Anda di halaman 1dari 17

HAKIKAT DEMOKRASI

Makalah Ini Disusun Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Pendidikan


Kewarganegaraan
Dosen pengampu Novella Parchiano,M.Hum

Disusun oleh :
1. ELDE NUR RESPATIKA O. (10680019)
2. TIA YULIANINGSIH

(10680020)

3. PUJI LESTARI

(10680021)

4. DIAN ARUM A. P. P.
5. SETYARINI WIDYASTUTI

(10680022)
(10680023)

6. RIVANA EKA JANUAWATI (10680024)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN

Demokrasi saat ini merupakan kata yang senantiasa mengisi perbincangan


berbagai lapisan masyarakat mulai dari masyarakat bawah sampai kalangan kelas
elit.Semaraknya perbincangantentang Demokrasisemakin memberikan dorongan kuat
agar kehidupan bernegara,berbangsa dan bermasyarakat menjujung tinggi nilai-nilai
demokrasi.Demokrasi sering dikaitkan dengan berbagai persoalan,baik dari aspek politik,
hukum, ekonomi, pendidikan, religius, dan bidang lainnya.Karena itu demokrasi menjadi
alternative system nilai dalam berbagai lapangan kehidupan manusia baik dalam
lingkungan keluarga,masyarakat dan Negara.
Dari segi sejarah demokrasi,bangsa Indonesia kini mengalami pasang surut untuk
menerapkan demokrasi yang sesuai yang diharapkan. Dalam perjalanannya bangsa dan
negara Indonesia, masalah pokok yang dihadapi ialah bagaimana demokrasi mewujudkan
dirinya dalam berbagai sisi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tumbangny a orde baru pad a tanggal 21 mi e 1998, adalah
momentum pergantian

kekuasaan

ya ng

sangat

revolusioner

dan

b e r s e j a r a h d i n e g a r a i n i . Momentum ini menjad ikan penanda akan di


mul ainya transisi demokrasi yang diharapkan mampu menata kembali
indanya taman Indonesia. Namun, ketika kita mengaca pada sejarah secara
objektif, kita akan menemukan bahwa masa transisi demokrasi di dunia, rata-rata
membutuhkan waktu antara 20-25 tahun. Untuk menciptakan suasana demokrasi di
Indonesia ini membutuhkan waktu yang lama, sehingga ada tahap-tahapan yang harus di
capai untuk mewujudkan Negara yang demokrasi sesuai dengan pancasila dan undangundang dasar 1945.
Demokrasi di Indonesia terkesan hanya untuk mereka dengan tingkat
kesejahteraan ekonomi yang cukup. Sedangkan bagi golongan ekonomi bawah,
demokrasi belum memberikan dampak ekonomi yang positif buat mereka. Inilah
tantangan yang harus dihadapi dalam masa transisi. Demokrasi masih terkesan isu kaum

elit, sementara ekonomi adalah masalah riil kaum ekonomi bawah yang belum
diakomodasi dalam proses demokratisasi. Ini adalah salah satu tantangan terberat yang
dihadapi bangsa Indonesia saat ini.
Demokrasi dalam arti sebenarnya terkait dengan pemenuhan hak asasi manusia.
Dengan demikian ia merupakan fitrah yang harus dikelola agar menghasilkan output
yang baik. Setiap manusia memiliki hak untuk menyampaikan pendapat, berkumpul,
berserikat dan bermasyarakat. Dengan demikian, demokrasi pada dasarnya memerlukan
aturan main. Aturan main tersebut sesuai dengan nilai-nilai religious dan sekaligus yang
terdapat dalam undang-undang maupun peraturan pemerintah.

