Anda di halaman 1dari 10

Bagaimana perkembangan demokrasi pada masa

reformasi hingga saat ini ?


Ilmu PemerintahanDiskusi Politik & Pemerintahan

demokrasi era_reformasi

4
/

bend_palasarijesika

Mei 11

Sejak berakhirnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya Presiden
Soeharto, maka indonesia memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang baru, sebagai
hasil dari kebijakan reformasi yang dijalankan terhadap hampir seluruh aspek kehidupan
masyarakat dan negara yang berlaku sebelumnya. Kebijakan reformasi ini diawali dengan
di amandemennya UUD 1945 (bagian Batangtubuhnya) sebab dinilai sebagai sumber
utama kegagalan tatanan kehidupan kenegaraan di masa Orde Baru.

Amandemen UUD 1945, terutama yang berkaitan dengan kelembagaan negara, khususnya
perubahan terhadap aspek pembagian kekuasaan dan aspek sifat hubungan antar
lembaga-lembaga negara, akibat amandemen tersebut sehingga dengan sendirinya terjadi
perubahan terhadap model demokrasi yang dilaksana-kan dibandingkan dengan model
Demokrasi Pancasila di era Orde Baru. Saat masa pemerintahan Habibie mulai nampak
beberapa indicator kedemokrasian di Indonesia. Pertama, diberikannya ruang kebebasan
pers sebagai ruang publik untuk berpartisipasi dalam kebangsaan dan kenegaraan. Kedua,
diberlakunya system multi partai dalam pemilu tahun 1999.

Demokrasi yang diterapkan Negara kita pada era reformasi ini adalah Demokresi
Pancasila, tentu saja dengan karakteristik yang berbeda dengan Demokresi Pancasila yang
diterapkan pada masa orde baru dan sedikit mirip dengan demokrasi perlementer tahun
1950-1959.

Perbaikan ke arah positif Perkembangan Demokrasi pada masa Reformasi ini dapat
tercermin dalam beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut:

 Pemilu yang dilaksanakan tahun 1999 jauh lebih demokratis dari yang sebelumnya serta
pelaksanaan pemilu setelah tahun 1999 juga berjalan demokratis dan lebih baik daripada
pelaksanaan pemilu sebelum 1999.
 Sebagian besar hak dasar bisa terjamin seperti adanya kebebasan menyatakan pendapat.
 Pola rekruitmen politik untuk pengisian jabatan politik dilakukan secara terbuka.
 Rotasi kekuasaan dilaksanakan dari mulai pemerintahan pusat sampai pada tingkat desa.

Perkembangan demokrasi masa reformasi yang menuju ke arah positif dapat terlihat dari
pengakuan Freedom House pada Tahun 2006 yang memasukkan negara Republik
Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga setelah Amerika dan India. Pujian-
pujian atas perkembangan demokrasi juga terus mengalir dari berbagai kalangan.

Namun dibalik perkembangan demokrasi yang menuju ke arah positif, penerapan


demokrasi oleh sebagian kalangan dianggap tidak memberikan kesejahteraan tetapi justru
melahirkan pertikaian dan pemiskinan. Rakyat yang seharusnya diposisikan sebagai
penguasa tertinggi, ironisnya justru sering dipinggirkan. Kondisi buruk diperparah oleh elite
politik dan aparat penegak hukum yang menunjukkan aksi-aksi blunder. Banyak perilaku
wakil rakyat yang tidak mencerminkan aspirasi pemilihnya, bahkan opini publik sengaja
disingkirkan guna mencapai aneka kepentingan sesaat. Banyak kasus-kasus yang amat
mencederai perasaan rakyat mudah ditampilkan dan mengundang kemarahan publik.

Kondisi ini dikuatkan dengan pernyataan Jusuf Kalla (mantan Wapres) yang mengatakan
bahwa demokrasi cuma cara, alat atau proses, dan bukan tujuan. Demokrasi boleh di
nomor duakan di bawah tujuan utama peningkatan dan pencapaian kesejahteraan rakyat.

