Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ Hasil Penelitian Museum Trowulan” .
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pemerintahan
Nasional dan Peradaban Politik Islam di Universitas Islam Majapahit.
Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua
pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini saya sebagai penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada
Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah museum trowulan.........................................................................................3
2.2 Koleksi museum trowulan.................................................................................................3
2.3 Hubungan museum dengan kreajaan majapahit..........................................................4
2.4 Peninggalan majapahit yang memperlihatkan kebesaranna...........................................4
mW.R Van Hovell (1849), J.V.G Brumund dan Jonathan Rigg menerbitkan penelitian mereka
dalam Journal of The Indian Archipelago and Eastern Asia. J. Hageman menulis tentang Trowulan van
Majapahit in 1815 en 1887. Penelitian terhadap Situs Trowulan kemudian dilanjutkan oleh R.A.A
Kromodjojo Adinegoro, seorang Bupati Mojokerto (1849-1916) yang sangat memperhatikan
peninggalan arkeologi di Trowulan. R.A.A Kromodjojo Adinegoro juga memerintahkan penggalian
Candi Tikus dan merintis berdirinya Museum Trowulan sebagai pelestari kebesaran Kerajaan
Majapahit. Pada tahun 1907, J. Knebel, anggotaCommisie voor Oudheidkundig Orderzoek op Java en
Madura melakukan inventarisasi peninggalan arkeologi di Trowulan. N.J Krom juga mengulas
peninggalan Kerajaan Majapahit di Trowulan dalam karyanya Inleiding tot de Hindoe Javaansche
Kunst(1923).
Penelitian yang lebih mendalam mengenai Situs Trowulan dilakukan olehOudheeidkundige
Vereeneging Majapahit atau disingkat OVM yang didirikan oleh R.A.A Kromodjojo Adinegoro
bekerja sama dengan Maclaine Pont. Dalam kurun waktu antara 1921-1924 Maclaine Pont
melakukan penggalian-penggalian di Trowulan dengan tujuan untuk mencocokkannya dengan uraian
Kitab Negarakertagama. Penelitian Maclaine Pont tersebut menghasilkan Sketsa Rekonstruksi Kota
Majapahit di Trowulan.
Berpedoman pada Kitab Negarakertagama pupuh VIII-XII, Stutterheim melakukan penelitian
mengenai bentuk Ibukota Kerajaan Majapahit. Stutterheim menyimpulkan bahwa tata kota Kraton
Majapahit dapat dianalogikan dengan Kraton Yogyakarta dan Surakarta. Lebih jauh disebutkan
bahwa bangunan yang terdapat di dalam kompleks kraton mirip dengan bangunan yang terdapat di
dalam kompleks puri di Bali (Sttuterheim, 1948).[1]
Penelitian kemudian dilanjutkan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) pada
tahun 70-an sampai tahun 1993. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional ini mencoba mencari bukti-
bukti tentang kota Majapahit. Langkah yang ditempuh adalah penggalian berdasarkan nama tempat
yag disebut dalam Kitab Negarakertagama dan penemuan baru yang tidak sengaja oleh penduduk.
Temuan berbagai benda bersejarah menunjukkan bahwa situs ini tidak hanya berupa tempat tinggal
saja. Ada situs lainnya seperti situs upacara, agama, bangunan suci, industri, perjagalan, makam,
sawah, psar, kanal, dan waduk. Situs-sits tersebut membagi suatu kota ke wilayah yang lebih kecil
dan dihubngkan dengan jalan. Namun, sampai sekarang penelitian-penelitian yang dilakukan belum
memberikan pemahaman yang utuh tentang keseluruhan tata kota Majapahit seperti yang
dikemukakan Mpu Prapanca dalam Kitab Negarakertagama. Keterangan baru kembali didapatkan
setelah adanya upaya dari Tim Geografi Universitas Gajah Mada yang membuat foto udara Situs
Trowulan. Foto udara tersebut memberikan gambaran bahwa dulunya Situs Trowulan merupakan
kota berparit.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Berdirinya Museum Trowulan ?
2. Koleksi Apa Saja yang Tersimpan di Museum Trowulan ?
3. Bagaimana Hubungan Museum Trowulan dengan Kerajaan Majapahit ?
4. Apa Saja Peninggalan Kerajaan Majapahit di Trowulan yang Memperlihatkan Kebesarannya ?
C. Kerangka Konseptual
Penelitian mengenai Museum Trowulan sebagai bukti kebesaran Kerajaan Majapahit ini
dilaksanakan pada tanggal 7 April 2013 di kompeks Museum Trowulan yang mencakup wilayah
Kecamatan Trowulan dan Sooko di Kabupaten Mojokerto serta Kecamatan Mojoagung dan
Mojowarno di Jombang, Jawa Timur.Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode observasi.
Metode ini digunakan penulis untuk mengamati berbagai peninggalan sejarah terutama dari masa
Majapahit yang berada di Museum Trowulan. Melalui pengamatan terhadap benda-benda
peninggalan sejarah tersebut, dapat diketahui bagaimana aspek-aspek kehidupan masyarakat
Majapahit pada zaman dahulu. Termasuk bagaimana bentuk tata kota dan permukiman masyarakat.