BAB II
PEMBAHASAN

A. HAKIKAT DEMOKRASI
Pengertian demokrasi dapat dijelaskan melalui dua sudut pandang, yaitu secara
bahasa (etimologi) dan istilah (terminologi). Secara etimologis demokrasi berasal dari
bahasa Yunani, demos berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan cratien atau cratos
berarti pemerintahan, kekuasaan, atau kedaulatan. Jadi secara bahasa demo-cratein atau
demo-cratos (demokrasi) adalah keadaan negara dimana dalam sistem pemerintahannya
kedaulatan ditangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat,
rakyar berkuasa, pemerintahan rakyat, dan kekuasaan oleh rakyat.1
Sementara pengertian demokrasi secara istilah menunjukkan arti beragam
menurut para ahli. Joseph A. Schmeter menyatakan bahwa demokrasi merupakan suatu
perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik dimana setiap individu
memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.
Sidney Hook menyatakan demokrasi sebagai bentuk pemerintahan dimana keputusankeputusan pemerintahan yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan
pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa. Phillippe C.
Schmitter dan Terry Lynn Karl menyatakn demokrassi sebagai suatu sistem pemerintahan
dimana pemerintah dimintai tanggungjawab atas tindakan-tindakan mereka di wilayah
publik oleh warga negara yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan
kerjasama dengan para wakil mereka yang telah terpilih. Sedangkan Hendri B. Mayo
mendefinisikan demokrasi dengan pengertian sistem politik yang menunjukkan bahwa
kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawassi efektif
oleh rakyat dalam pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan
diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.

Syafig Mughni A, Pendidikan Kewarganegaraan Demokrasi,Ham,Civil Society,dan Multikulturalisme.


(Yogyakarta : Pusapom )hlm.129

Dari berbagai pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa demokrasi sebagai sistem
bermasyarakat dan bernegara serta pemerintahan memberikan penekanan pada
keberadaan kekuasaan di tangan rakyat baik dalam penyelenggaraan negara maupun
pemerintahan. Kekuasaan dan kedaulatan di tangan rakyat mengandung pengertian tiga
hal yaitu, pemerintahan dari rakyat (government of the people), pemerintahan oleh rakyat
(government by the people), dan pemerintahan untuk rakyat (government for the people).
Dengan demikian suatu pemerintahan akan dikatakan demokratis jika ketiga hal tersebut
dilakukan dan ditegakkan dalam sistem pemerintahan.
Pengertian pemerintahan dari rakyat berkaitan erat dengan pemberian legitimassi
kekuasaan. Berkaitan dengan pemberian pengakuan kekuasaan, posisi rakyat sangat
penting untuk mengakui ataupun tidak mengakui sebuah regm kekuasaan. Masalah
legitimasi kekuasaan dari rakyat sangat penting untuk memberikan jaminan terhadap
pemerintahan sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Pemerintahan dari
rakyat memberikan pengertian bahwa pemegang kekuasaan harus menunaikan tugas
sebaik mungkin karena rakyat telah memberikan mandat kekuasaan kepadanya.
Sementara pemerintahan oleh rakyat berarti bahwa suatu pemerintahan
menjalankan kekuasaan atas nama rakyat, bukan atas dorongan diri ataupun golongan.
Maka suatu pemerintahan dalam menjalankan tugas-tugasnya harus dalam pengawasan
rakyat. Kontrol dan pengawasan rakyat dapat dilakukan secara langsung oleh rakyat
maupun melalui para wakil terpilih dalam suatu lembaga resmi Dewan Prewakilan
Raktay (DPR). Dengan adanya pengawasan maka diharapkan akan terjadi check and
balance pemerintahan dan rakyat sehingga tumbuh kehidupan yang demokratis.
Sedangkan pemerintahan untuk rakyat mengandung pengertian bahwa kekuasaan
yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah harus dijalankan untuk kepentingan
rakyat. Maka disini kepentingan rakyat harus lebih didahulukan diatas kepentingan
pribadi dan golongan. Karena itulah pemerintahan harus berpartisipasi aktif
mendengarkan suara rakyat dan kemudian mengakomodasikannya dalam berbagai
kebijakan atau program aksi yang secara langsung dapat dirasakan manfaatnya oleh
rakyat. Maka berkenaan dengan ini kebebasan berpendapat dari rakyat untuk
menyampaikan aspirasinya harus dijamin oleh suatu peraturan perundanng-undangan.
Robert A. Dahl mencirikan sistem demokrasi dengan beberapa karakteristik.
Pertama, pengawasan atas kebijaksanaan pemerintah dilakukan secara konstitusional oleh
wakil-wakil yang dipilih. Kedua, para wakil rakyat dipilh dalam pemilihan yang

