Anda di halaman 1dari 12

1.

LATAR BELAKANG
A. Sejarah kehidupan demokrasi di Indonesia
Demokrasi di Indonesia adalah suatu proses sejarah dan politik
perkembangan demokrasi di dunia secara umum, hingga khususnya di
Indonesia, mulai dari pengertian dan konsepsi demokrasi menurut para tokoh
dan founding fathers Kemerdekaan Indonesia, terutama Soekarno,
Mohammad Hatta, dan Soetan Sjahrir. Selain itu juga proses ini
menggambarkan perkembangan demokrasi di Indonesia, dimulai saat
Kemerdekaan Indonesia, berdirinya Republik Indonesia Serikat, kemunculan
fase kediktatoran Soekarno dalam Orde Lama dan Soeharto dalam Orde Baru,
hingga proses konsolidasi demokrasi pasca Reformasi 1998 hingga saat ini.
Indonesia merupakan negara yang menganut paham Demokrasi
Perwakilan (Representative Democracy). Penetapan paham demokrasi
sebagai tataan pengaturan hubungan antara rakyat disatu pihak dengan negara
Sejak Indonesia merdeka dan berdaulat sebagai sebuah negara pada tanggal
17 Agustus 1945, para Pendiri Negara Indonesia (the Founding Fathers)
melalui UUD 1945 (yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945) telah
menetapkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (selanjutnya disebut
NKRI) menganut paham atau ajaran demokrasi, dimana kedaulatan
(kekuasaan tertinggi) berada ditangan Rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya
oleh Majelis Permusyawaratan dilain pihak oleh Para Pendiri Negara
Indonesia yang duduk di BPUPKI tersebut, kiranya tidak bisa dilepaskan dari
kenyataan bahwa sebahagian terbesarnya pernah mengecap pendidikan Barat,
baik mengikutinya secara langsung di negara-negara Eropah Barat
(khususnya Belanda), maupun mengikutinya melalui pendidikan lanjutan atas
dan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintahan kolonial
Belanda di Indonesia sejak beberapa dasawarsa sebelumnya, sehingga telah
cukup akrab dengan ajaran demokrasi yang berkembang di negara-negara
Eropah Barat dan Amerika Serikat. Tambahan lagi suasana pada saat itu
(Agustus 1945) negara-negara penganut ajaran demokrasi telah keluar
sebagai pemenang Perang Dunia-II.
Didalam praktek kehidupan kenegaraan sejak masa awal kemerdekaan
hingga saat ini, ternyata paham demokrasi perwakilan yang dijalankan di
Indonesia terdiri dari beberapa model demokrasi perwakilan yang saling
berbeda satu dengan lainnya.
Sejalan dengan diberlakukannya UUD Sementara 1950 (UUDS 1950)
Indonesia mempraktekkan model Demokrasi Parlemeter Murni (atau
dinamakan juga Demokrasi Liberal), yang diwarnai dengan cerita sedih yang
panjang tentang instabilitas pemerintahan (eksekutif = Kabinet) dan nyaris
berujung pada konflik ideologi di Konstituante pada bulan Juni-Juli 1959.
Guna mengatasi konflik yang berpotensi mencerai-beraikan NKRI tersebut di
atas, maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Ir.Soekarno mengeluarkan
Dekrit Presiden yang memberlakukan kembali UUD 1945, dan sejak itu pula
diterapkan model Demokrasi Terpimpin yang diklaim sesuai dengan ideologi
Negara Pancasila dan paham Integralistik yang mengajarkan tentang kesatuan
antara rakyat dan negara.
Namun belum berlangsung lama, yaitu hanya sekitar 6 s/d 8 tahun
dilaksanakan-nya Demokrasi Terpimpin, kehidupan kenegaraan kembali