Oleh karenanya di tengah eforia demokrasi, kita semua harus berhati-hati akan
kepentingan sempit yang sangat mungkin menjadi penumpang gelap. selain itu sinkronisasi
antara demokrasi dengan pembangunan nasional haruslah sejalan bukan malah sebaliknya
demokrasi yang ditegakkan hanya untuk pemenuhan kepentingan partai dan kelompok
tertentu saja. Jadi, demokrasi yang kita terapkan sekarang haruslah mengacu pada sendi-
sendi bangsa Indonesia yang berdasarkan filsafah bangsa yaitu Pancasila dan UUD 1945
serta bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan bangsa indonesia secara umum.

MARKIJAR.Com 18
Perkembangan Demokrasi di Indonesia dari Orde Lama, Orde Baru Hingga
Reformasi...

Demokrasi adalah suatu istilah dalam wacana politik yang banyak dibicarakan oleh para
politisi dan aktivis. Demokrasi dapat diartikan sebag...
5 BULAN KEMUDIAN

lidazahAnnisa Maulida Zahro

Okt 8

Pada masa reformasi, peran partai politik kembali menonjol sehingga demokrasi dapat
berkembang. Pelaksanaan demokrasi setelah Pemilu banyak kebijakan yang tidak
mendasarkan pada kepentingan rakyat, melainkan lebih ke arah pembagian kekuasaan
antara presiden dan partai politik dalam DPR. Dengan kata lain, model demokrasi era
reformasi dewasa ini kurang mendasarkan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Melalui gerakan reformasi, mahasiswa dan rakyat indonesia berjuang menumbangkan


rezim Soeharto. Pemerintahan soeharto digantikan pemerintahan transisi presiden Habibie
yang didukung sepenuhnya oleh TNI. Orde Baru juga meninggalkan warisan berupa krisis
nasional yang meliputi krisis ekonomi, sosial dan politik. Agaknya pemerintahan “Orde
Reformasi” Habibie mecoba mengoreksi pelaksanaan demokrasi yang selama ini dikebiri
oleh pemerintahan Orde baru. Pemerintahan habibie menyuburkan kembali alam
demokrasi di indonesia dengan jalan kebebasan pers (freedom of press) dan kebebasan
berbicara(freedom of speech). Keduanya dapat berfungsi sebagai check and
balances serta memberikan kritik supaya kekuasaan yang dijalankan tidak menyeleweng
terlalu jauh. Dalam perkembanganya Demokrasi di indonesia setelah rezim Habibie
diteruskan oleh Presiden Abdurahman wahid sampai dengan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono sangat signifikan sekali dampaknya, dimana aspirasi- aspirasi rakyat dapat
bebas diutarakan dan dihsampaikan ke pemerintahan pusat.

Ada satu hal yang membuat indonesia dianggap Negara demokrasi oleh dunia
Internasional walaupun Negara ini masih jauh dikatakan lebih baik dari Negara maju lainnya
adalah Pemilihan Langsung Presiden maupun Kepala Daerah yang dilakukan secara
langsung. Mungkin rakyat indonesia masih menunggu hasil dari demokrasi yang yang
membawa masyarakat adil dan makmur secara keseluruhan.

Runtuhnya rezim otoriter Orde Baru telah membawa harapan baru bagi tumbuhnya
demokrasi di Indonesia. Bergulirnya reformasi yang mengiringi keruntuhan rezim tersebut
menandakan tahap awal bagi transisi demokrasi Indonesia. Transisi demokrasi merupakan
fase krusial yang kritis, karena dalam fase ini akan ditentukan kemana arah demokrasi yang
akan dibangun. Selain itu dalam fase ini pula bias saja pembalikan arah perjalanan bangsa
dan Negara yang akan menghantar Indonesia kembali memasuki masa otoriter
sebagaimana yang terjadi pada periode orde lama dan orde baru.

Sukses atau gagalnya suatu transisi demokrasi sangat bergantung pada empat faktor kunci
yakni :

 Komposisi elit politik


 Desain institusi politik
 Kultur politik atau perubahan sikap terhadap politik dikalangan elite dan non elite
 Peran civil society (masyarakat madani).