dilakukan secara jujur dan berkala, serta tanpa paksaan. Yang ketiga, semua orang
dewasa berhak memilih dan dipilih. Keempat, warga negara berhak menyatakan
pendapat mengenai berbagai masalah politik tanpa ancaman hukuman berat. Kelima,
warga negara berhak memperoleh sumber-sumber informasi alternatif yang ada dan
dilindungi oleh hukum. Serta yang terakhir yaitu warga negara berhak membentuk
perkumpulan atau organisasi yang independen, termasuk berbagai partai politik dan
kelompok kepentingan.
Dengan berbagai penjelasan tersebut, kiranya menjadi jelas bahwa demokrasi
merupakan sebuah konsep yang menuntut adanya semua unsur (kebebasan untuk
berpendapat, berserikat, serta pemilihan umum yang bebas dan terbuka) dapat dipenuhi.
Dengan kata lain sebuah sistem akan dikatakan demokratis jika ada padanya semua unsur
demokrasi.

B. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA


Perkembangan demokarasi di Indonesia mengalami pasang surut (fruktuasi) dari
masa kemerdekaan sampai saat ini. Dalam perjalanannya bangsa dan negara Indonesia,
masalah pokok yang dihadapi ialah bagaimana demokrasi mewujudkan dirinya dalam
berbagai sisi kehidupan berbangsa dan bernegara. Perkembangan demokrasi di Indonesia
dapat dari segi waktu dibagi dalam empat periode, yaitu,
a. Demokrasi periode 1945 1959
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi parlementer.
Sistem parlemeter yang mulai berlaku sebulan sesudah kemerdekaan di
proklamirkan dan kemudian diperkuat dalam Undang-Undang Dasar 1945dan
1950, ternyata kurang cocok untuk Indonesia. Undang- Undang Dasar 1950
menetapkan berlakunya sistem parlementer dimana badan eksekutif terdiri
dari Presiden sebagai kepala negara konstitusional beserta menteri-menterinya
yang mempunyai tanggung jawab politik. Karena fragmentasi partai-partai
politik usia kabinet pada masa ini jarang dapat bertahan cukup lama. Koalisi
yang dibangun dengan sangat gampasng pecah. Hal ini mengakibatkan
disstabilisasi politik nasional.

b. Demokrasi periode 1959 1965


Ciri-ciri periode ini adalah dominasi dari Presiden, terbatasnya peranan
partai politik, berkembangnya pengaruh komunis dan meluasnya peranan
ABRI sebagai unsur sosial politik. Dekrit Presiden 5 Juli dapat dipandang
sebagai suatu usaha untuk mencari jalan keluar dari kemacetan politik melalui
pembentukan kepemimpinan yang kuat. Undang-Undang Dasar 1945
membuka kesempatan bagi seorang Presiden untuk bertahan sekurangkurangnya lima tahun. Akan tetepi ketetapan MPRS No. 111/1963 yang
mengangkat Ir.Soekarno sebagai Presiden seumur hidup telah membatalkan
pembatasan waktu lima tahun ini (Undang-Undang Dasar memungkinkan
seorang Presiden untukdipilih kembali) yang ditentukan oleh Undang-Undang
Dasar. Selain itu masih banyak lagi tindakan yang menyimpang dari atau
menyeleweng terhadap ketentuan- ketantuan Undang-Undang Dasar.
c. Demokrasi periode 1965 1998
Landasan formil dari periode ini adalah Pancasila, Undang-Undang Dasar
1945 serta ketetapan- ketetapan MPRS. Dalam usaha untuk meluruskan
kembali penyelewengan terhadap Undang-Undang Dasar yang telah terjadi
pada masa Demokrasi terpimpin, kita telah melakukan tindakan korektif.
Ketetapan MPRS No. 111/1966 yang menetapkan masa jabatan seumur hidup
untuk Ir. Soekarno telah dibatalkan dan jabatan Presiden kembali menjadi
elektif setiap lima tahun. Ketetapan MPRS No. XIX/ 1966 telah menentukan
ditinjaunya kembali produk-produk legislatif dari masa Demokrasi Terpimpin
dan atas dasar itu Undang- Undang No. 19/ 1964 telah diganti dengan syatu
Undang- Undang baru (No. 14/1970) tentang menetapkan kembali azas
kebebasan badan badan pengadilan. Dewan Perwakilan Rakyat Gotong
Royong diberu beberapa hak kontrol, di samping itu tetap mempunyai fungsi
untuk membantu pemerintah.
Beberapa perumusan tentang demokrasi Pancasila sebagai berikut: a.
Demokrasi dalam bidang politik pada hakekatnya adalah menegakkan
kembali azas- azas negara hukum dan kepastian hukum, b. Demokrasi dalam
bidang ekonomi pada hakekatnya adalah kehidupan yang layak bagi semua