Laporan ini berisi tentang Sejarah Berdirinya Museum Trowulan, Koleksi yang Ada di Museum
Trowulan, hubungan antara museum Trowulan dengan Kerajaan Majapahit, serta peninggalan
kerajaan majapahit yang memperlihatkan kebesarannya.
D. Tujuan
1. Mengetahui Sejarah Berdirinya Museum Trowulan.
2. Mengetahui Koleksi yang Ada di Museum Trowulan.
3. Mengetahui hubungan antara museum Trowulan dengan Kerajaan Majapahit.
4. Mengetahui peninggalan kerajaan majapahit yang memperlihatkan kebesarannya.
5. Untuk memenuhi tugas kuliah kerja lapangan I.
E. Manfaat
1. Memperkaya pengetahuan mengenai sejarah masa Hindu-Buddha di Indonesia.
2. Menambah pengetahuan tentang peninggalan sejarah yang tersimpan di Museum Trowulan.
3. Memuat pengetahuan tentang kebesaran kerajaan Majapahit.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Museum Trowulan
Pada tangga 24 April 1924, R.A.A Kromodjojo Adinegoro salah seorang bupati Mojokerto
bekerjasama dengan Ir.Henry Maclaine Pont seorang arsitek Belanda untuk
mendirikan Oudheeidkundige Vereeneging Majapahit (OVM) yaitu suatu perkumpulan yang
bertujuan untuk meneliti peninggalan-peninggalan majapahit. OVM menempati sebuah rumah di
situs Trowulan yang terletak di jalan raya Mojokerto-Jombang km. 13 untuk menyimpan artefak-
artefak yang diperoleh baik melalui penggalian, survey, maupun penemuan yang tak sengaja.
Mengingat banyaknya artefak yang layak untuk dipamerkan, maka direncanakan untuk membangun
sebuah museum yang terealisasi pada tahun 1926 dan dikenal dengan nama Museum Trowulan.
Pada tahun 1942 Museum Trowulan ditutup untuk umum kerana Maclaine Pont ditawan oleh
Jepang. Sejak itu museum berpindah-pindah tangan dan akhirnya dikelola Balai Pelestarian
Peninggalan Purbakala Jawa Timur. Tugas kantor tersebut tidak hanya melaksanakan perlindungan
terhadap benda cagar budaya peninggalan Majapahit saja, tetapi seluruh peninggalan kuno yang
tersebar di seluruh wilayah Jawa Timur. Oleh karena itu, koleksinya semakin bertambah banyak.
Guna mengatasi hal tersebut museum dipindahkan ke tempat yang lebih luas berjarak sekitar 2 km
dari tempat semula, namun masih di situs Trowulan. Museum baru tersebut sesuai dengan struktur
organisasinya disebut sebagai Balai Penyelamatan Arca. Namun, masyarakat tetap mengenalnya
sebagai Museum Trowulan.
Pada tahun 1999 koleksi prasasti peninggalan R.A.A Kromodjojo Adinegoro dipindahkan dari Gedung
Arca Mojokerto ke Museum Trowulan, sehingga koleksi Museum Trowulan semakin lengkap.
Berdasarkan fungsinya, museum Trowulan kemudian diberi nama sebagai Balai Penyelamatan Arca
BP3 Jatim. Mengingat kebutuhan informasi yang semakin lama semakin meningkat dari masyarakat
tentang Majapahit, maka kini nama Balai Penyelamatan Arca BP3 Jatim diubah menjadi Pusat
Informasi Majapahit. Walaupun terjadi perubahan, namun pada prinsipnya hal tersebut tidak
merubah fungsinya secara signifikan, yaitu sebagai museum dan balai penyelamatan benda cagar
budaya di Jawa Timur. Untuk menampung benda koleksi cagar budaya yang setiap tahun terus
bertambah dan untuk meningkatkan pelayanan sajian kepada masyarakat, maka BP3 Jatim terus
melakukan pembenahan terhadap museum.
B. Saran
Peninggalan kebudayaan di Indonesia ini merupakan suatu kekayaan yang tak ternilai harganya.
Seperti hal yang kita bahas diatas tentang peninggalan kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapait
merupakan kerajaan yang terbesar di Nusantara. Sehingga susngguh suatu kesalahan yang sangat
fatal bila kita sampai melupakan peninggalan kebudayaan nenek moyang kita. Oleh karena itu kita
sebagai generasi muda Indonesia janganlah sampai melupakan peninggalan kebudayaan nenek
moyang kita. Mengikuti zaman boleh asalkan yang positif dan tetap memegang teguh kebudayaan
kita. Karena dengan mengetahui kultur kebudayaan kita maka kita akan mengetahui jati diri kita
sebagai bangsa Indonesia atau bangsa timur. Karena dengan tidak mengetahui hal tersebut maka
kita hanya akan terbawa arus zaman yang negatif dan tidak pernah sadar bahwa kita sesunggunya
adalah bangsa timur yang menjunjung tinggi ragam kebudayaan dan meghormati satu sama lain.
Daftar Pustaka