DEMOKRASI
Disusun Oleh
MUHAMMAD SURYA A
RINI ANDRIANI
NURUL ASYAH
YULIANA
NURIL AZMI
Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Aceh Tamiang (STAI-AT)
Program Studi HPI
Jurusan : Syariah
2022 M / 1444 H
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sejak diprloklamirkan telah menganut faham negara hukum demokratis.
Spirit negara hukum demokratis itu salah satunya terdapat dalam Pasal 34 ayat 1 UUD 1945
yang menyatakan dengan tegas bahwa negara wajib memelihara fakir miskin dan anak
terlantar. Pemahaman tersebut menunjukkan adanya upaya negara untuk melindungi
warganya dalam mewujudkan negara kesejahteraan berupa mengurangi dan mengentaskan
segala bentuk kemiskinan. Memang, secara teoritis transisi Indonesia menuju iklim
demokratisasi bisa dikatakan menunjukkan arah keberhasilan, yakni dengan adanya era
reformasi dan amandemen UUD 1945. Namun, dalam tataran praktis, ternyata apa yang
menjadi spirit reformasi dan amandemen UUD 1945 masih jauh dari sempurna, jika tidak
mengatakan mengalami kegagalan. Lebih dari 15 tahun reformasi berlalu, sektor
pemerintahan dan birokrasi masih menjadi tempat yang nyaman bagi koruptor dan enggan
mereformasi diri. Terlebih, negara dan pemerintah masih terlalu abai dengan hak dan nasib
rakyat yang berada dalam ketidakadilan, sehingga rakyat merasa terasing dinegerinya
sendiri. Negara justru kerap hanya menjadi penonton ketika rakyat lari tunggang langgang
dan “dibantai” ketika menuntut haknya sebagai warga negara. Negara seakan tidak peduli
ketika rakyat harus terlunta-lunta mempertahankan tanah airnya. Ini membuktikan bahwa
kesadaran dalam menjiwai semua hukum dan pelaksanaannya belum sepenuhnya merasuk
dalam sanubari para pemegang kebijakan di negeri ini. Bahkan, Pancasila sebagai dasar
negara yang mencerminkan jiwa bangsa Indonesia, pelan-pelan namun pasti telah hilang
dari diri para elite politik dan pemimpin negeri ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian demokrasi?
2. Apa pengertian partai poitik menurut UU NO 31 TAHUN 2002 tentang partai politik ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DEMOKRASI.
Demokrasi merupakan konsep pemerintahan yang identik dengan kedaulatan rakyat.
Dimana dalam konsep pemerintahan yang demokratis menempatkan rakyat sebagai
pemegang kekuasan tertinggi dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara.
Demokrasi" adalah sebuah kata yang begitu sering diucapkan. Namun, makin banyak
ia dibahas makin terasa betapa sulit mencari contoh tentang negara yang memenuhi
tatanan demokrasi secara sempurna. Di Indonesia, pencarian terhadap sosok demokrasi
pun terus digelar, baik pada aras praktik sistem politik maupun kajian akademik. Dalam
aras akademik, sejumlah makalah dikupas habis-habisan dalam berbagai seminar.
Sementara itu, sejumlah buku, artikel pidato para pakar dan politisi, telah pula diterbitkan
dalam jurnal ilmiah, koran dan majalah
Ketika era reformasi berkembang menyeruak dalam tatanan kehidupan politik
Indonesia, sebagian besar masyarakat berharap akan lahirnya tatanan dan sistem
perpolitikan yang benar- benar demokratis. Namun, setelah hampir lima tahun berjalan,
praktik-praktik politik dan kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis belum
menampakkan arah yang sesuai dengan kehendak reformasi. Demokrasi pun kemudian
dipertanyakan dan digugat ketika sejumlah praktik politik yang mengatasnamakan
demokrasi seringkali justru menunjukkan paradoks dan ironi. Gugatan terhadap demokrasi
ini sesungguhnya memiliki relevansi yang kuat dalam akar sejarah dan sosiologi politik
bangsa Indonesia. Dalam konteks itulah, tulisan ini hendak melihat bagaimana perjalanan
demokrasi di negeri ini, yang kemudian akan dianalisis guna membaca prospek demokrasi
Indonesia di masa depan dengan mengambil contoh kasus Pemilu dan Pilkada.
