana, wilayahnya terbatas ( yang
negaranya terdiri dari kota dan sekitarnya) dan dari jumlah penduduknyapun sangatlah sedikit
(300.000 jiwa dalam satu lingkup negara kota). Saat itu pula, ketentuan dari demokrasi sendiri
hanya berlaku untuk warga negara yang sah, yang merupakan sebagian kecil dari populasi. Bagi
mayoritas yang terdirinya dari para budak dan pedagang asing, sebuah demokrasi itu tidak
berlaku. Dalam negara modern, demokrasi tidak lagi bersifat langsung, melainkan demokrasi itu
berdasarkan perwakilan (representative democracy). Dapat dikatakan bahwa apabila gagasan
demokrasi Yunani menghilang dari muka dunia barat ketika bangsa Romawi, yang masih kurang
lebih belum mengenal budaya yunani, ditaklukan suku-suku Eropa barat dan continental pada
abad pertengahan (600-1400). Pada masyarakat abad pertengahan sendiri pun dicirikan oleh
struktur sosial feudal (hubungan antara pengikut dan tuan) yang kehidupan sosial dan
spiritualnya dikendalikan oleh Paus dan pejabat agama lainnya juga kehidupan politik yang
diwarnai dengan perebutan kekuasaan antara bangsawan satu sama lain. Sehubungan dengan
adanya perkembangan demokrasi, pada abad pertengahan menghasilkan sebuah dokumen
penting yaitu berupa Magna Carta (1215). Magna Carta ialah semi sebuah kontrak perjanjian
yang ditandatangani antara bangsawan dan Raja jhon dari inggris, di mana raja yang berkuasa
menyanggupi pertama kalinya untuk mengakui dan memberikan sebuah hak dan keistimewaan
tertentu kepada rakyatnya sebagai imbala penyerahan dana untuk keperluan sebuah perang dan
tujuan sebagainya. Meskipun piagam ini lahir dalam suasana feodal dan tidak berlaku bagi para
rakyat jelata, tetapi piagam tersebut dianggap merupakan tonggak dari perkembangan sebuah
gagasan demokrasi.
Pada akhir abad pertengahan dan awal abad ke-16 di Eropa Barat muncul sebuah negara-
negara nasional (nasional state) dalam bentuk modern. Eropa Barat melihat sejumlah perubahan
sosial dan budaya yang membuka jalan bagi transisi ke era yang jauh lebih modern, dimana
sebuah pikiran dibebaskan dari keterbatasannya. Kedua peristiwa tersebut adalah Renaissance
(1350-100), yang sangat berpengaruh di Eropa Selatan seperti italia, dan reformasi (1500-150),
yang memiliki banyaknya pengikut di Erpa utara seperti Jerman dan Swiss.
Dua aliran pemikiran diatas mempersiapkan orang dari Eropa Barat dalam masa 1650-
1800 untuk mengalami masa Aufklarung (abad pemikiran) dan rasionalisme sebuah aliran
pemikiran yang ingin membebaskan pikiran manusia dari sebuah batasan yang ditetapkan oleh
Gereja dan didasarkan pada sebuah gagasan akal saja (ratio), Kebebasan berpikir ini membuka
jalan bagi perluasan ide dibidang politik. Muncullah sebuah gagasan bahwa dimana rakyat
memiliki hak politik yang tidak dapat disalahgunakan oleh raja dan hal ini juga menimbulkan
kritik menurut model yang berlaku pada saat itu terhadap raja yang juga memiliki kekuasaan
yang tidak terbatas.
Monarki absolut ini muncul antara tahun 1500-1700, setelah akhir abad pertengahan.
