Anda di halaman 1dari 2

Di Indonesia sistem demokrasi mulai semarak kembali sejak era Orde Baru (1966) karena di masa pemerintahan

Soeharto masyarakat Indonesia dilibatkan secara langsung dalam menentukan pemimpin negara melalui Pemilihan Umum
yang bersifat Luber (langsung, umum, bebas, dan rahasia). Selain itu, lembaga-lembaga perwakilan rakyat seperti DPR
baik di pusat maupun daerah, MPR, dan lain-lainnya juga mulai menjalankan fungsinya untuk menampung suara rakyat.
Meskipun demikian, praktik demokrasi juga tidak bisa dikatakan maksimal di era ini karena sistem pemerintahan
Soeharto yang opresif dan militeristik, khususnya terhadap kelompok minoritas dan kelompok agama. Namun, sejauh ini
prinsip atau sistem demokrasi merupakan pilihan tepat untuk negara Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
mengingat masyarakatnya yang sangat pluralis. Oleh karena itu, sejauh ini Demokrasi Pancasila yang berlandaskan nilai-
nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan sistem pemerintahan yang paling mungkin diterapkan di
Indonesia dibandingkan dengan konsep Demokrasi Liberal, Demokrasi Kapitalis, dan Demokrasi Terpimpin yang dalam
catatan sejarah perjalanan bangsa pernah gagal diterapkan di Indonesia.
Demokrasi Pancasila merupakan representasi dari realitas masyarakat Indonesia yang memiliki ciri beragam atau
multikultural, namun tetap menempatkan budaya gotong royong dan persatuan di atas segala perbedaan. Penerapan
konsep musyawarah untuk mencapai suatu mufakat yang selama ini kita kenal di masyarakat juga merupakan bukti bahwa
Demokrasi Pancasila bertujuan untuk mengutamakan keselarasan, keseimbangan, dan keselamatan bangsa di atas
kepentingan pribadi maupun golongan.

Tantangan Demokrasi di Indonesia

Sejak memasuki era reformasi, konsep demokrasi semakin nyata didengungkan. Hal ini terlihat dari kebebasan pers dan
kebebasan berpendapat di kalangan masyarakat dalam mengkritik pemerintah. Dicabutnya larangan ekspresi budaya
Tionghoa oleh Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid menandakan bahwa prinsip Demokrasi Pancasila masih diminati
oleh bangsa ini. Namun di sisi lain, era reformasi juga membawa dilema untuk bangsa ini. Salah satunya adalah karena
kebebasan berpendapat kerap disalahgunakan sebagai penegasan terhadap identitas kelompok tertentu atas nama
mayoritas. Hal tersebut tentunya menjadi permasalahan tersendiri bagi bangsa ini dan secara potensial ini dapat
mencederai hakikat Demokrasi Pancasila. Sebagai contohnya, banyak kita temukan konflik berbasis perbedaan agama dan
budaya terjadi di masyarakat, maraknya ujaran kebencian terhadap kelompok minoritas, serta bermunculannya ideologi
intoleran dan kejahatan terorisme. Di level pemerintahan dan politik, kondisi demokrasi di Indonesia, khususnya dari
aspek supremasi hukum, juga cukup mengkhawatirkan. Salah satunya bisa kita soroti dari banyaknya tindakan
pelanggaran HAM, minimnya pelibatan aspirasi publik terhadap Rancangan berbagai Undang-Undang seperti Revisi UU
KPK, RKUHP, keberadaan UU ITE yang menyulitkan pejuang HAM, beberapa penerbitan Perpu yang tidak dilandaskan
pada kajian yang objektif dan masih banyak lagi. Hal tersebut sangat ironis karena kedaulatan ada di tangan rakyat dan
partisipasi rakyat adalah hal yang mutlak sekaligus kunci dari demokrasi itu sendiri.

Selain itu, jika kita melihat situasi politik belakangan ini, banyak politikus yang memanfaatkan isu-isu SARA untuk saling
menyerang lawan politik mereka demi mendapatkan legitimasi dari masyarakat. Oleh karena itu, beberapa contoh di atas
berpotensi mencederai Demokrasi Pancasila dan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Kita seakan lupa bahwa
negeri ini menjadi kuat karena dibangun dari perbedaan.