Pemikiran tentang sistem demokrasi sudah ada sejak zaman Yunani Kuno dan kemudian
berkembang pesat pada abad 17 dan 18 bahkan hingga saat ini. Seorang filosof terkemuka
dari Inggris, John Locke (1632-1704) membedakan tiga macam kekuasaan, yaitu: legislatif,
eksekutif dan federatif. Kemudian Montesqueieu (1989-1755 M) dari Prancis mengemukakan
pendapatnya yang membagi kekuasaan atas kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif dan
meletakkan masing-masing kekuasaan tersebut dalam kewenangan lembaga yang berbeda.
Dengan cara seperti ini, lembaga-lembaga pemerintahan saling mengawasi sehingga penindasan
terhadap rakyat dapat dihindari pada batas yang paling minimal. Hal ini pada akhirnya
melahirkan berbagai macam konsep demokrasi, seperti: Demokrasi Liberal, demokrasi
Konstitusional, Demokrasi Proletar, demokrasi Pancasila dan sebagainya. Berbagai konsep
demokrasi yang tersebut masing-masing mengklaim sebagai suatu konsep yang paling ideal. Tentu
saja masing-masing konsep tersebut melahirkan bentuk yang berbeda dalam praktek, meskipun
demikian, sebenarnya ada sisi-sisi universal yang menjadi ciri umum untuk mengatakan bahwa
negara disebut menganut paham demokrasi, yaitu sebagaimana tercermin dalam konsep “Trias
Politica”.
Dalam pandangan lain demokrasi sebagai suatu gagasan politik merupakan paham yang
Walaupun demikian, sebuah negara dapat dikatakan demokratis paling tidak memenuhi
unsur-unsur yaitu:
1. Ada kebebasan untuk membentuk dan menjadi anggota perkumpulan;
2. Ada kebebasan untuk menyatakan pendapat;
3. Ada hak untuk memberikan suara dalam pemungutan suara;
4. Ada kesempatan untuk dipilih atau menduduki berbagai jabatan pemerintah atau negara;
5. Ada hak bagi para aktivis politik berkampanye untuk memperoleh dukungan atau
suara;
6. Terdapat berbagai sumber informasi;
7. Ada pemilihan yang bebas dan jujur;
8. Semua lembaga yang bertugas merumuskan kebijakan pemerintah, harus bergantung
pada keinginan rakyat.
Dari rumusan tersebut, kiranya dapat diberikan pemahaman terhadap suatu negara
yang menganut sistem demokrasi. Pertama, demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan yang
mempunyai unsur-unsur atau elemen- elemen yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.
Kedua, orang-orang yang memegang kekuasaan atas nama demokrasi dapat mengambil
keputusan untuk menetapkan dan menegakkan hukum. Ketiga, kekuasaan untuk mengatur dalam
bentuk aturan hukum tersebut diperoleh dan dipertahankan melalui pemilihan umum yang
bebas dan diikuti oleh sebagian besar warga negara dewasa dari suatu negara.
Untuk mewujudkan konsep negara demokrasi, maka diperlukan adanya prinsip-
prinsip yang bisa menjadi tolak ukur dalam menilai sistem politik pemerintahan yang
demokratis. Secara umum prinsip demokrasi terdiri dari 4 pilar utama, yaitu:
c. Lembaga yudikatif sebagai tempat pemberi putusan hukum dan keadilan dalam
pelaksanaan undang- undang;
c. Demokrasi melalui referendum, yang paling mencolok dari sistem demokrasi melalui
referendum adalah pengawasan dilakukan oleh rakyat dengan cara referendum.
Sistem referendum menunjukan suatu sistem pengawasan langsung oleh rakyat.
1. Prinsip Demokrasi
Prinsip-prinsip demokrasi dirincikan oleh Sukarna yaitu:
b. Pemerintah konstituonal;
f. Pemilihan umum yang besar; Partai politik lebih dari satu dan mampu
melaksanakan fungsinyamanajemen yang terbuka;
q. Prinsip persetujuan.