Raja absolut menganggap bahwa diri mereka berhak atas takhta yang berdasarkan konsep hak
suci raja. Raja-raja di Spanyol yang terkenal adalah Isabella dan Ferdinand (1479-1516), di
Perancis raja-raja Bourbon dan lainnya. Kritik terhadap gagasan absolutism mendapat sebuah
dukungan yang kuat dari golongan menengah (middle class) yang mulai mendapat pengaruh
karena status ekonomi yang tinggi dan adanya kualitas pendidikannya.
Runtuhnya kedudukan raja-raja abolut ini didasarkan pada teori rasionalis yang biasa
dikenal dengan kontrak sosial. Salah satu prinsip kontrak sosial adalah bahwa dunia telah diatur
oleh hukum alam dan sudah mengandung prinsip keadilan universal yang artinya berlaku untuk
segala usia dan untuk semua orang, baik itu raja, bangsawan, atau rakyat jelata. Hukum ini juga
disebut hukum kodrat (Natural Law, ius natural). Bagian universalisme inilah yang diterapkan
pada masalah politik. Teori kontrak sosial ini beranggapan bahwa hubungan antara raja dan
rakyat didasarkan atas suatu kontrak yang sayarat-syaratnya mengikat kedua belah pihak.
Sebaliknya, kontrak sosial menetapkan bahwa raja menerima kekuasaan rakyat untuk
melaksanakan perintah dan menciptakan adanya suasana dimana rakyat dapat menikmati sebuah
hak-hak kodratnya (natural rights) dengan aman. Di sisi lain, rakyat mematuhi perintah raja
selama hak-hak kodratnya terjamin.
Teori kontrak sosialpada hakikatnya ialah upaya untuk memetahkan sebuah fondasi
kekuasaan absolute dan memperkuat adanya hak politik rakyat. Diantara para filsuf yang
mengangkat gagasan ini adalah orang inggris yaitu Jhon Locke (1632-1704) dan Montesquieu
Prancis (1689-1755). Menurut Jhon Locke, hak politik meliputi hak untuk hidup, hak atas
kebebasan, dan hak atas milik (life,liberty and property). Montesquieu juga mengembangkan
suatu sistem yang dapat menjamin hak-hak politik yang dikenal dengan Trias Politica. Gagasan
bahwa orang memiliki hak politik menyebabkan adanya Revolusi Prancis pada akhir abad ke-18
dan Revolusi Amerika melawan inggris.
Akibat dari pergolakan ini, gagasan dari demokrasi sebagai program dan sistem politik
telah menjadi nyata pada akhir abad ke-19. Demokrasi pada tahap ini murni politis dan sudah
didasarkan pada prinsip-prinsip kebebasan individu, persamaan hak (equal rights), dan adanya
hak pilih untuk semua warga negara atau bisa disebut hak pilih universal (universal sufrage).
Sebagai dampak dari ambisi untuk mengupayakan hak-hak politik secara efektif maka
muncullah gagasan bahwa upaya yang terbaik untuk membatasi kekuasaan pemerintahan adalah
dengan suatu konstitusi, yang berarti apakah hal tersebut bersifat naskah (written constitution)
atau tak bersifat naskah (unwritten constitution). Konstitusi menjamin hak-hak politik serta
mengupayakan pembagian kekuasaan negara sedemikian rupa agar kekuasaan eksekutif dapat
diimbangi oleh kekuasaan parlemen dan lembaga-lembaga hukum. Pandangan ini lah yang
dinamakan konstituonalisme (constitutionalism), sementara itu negara yang dianut dalam
pandangan ini dinamakan Constitutional State atau Rechsstaat.
Perkumpulan aksi yang dilaksanakan atas nama rakyat, tetapi tunduk kepada beberapa
pembatasan (termaktub dalam UUD) bertujuan memberi jaminan bahwa kekuasaan yang
dibutuhkan untuk pemerintahaan itu tidak disalahgunakan oleh mereka yang memperoleh tugas
untuk memerintah.