warga negara, c. Demokrasi dalam bidang hukum pada hakekatnya bahwa


pengakuan dan perlindungan HAM, peradilan yang bebas yang tidak
mmihak. Demokrasi Pancasila memandang kedaulatan rakyat sebagai inti
dari sistem demokrasi. Karenanya rakyat mempunyai hak yang sama untuk
menentukan dirinya sendiri, begitu pula partisipasi politik yang sama semua
rakyat. Untuk itu pemerintah patut memberikan perlindungan dan jaminan
bagi warga negara dalam menjalankan hak politik.
d. Demokrasi periode 1998 - sekarang
Runtuhnya rezim otoriter Orde Baru telah membawa harapan baru bagi
tumbuhnya demokrasi di Indonesia. Bergulirnya reformasi yang mengiringi
keruntuhan rzim tersebyt menandakan tahap awal bagi transisi demokrasi
Indonesia. Transisi demokrasi merupakan fase krusial yang kritis, karena
dalam fase ini akan ditentukan ke mana arah demokrasi yang akan dibangun.
Selain itu dalam fase ini pula bisa saja terjadi pengembalian arah perjalanan
bangsa dan negara yang akan menghantarkan Indonesia kembali memasuki
masa otoriter sebagaimana yang terjadi pada poriode orde lama dan orde
baru.
Sukses atau gagalnya suatu transisi demokrasi sangat bergantung pada
empat faktor kunci, yakni, (1) komposisi elite politik, (2) desain institusi
politik, (3) kultur politik atau perubahan sikap terhadap politik dikalangan
elite atau non elite, dan (4) peran civil society (masyarakat madani). Keempat
faktor itu harus jalan secara sinergis dan sebagai modal untuk
mengkonsolidasikan demokrasi.

C. Komponen Penegak Demokrasi


Komponen komponen yang dapat mewujudkan tegaknya demokrasi antara lain :
1. Negara hukum

Konsepsi negara hukum mengandung pengertian bahwa negara memberikan


perlindungan hukum bagi warga negara melalui pelembagaan peradilan yang
bebas dan tidak memihak serta penjaminan hak asasi manusia.
Konsep rechtsstaaat mempunyai ciri ciri sebagai berikut : 1. Adanya
perlindungan terhadap HAM, 2. Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan
negara untuk menjamin perlindungan untuk HAM, 3. Pemerintahan berdasar
peraturan, 4. Adanya peradilan administrasi. Sedangkan the rule of law di cirikan
oleh : 1. Adanya supremasi aturan aturan hukum;2. Adanya kesamaan
kedudukan didepan hukum; 3. Adanya jaminan perlindungan HAM. Dengan
demikian konsep negara hukum sebagai gabungan dari kedua konsep diatas
adalah sebagai berikut: 1. Adanya jaminan terhadap HAM; 2. Adanya supremasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan; 3. Adanya pemisahan dan pembagian
kekuasaan negara; 4. Adanya lembaga peradilan yang bebas dan mandiri.
Sementara itu, istilah negara hukum di indonesia dapat ditemukan dalam
penjelasan UUD 1945 bahwa Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum
dan bukan berdasaar atas kekuasaan belaka. Gambaran tersebut merupakan
gambaran sistem pemerintahan negara indonesia menganut salah satu sistem
demokrasi.
2. Masyarakat madani
Masyarakat madani dengan ciri masyarakat yang terbuka, masyarakat yang
bebas terhadap pengaruh kekuasaan dan tekanan negara,masyarakat yang kritis
dan masyarakat yang berpartisipasi aktif .
Dalam masyarakat madani diasumsikan bahwa proses demokratisasi sebagai
proses politik dorongannya berasal dari perjuangan masyarakat yang sadar secara
etis dan bertanggung jawab atas nasibnya sendiri. Dengan kata lain pada
masyarakat madani adaanya penekanan prakarsa dan peran serta negara dalam
pembentukan subyek subyek politik, pranata sosial dan politik.
3. Infrastruktur politik

Infrastruktur politik terdiri atas partai politik, kelompok gerakan dan


kelompok penekan. Partai politik merupakan struktur kelembagaan politik yang
anggota- anggotanya memiliki orientasi,nilai- nilai dan cita cita yang sama yaitu
memperoleh

kekuasaan politik

dan merebut

kedudukan politik

dalam

mewujudkan kebijakan- kebijakannya.


