Anda di halaman 1dari 4

Nama : Miaftahul Jannah

NIM : 2005114427
Kelas : PPKn 5B
Pertanyaan Mata Kuliah Demokrasi Pancasila

1. bagaimana sistem demokrasi di Indonesia ditinjau dari hukum ketatanegaraan?


Konstitusi Indonesia, UUD 1945, menjelaskan bahwa Indonesia adalah sebuah
negara demokrasi. Presiden dalam mejalankan tugasnya harus bertanggung jawab kepada
DPR dan MPR sebagai wakil rakyat. Oleh karena itu secara hirearki, rakyat adalah
pemegang kekuasaan tertinggi melalui system perwakilan melalui pemerintah.
Pada era presidensial Sukarno, Indonesia sempat menganut demokrasi terpimpin
1956, Indonesia juga sempat menggunakan demokrasi Pancasila pada era presiden
Suharto. Setelah era Suharto, Indonesia kembali menjadi negara demokrasi yang benar-
benar demokrasi. Pemilu demokrasi yang diselenggarakan tahun 199 dan pada tahun
2004, untuk pertama kali bangsa Indonesia menyelenggarakan pemilu presiden. Dan ini
adalah sejarah baru dalam kehidupan demokrasi di Indonesia, dan perkembangan
demokrasi dan kebebasan berpendapat bagi warga negara ini akan terus berproses seiring
dengan dinamika rakyat Indonesia dan system ketatanegaraan yang ada.
Konsep demokrasi di NKRI dapat dipandang sebagai sebuah mekanisme dan citacita
untuk mewujudkan suatu kehidupan berkelompok yang sesuai dengan apa yang terdapat
dalam UUD 1945 yang disebut kerakyatan. Dapat disimpulkan bahwa konsep demokrasi
atau pemerintahan rakyat yang diterapkan di Indonesia, berdasarkan peda tiga hal, yaitu :
a. Nilai-nilai falsafah Pancasila atau pemerintahan itu sendiri, dari, oleh dan untuk
rakyat berdasarkan sila-sila dari Pancasia;
b. Transformasi nilai-nilai pada bentuk dari system pemerintahan;
c. Merupakan konsekuensi dan komitmen terhadap nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.

Gagasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintahan demokrasi di pemerintahan


Indonesia adalah pengakuan HAM, hakikat manusia, yaitu pada dasarnya warga negara
mempunyai harkat dan martabat yang sama dalam hubungan social sesame warga negara.
Demi terjaminnya tegaknya system demokrasi dan tegaknya keadilan, serta HAM, maka
keberadaan negara hukum, adalah mutlak. Konstitusi baru ideal jika ada jaminan
kebebasan HAM, perumusan dan pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah, serta
control yang kuat terhadap pelaksanaan kekuasan pemerintah itu sendiri.