Mulai abad ke-19 dan awal permulaan abad ke-20 gagasan mengenai butuhnya pembatasan
mendapat perumusan yuridis. Para ahli hukum Eropa Barat Kontinental seperti Immanuel Kant
(1724-1804) dan Friedrich Julius Stahl menggunakan istilah Rechsstaat, sedangkan ahli Ango
Saxon seperti A. V. Dicey menggunakan istilah Rule of Law.
a. Hak-hak manusia
b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak tersebut (di negara Eropa
Kontinental biasa disebut dengan Trias Politika)
Unsur-unsur Rule of Law dalam arti klasik, seperti yang dikemukakan oleh A.V Dicey dalam
Introduction to the Law of the Constitution meliputi:
b. Derajat yang sama dalam menghadapi hukum (equality before the law). Dalil ini akan
berlaku kepada orang biasa maupun kepada pejabat.
c. Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang (di negara lain oleh undang-undang
dasar) serta keputusan-keputusan pengadilan.
Perumusan ini hanya bersifat yuridis dan menyangkut kepada bidang hukum dalam batasan yang
agak sempit. Hal tersebut disebabkan karena kedua perumusan itu dirumuskan dalam suasana
yang masih dikuasai oleh gagasan bahwa negara dan pemerintahannya sebaiknya tidak memiliki
campur tangan dalam urusan warga negaranya, kecuali dalam hal menyangkut kepentingan
umum, misalnya bencana alam, hubungan luar negeri, dan pertahanan negara. Aliran pikiran
yang dianut disebut Liberalisme dan dirumuskan dalam dalil: Pemerintahan yang paling sedikit
ialah yang paling baik (The least government is the best government), atau dengan istilah
Belanda staatsonthouding. Negara dalam pandangan ini dianggap sebagai Negara Penjaga
Malam (Nachtwachterstaat) yang sangat sempit ruang geraknya, tidak hanya pada bidang politik,
tetapi juga pada bidang ekonomi. Kegiatan di bidang ekonomi dikuasai oleh dalil laissez faire,
laissez passez, yang berarti jika manusia dibiarkan mengurus kepentingan ekonominya sendiri,
maka dengan sendirinya keadaan ekonomi yang ada di seluruh negara akan kembali pulih.
Negara hanya memiliki tugas pasif, yaitu akan bertindak apabila hak-hak manusia dilanggar atau
ketertiban dan keamanan umum terancam bahaya. Konsepsi negara hukum tersebut sempit
sehingga sering disebut “Negara Hukum Klasik.”
DEMOKRASI KONSTITUSIINAL ABAD KE-20 : RULE OF LAW YANG DINAMIS.
Perubahan pada sosisal dan ekonomi terjadi pada abad 20 terjadi sesudah perang dunia ke II.
Dalam perubahan-perubahan ada beberapa faktor , salah satu faktornya adalah kecaman tentang
keuntungan pada industrisasi dan sistem kapitalis.
Dan ada perubahan gagasan , dari gagasan pemerintah tidak boleh ikut campur urusan warga
negaranya pada bidang sosial maupun ekonomi, menjadi pemerintah berkewajiban untuk
menimbulkan kesejaterahan warga negara dan sungguh sungguh mengatur ekonomi dan sosial
warga negaranya. Gagasan tersebut menganggap bahwa demokrasi wajib meliputi aspek
ekonomi dan sosial dengan suatu sistem yang menuatkan dan memperhempit perbedaan ekonomi
dan sosial. Gagasan itu membuat negara-negara modern turun tangan mengatur soal pajak
sampai asuransi dan mencegah pengangguran serta mengatur ekonomi sebaik mungkin. Oleh
sebab itu, pemerintah modern harus memperluas aktivitasnya.