Menurut Miriam Budiardjo partai politik memiliki peranan atau fungsi : 1.
Sarana komunikasi politik; 2. Sarana sosialisasi politik;3. Sarana rekrutment
politik; 4. Sarana pengatur konflik. Begitu pula aktivitas yang dilakukan oleh
kelompok gerakan dan kelompok penekan merupakan perwujudan adanya
kebebasan berorganisasi, kebebasan menyampaikan pendapat dan melakukan
oposisi terhadap negara dan pemerintahan. Hal itu merupakan indikator tegaknya
demokrasi.
4. Pers yang bebas dan bertanggung jawab.
Pers merupakan pilar keempat untuk mewujudkan demokrasi pada suatu
negara legislatif,eksekutif dan yudikatif. Sebagai institusi penegak demokrasi,
pers mempunyai peran yang sangat strategis. Salah satu peran strategis pers
adalah sebagai penyedia informasi bagi masyarakat berkaitan dengan berbagai
persoalan baik dalam kaitan dengan kehidupan kenegaraan dan pemerintahan
maupun masalahyang berkaitan dengan kehidupan masyarakat.

D. KARAKTERISTIK MODEL DEMOKRASI


Kajian tentang model demokrasi dapat dilihat dari aspek ide atau gagasan nilai
dan dari segi praktis. Dari segi ide, demokrasi terdiri dari model: demokrasi liberaliskapitalis, demokrasi sosialis, demokrasi Islam dan demokrasi pancasila.
-

Demokrasi liberalis-kapitalis merupakan bentuk demokrasi yang berdasarkan


pada nilai-nilai budaya dan pandangan hidup masyarakat Barat, seperti
individualisme, kebebasan.

Demokrasi sosialis lebih mengutamakan kebersamaan atau kolektivitas.

Demokrasi Islam nilai-nilai demokrasinya bersumber dari doktrin Islam yang


universal seperti keadilan (al-adl), musyawarah (asy-syura), dan sebagainya.

Demokrasi pancasila bersumber dari nilai-nilai luhur Pancasila (lima sila dalam
Pancasila) dan menekankan pada aspek hikmah kebijaksanaan dan musyawarah
serta perwakilan.
Menurut John Dunn berbentuk demokrasi perwakilan merupakan bentuk

demokrasi modern yang paling sesuai.2 Demokrasi perwakilan sendiri terbagi dalam dua
model yaitu demokrasi perwakilan langsung dan perwakilan tak langsung.
Sklar mengajukan 5 corak atau model demokrasi yaitu demokrasi liberal,
demokrasi terpimpin, demokrasi sosial, demokrasi partisipasi, dan demokrasi
konstitusional.3 Penjelasan 5 model demokrasi tersebut sebagai berikut:
1. Demokrasi liberal yaitu pemerintahan yang dibatasi oleh UU dan Pemilihan
Umum Bebas yang diselenggarakan dalam waktu yang panjang. Banyak negara
afrika menerapkan model ini hanya sedikit yang bertahan.
2. Demokrasi terpimpin. Para pemimpin percaya bahwa semua tindakan mereka
dipercaya rakyat tetapi menolak pemilihan umum yang bersaing sebagai
kendaraan untuk menduduki kekuasaan.
3. Demokrasi sosial adalah demokrasi yang menaruh kepedulian pada keadilan
sosial dan egalitarianisme bagi persyaratan untuk memperoleh kepercayaan
politik
4. Demokrasi partisipasi yang menekankan hubungan timbal balik antara pengguasa
dan yang dikuasai.
5. Demokrasi consociational, yang menekankan proteksi khusus bagi kelompokkelompok budaya yang menekankan kerja sama yang erat diantara elit yang
mewakili bagian budaya masyarakat utama.
Sedangkan menurut Inu Kencana, demokrasi terdiri dari dua model yaitu
demokrasi langsung (direct democracy) dan demokrasi tidak langsung (indirect
democracy).4 Demokrasi langsung terjadi bila rakyat untuk mewujudkan kedaulatannya
pada suatu negara dilakukan secara langsung pada eksekutif. Aktivitas pemilu sebagai
salah satu wujud demokrasi hanya dipergunakan untuk memilih anggota eksekutif
(presiden) dan legilatif (DPR). Pada demokrasi langsung lembaga legislatif hanya
2