Keempat faktor tersebut harus berjalan sinergis sebagai modal untuk mengonsolidasikan
demokrasi.Karena itu seperti yang dikemukakan oleh Azyumardi Azra langkah yang harus
dilakukan adalah dalam transisi Indonesia menuju demokrasi sekurang-kurangnya
mencakup reformasi dalam tiga bidang besar, yaitu :

1. Reformasi sistem (constitutional reform) yang menyangkut perumusan kembali


falsafah, kerangka dasar, dan perangkat legal sistem politik.
2. Reformasi kelembagaan (constitutional reform empowerment) yang menyangkut
pengembangan dan pemberdayaan lembaga-lembaga politik.
3. Pengembangan kultur atau budaya politik(political culture) yang lebih demokratis.

Demokratisasi di Indonesia agaknya tidak dapat dimundurkan lagi. Proses suksesi


kepresidenan dengan jelas menandai berlangsungnya proses transisi ke arah demokrasi,
setelah demokrasi terpenjarakan sekitar 32 tahun pada rezim Soeharto dengan “demokrasi
Pancasilanya” dan 10 tahun pada masa rezim Soekarno dengan “demokrasi terpimpinnya”.
Dengan demikian secara jelas demokrasi yang sesungguhnya di Indonesia belum dapat
terwujud.Karena itu membangun demokrasi merupakan pekerjaan rumah (PR) dan agenda
yang sangat berat bagi pemerintah.

Dalam kerangka itu upaya membangun demokrasi (Indonesia) dapat terwujud dalam
tatanan Negara pemerintahan Indonesia bila tersedia delapan faktor pendukung yakni :

1. Keterbukaan sistem politik,


2. Budaya politik yang jujur dan baik,
3. Kepemimpinan politik yang berorientasi kerakyatan,
4. Rakyat yang terdidik, cerdas dan berkepedulian,
5. Partai politik yang tumbuh dari bawah,
6. Penghargaan terhadap hukum,
7. Masyarakat sipil (masyarakat madani) yang tanggap dan bertanggung jawab, dan
8. Dukungan dari pihak asing dan pemihakan pada golongan mayoritas.

Implementasi Demokrasi Pancasila Era Reformasi

Salah satu implementasi demokrasi Pancasila sebagai perwujudan kedaulatan rakyat


adalah dengan diadakannya Pemilihan Umum. Pemilihan Umum atau yang biasa disingkat
Pemilu merupakan suatu ajang aspirasi rakyat sebagai perwujudan dari kedaulatan rakyat.
Masalah Pemilu diatur dalam UUD 1945 tentang Pemilihan Umum yang berbunyi:

1. Pemilihan Umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan
adil setiap lima tahun sekali.
2. Pemilihan Umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
3. Peserta Pemilihan Umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Partai Politik.
4. Peserta Pemilihan Umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
adalah perseorangan.
5. Pemilihan Umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat
nasional, tetap dan mandiri.
6. Ketentuan lebih lanjut tentang Pemilu diatur dengan Undang-Undang.
Tujuan diselenggaraknnya Pemilu adalah untuk memilih wakil rakyat dan wakil daerah serta
untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat dan memperoleh dukungan rakyat
dalam rangka mencapai tujuan nasional sesuai dengan UUD 1945.

Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam NKRI yang berlandaskan
Pancasila dan UUD 1945. Peserta pemilu adalah parpol untuk calon anggota legislatif dan
perseorangan untuk calon anggota DPD yang telah memenuhi persyaratan sesuai dengan
UU No.12 Tahun 2003.

Secara umum, pemilu yang diselenggarakan pada masa Orde Baru dianggap oleh
kebanyakan masyarakat tidak berlangsung secara demokratis. Berbagai strategi dihalalkan
oleh sebuah partai yang berkuasa pada saat itu untuk terus memenangkan pemilu.
Runtuhnya Orde Baru yang ditandai dengan turunnya Soeharto dari jabatan Presiden,
memberikan angin segar di tengah masyarakat yang sedang haus akan pendidikan politik
dan berhasrat untuk belajar berdemokrasi.