Organisasi ahli hukum internasional yang mengadakan konfrensi di bangkok (1965) dan
menghasilkan yang memperbesar konsep mengenai RULE OF LAW. Hak-hak politik,sosial,dan
ekonomi , ada standar dasar sosial dan ekonominya. Syarat RULE OF LAW berjalan baik ialah
menyelesaikan masalah kelaparan,kemiskinan dan pengangguran. Pemerintah mendapatkan
tugas membuat pembangunan ekonomi, ekonomi, dan Land feform di laksanakan, asal tidak
bersebrangan dengan RULE OF LAW. Agar dapat di laksanakan dengan baik butuh kekuatan
administrative yang kuat. Untuk mencangkup keuntungan ,negara-negara baru ada Tindakan
campur tangan hak-hak individu yang tak bisa di pungkiri lagi. Asal hak-hak tidak boleh lebih
dari yang di peruntukan dan tunduk dengan tangguhan yang di berikan RULE OF LAW.
6. Pendidikan kewarganegaraan
Konsep dinamis RULE OF LAW dengan perumusan pada abad ke-19 jauh berbeda karena lebih
banyak pihak eksekutif. Dan timbul kecondongan mengenai demokrasi sebagai politik. Bagi
international commission of jurists perumusan sistem politik yang demokratis intinya untuk
membuat keputusan politik untuk warga negara melalui wakil-wakil yang di tunjuk warga negara
sendiri melalui pemilihan bebas.
‘’ Sistem politik demokratis kebijaksanaan umum di pilih atas dasar mayoritas , oleh wakil-wakil
yang di awasi oleh rakyat dalam pemilihan yang di dasarkan kesamaan politik yang di lakukan
dalam suasana terjamin kebebasan politiknya.
B. Mayo merinci bebarapa nilai-nilai , tapi dalam rincian tidak tidak semua masyarakat
demokratis mengikuti nilai-nilai tersebut, tapi bergantung perkembangan pada perkembangan
sejarah dan budaya masing-masing. Beberapa nilai-nilai yang di buat oleh B. Mayo sebagai
berikut :
Dapat di artikan untuk melaksanakan nilai-nilai demokrasi, perlu di lakukan lembaga sebagai
berikut :
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Dari kedua istilah demokrasi tersebut, maka jelaslah bahwa demokrasi yang menjadi UUD 1945
yang belum diperbarui ialah demokrasi konstitusional.disamping itu juga terdapat karakteristik
demokrasi indonesia yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan yang dimuat dalam pembukaan undang undang dasar.Perbedaan
mendasar antara kedua konsep ini adalah bahwa demokrasi konstitusional bertujuan menciptakan
pemerintahan yang kekuasaannya dibatasi, sebuah negara hukum yang tunduk kepada konstitusi
(Rechsstaat) Sedangkan demokrasi yang berlandaskan komunis mencita citakan sebuah
pemerintahan yang kekuasaanya tidak dibatasi atau pemerintahan yang bersifat absolut
(machsstaat).Muncullah sebuah gagasan bahwa dimana rakyat memiliki hak politik yang tidak
dapat disalahgunakan oleh raja dan hal ini juga menimbulkan kritik menurut model yang berlaku
pada saat itu terhadap raja yang juga memiliki kekuasaan yang tidak terbatas.Dalam pandangan
konstitusionalisme, konstitusi atau undang-undang dasar tidak selalu memiliki arti suatu
dokumen yang mencerminkan pembagian kekuasaan di antara lembaga-lembara kenegaraan
(seperti diantaranya eksekutif, legislatif, dan yudikatif) atau yang hanya suatu anatomy of power
realitionship, yang berarti dapat diganti jika power of relationship itu sendiri mengalami
perubahan (pandangan ini dianut oleh Uni Soviet yang menolak pandangan konstitusionalisme).
Saran
Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Tentunya dalam penyusunan makalah ini banyak kata-kata, kalimat, dan pembahasan juga
penyampaian yang kurang jelas ataupun penyajiaanya yang kurang lengkap, pastinya
makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka kritik dan saran sangatlah kami harapkan
sebagai penyusun untuk menjadikan pembelajaran di masa mendatang.