terancam akibat konflik politik dan ideologi yang berujung pada peristiwa
G.30.S/PKI pada tanggal 30 September 1965, dan turunnya Ir. Soekarno dari
jabatan Presiden RI pada tanggal 11 Maret 1968. Presiden Soeharto yang
menggantikan Ir. Soekarno sebagai Presiden ke-2 RI dan menerapkan model
Demokrasi yang berbeda lagi, yaitu dinamakan Demokrasi Pancasila (Orba),
untuk menegaskan klaim bahwasanya model demokrasi inilah yang
sesungguhnya sesuai dengan ideologi negara Pancasila.
Demokrasi Pancasila (Orba) berhasil bertahan relatif cukup lama
dibandingkan dengan model-model demokrasi lainnya yang pernah
diterapkan sebelumnya, yaitu sekitar 30 tahun, tetapi akhirnyapun ditutup
dengan cerita sedih dengan lengsernya Jenderal Soeharto dari jabatan
Presiden pada tanggal 23 Mei 1998, dan meninggalkan kehidupan kenegaraan
yang tidak stabil dan krisis disegala aspeknya.
Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan
lengsernya Presiden Soeharto, maka NKRI memasuki suasana kehidupan
kenegaraan yang baru, sebagai hasil dari kebijakan reformasi yang dijalankan
terhadap hampir semua aspek kehidupan masyarakat dan negara yang berlaku
sebelumnya. Kebijakan reformasi ini berpuncak dengan di amandemennya
UUD 1945 (bagian Batangtubuhnya) karena dianggap sebagai sumber utama
kegagalan tataan kehidupan kenegaraan di era Orde Baru.
Amandemen UUD 1945, terutama yang berkaitan dengan
kelembagaan negara, khususnya laginya perubahan terhadap aspek
pembagian kekuasaan dan aspek sifat hubungan antar lembaga-lembaga
negaranya, dengan sendirinya mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap
model demokrasi yang dilaksana-kan dibandingkan dengan model Demokrasi
Pancasila di era Orde Baru.
Model Demokrasi pasca Reformasi (atau untuk keperluan tulisan ini
dinamakan saja sebagai Demokrasi Reformasi, karena memang belum ada
kesepakatan mengenai namanya) yang telah dilaksanakan sejak beberapa
tahun terakhir ini, nampaknya belum menunjukkan tanda-tanda
kemampuannya untuk mengarah-kan tatanan kehidupan kenegaraan yang
stabil (ajeq), sekalipun lembaga-lembaga negara yang utama, yaitu lembaga
eksekutif (Presiden/Wakil Presiden) dan lembaga-lembaga legislatif (DPR
dan DPD) telah terbentuk melalui pemilihan umum langsung yang memenuhi
persyaratan sebagai mekanisme demokrasi.
2. PEMBAHASAN
A. Demokrasi dalam tinjauan kehidupan sosial budaya
Demokrasi bukan suatu hal baru di Indonesia, meski pada awalnya
sistem demokrasi sempat berganti-ganti semenjak kemerdekaan Indonesia.
Demokrasi yang berarti pemerintahan tertinggi berada di tangan rakyat
merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mempersatukan NKRI yang
sebelumnya memiliki sistem pemerintahan berupa kerajaan.
Sementara budaya adalah pola pikir, akal budi atau sesuatu yang
sudah menjadi kebiasaan dan sukar untuk diubah (KBBI). Perkembangan
suatu sistem demokrasi tak luput dari kebudayaan masyarakat yang ada.
Pengaruh pola pikir dan tingkah laku masyarakat yang sudah membudaya
turut berperan untuk menentukan apakah suatu sistem demokrasi berjalan
dengan baik atau tidak. Berikut adalah budaya masyarakat Indonesia yang
berperan dalam pengembangan demokrasi di Indonesia :