Transisi sistem politik dan pemerintahan dari awal kemerdekaan Indonesia banyak diwarnai dengan
penyalahgunaan kekuasaan dengan memanfaatkan demokrasi itu sendiri, sehingga perjalanan demokrasi hingga
saat ini masih mewariskan praktek-praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme yang pada dasarnya sangat
bertentangan dengan kehidupan demokrasi yang sebenarnya. Demokrasi juga belum mampu menciptakan
rakyat yang tunduk dan taat terhadap hukum serta peraturan yang berlaku. Kenyatannya demokrasi
mempermudah elite atau kelompok kepentingan tertentu untuk mempolitisasi hukum di negeri ini.
Penyalahgunaan demokrasi ini menjadikan keadilan hukum di negeri ini masih dipertanyakan. Keadaan sosial
politik era reformasi juga tidak jauh lebih baik dari rezim-rezim sebelumnya. Reformasi juga belum mampu
menciptakan pesta demokrasi yang benar-benar jujur dan adil hingga sekarang, masih banyak kecurangan serta
masalah lainnya yang timbul dari setiap pemilu. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar tentang keseriusan
negara Indonesia dalam menjamin hak-hak politik rakyatnya.

Kenyatannya proses demokrasi di Indonesia telah melupakan nilai-nilai lokal serta konsep dasar negara, maka
dari itu proses demokrasi di Indonesia tidak sesuai dengan tujuan dan harapan bangsa ini. Tidak jelasnya tujuan
serta arah proses demokrasi di Indonesia menimbulkan pertanyaan besar bagi peneliti yaitu apa faktor yang
menyebabkan terhambatnya proses konsolidasi demokrasi di Indonesia hingga sekarang. Dengan memanfaatkan
teknik pengumpulan data studi pustaka yang merupakan metode untuk mengekplorasi serta memahami realita
penerapan sistem politik dan pemerintahan di negeri ini. Hal ini bertujuan untuk menemukan faktor penghambat
proses konsolidasi demokrasi di Indonesia.

Permasalahan lain dalam demokrasi antara lain:

 Politik dinasti: Politik dinasti merupakan salah satu masalah serius demokrasi. Politik dinasti dapat diartikan
sebagai sebuah kekuasaan politik yang dijalankan oleh sekelompok orang yang masih terkait dalam
hubungan keluargaal.
 Oligarki politik: Penumpukan kekuasaan dan kekayaan di tangan segelintir elit merupakan satu hal yang dilihat
sebagai masalah demokrasi lainnya. Elit yang kaya dan berkuasa ini menggunakannya untuk membeli suara
dalam pemilu sehingga mereka yang terpilih belum tentu merupakan refleksi suara rakyat.
 Oligarki media: Penguasaan media masa oleh segelintir orang saja yang sebagian di antaranya adalah politisi
dinilai sebagai masalah lain yang melemahkan fungsi media sebagai salah satu alat demokrasi.
 Tidak adanya transparansi keuangan partai politik terutama di masa pemilihan umum.
 Lemahnya perlindungan terhadap data pribadi, bahkan banyak kasus peretasan data pribadi dialami oleh mereka
karena aktvisme politiknya.

Dari permasalahan di atas sesungguhnya dapat dikelompokkan dalam 4 konsep besar: structural, institusional, kultural dan
agensi. Seperti tampak dalam tabel berikut ini:

>> Bagaimana seharusnya demokrasi dijalankan secara ideal?

Sebagai bangsa demokratis, negara harus mengakomodasi aspirasi atau suara rakyat (khususnya kaum minoritas) karena
dalam sistem demokrasi rakyat memegang kekuasaan penuh atas pemerintahan yang dijamin secara konstitusional. Oleh
karena itu, sebagai upaya menjalankan demokrasi yang bebas, adil, dan jujur, penentuan pemimpin harus dilakukan
melalui pemilihan umum yang melibatkan penuh asprirasi rakyat, atau kata kuncinya adalah legitimasi. Dengan kata lain,
legitimasi merupakan salah satu tolok ukur apakah prinsip demokrasi dijalankan dengan sebaik-baiknya atau tidak karena
legitimasi merupakan representasi dari suara rakyat yang seharusnya dijadikan referensi utama oleh negara dalam
menentukan pemimpin. Musyawarah untuk mencapai mufakat yang merupakan prinsip utama demokrasi juga harus
dilakukan secara bertanggung-jawab karena dengan cara inilah rakyat dapat menentukan harapan bersama dengan tetap
menjaga harmoni dan stabilitas sosial-politik. Selain itu, di lingkup sosial, literasi masyarakat tentang prinsip dan hakikat
demokrasi juga harus disuarakan. Media massa dan negara melalui sektor pendidikan harus memberikan pendidikan
politik dan demokrasi yang baik supaya kebebasan berpendapat dapat diutarakan dengan kritis, santun, dan
bertanggungjawab. Satu hal yang terpenting dari penerapan demokrasi yang kita jalankan harus bermuara pada
kemanusiaan karena secara filosofis prinsip demokrasi adalah merangkul dan mengakomodasi suara rakyat baik mayoritas
maupun minoritas demi terciptanya suatu masyarakat yang adil, makmur, dan beradab.

Anda mungkin juga menyukai