Anda di halaman 1dari 7

POLITIK DAN PROBLEMATIKA DEMOKRASI

1. Politik dan Demokrasi


1.1. Pengertian Politik
Politik berasal dari kata dalam bahasa Yunani polis yang sama dengan city atau city state
dalam bahasa Inggris. Kata polis juga menginspirasi munculnya kata politicos
(kewarganegaraan) dan politike techen (kemahiran berpolitik).
Bangsa Romawi kemudian menggunakan istilah tersebut dan menambahkan ilmu
kenegaraan. Dikutip dari KBBI, politik adalah ilmu tata negara misal sistem pemerintahan
dan dasar pemerintahan.
Berikut pengertian politik menurut beberapa ahli.
 Ramlan Surbakti
Politik adalah komunikasi pemerintah dan masyarakat demi kebaikan bersama. Hal ini
diwujudkan dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan dari semua orang yang terlibat
serta terdampak politik.
 F Isjwara
Politik adalah bentuk perjuangan untuk mendapatkan atau cara menjalankan kekuasaan.
Tentunya disertai dengan niat dan tujuan yang baik untuk kepentingan bersama.
 Kartini Kartono
Menurut Kartini Kartono, politik dapat diartikan sebagai aktivitas perilaku atau proses yang
menggunakan kekuasaan untuk menegakkan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan
yang sah berlaku di tengah masyarakat.

1.2. Tujuan Politik


Dikutip dari presentasi berjudul Definisi dan Ruang Lingkup Politik dari Open Course
Ware Universitas Pembangunan Jaya, tujuan politik adalah:
 Pengelolaan wacana, lembaga dan pelaksanaannya untuk kehidupan manusia.
 Mengusahakan kekuasaan sehingga dapat melaksanakan demokrasi.
 Menerapkan kekuasaan sesuai aturan hukum.
 Melindungi hak dan memastikan kewajiban penyelenggaraan serta warga negara
terlaksana dengan baik.1

https://news.detik.com/berita/d-6773593/apa-itu-politik-berikut-pengertian-tujuan-dan-contoh-
1

perilakunya. Akses 5 Desember 2023, 17.15 WIB


1.1. Pengertian Demokrasi
Demokrasi adalah sistem pemerintahan di mana seluruh rakyatnya turut serta memerintah
dengan perantaraan wakilnya. Demokrasi juga diartikan sebagai gagasan atau pandangan
hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi
semua warga negara.
Konsep demokrasi lahir dari Yunani kuno yang dipraktikkan dalam hidup bernegara
antara Abad ke-4 Sebelum Masehi sampai dengan Abad ke-6 SM. Demokrasi memiliki
beberapa prinsip, seperti persamaan hak, kebebasan berpendapat, kebebasan berekspresi,
kebebasan berserikat, dan kebebasan beragama.
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai tantangan dan
hambatan, seperti politik uang, korupsi, dan ketidakadilan. Oleh karena itu, pendidikan
demokrasi dan partisipasi masyarakat dalam demokrasi sangat penting untuk memperkuat
demokrasi di Indonesia.

1.4. Sejarah & Fase Perkembangan Demokrasi di Indonesia


Sejarah demokrasi di Indonesia mengalami dinamika yang cukup kompleks dan
menjalani perkembangan yang sangat dinamis.
Berikut adalah beberapa fase perkembangan demokrasi di Indonesia:
 Demokrasi Parlementer (1945-1959)
Pada fase ini, Indonesia resmi menjadi negara yang merdeka dan menerapkan sistem
demokrasi parlementer. Sistem ini berlangsung hingga tahun 1959. Demokrasai parlementer
menonjolkan pernanan parlementer serta partai-partai. Akibatnya, persatuan yang digalang
selama perjuangan melawan musuh bersama menjadi kendor dan tidak dapat dibina menjadi
kekuatan konstruktif sesudah kemerdekaan.
 Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Pada masa ini, sistem demokrasi berubah menjadi sistem demokrasi terpimpin. Sistem ini
berlangsung hingga tahun 1965. Demokrasi terpimpin ini telah menyimpang dari demokrasi
konstitusional dan lebih menampilkan beberapa aspek dari demokrasi rakyat. Masa ini
ditandai dengan dominasi Presiden, terbatasnya peran parpol, perkembangan pengaruh
komunis dan peran ABRI sebagai unsur social politik semakin meluas.
 Demokrasi Pancasila pada Era Orde Baru (1966-1998)
Pada masa ini, sistem demokrasi berubah menjadi sistem demokrasi Pancasila. Sistem ini
berlangsung hingga tahun 1998. Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi konstitusional
yang menonjolkan system presidensial. Landasan formal periode ini adalah Pancasila, UUD
1945 dan Tap MPRS/MPR dalam rangka untuk meluruskan kembali penyelewengan terhadap
UUD 1945 yang terjadi di masa Demokrasi Terpimpin, dalam perkembangannya , peran
Presiden semakin dominan terhadap lembaga-lembaga negara yang lain. Melihat peraktik
demokrasi pada masa ini, nama Pancasila hanya digunakan sebagai legitimasi politik
penguasa saat itu, sebab kenyataannya yang dilaksanakan tidak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila.