1. Gotong Royong
Indonesia terkenal dengan budaya gotong royong. Gotong royong
pada prinsipnya adalah untuk mencapai tujuan bersama dan menghadapi
rintangan bersama-sama.
Gotong royong sangat berperan dalam memajukan sistem demokrasi,
karena di dalam gotong royong terdapat musyawarah, mencapai mufakat
dan nilai kebersamaan yang bertujuan untuk mencapai kepetingan
bersama. Hal ini selaras dengan demokrasi yang prinsipnya dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat. Gotong royong merupkan wujud nyata dari
sila ke-empat yang berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”.
Budaya gotong royong juga membantu demokrasi dalam memilih
orang-orang yang paling baik untuk menjadi pemimpin. Walaupun kini
budaya gotong-royong makin hari makin pudar keberadaannya di
Indonesia, namun budaya gotong royong tetap harus dipertahankan demi
semangat kebersamaaan di Indonesia.
2. Korupsi
Istilah korupsi sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia.
Korupsi seakan sudah melekat dan sulit untuk dihilangkan. Negara
Indonesia akan sukar untuk maju jika korupsi masih membudaya.
Menurut bapak Mahfud MD di tribunnews.com, jumlah uang yang
dikorupsi dalam SKK migas mencapai angka 7.000 triliun rupiah dan itu
hanya dalam SKK migas saja, belum di bidang yang lain. Seandainya
uang itu digunakan untuk pembangunan infrastruktur, fasilitas
pendidikan, fasilitas kesehatan dan sebagainya, pasti akan membuka
lapangan pekerjaan dan menekan angka pengangguran dan kemiskinan di
Indonesia. Kemiskinan juga berpengaruh terhadap demokrasi, orang
miskin yang pada umumnya berpendidikan rendah akan cenderung
bersikap apatis dan tidak mau tahu, orang-orang miskin pula yang rawan
terhadap tindakan “politik uang”.
Selain berpengaruh terhadap demokrasi politik, korupsi juga
berpengaruh pada demokrasi ekonomi. Indonesia adalah negara yang
kaya sumber daya alam, seandainya dikelola dengan baik dan tidak
dikorupsi pasti negara Indonesia akan menguasai pasar dunia dan tidak
akan terjadi krisis ekonomi, sehingga harga bahan-bahan pokok dan harga
BBM di dalam negeri pun stabil dan otomatis rakyat akan sejahtera.
Mendahulukan kepentingan partai politik dibandingkan kepentingan
rakyat.
Pada umumnya tujuan partai politik adalah sebagai jembatan
penghubung suatu kelompok untuk mendapatkan kekuasaan atau
kedudukan politik (Miriam Budiarjo,1989). Yang terjadi di Indonesia,
jika seseorang telah mendapatkan kekuasaan atau kedudukan, biasanya
orang itu akan lebih mementingkan urusan-urusan partainya dalam
membuat suatu kebijakan. Itu karena di Indonesia pejabat negara juga
diperbolehkan merangkap untuk menjabat juga di partai politiknya.
Hal ini langsung berdampak terhadap perkembangan demokrasi di
Indonesia, contohnya pada masa RIS tahun 1950 kabinet pemerintahan
selalu silih berganti yang mengakibatkan terhambatnya pembangunan.
Semua itu terjadi karena partai-partai politik lebih memperhatikan
kepentingan partainya masing-masing.
Dampak lainnya adalah terhambatnya aspirasi rakyat. Pada umumnya
partai politik menjalani suatu ideologi tertentu, andai kata ideologi itu
bertentengan dengan opini suatu masyarakat, dan masyarakat itu
menyalurkan aspirasinya, tentu aspirasi itu akan sukar diterima karena
berbeda dengan ideologi partainya.