Ibid.
Ibid.
4
Inu Kencana,1986
3

berfungsi sebagai lembaga pengawas jalannya pemerintahan, sedangkan rakyat secara


langsung melakukan kontrol. Demokrasi tidak langsung terjadi bila untuk mewujudkan
kedaulatan,rakyat tidak secara langsung berhadapan dengan pihak eksekutif, melainkan
melalui lembaga perwakilan yang disebut parlemen (seperti Kongres dan Senat
merupakan lembaga parleman di Amerika, DPR merupakan lembaga parlemen di
Indonesia, DUMA sebagai lembaga parlemen di Rusia, dan sebagainya). Pada demokrasi
tidak langsung, lembaga parlemen dituntut kepekaan terhadap berbagai hal yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat dalam hubungannya dengan pemerintah atau
negara.

E. HUBUNGAN AGAMA DENGAN DEMOKRASI


Agama dan demokrasi merupakan konsep dan sistem nilai yang bermakna
sangat penting dalam kehidupan manusia. Karena itu persoalan agama dan demokrasi
adalah persoalan manusia dalam menjalani kehidupan baik sebagai mahluk religius
maupun sebagai mahluk sosial. Namun demikian semua konsep dan sistem nilai tersebut
berasal dari sumber yang berbeda. Secara teologis seperti dikemukaan oleh Kamaruddin
Hidayat, agama (khusunya agama Yahudi, Nasrani dan Islam) di yakini sebagai suatu
sistem nilai atau ajaran yang datang dari Tuhan, bukan buatan atau rekayasa manusia.
Sementara sosok demokrasi adalah produk dan aktualisasi penalaran manusia sebagai
mahluk sosial. (Komaruddin Hidayat, 1994: 189). Dengan ungkapan lain perilaku agama
yang diwujudkan manusia selalu mencari mendasari rujukannya pada kalam Tuhan dan
berusaha mencari justifikasi dari-Nya(Theo-centris), sedangkan perilaku demokratis
lebih menitik beratkan pada persoalan manusia dalam hubungan dengan sesamanya
sebagai mahluk sosial dan legitimasinya diperoleh sesama manusia (anthropo sentris).
Agama sebagai sistem nilai memberikan petunjuk bagi manusia dalam mencapai
kehidupan yang damai, sejahtera, dan saling menghargai antar sesamanya dan
keselamatan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Sedangkan demokrasi sebagai sistem
nilai hanya memberikan petunjuk manusia dalam pergaulan sosial guna mencapai
kehidupan yang damai, sejahtera dan saling menghargai serta menghargai serta
menghormati dalam kehidupan dunia semata.
Dalam hubungan antara agama dan demokrasi ada tiga pandangan atau model
hubungan antara agama dan demokrasi meminjam bahasa Kamruddin Hidayat.