Pemilu 1999 merupakan pemilu pertama di indonesia yang dianggap dunia internasional
sebagai yang paling demokratis. Dengan menambahkan asas jujur dan adil di belakang
langsung, umum, bebas, rahasia, pemilu 1999 untuk pertama kalinya diselenggarakan oleh
lembaga independen bernama KPU. Pelaksanaannyapun sangat terbuka di bawah
pengawasan dari berbagai lembaga pengawas independen, baik lokal maupun
asing.Perubahan positif juga terjadi pada susunan dan kedudukan lembaga legislatif dan
eksekutif.Kini, presiden tidak lagi menjadi mandataris MPR karena Presiden beserta
wakilnya dipilih langsung oleh rakyat sehingga peran lembaga legislatif hanya sebagai
pengawas terhadap pelaksanaan pemerintahan.

Pemilu 2004 dan 2009 menggunakan sisitem yang sama dengan pemilu sebelumnya yaitu
multipartai. Hanya bedanya, pada pemilu 2004 dan 2009 menggunakan dua sisitem
sekaligus yaitu sistem distrik untuk anggota DPD dan sisitem proporsional untuk pemilihan
anggota DPR.

Referensi :

 M. Rusli Karim, ”Peluang dan Hambatan Demokrasi,” dalam Jurnal CSIS, (Jakarta: 1998).
 Azyumardi Azra, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Masyarakat Madani.
 A. Rahman H.I, Sistem Politik Indonesia(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007).

nisalidaAnnisa Maulida Zahro

Okt 9

Kejatuhan Presiden Soeharto yang mendadak dan tak teramalkan menyebabkan


munculnya jurang legitimasi yang menganga lebar, sebagaimana tercermin dan berbagai
hujatan yang meluas terhadap berbagai lembaga dan pnosedur politik yang digunakan oleh
Presiden Soeharto selama berkuasa, maka B.J. Habibie, yang diangkat menjadi presiden di
awal reformasi berusaha menjembatani jurang legitimasi ini dengan menawarkan pemilu
demokratis, pers bebas, kebebasan berorganisasi serta desentralisasi pemerintahan.

Namun karena kondisi kesejarahan bangsa dalam berdemokrasi itu sangat melelahkan,
dan dengan jurang legitimasi politik yang menganga lebar itu, momen ini kurang mendapat
sambutan dengan yang sebenarnya. Euforia politik tampak sangat mempengaruhi alam
demokrasi secara berlebihan. Namun begitu, presiden di awal reformasi ini telah secara
baik meletakkan berbagai lembaga dan prosedur demokrasi di negeri ini.

Di awal pemenintahan B.J. Habibie menghadapi tiga tantangan struktural.

 Pertama , format sistem pemilu harus seperti apa? Haruskah Sistem Proporsional yang
digunakan oleh Orde Baru, yang juga digunakan dalam pemilu demokratis pada 1955,
dipertahankan atau diganti dengan Sistem Distrik atau sistem lainnya?
 Kedua , apakah pembagian kekuasaan yang membingungkan antara presiden dan
lembaga perwakilan, sebagaimana yang tencantum dalam UUD 1945 dipertahankan, atau
diubah dan dipentegas menjadi sistem presidensil murni atau sistem parlementer murni.
 Ketiga , bagaimana pemerintah harus menyusun kembali hubungan pusat- daerah?

Kegamangan-kegamangan politik yang bercermin pada praktik berdemokrasi di masa lalu


itu akhirnya bisa dilalui secara baik. R. William Liddlemengakui bahwa sejak reformasi pada
tahun 1998, bangsa Indonesia dalam pengalaman berdemokrasi telah mengalami
peningkatan substansial. Telah terjadi beberapa perubahan struktural dalam politik
Indonesia sejak saat itu, terutama dalam karakteristik pemilu serta hubungan antara
presiden dan legislatif. Namun, keprihatinan terhadap isu—isu mengenai akuntabilitas
legislatif terhadap para pemilih dan keseimbangan demokratis yang seharusnya ada antara
kekuasaan legislatif dan eksekutif yang berkembang sejak 1998 masih sangat relevan.

Otoritas pemerintah pusat telah dikurangi oleh undang-undang. Walaupun mungkin malah
menimbulkan lebih banyak kekhawatiran baru daripada menyelesaikan masalah, misalnya
undang-undang otonomi daerah, jika tidak dibatasi, barangkali akan memunculkan raja-raja
kecil di daerah, dan mungkin akan mengancam keutuhan NKRI.