3. Sikap apatis
Banyak kita temui orang-orang kritis di Indonesia, namun
mereka cenderung untuk tidak mau tahu dengan kemajuan bangsanya
dikarenakan sudah terlajur bobroknya negara ini. Sangat disayangkan
jika orang-orang berhati baik yang mengerti politik, hukum, filsafat
dan sebagainya memilih untuk tidak melakukan apa-apa. Padahal
masa depan bangsa Indonesia juga berada di tangan mereka.
Perubahan pasti akan terjadi jika banyak orang yang
berkeinginan serta mau bertindak nyata untuk mencapainya, bukan
hanya sekedar harapan belaka. Seandainya orang-orang baik di
Indonesia menyatukan kekuatannya, pasti dapat mengalahkan segala
tindak ketidak adilan. “Karena kejahatan yang terorganisir hanya
dapat dikalahkan oleh kebaikan yang terorganisir pula” (Ali bin Abu
Thalib R.A.).
Bentuk nyata dari sikap apatis ini adalah golput, padahal ciri
khas negara demokrasi adalah melaksanakan pemilu. Pemilu belum
bisa dikatakan terlaksana dengan baik jika masih banyak rakyat yang
tidak menggunakan hak suara mereka. Memang ironis jika mereka
yang kritis memilih untuk golput, sementara yang datang ke TPS
adalah mereka yang mendapat “money politic”.
Hal tersebut menyebabkan caleg yang terpilih mendapatkan
kursi adalah caleg-caleg yang relatif hanya mementingkan dirinya
sendiri, sehingga aspirasi rakyat akan sulit didengar.
4. Hedonisme & budaya Konsumerisme
Hedonisme diartikan sebagai suatu ajaran dimana kesenangan
atau kenikmatan dijadikan tujuan utama hidup (Wikipedia, 2013).
Sudah banyak masyarakat Indonesia yang terjebak Hedonisme. Kaum
Hedon pada umumnya akan berpandangan Liberalisme dan berprinsip
Kapitalisme, karena mereka hanya akan mementingkan kesenangan
pribadi dibandingkan kebersamaan. Hal ini sangat bertentangan
dengan demokrasi.
Selain itu Hedonisme juga mengarah kepada perilaku
konsumtif. Masyarakat yang konsumtif pada umumnya enggan untuk
membeli produk dalam negeri, mereka biasanya sangat membangga-
banggakan produk impor. Biasanya kaum hedon membeli barang
yang sebenarnya tidak perlu untuk dibeli dan jauh dari kata mencintai
produk dalam negeri.
Hal ini berpengaruh pada demokrasi ekonomi dimana kaum
menengah kebawah yang merasakan dampaknya. Produk impor akan
ada dimana-mana, karena masyarakat senang dengan produk berlabel
impor. Sementara produk lokal yang ada akan menjadi tidak laku di
pasaran sehingga produktivitasnya akan semakin terpuruk.