Pandangan pertama (model paradoksal atau model negatif) menyatakan bahwa


antara agama dan demokrasi tidak dapat dipertemukan bahkan berlawanan (agama
versus demokrasi). Diantara tokoh penganut pandangan pertama ini adlah Karl Marx,
Max Weber, Nietzche dan Satre.Demokrasi adalah sistem dunia (empirik-profan) yang
dibuat oleh rakyat berdasarkan kehendak bebas mereka, sedangkan agama merupakan
nilai-nilai dan dokterin yang berasala dari Tuhan (Umaruddin Masdar,1999:88-89).
Karena itu bagi Karl Marx, Nietzche dan Sartre agama tidak sejalan bahkan berhadapan
vis a vis dengan semangat demokrasi.
Pandangan kedua (model sekuler atau model netral) menyatakan bahwa
hubungan agama dengan demokrasi bersifat netran, dimana urusan agama dan politik
termasuk masalah demokrasi berjalan sendiri-sendiri. Karena itu peran agama bagi
manusia hanya terbatas pada persoalan hubungan manusia secara pribadi dengan
Tuhannya dan pencarian makna hidup dan kehidupan (Komaruddin Hidayat, 1994: 192193), sedangkan dalam interaksi sosial nilai-nilai demokrasi seperti dalam kehidupan
politik dijadikan sebagai tata krama dan etika sosial dan dalam hal ini agama tidak dapt
memainkan peranannya.
Selanjutnya, pandangan ketiga (teodemokrasi atau model positif) menyatakan
bahwa agama dan demokrasi mempunyai kesesuaian dan kesejajaran. Menurut
pandangan ketiga ini, agama baik secara teologis dan sosiologi sangat mendukung proses
demokrasi politik, ekonomi maupun kebudayaan (Komarrudin Hidayat, 1994 : 194, lihat
pula Umarrudin Masdar, 1999 :88-89). Agama sebagai ajaran normatif dalam banyak hal
mempunyai singgungan terhadap nilai normatif demokratis, sehingga interaksi antar
keduanya bisa saling mendukung. Keberadaan agama dapat menjadi roh sekaligus
inspirasi demi demokratisasi. Dalam kaitan dengan nilai-nilai demokrasi dalam agama
yang ada dan tumbuh dalam negara indonesia yaitu islam, katolik, protestan, hindu dan
budha. Dalam agama islam seperti dikatakan oleh Ernest Gellner bahwa agama islam ada
kesamaan unsur-unsur dasar (family remblens) dengan
pandangan

Robert

N.

Bellah

yang

sampai

pada

demokrasi. Begitu pula


suatu

kesimpulan

bahwa

penyelenggaraan oleh pemerintahan yang dikembangkan oleh nabi Muhammad saw. Di


madinah bersifat egaliter dan partisipasif dan sebagai bentuk negara modern. Unsur dasar
yang dimaksud adalah doktrin tentang keadilan islam, egalitarian, musyawarah, yang
terealisir dalam praktik politik keagamaan awal islam (Bahtiar Effendi dalam Deden
Ridwan dan Asep Gunawan, 1999. 140).

F. PROSPEK DEMOKRASI DI INDONESIA


Di Negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia, perkembangan
demokrasi tersendat-sendat, bahkan ada yang tidak muncul sama sekali. Ada dua corak
system politik yang dominan pada negara berkembang, yaitu Negara feodal dan Negara
birokratis. Didalam kedua corak system politik itu ditandai dengan adanya pemusatan
kekuasaan. Karena itu peluang untuk berkembang suburnya demokrasi pada Negara
yang menganut system politik semacam itu adalah kecil sekali.
Pasca kejatuhan rezim soeharto, menurut pakar politik Indonesia dikatakan
tengah memasuki era transisi menuju demokrasi. Era transisi menuju demokrasi
mengandung arti bahwa tengah terjadi peralihan dari suatu rezim yang berkuasa dengan
system yang otoriterianisme menuju suatu tatanan kehidupan kenegaraan yang
mencerminkan nilai dari prinsip-prinsip demokrasi.
Dalam kerangka membangun demokrasi, menurut M.Rusli Karim dapat terwujud
dalam tatanan Negara dan pemerintahan Indonesia bila terdapat delapan factor
pendukung :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Keterbukaan system politik


Budaya politik partisipatif egalitarian
Kepemimpinan politik yang berpihak pada kerakyatan
Rakyat yang terdidik,cerdas,dan berkepedulian
Partai politik yang tumbuh dari bawah
Masyarakat sipil (madani) yang tanggap dan bertanggungjawab
Penghargaan terhadap formalism dan hukum
Dukungan dari pihak asing dan pemihakan pada golongan mayoritas

Perubahan-perubahan di Indonesia dapat dilakukan seperti halnya teori perubahan


Huntington:
1. Perubahan transformasi, yaitu demokrasi didatangkan dari penguasa. Ini terjadi di
Turki, Brazil. Huntington mengatakan bahwa demokrasi ini adakalanya hanya
dipinjamkan pada rakyat, yang akhirnya nanti bisa di cabut lagi oleh penguasa.
2. Kedua adalah perubahan replacement yaitu gerak dari arus bawah menggulingkan
pemerintah dan terjadi proses demokratisasi, karena arus bawah itu mengambil
alih kekuasaan. Contohnya adalah Philipina.