Karena itu, di era reformasi dewasa ini nilai-nilai demokrasi telah diterapkan hampir di
semua sistem dan lembaga-lembaga demokrasi di negeri ini. Dan yang terpenting dan
semua sistem demokrasi itu adalah mencegah datangnya kembali seorang tokoh kuat dan
penguasa tunggal untuk selamanya berkuasa. Kita pernah belajar bagaimana demokrasi
terpimpin di zaman Orde Lama, yang sesungguhnya menghancurkan nilai-nilai demokrasi
itu sendiri. Demikian pula, atas nama Demokrasi Pancasila, seorang Presiden mampu
menghitamputihkan bangsa ini dengan sedemikian lamanya.

Tentu pengalaman-pengalaman itu kita jadikan pelajaran yang sangat berharga untuk ke
depan dalam mempraktikkan demokrasi yang lebih sempurna. Kunci kesempurnaan dalam
berdemokrasi itu adalah adanya keterlibatan masyarakat dalam proses-proses menentukan
kehidupan bersama, terutama di dalam bidang politik atau sistem kekuasaan yang
mengatur masyarakat itu. Dan itulah yang dimaksud dengan kedaulatan berada di tangan
rakyat. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Nurcholish Madjid, yang menyatakan bahwa
yang dimaksud dengan kedaulatan rakyat itu adalah hak dan kewajiban manusia Indonesia,
baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat, untuk berpartisipasi dan mengambil
bagian dalam proses-proses menentukan kehidupan bersama, terutama di dalam bidang
politik atau sistem kekuasaan yang mengatur masyarakat itu. Dalam konteks kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia, partisipasi masyarakat dapat mengantarkan kepada
perwujudan seluruh cita-cita kemasyarakatan dan kenegaraan, sebagaimana dinyatakan di
dalam nilai-nilai kesepakatan luhur dalam Mukaddimah UUD 1945.
DEMOKRASI REFORMASI 1998 SAMPAI SEKARANG DI INDONESIA

Demokrasi pada dasarnya adalah seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan, tetapi juga
mencakup seperangkat praktek dan prosedur yang terbentuk melalui sejarah panjang dan kadang
berliku-liku. Suatu hal yang umum di masyarakat tentang demokrasi adalah kekuasaan oleh
rakyat, dari rakyat, dan untuk rakyat. Seperti yang kita ketahui bahwa demokrasi adalah suatu
bentuk sistem pemerintahan yang digunakan oleh suatu negara sebagai upaya mewujudkan
kedaulatan rakyat atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Demokrasi
pada masa reformasi, peran partai politik kembali menonjol sehingga demokrasi dapat
berkembang. Pelaksanaan demokrasi setelah Pemilu banyak kebijakan yang tidak
mendasarkan pada kepentingan rakyat, melainkan lebih ke arah pembagian kekuasaan
antara presiden dan partai politik dalam DPR. Dengan kata lain, model demokrasi era
reformasi dewasa ini kurang mendasarkan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Demokrasi yang diterapkan Negara kita pada era reformasi ini adalah Demokresi
Pancasila, tentu saja dengan karakteristik yang berbeda dengan Demokresi Pancasila yang
diterapkan pada masa orde baru dan sedikit mirip dengan demokrasi perlementer tahun
1950-1959.

Perbaikan ke arah positif Perkembangan Demokrasi pada masa Reformasi ini dapat
tercermin dalam beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut:

 Pemilu yang dilaksanakan tahun 1999 jauh lebih demokratis dari yang sebelumnya serta
pelaksanaan pemilu setelah tahun 1999 juga berjalan demokratis dan lebih baik daripada
pelaksanaan pemilu sebelum 1999.
 Sebagian besar hak dasar bisa terjamin seperti adanya kebebasan menyatakan pendapat.
 Pola rekruitmen politik untuk pengisian jabatan politik dilakukan secara terbuka.
 Rotasi kekuasaan dilaksanakan dari mulai pemerintahan pusat sampai pada tingkat desa.

Perkembangan demokrasi masa reformasi yang menuju ke arah positif dapat terlihat dari
pengakuan Freedom House pada Tahun 2006 yang memasukkan negara Republik
Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga setelah Amerika dan India. Pujian-
pujian atas perkembangan demokrasi juga terus mengalir dari berbagai kalangan.