B. Demokrasi dalam tinjauan kehidupan politik


Negara negara di dunia masih mendasarkan prospek politiknya
kepada berbagai ideologi politik yang dianut masing masing, berbagai 
ideologi politik yang ada di rumuskan dalam bentuk isme isme seperti
kapitalisme komunisme sosialisme dan lain sebagainya.Pancasila sebagai
ideologi adalah penolakan dari paham paham tersebut,Pancasila
mendaasarkan dirinya dari kebudayaan dan sifat bangsa indonesia yaitu
kekeluargaan dan bukan dari konsep konsep dari beberapa pemikir.
Negara Indonesia menjunjung tinggi nilai nilai demokrasi
sebagaimana dengan negara lain maka demokrasi di Indonesia mendasarkan
dirinya kepada ideologi politik yang dipunyai yaitu pancasila dengan kata
lain yaitu demokrasi pancasila.banyak para pemikir yang mendeskripsikan
arti demookrasi pancasila tapi belum berdasarkan alat pengukur yang saling
melengkapi yaitu :

1. Alat pengukur yang bersifat konsepsionil (filosofis)


2. Alat pengukur yang bersifat tingkah laku (kebudayaan)

Presiden soeharto dalam pidato kenegaraan merumuskan demokrasi


pancasila sebagai demokrasi kedaulatan rakyat yang di jiwai dan di
integrasikan dengan sila sila lainnya, demokrasi pancasila dalam
penjabarannya ke dalam bentuk nilai nilai politik di pengaruhi oleh aspek
aspek kebudayaan politik yaitu nilai kekeluargaan dan gotong royong  yang
terdapat di seluruh etnis/kelompok adat istiadat di seluruh tanah air dan
variasi kebudayaan politik oleh sub culture di seluruh tanah air namun nilai
nilai tersebut pernah di rusak oleh jamn penjajahan dan jaman orde lama dan
untuk mengatasi hal tersebur  di buatkah ketetapan MPR RI
No.IV/MPR/1978 yang berbunyi srbagi berikut “pembangunan politik di
arahkan untuk perwujudan demokrasi pancasila”.
Nilai nilai politik demokrasi pancasila sangat penting untuk di
hubungkan dengan masalah stabiitas dan efektifitas Demokrasi pancasila
dalam orde baru berkeyakinan bahwa nilai nilai politik demokrasi  pancasila
mampu memberikan ukuran ukuran tentang stabilitas dabn efektifitas sistem
politik Indonesia dengan kata lain sistem politik indonsia akan berjalan
secara mantap jika nilai nilai dalam demokrasi pancasila dapat  diwujudkan
secara mantap dalam tingkah laku politik di indonesia.Penghianatan
terhadap nilai nilai politik demokrasi pancasila menimbulkan ketidakstabilan
politik  dan ketidakefektipan sistem politik di indonesia.
Nilai nilai dan norma norma politik dalam demokrasi pancasila di
dalam era pemerintahan soeharto sehubungan dengan usaha perwujudan
demokrasi pancasila  adalah meliputi:

1. Nilai nilai kekeluargaan


2. Nilai  nilai kesatuan nasional
3. Nilai nilai kesejahteraan
4. Nilai nilai kemanunggalan

Jika di amati dan di teliti nilai nilai tersebut sudah mewakili dan di
pastikan akan berdampak baik bagi stabilitas sistem politik indonesia.nilai
yang di gali dari kepribadian bangsa indonesia serta kembali ditumbuhkan
setelah sekain lama terkubur oleh masa penjajahan.
Nilai  nilai tersebut juga di sinkronkan dengan bidang ekonomi yaitu
nilai kekeluargan yang semakin menguatkan peran koperasi dalam sistem
perekonomian indonesia,dengan keserasian antara penyusunan
perekonomian dan perpolitikan di harapkan akan meningkatkan
pembangunan bangsa dan negara serta menghindari turunya kesejahteraan
masyarakat.
Kesatuan nasional di dasarkankemerdekaan nasional dan yang
ditujukan untuk membela dan mempertahankan kesatuan negara Republik
Indonesia persatuan tersebut di gunakan untuk menghindarkan bahaya
bahaya seperti feodalisme,Chauvinisme dan kolonialisme serta menjamin
unsur unsur positip dari pluralisme kebudayaan.
Kesejahteraan yang dimaksud adalah peningkatan taraf hidup
masyarakat,kemakmuran yang merata secara dinamis dan meningkat,
masyarakat makmur dan yang berkeadilan sosial.
Nilai nilai kemanunggalan dimaksudkan orientasi bangsa indonesia
harus diarahkan pada tercapainya kesatuan ideologi,kesatuan
politik,kesatuan ekonomi kesatuan sosial budaya dan kesatuan hankam
kesatuan tersebut di harapkan menghasilkan keserasian dan keseimbangan 
dalam segenap aspek kehidupan  baik aspek ilmiah maupun aspek sosial.
3. KESIMPULAN
Nilai Dari pembahasaan diatas dapat disimpulkan bahwa Kata
demokrasi merujuk kepada konsep kehidupan negara atau masyarakat,
dimana warga negara dewasa turut berpartisipasi dalam pemerintahan melalui
wakilnya yang diplih melalui pemilu. Pemerintahan di Negara demokrasi
juga mendorong dan menjamin kemerdekaan berbicara, beragarna,
berpendapat, berserikat setiap warga Negara, menegakan rule of law, adanya
pemerintahan menghormati hak-hak kelompok minoritas; dan masyarakat
warga Negara memberi peluang yang sama untuk mendapatkan kehidupan
yang layak.
Pengertian demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang berasal dari
rakyat, dilakukan oleh rakyat, dan dipergunakan untuk kepentingan rakyat.
Demokrasi dapat memberi manfaat dalam kehidupan masyarakat yang
demokratis, yaitu Kesetaraan sebagai warga Negara, memenuhi kebutuhan-
kebutuhan umum, pluralisme dan kompromi, menjamin hak-hak dasar, dan
pembaruan kehidupan social.
Untuk menumbuhkan keyakinan akan baiknya system demokrasi,
maka harus ada pola perilaku yang menjadi tuntunan atau norma nilai-nilai
demokrasi yang diyakini masyarakat. Nilai-nilai dan demokrasi
membutuhkan hal-hal diantaranya kesadaran akan puralisme, sikap yang jujur
dan pikiran yang sehat. demokrasi membutuhkan kerjasama antarwarga
masyarakat dan sikap serta itikad baik, demokrasi membutuhkan sikap
kedewasaan. demokrasi membutuhkan pertimbangan moral.
Dalam perjalanan sejarah bangsa, ada empat macam demokrasi di
bidang politik yang pernah diterapkan dalam kehidupan ketatanegaraan
Indonesia, yaitu, Demokrasi Parlementer (liberal), Demokrasi Terpimpin,
Demokrasi Pancasila Pada Era Orde Baru, Demokrasi Pancasila Pada Era
Orde Reformasi.
Di Indonesia demokrasi bukan hanya sebagai sistem pemerintahan
namun kini telah menjadi salah satu sistem politik. Salah satu pemilu yang
krusial atau penting dalam katatanegaraan Indonesia adalah pemilu untuk
memilih wakil rakyat yang akan duduk dalam parlemen, yang biasa kita kenal
dengan sebutan Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD. Setelah
terpilih menjadi anggota parlemen, para konstituen tersebut pada hakikatnya
adalah bekerja untuk rakyat secara menyeluruh. Itulah yang dinamakan
dengan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Akan tetapi, dewasa ini tidak sedikit para anggota parlemen yang
“melupakan” rakyatnya ketika mereka telah duduk enak di kursi “empuk”.
Mereka sibuk dengan urusan pribadi mereka masing-masing, mengutamakan
kepentingan golongan, dan berpikir bagaimana caranya mengembalikan
modal mereka ketika kampanye. Fenomena ini sudah tidak aneh lagi bagi
bangsa Indonesia. Para elite politik saat ini, sudah tidak lagi pada bingkai
kesatuan, akan tetapi berada pada bingkai kekuasaan yang melingkarinya.
Seperti misalnya, adanya sengketa hasil pemilu, black campaign ketika
kampanye dan sebagainya, yang penting bisa mendapatkan kekuasaan.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika pun telah luntur dalam dirinya.
Untuk itu, diharapkan agar masyarakat ikut mengontrol jalannya
pemerintahan agar menuju Indonesia yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
1. http://taufiqabd.blogspot.com/2017/05/makalah-demokrasi-di-
indonesia.html
2. https://www.kompasiana.com/janroipurba/55181e07813311aa689de788/
demokrasi-pancasila-dalam-nilai-nilai-politik
3. https://www.kompasiana.com/ruthjesicamanihuruk/
55ebd94a127f61dd14beaa25/peran-budaya-dalam-pengembangan-
demokrasi-di-indonesia?page=2

Anda mungkin juga menyukai