 Demokrasi Pasca Reformasi (1998-sekarang)


Setelah jatuhnya Presiden Soeharto pada Mei 1998, Indonesia mengalami proses
reformasi politik yang membuka peluang bagi perkembangan demokrasi. Pada masa ini,
Indonesia menerapkan sistem demokrasi yang lebih terbuka dan partisipatif. Saat ini peran
partai politik kembali menonjol, sehingga dapat berkembang. Pelaksanaan demokrasi setelah
pemilu banyak kebijakan yang tidak berdasarkan pada kepentinga rakyat, melainkan lebih
kearah pembagian kekuasaan antara Presiden dan partai politik dalam DPR. Dengan kata
lain ,model demokrasi era reformasi dewasa ini kurang berdasarkan pada keadilan social bagi
seluruh rakyat Indonesia (walfare state)2

Perkembangan demokrasi di Indonesia juga dipengaruhi oleh sejarah dan politik


perkembangan demokrasi di Indonesia, mulai dari pengertian dan konsepsi demokrasi
menurut para tokoh dan founding fathers Kemerdekaan Indonesia, terutama Mohammad
Hatta, dan Soetan Sjahrir. Selain itu, gotong royong dan rasa kekeluargaan menjadi pangkal
dari demokrasi Pancasila
1.5. Fungsi dan Peran Demokrasi di Indonesia
Berikut adalah fungsi dan peran demokrasi di Indonesia secara singkat:
1) Mewujudkan kedaulatan rakyat
2) Menjamin hak asasi manusia
3) Mendorong akuntabilitas pemerintah
4) Melindungi keanekaragaman dan pluralisme
5) Mendorong pembangunan ekonomi dan sosial
6) Menjaga stabilitas politik
7) Mendorong partisipasi masyarakat

2
Ujang Charda S., Pendidikan Pancasila : Untuk Pendidikan Tinggi (Depok : Rajawali Pers,2020), hlm.
219-220.
8) Menjaga keseimbangan kekuasaan
Fungsi dan peran demokrasi di Indonesia sangat penting dalam menjalankan sistem
pemerintahan yang adil, partisipatif, dan berkeadilan. Perkembangan demokrasi di Indonesia
mengalami dinamika yang cukup kompleks dan menjalani perkembangan yang sangat
dinamis. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk terus berpartisipasi aktif dalam
menjaga dan memperkuat demokrasi di Indonesia.
2. Problematika Demokrasi di Indonesia
Indonesia masih berada pada transisi jalan di tempat yang berlarut-larut, bahkan di
beberapa tempat mengalami kemunduran yang membuat kita masih jauh dari harapan
demokrasi terkonsolidasi.
Demokrasi Indonesia belum terkonsolidasi yang mana ciri-cirinya:
1) demokrasi bisa berjalan dan berproses dalam masa waktu yang lama;
2) ada penegakan hukum berjalan baik;
3) pengadilan yang independen;
4) pemilu yang adil dan kompetitif;
5) civil society yang kuat;
6). terpenuhinya hak-hak sipi, ekonomi, dan budaya warga negara.

2.4. Masalah Krusial


Masalah demokrasi Indonesia yang terlihat krusial adalah absennya masyarakat sipil yang
kritis kepada kekuasaan, buruknya kaderisasi partai politik, hilangnya oposisi, pemilu biaya
tinggi karena masifnya politik uang dalam pemilu, kabar bohong dan berita palsu, rendahnya
keadaban politik warga, masalah pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu yang belum
tuntas hingga kini, kebebasan media dan kebebasan berkumpul, dan berserikat, serta masalah
masalah intoleransi terhadap kelompok minoritas.
Kita mengalami situasi krisis suara kritis kepada kekuasaan karena hampir semua elemen
masyarakat sipil dari mulai LSM, kampus, media dan mahasiswa telah merapat dengan
kekuasaan atau sekurang-kurangnya memilih untuk diam demi menghindari “stigma”
berpihak kepada kelompok intoleran yang anti-Pancasila dan anti-demokrasi.
Sedikit-banyak ini disebabkan oleh polarisasi politik yang tajam yang membelah Indonesia
menjadi dua kubu, yang membuat setiap suara mengkritik pemerintah segera dikelompokkan
ke kubu anti-pemerintah. Padahal absennya suara kritis adalah kehilangan besar untuk
demokrasi yang membutuhkan kekuatan yang sehat untuk mengontrol kekuasaan.
Kampus perlu mendapat catatan secara khusus karena baru kali ini sejak era
Reformasi kampus begitu berlomba-lomba merapat kepada kekuasaan, terlihat dari maraknya
praktik kooptasi ikatan alumni dengan orang-orang di lingkaran istana yang jadi ketuanya,
pemberian gelar doctor honoris causa kepada elite politik yang tidak didasarkan kepada
kontribusi nyatanya kepada masyarakat dan ilmu pengetahuan melainkan lebih karena
pertimbangan politik, absennya gerakan mahasiswa yang membawa gagasan bernas dan
berani bersuara kritis kepada kekuasaan, dan kekuasaan sangat besar yang dimiliki
pemerintah untuk menentukan rektor terpilih melalui kementerian dikti.
Pengawasan atau surveilance atas aktivitas dosen baik di media sosial ataupun di
dunia nyata merupakan gejala penghalang kebebasan akademik lainnya yang semakin
melemahkan suara kritis dari kampus.

