Nah, kalau di Indonesia sendiri, sistem demokrasi berjalan sangat
dinamis alias berubah-ubah. Setidaknya ada 4 macam sistem demokrasi yang pernah diterapkan dalam kehidupan ketatanegaraan bangsa. Berikut ini timeline serta sejarah singkat sistem demokrasi di Indonesia dari masa ke masa!
Demokrasi Parlementer (1945-1959)
Awal dari praktik demokrasi parlementer yaitu pada periode pertama
Penetapan UUD 1945, tepatnya tahun 1945-1949. Namun karena kehidupan politik pada saat itu tidak stabil, demokrasi parlementer ini tidak berjalan dengan baik, sehingga mengakibatkan program-program yang dibuat pemerintah tidak berjalan secara berkesinambungan.
Demokrasi ini akhirnya berakhir secara yuridis pada tanggal 5 Juli 1959, bersamaan dengan pemberlakuan kembali UUD 1945.
Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Pada tanggal 22 April 1959, Presiden Soekarno menyampaikan amanat
kepada konstituante (dewan pembentuk UUD) tentang pokok-pokok demokrasi terpimpin, yaitu:
1. Demokrasi terpimpin bukan diktator
2. Demokrasi terpimpin sesuai dengan dasar hidup dan kepribadian bangsa Indonesia 3. Demokrasi terpimpin berarti demokrasi di seluruh persoalan kenegaraan dan kemasyarakatan, termasuk sosial, politik, dan ekonomi 4. Inti pimpinan di dalam demokrasi terpimpin adalah permusyawaratan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan 5. Di dalam demokrasi terpimpin, oposisi wajib mampu melahirkan pendapat yang sehat dan membangun
Jika melihat pokok-pokok di atas, demokrasi terpimpin tentunya terlihat
baik dan tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Namun nyatanya, konsep-konsep tersebut tidak direalisasikan sebagaimana mestinya. Akibatnya, demokrasi terpimpin kerap kali malah menyimpang dari nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, juga budaya bangsa Indonesia. Demokrasi Pancasila pada Era Orde Baru (1966-1998)
Gotong royong dan rasa kekeluargaan menjadi pangkal dari demokrasi
Pancasila. Karena, demokrasi Pancasila timbul dari berbagai bentuk permasalahan yang dialami oleh bangsa Indonesia selama diberlakukannya demokrasi parlementer dan demokrasi terpimpin.
Pokok terpenting yang ada dalam demokrasi Pancasila adalah nilai-nilai
yang menjunjung tinggi kemanusiaan sesuai martabat dan harkat manusia, menjamin persatuan bangsa, rasa tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai kepercayaan masing-masing, mengutamakan musyawarah, serta mewujudkan keadilan sosial.
Meskipun terdengar sangat indah, sayangnya di dalam prakteknya
demokrasi Pancasila pada masa orde baru ini sering kali menyimpang dari prinsip demokrasi Pancasila itu sendiri. Beberapa pelanggaran demokrasi yang terjadi pada masa orde baru di antaranya yaitu:
1. Adanya ketidakadilan dan kecurangan dalam penyelenggaraan
Pemilu 2. Nyaris tidak ada kebebasan dalam mengemukakan pendapat 3. Pengekangan berbagai diskusi di perguruan tinggi 4. Diberedelnya (pencabutan izin) sejumlah media yang mengkritik pemerintah 5. Kriminalisasi terhadap individu dan kelompok yang tidak sependapat dengan pemerintah 6. Terjadinya penculikan dan penghilangan paksa sejumlah aktivis 7. Sistem kepartaian yang berat sebelah dan tidak otonom sama sekali 8. Maraknya praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN)
Demokrasi Pancasila pada Era Reformasi (1998-sekarang)
Perbedaan antara demokrasi pancasila pada era reformasi dengan era
orde baru terletak pada tata cara dan aturan pelaksanaannya. Kebanyakan perubahan terletak pada perbaikan kebijakan-kebijakan yang kurang sejalan dengan konsep demokrasi. Beberapa hasil perubahan tersebut yaitu:
Pemilu yang benar-benar demokratis
Tercapainya kehidupan yang lebih demokratis Lembaga demokrasi berfungsi dengan baik Setiap partai politik dapat mandiri dan tidak berat sebelah Memandang demokrasi Pancasila sebagai nilai-nilai budaya politik yang mempengaruhi sikap hidup politik pendukungnya
Penerapannya dalam keseharian masyarakat sendiri juga sudah bisa
terlihat, mulai dari adanya pelaksanaan Pemilu yang luber (langsung, umum, bebas, rahasia) dan jurdil (jujur & adil), kebebasan pers (tidak ada lagi media yang dibredel), kemudahan izin untuk mengadakan demo, bahkan kebebasan berpendapat di media sosial.