Anda di halaman 1dari 4

Pengertian Demokrasi

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘demos’ yang bermakna rakyat atau khalayak,
dan ‘kratos’ yang bermakna pemerintahan. Jika digabungkan, maka demokrasi memiliki
makna ‘kekuasaan rakyat’. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), demokrasi
adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang seluruh rakyat turut serta memerintah dengan
perantaraan wakilnya yang terpilih.

Dengan kata lain, demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang mengizinkan dan


memberi hak kebebasan kepada warga negaranya untuk berpendapat dan turut serta
dalam pengambilan keputusan di pemerintahan.

Rakyat memiliki kuasa tertinggi dalam negara demokrasi (research.unimelb.edu.au)

Presiden Amerika Serikat ke-16, Abraham Lincoln, atau yang dikenal juga sebagai bapak
demokrasi menjelaskan bahwa demokrasi adalah sistem pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat. Pandangan Lincoln menekankan bahwa rakyat memiliki
kebebasan dalam berbagai lini kehidupan, termasuk aktivitas politik.

Suatu negara baru dapat dikatakan berbudaya demokrasi apabila memiliki prinsip-prinsip
demokrasi atau yang dikenal dengan soko guru demokrasi. Filsuf politik Pakistan Abul A’la
Maududi menyebutkan bahwa ada 11 soko guru demokrasi yang menjadikan suatu negara
berbudaya demokrasi:

1. Kedaulatan rakyat
2. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah
3. Kekuasaan mayoritas
4. Hak-hak minoritas
5. Jaminan hak asasi manusia
6. Pemilihan yang bebas dan jujur
7. Persamaan di depan hukum
8. Proses hukum yang wajar
9. Pembatasan pemerintah secara konstitusional
10. Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik
11. Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerjasama, dan mufakat

Sejarah Singkat Penerapan Demokrasi di Dunia

Gagasan tentang demokrasi sebagai sistem pemerintahan berasal dari kebudayaan Yunani,
tepatnya abad ke-5 sebelum masehi. Dalam buku berjudul Thrones of Democracy yang ditulis
oleh Walter A. Mcdougall, disebutkan bahwa pada tahun 1829-1877 terdapat pergolakan
demokrasi yang terjadi di Amerika Serikat. Pada saat itu, demokrasi murni atau demokrasi
langsung adalah sistem yang diusung, sehingga seluruh perkara kenegaraan harus dibicarakan
langsung dengan rakyatnya.

Ratusan tahun kemudian, tepatnya pada abad ke-6, bentuk pemerintahan yang relatif
demokratis diperkenalkan ke negara-negara bagian Athena oleh Cleisthenes pada tahun 508
sebelum masehi. Saat itu, Athena menganut demokrasi langsung dan memiliki dua ciri utama,
yaitu pemilihan warga secara acak untuk mengisi jabatan administratif dan yudisial di
pemerintahan, serta majelis legislatif yang terdiri dari semua warga Athena.

Namun gagasan demokrasi Yunani hilang dari dunia barat ketika Eropa memasuki Abad
Pertengahan (6-15 masehi). Karena pada saat itu terjadi praktik feodalisme, seperti kehidupan
sosial spiritual dikuasai gereja, dan kehidupan politik dikuasai bangsawan.

Awal kembalinya demokrasi ditandai dengan munculnya piagam Magna Charta pada tahun


1215 di Inggris. Magna Charta adalah sebuah dokumen yang menunjukkan bahwa
kekuasaan Raja terbatas dan melindungi hak-hak tertentu rakyat. 

Momentum lain yang menandai kembalinya demokrasi adalah gerakan Renaissance, yaitu


gerakan menghidupkan kembali sastra dan budaya Yunani Kuno yang bertujuan menciptakan
dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

Beberapa tokoh yang mendukung berkembangnya demokrasi yaitu Locke dari Inggris (1632-
1704) dan Montesquieu dari Prancis (1689-1755). John Locke menyebutkan bahwa hak-hak
politik manusia terdiri dari hak hidup, hak kebebasan, dan hak milik. Sementara Montesquieu
menggagas bahwa dalam penyusunan sistem demokrasi yang dapat menjamin kedaulatan
pemerintahan dengan pemisahan kekuasaan melalui Trias Politika terdiri dari eksekutif,
legislatif, dan yudikatif.

Pada pertengahan abad ke-20, barulah hampir setiap negara independen memiliki
pemerintahan dengan beberapa prinsip dan cita-cita demokrasi. 

Sejarah Demokrasi di Indonesia

Di Indonesia sendiri, sistem demokrasi berjalan sangat dinamis atau berubah-ubah.