3. Ketiga adalah perubahan transplacement yaitu negara kuat, tetapi kekuatan arus
bawah juga kuat. Sehingga terjadi semacam kebutuhan dan akhirnya kedua belah
pihak bersetuju untuk berkompromi dan melakukan pembauran-pembauran yang
lebih demokratis. Contohnya Panama.
Dilihat dari proses demokratisasi, menurut Sorensen seperti dikutip Azyumardi
Azra bahwa transisi dari bentuk

pemerintahan atau rezim non demokratis menjadi

demokratis, merupakan proses yang lama dan kompleks dan melibatkan beberapa tahap.5
Pertama tahap persiapan yang ditandai pergulatan dan pergolakan politik yang berakhir
pada jumlahnya rezim yang non demokratis. Kedua tahap penentuan, dimana unsur-unsur
penegak demokrasi di bangun dan di kembangkan. Ketiga tahap konsolidasi, dimana
demokrasi baru di kembangkan lebih lanjut sehingga praktik-praktik demokrasi menjadi
bagian yang mapan dari budaya politik.
Demokrasi yang sedang bergulir di Indonesia saat ini merupakan tantangan
sekaligus peluang yang perlu disikapi secara sadar oleh seluruh komponen penegak
demokrasi seperti birokrasi pemerintahan, partai politik, masyarakat madani, kaum
intelektual, kelompok gerakan, kalangan pers, dan masyarakat umumnya. Sebagai
tantangan karena agenda demokrasi cukup banyak seperti dalam bidang politik, ekonomi,
hukum, pendidikan, dan social budaya. Sedangkan sebagai peluang menjadikan
Indonesia menjadi salah satu Negara berkembang yang dapat menerapkan prinsip dan
nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan.

Abdul Rozak,Pendidikan Kewarganegaraan Demokrasi,Ham,Dan Masyarakat Madani.(Jakarta:Puslit


IAIN:2000

BAB III
KESIMPULAN
Demokrasi sebagai sistem bermasyarakat dan bernegara serta pemerintahan
memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan di tangan rakyat baik dalam
penyelenggaraan negara maupun pemerintahan. Perkembangan demokrasi di Indonesia
dapat dari segi waktu dibagi dalam empat periode, yaitu:
1. Periode 1945-1959.
2. Periode 1959-1965.
3. Periode 1965-1998.
4. Periode 1998- sekarang
Menurut Inu Kencana, demokrasi terdiri dari dua model yaitu demokrasi langsung
(direct democracy) dan demokrasi tidak langsung (indirect democracy).
Komponen komponen yang dapat mewujudkan tegaknya demokrasi antara lain :
1. Negara hukum
2. Infrastruktur politik
3. Masyarakat madani
4. Pers yang bebas dan bertanggungjawab
Agama dan demokrasi merupakan konsep dan sistem nilai yang bermakna sangat
penting dalam kehidupan manusia. Karena itu persoalan agama dan demokrasi adalah
persoalan manusia dalam menjalani kehidupan baik sebagai mahluk religius maupun
sebagai mahluk sosial.
Dilihat dari proses demokratisasi, menurut Sorensen seperti dikutip Azyumardi Azra
bahwa transisi dari bentuk pemerintahan atau rezim non demokratis menjadi demokratis,
merupakan proses yang lama dan kompleks serta melibatkan beberapa tahap.

DAFTAR PUSTAKA

Mughni,Syafig,A.2007.Pendidikan Kewarganegaraan Demokrasi, Ham, Civil Society,


dan Multikulturalisme. Yogyakarta: Pusapom
Rozak,Abdul.2000.Pendidikan Kewarganegaraan Demokrasi, Ham, Dan Masyarakat
Madani. Jakarta: Puslit IAIN
Pokja Akademik. 2005. Pancasila dan Kewarganegaraan. Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga

Anda mungkin juga menyukai