2.2. Lemahnya Parpol


Persoalan demokrasi terbesar kita saat ini ada pada lemahnya partai politik. Bukti
persoalan partai politik bermula dari rekrutmen kader sebagian besar tidak serius dan asal-
asalan. Tokoh masyarakat yang berkualitas, dosen, peneliti semakin sedikit yang terlibat di
eksekutif maupun legislatif. Dua dekade setelah Reformasi, partai belum mulai menunjukkan
ikhtiar yang serius dalam melakukan rekrutmen dan kaderisasi partai politik hanya dilakukan
pada masa menjelang pemilu.
Di sisi lain, pemilu dalam sistem proporsional terbuka tidak memperkuat pelembagaan
partai politik karena kader yang loyal terhadap partai bisa dikalahkan oleh kader pendatang
baru yang memenangkan kompetisi karena mampu mempraktikkan politik uang dengan lebih
masif. Akhirnya sistem politik nasional diisi oleh kader-kader instan.
Pemilu biaya tinggi karena masifnya praktik politik uang merupakan catatan lainnya. Ed
Aspinall dan Ward Berenchot (2019) mencatat bahwa dari masa ke masa, pemilu di era
Reformasi semakin mahal dari mulai level lokal sampai nasional dengan Pemilu 2019 sebagai
pemilu termahal. Biaya pemilu yang tinggi ini berdampak pada maraknya praktik korupsi di
berbagai level lembaga negara karena para calon terpilih baik di legislatif berkepentingan
mengembalikan modal yang telah mereka keluarkan.

2.3. Media Sosial


Lemahnya internalisasi keadaban sipil (civic virtue) di antara warga negara sebagaimana
tampak dalam perseteruan yang tajam, dangkal, dan kurang beradab antara netizen di media
sosial merupakan catatan penting lainnya. Warga negara perlu belajar untuk berbeda
pendapat atau pilihan politik sambil tetap berteman, bersahabat, dan bersaudara sebagai
sesama anak bangsa.
Maraknya ujaran kebencian, intoleransi, dan diskriminasi terhadap minoritas agama dan
suku merupakan gejala yang mengkhawatirkan. Perbedaan pilihan politik atau keyakinan
tidak boleh menggerus modal sosial kita berupa rasa saling percaya, toleransi, saling tolong
menolong, dan saling menghargai perbedaan.
Ancaman kebebasan media dan berekspresi seperti pemberangusan buku, pencekalan diskusi
buku dan film, ancaman pidana untuk ilmuwan dari luar yang melakukan penelitian di
Indonesia merupakan masalah lainnya. Penggunaan UU ITE untuk mempidanakan warga
atau jurnalis merupakan ancaman lainnya untuk kebebasan berekspresi.

2.4. Kemunduran
Setelah 4 tahun pemerintahan berjalan, kritik dari pada analis dalam negeri maupun luar
negeri mulai muncul. Ed Aspinal (2018), Tom Powel dan Eve Warburton (2018 dan 2019)
menganalisis perkembangan demokrasi di Indonesia dan berargumen bahwa terjadi
kemandekan dan bahkan kemunduran demokrasi di mana Presiden Jokowi mulai melakukan
praktik non demokratis seperti membubarkan ormas tanpa proses hukum, meningkatnya
intoleransi, semakin kuatnya polarisasi politik, masifnya kabar bohong dan pelanggaran hak
asai manusia.
Perlu partisipasi semua pihak baik intelektual, aktivis CSO’s, jurnalis, dan partai politik
untuk menyadari situasi kemandekan bahkan kemunduran demokrasi di Indonesia untuk
bersama-sama berjuang menyelamatkan demokrasi di Indonesia. Rendahnya dialog dan
sinergi di antara berbagai elemen itu adalah masalah demokrasi kita hari ini. 3

3
https://www.lp3es.or.id/2019/08/03/demokrasi-kita-hari-ini, akses 5 Desember 2023, 17.23 WIB.

Anda mungkin juga menyukai