2. Tantangan apa yang dihadapi demokrasi di Indonesia?


Sejak memasuki era reformasi, konsep demokrasi semakin nyata didengungkan. Hal ini
terlihat dari kebebasan pers dan kebebasan berpendapat di kalangan masyarakat dalam
mengkritik pemerintah. Dicabutnya larangan ekspresi budaya Tionghoa oleh Presiden RI
ke-4 Abdurrahman Wahid menandakan bahwa prinsip Demokrasi Pancasila masih
diminati oleh bangsa ini. Namun di sisi lain, era reformasi juga membawa dilema untuk
bangsa ini. Salah satunya adalah karena kebebasan berpendapat kerap disalahgunakan
sebagai penegasan terhadap identitas kelompok tertentu atas nama mayoritas. Hal
tersebut tentunya menjadi permasalahan tersendiri bagi bangsa ini dan secara potensial
ini dapat mencederai hakikat Demokrasi Pancasila. Sebagai contohnya, banyak kita
temukan konflik berbasis perbedaan agama dan budaya terjadi di masyarakat, maraknya
ujaran kebencian terhadap kelompok minoritas, serta bermunculannya ideologi intoleran
dan kejahatan terorisme. Di level pemerintahan dan politik, kondisi demokrasi di
Indonesia, khususnya dari aspek supremasi hukum, juga cukup mengkhawatirkan. Salah
satunya bisa kita soroti dari banyaknya tindakan pelanggaran HAM, minimnya pelibatan
aspirasi publik terhadap Rancangan berbagai Undang-Undang seperti Revisi UU KPK,
RKUHP, keberadaan UU ITE yang menyulitkan pejuang HAM, beberapa penerbitan
Perpu yang tidak dilandaskan pada kajian yang objektif dan masih banyak lagi. Hal
tersebut sangat ironis karena kedaulatan ada di tangan rakyat dan partisipasi rakyat adalah
hal yang mutlak sekaligus kunci dari demokrasi itu sendiri.
Selain itu, jika kita melihat situasi politik belakangan ini, banyak politikus yang
memanfaatkan isu-isu SARA untuk saling menyerang lawan politik mereka demi
mendapatkan legitimasi dari masyarakat. Oleh karena itu, beberapa contoh di atas
berpotensi mencederai Demokrasi Pancasila dan memecah belah persatuan dan kesatuan
bangsa. Kita seakan lupa bahwa negeri ini menjadi kuat karena dibangun dari perbedaan.
3. Bagaimana seharusnya demokrasi dijalankan secara ideal di Indonesia?
Sebagai bangsa demokratis, negara harus mengakomodasi aspirasi atau suara rakyat
(khususnya kaum minoritas) karena dalam sistem demokrasi rakyat memegang
kekuasaan penuh atas pemerintahan yang dijamin secara konstitusional. Oleh karena itu,
sebagai upaya menjalankan demokrasi yang bebas, adil, dan jujur, penentuan pemimpin
harus dilakukan melalui pemilihan umum yang melibatkan penuh asprirasi rakyat, atau
kata kuncinya adalah legitimasi. Dengan kata lain, legitimasi merupakan salah satu tolok
ukur apakah prinsip demokrasi dijalankan dengan sebaik-baiknya atau tidak karena
legitimasi merupakan representasi dari suara rakyat yang seharusnya dijadikan referensi
utama oleh negara dalam menentukan pemimpin. Musyawarah untuk mencapai mufakat
yang merupakan prinsip utama demokrasi juga harus dilakukan secara bertanggung-
jawab karena dengan cara inilah rakyat dapat menentukan harapan bersama dengan tetap
menjaga harmoni dan stabilitas sosial-politik. Selain itu, di lingkup sosial, literasi
masyarakat tentang prinsip dan hakikat demokrasi juga harus disuarakan. Media massa
dan negara melalui sektor pendidikan harus memberikan pendidikan politik dan
demokrasi yang baik supaya kebebasan berpendapat dapat diutarakan dengan kritis,
santun, dan bertanggungjawab. Satu hal yang terpenting dari penerapan demokrasi yang
kita jalankan harus bermuara pada kemanusiaan karena secara filosofis prinsip demokrasi
adalah merangkul dan mengakomodasi suara rakyat baik mayoritas maupun minoritas
demi terciptanya suatu masyarakat yang adil, makmur, dan beradab.
4. Bagaimana pemisahan kekuasaan di Indonesia?
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak menganut sistem
pemisahan kekuasaan, tetapi menganut sistem pembagian kekuasaan. Prof. Ismail Sunny,
Guru besar Universitas Indonesia, juga mengemukakan Undang-Undang Dasar Negara
Republik IndonesiaTahun 1945 tidak menganut pemisahan kekuasaan dalam arti materiel
(separation of power), tetapi pemisahan kekuasaan dalam arti formil (division of power)
atau pembagian kekuasaan.
Sistem pembagian kekuasaan di Indonesia terdiri atas tiga lembaga, yaitu legislatif,
eksekutif, dan yudikatif. Ketiga lembaga negara di Indonesia tidak dipisahkan secara
mutlak, tetapi antara lembaga satu dan lainnya terdapat hubungan kekuasaan dan
keterkaitan. Sistem ini sangat dipengaruhi oleh teori Trias Politica dari Montesquieu,
tetapi dalam pelaksanaannya tidak diterapkan secara murni dan mutlak. Adanya dinamika
dalam kehidupan ketatanegaraan di Indonesia mengakibatkan sistem pembagian
kekuasaan negara juga mengalami perkembangan. Dalam sistem pembagian kekuasaan di
negara Republik Indonesia, kekuasaan negara dibagi dalam empat lembaga negara, yaitu
lembaga legislatif, lembaga eksekutif, lembaga yudikatif, dan lembaga eksaminatif.

5. Jelaskan 4 model sistem pemerintahan


Apabila disederhanakan, sistem pemeritahan yang dikenal di dunia dewasa ini dapat
dirumuskan dalam empat model, yaitu model Inggris, Amerika Serikat, Prancis dan
Swiss. Amerika Serikat menganut sistem presidensiil. Hampir semua negara di Benua
Amerika, kecuali beberapa seperti Kanada, meniru Amerika Serikat dalam hal ini. Di
benua Eropa dan kebanyakan Negara Asia pada umumnya menggunakan model Inggris,
yaitu sistem parlementer. Akan tetapi, Perancis memiliki model tersendiri yang bersifat
campuran atau yang biasa disebut dengan hybrid system. Pada umumnya Negara-negara
bekas jajahan Perancis di afrika menganut sistem pemerintahan campuran itu. Di satu
segi ada pembedaan antara Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, tetapi Kepala
Negaranya adalah Presiden yang diplih dan bertanggung jawab kepada rakyat secara
langsung seperti dalam sistem presidensiil. Adapun kepala pemerintahan di satu segi
bertanggung jawab kepada Presiden, tetapi disegi lain ia dianggkat karena kedudukannya
sebagai pemenang pemilu yang menduduki kursi parlemen, dan karena itu ia juga
bertanggung jawab kepada parlemen.
Selain ketiga model itu, yang agak khas adalah Swiss yang juga mempunyai Presiden dan
Wakil Presiden. Akan tetapi mereka itu dipilih dari dan oleh tujuh orang anggota Dewan
Federasi untuk masa jabatan secara bergantian setiap tahun. Sebenarnya ketujuh anggota
Dewan Federal itulah yang secara bersama-sama memimpin Negara dan pemerintahan
Swiss. Oleh karena itu, sistem pemerintahan Swiss ini biasa disebut sebagai collegial
system yang sangat berbeda dari tradisi presidentialisme atau parlementarisme dimana-
mana

Anda mungkin juga menyukai