Namun dibalik perkembangan demokrasi yang menuju ke arah positif, penerapan


demokrasi oleh sebagian kalangan dianggap tidak memberikan kesejahteraan tetapi justru
melahirkan pertikaian dan pemiskinan. Rakyat yang seharusnya diposisikan sebagai
penguasa tertinggi, ironisnya justru sering dipinggirkan. Kondisi buruk diperparah oleh elite
politik dan aparat penegak hukum yang menunjukkan aksi-aksi blunder. Banyak perilaku
wakil rakyat yang tidak mencerminkan aspirasi pemilihnya, bahkan opini publik sengaja
disingkirkan guna mencapai aneka kepentingan sesaat. Banyak kasus-kasus yang amat
mencederai perasaan rakyat mudah ditampilkan dan mengundang kemarahan publik.

Kondisi ini dikuatkan dengan pernyataan Jusuf Kalla (mantan Wapres) yang mengatakan
bahwa demokrasi cuma cara, alat atau proses, dan bukan tujuan. Demokrasi boleh di
nomor duakan di bawah tujuan utama peningkatan dan pencapaian kesejahteraan rakyat.
Oleh karenanya di tengah eforia demokrasi, kita semua harus berhati-hati akan
kepentingan sempit yang sangat mungkin menjadi penumpang gelap. selain itu sinkronisasi
antara demokrasi dengan pembangunan nasional haruslah sejalan bukan malah sebaliknya
demokrasi yang ditegakkan hanya untuk pemenuhan kepentingan partai dan kelompok
tertentu saja. Jadi, demokrasi yang kita terapkan sekarang haruslah mengacu pada sendi-
sendi bangsa Indonesia yang berdasarkan filsafah bangsa yaitu Pancasila dan UUD 1945
serta bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan bangsa indonesia secara umum.

Karena itu, di era reformasi dewasa ini nilai-nilai demokrasi telah diterapkan hampir di
semua sistem dan lembaga-lembaga demokrasi di negeri ini. Dan yang terpenting dan
semua sistem demokrasi itu adalah mencegah datangnya kembali seorang tokoh kuat dan
penguasa tunggal untuk selamanya berkuasa

Kunci kesempurnaan dalam berdemokrasi itu adalah adanya keterlibatan masyarakat


dalam proses-proses menentukan kehidupan bersama, terutama di dalam bidang politik
atau sistem kekuasaan yang mengatur masyarakat itu. Dan itulah yang dimaksud dengan
kedaulatan berada di tangan rakyat. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Nurcholish Madjid,
yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kedaulatan rakyat itu adalah hak dan
kewajiban manusia Indonesia, baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat, untuk
berpartisipasi dan mengambil bagian dalam proses-proses menentukan kehidupan
bersama, terutama di dalam bidang politik atau sistem kekuasaan yang mengatur
masyarakat itu. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia,
partisipasi masyarakat dapat mengantarkan kepada perwujudan seluruh cita-cita
kemasyarakatan dan kenegaraan, sebagaimana dinyatakan di dalam nilai-nilai kesepakatan
luhur dalam Mukaddimah UUD 1945.

Reformasi yang merupakan salah satu peristiwa bersejarah di Indonesia ini diharapkan menjadi
suatu momentum agar bangsa ini dapat mengubah keadaannya di segala bidang. Apabila
stabilitas politik suatu negara dapat terjaga, maka segala sektor akan mengalami imbas menjadi
menguat begitu pula sebaliknya. Maka dari itu dalam menciptakan suatu stabilitas politik
diperlukan pemerintah yang demokratis, karena sistem demokratis adalah sistem yang berasal
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Jika demokrasi dapat berlangsung sebagaimana
mestinya, maka kedaulatan rakyat akan terbentuk.

Sejauh ini pelaksanaan demokrasi di era Reformasi dirasa sudah cukup bagus dibanding demokrasi
yang sebelumnya karena kebebasan dalam mengutaraakan pendapat sebagaimana diamanatkan
oleh UUD 1945 pasal 28 sudah terjamin. Namun demikian, apabila kebebasan ini tidak terkontrol
maka yang aakan terjadi adalah suatu kebablasan dalam berpendapat, dan bukan kebebasan.

Anda mungkin juga menyukai