Setidaknya ada 4 macam sistem demokrasi yang pernah diterapkan dalam kehidupan
ketatanegaraan bangsa. Berikut ini timeline  serta sejarah singkat sistem demokrasi di
Indonesia dari masa ke masa!
 Demokrasi Parlementer (1945-1959)

Awal dari praktik demokrasi parlementer yaitu pada periode pertama Penetapan UUD 1945,
tepatnya tahun 1945-1949. Namun karena kehidupan politik pada saat itu tidak stabil,
demokrasi parlementer ini tidak berjalan dengan baik, sehingga mengakibatkan program-
program yang dibuat pemerintah tidak berjalan secara berkesinambungan.

Demokrasi ini akhirnya berakhir secara yuridis pada tanggal 5 Juli 1959, bersamaan dengan
pemberlakuan kembali UUD 1945.

 Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Pada tanggal 22 April 1959, Presiden Soekarno menyampaikan amanat kepada konstituante
(dewan pembentuk UUD) tentang pokok-pokok demokrasi terpimpin, yaitu:

1. Demokrasi terpimpin bukan diktator


2. Demokrasi terpimpin sesuai dengan dasar hidup dan kepribadian  bangsa Indonesia
3. Demokrasi terpimpin berarti demokrasi di seluruh persoalan kenegaraan dan
kemasyarakatan, termasuk sosial, politik, dan ekonomi
4. Inti pimpinan di dalam demokrasi terpimpin adalah permusyawaratan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan
5. Di dalam demokrasi terpimpin, oposisi wajib mampu melahirkan pendapat yang sehat
dan membangun

Jika melihat pokok-pokok di atas, demokrasi terpimpin tentunya terlihat baik dan tidak
bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Namun nyatanya, konsep-konsep tersebut
tidak direalisasikan sebagaimana mestinya. Akibatnya, demokrasi terpimpin kerap kali malah
menyimpang dari nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, juga budaya bangsa Indonesia.

 Demokrasi Pancasila pada Era Orde Baru (1966-1998)

Gotong royong dan rasa kekeluargaan menjadi pangkal dari demokrasi Pancasila. Karena,
demokrasi Pancasila timbul dari berbagai bentuk permasalahan yang dialami oleh bangsa
Indonesia selama diberlakukannya demokrasi parlementer dan demokrasi terpimpin.

Pokok terpenting yang ada dalam demokrasi Pancasila adalah nilai-nilai yang menjunjung
tinggi kemanusiaan sesuai martabat dan harkat manusia, menjamin persatuan bangsa, rasa
tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai kepercayaan masing-masing,
mengutamakan musyawarah, serta mewujudkan keadilan sosial.

Meskipun terdengar sangat indah, sayangnya di dalam prakteknya demokrasi Pancasila pada
masa orde baru ini sering kali menyimpang dari prinsip demokrasi Pancasila itu sendiri.
Beberapa pelanggaran demokrasi yang terjadi pada masa orde baru di antaranya yaitu:

1. Adanya ketidakadilan dan kecurangan dalam penyelenggaraan Pemilu


2. Nyaris tidak ada kebebasan dalam mengemukakan pendapat
3. Pengekangan berbagai diskusi di perguruan tinggi
4. Diberedelnya (pencabutan izin) sejumlah media yang mengkritik pemerintah
5. Kriminalisasi terhadap individu dan kelompok yang tidak sependapat dengan
pemerintah
6. Terjadinya penculikan dan penghilangan paksa sejumlah aktivis
7. Sistem kepartaian yang berat sebelah dan tidak otonom sama sekali
8. Maraknya praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN)

 Demokrasi Pancasila pada Era Reformasi (1998-sekarang)

Perbedaan antara demokrasi pancasila pada era reformasi dengan era orde baru terletak pada
tata cara dan aturan pelaksanaannya. Kebanyakan perubahan terletak pada perbaikan
kebijakan-kebijakan yang kurang sejalan dengan konsep demokrasi. Beberapa hasil
perubahan tersebut yaitu:

 Pemilu yang benar-benar demokratis


 Tercapainya kehidupan yang lebih demokratis
 Lembaga demokrasi berfungsi dengan baik
 Setiap partai politik dapat mandiri dan tidak berat sebelah
 Memandang demokrasi Pancasila sebagai nilai-nilai budaya politik yang
mempengaruhi sikap hidup politik pendukungnya

Penerapannya dalam keseharian masyarakat sendiri juga sudah bisa terlihat, mulai dari
adanya pelaksanaan Pemilu yang luber (langsung, umum, bebas, rahasia) dan jurdil (jujur &
adil), kebebasan pers (tidak ada lagi media yang dibredel), kemudahan izin untuk
mengadakan demo, bahkan kebebasan berpendapat di media sosial.

Anda mungkin juga menyukai