B. PARTAI POLITIK
Sebuah negara yang demokratis, biasanya disana dihuni oleh banyak partai
atau multi partai atau terdiri dari beberapa partai politik. Dengan demikan
sebuah negara demokratis akan memberikan kebebebasan bagi rakyatnya untuk
berpartisipasi aktif dalam sebuah partai politik guna ikut serta arah dan gerak
perubahan negara bersangkutan ke arah yang lebih baik sesuai dengan cita-cita
nasionalnya. Menurut pendapat Max Weber (Maran, 2001 : 22) mengutarakan
pengertian daripada politik sebagai berikut : “Politik adalah sarana perjuangan
untuk bersama-sama melaksanakan politik, atau perjuangan untuk mempengaruhi
pendistribusian kekuasaan, baik di antara negara maupun diatara kelompok-
kelompok di dalam suatu negara”.
Mendefinisikan partai politik bukanlah hal yang mudah, para ahli yang
mempelajari partai-partai politik cenderung memiliki pandangan yang berbeda-
beda. Secara umum partai politik menurut pendapat Maran (2001 : 84)
mendefinisikan sebagai berikut: “ Partai politik adalah suatu kelompok yang
terorganisir dengan tujuan memperoleh jabatan-jabatanpemerintahan”. Anggota-
anggotakelompok tersebut memiliki orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama.
Sedangkan pengertian daripada partai politik menurut Undang-Undang Nomor 31
tahun 2002 tentang Partai Politik pasal 1 berbunyi sebagai berikut: “Partai politik
adalah organisasi politik yang dientuk oleh sekelompok warga negara Republik
Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa dan negara melalui
pemilihan umum. Dari beberapa definisi di atas, dapat kita kaji bahwa partai
politik merupakan organisasi masa yang salah satu fungsinya memerikan
perubahan cara pandang berpoliltik pada masyarakat melalui salah satunya
adalah pendidikan politik. Sebuah partai politik biasanya akan mengikuti pola
struktur dari watak atau karakteristik dalam sebuah masyarakat, begitu pula di
negara Indonesia.
Menurut pemaparan Nasikun dalam bukunya Sistem Sosial Indonesia (2004:
66), dijelaskan bahwa pertama kali Partai Masyumi, yang menurut hasil
pemilihan umum tahun 1955 merupakan partai paling besar sesudah PNI (Partai
Nasional Indonesia), dan Partai Nahdatul Ulama yang merupakan partai paling
besar nomor tiga sesudah Masyumi. Pertumbuhan kedua partai politik tersebut
melampaui serangkaian kristalisasi yang cukup panjang. Pada tahun 1943, atas
prakarsa pemerintah penjajahan Jepang, beberapa organisasi keagamaan
termasuk Muhamadiayah dan Nahdatul Ulama bergabung pada ke dalam suatu
organisasi massa dengan nama “Masyumi” (Majelis Syuro Muslimin Indonesia).
Dan partai politik pemenang pemilu tahun 1955 keempat adalah PKI (Partai
Komunis Indonesia) yang juga cukup memiliki pendukung banyak terutama dari
masyarakat pedesaan di pulau jawa.
Awal dari terbetuknya partai politik adalah gerakan sosial. Gerakan sosial
merupakan gerakan dimana terdapat kelompok masyarakat yang terorganisir
maupun yang tidak terorganisir yang diaksudkan untuk memperjuangkan atau
memperoleh tujuan tertentu sesuai dengan cita-cita bersama. Melalui gerakan-
gerakan sosial para partisipan pada dasarnya berpartisipasi dalam kehidupan
politik. Akan tetapi partisipasi mereka belum tentu terorganisir dengan baik. Jika
para partisipan suatu gerakan sosial ingin meneruskan perjuangan mereka secara
lebih sistmeatis dan teratur dalam jangka panjang, mereka harus membentuk
partai politik atau sekurang-kurangnya mereka harus bekerja sama atau
mendukung suatu partai politik yang ada.
Di dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik
pasal 6 (enam) menjelaskan mengenai tujuan partai politik adalah sebagai
berikut:
1. Tujuan umum partai politik adalah :
a. mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksudkan dalam
Pembukaan Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. mengembangkan kehidupandemokrasi berdasarkan Pancasila dengan
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. mewujudkan kesejahteraanbagi seluruh rakyat Indonesia.
KESIMPULAN