Anda di halaman 1dari 5

Data Publikasi

Judul Teks (Skripsi) : Struktur Dramatik Teks Ketoprak DalamLakon Sri


Huning Mustika Tuban.

Penulis Skripsi : Febriany Wahyu Prabandari.

Penerbit Skripsi : Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.

Tebal Skripsi : 127 halaman

Ketoprak merupakan salah satu bentuk drama tradisional jawa. Perkembangan


kesenian ketoprak telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang melewati
berbagai zaman. Eksistensi kesenian ketoprak tersebar di daerah Jawa Tengah
seperti Surakarta, Klaten, Wonogiri, Semarang, Pati, Rembang, dll. Selain itu di
Daerah Istimewa Yogyakarta terkenal dengan pertunjukan ketoprak mataram.
Persebaran kesenian ketoprak juga sampai di daerah Jawa Timur seperti Madiun,
Tulungagung,Tuban dan Pacitan. Ketoprak juga menjadi pertunjukan teater rakyat
yang digemari masyarakat, biasanya cerita yang diangkat adalah kisah-kisah
sejarah jawa seperti babad kerajaan hindu, budha, dan islam di tanah jawa,
maupun kisah cerita yang berkaitan dengan legenda jawa tertentu, maupun
legenda tentang asal mula sebuah tempat atau daerah di tanah jawa. Dengan tema-
tema yang beragam pula seperti kisahcinta, peperangan, kepahlawanan, hingga
perebutan tahta kerajaan menjadi tema-tema umum dalam kesenian ketoprak.

Kesenian ketoprak juga merupakan salah satu jenis kajian sastra jawa yang
termasuk kedalam kajian drama jawa. Kedudukannya sebagai bahan kajian
keilmuan sastra tidak dapat dilepaskan dari adanya teks lakon atau naskah
ketoprak yang digunakan untuk membedah struktur dan unsur-unsur pembangun
teks lakon ketoprak, disamping itu kegunaan lainya juga sebagai pedoman untuk
pementasan (teater). Kajian terhadap struktur atau unsur-unsur yang membangun
sebuah lakon ketoprak perlu dilakukan untuk menambah kazanah atas pengkajian
ilmu sastra jawa terutama yang berbentuk drama. Selain itu sumbangan bagi ilmu
pengetahuan juga diharapkan dapat bermanfaat bagi proses kelanjutan dari adanya
sebuah lakon drama, yaitu semua pihak yang berperan dalam dunia teater atau
seni pertunjukan agar perkembangan dan proses berteater akan semakin baik.

1
Seperti tugas akhir (skripsi) yang ditulis oleh Febriany Wahyu Prabandari
mahasiswi yang telah lulus pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Jawa di Universitas Negeri Semarang. Penelitiannya yaitu berupa analisis struktur
dramatik dengan melihat keterkaitan antar unsur-unsur pembangun dalam sebuah
lakon seperti tokoh, latar, alur, tema, dan amanat yang terdapat dalam teks
ketoprak lakon Sri Huning Mustika Tuban.

Secara ringkas isi dan pembahasan dalam skripsi tersebut pertama-tama didahului
oleh bab pendahuluan yang diantaranya berisi latar belakang masalah yaitu
mengapa struktur dramatik dalam sebuah lakon ketoprak perlu untuk diteliti.
Dilanjutkan dengan bagian rumusan masalah, dalam penelitian tersebut adalah
bagaimanakah struktur dramatik teks ketoprak dalam lakon Sri Huning Mustika
Tuban. Tercakupi dalam masalah ini adalah unsur-unsur intrinsik teks ketoprak
dalam lakon Sri Huning Mustika Tuban, yakni meliputi alur, tokoh dan
penokohan, latar (setting), tema, dan amanat. Kemudian tujuan penelitian yang
terdapat dalam skripsi tersebut yaitu mendeskripsikan struktur dramatik teks
ketoprak dalam lakon Sri Huning Mustika Tuban mencakup unsur-unsur intrinsik.
Sehingga dapat diketahui hubungan antar unsur intrinsik dalam teks ketoprak
dalam lakon Sri Huning Mustika Tuban. Serta manfaat penelitian tersebut penulis
skripsi tersebut membaginya dalam dua manfaat yaitu manfaat praktis dan
manfaat teoritis.

Kemudian pada bab kedua dalam skripsi tersebut membahas kajian pustaka dan
landasan teoretis, diantaranya berisi teori-teori yang digunakan sebagai rujukan
serta relevan terhadap penelitiannya, pembahasan mengenai struktur lakon
ketoprak, drama tradisional, hakikat dramatik, serta kerangka berpikir yang
digunakan dalam pembuatan skripsi tersebut. bagian berikutnya adalah penjelasan
mengenai pendekatan dan metode penelitian yang digunakan, kemudian analisis
terhadap unsur instrinsik pembangun sebuah lakon serta keterkaitan antar unsur-
unsur pembangunnya, pada bagian akhir skripsi tersebut dilampirkan sinopsis
berbahasa jawa dari teks ketoprak lakon Sri Huning Mustika Tuban.

Alasan pemilihan lakon ketoprak tersebut sebagai bahan penelitian tugas akhir
(skripsi), lantaran lakon ketoprak tersebut sangat populer di masyarakat Rembang.

2
Kemudian bahan kajian yang dipilih adalah teks lakon ketoprak garapan Ki
Slamet Widodo. Secara umum lakon tersebut menceritakan kisah cinta antara
Raden Wiratmoyo dengan Dewi Sri Huning yang amat berliku, kisah asmara
dibalut dengan konflik cinta segitiga dan peperangan sebagai wujud rasa cinta dan
kasih sayang kepada seseorang yang dilandasi dengan semangat rela berkorban
demi membela bangsa dan negara.

Unsur dramatik yang tersaji dalam lakon tersebut menarik untuk dibahas dalam
kajian kesastraan khususnya sastra jawa. Dalam skripsinya, teks ketoprak lakon
Sri Huning Mustika Tuban sebagai suatu bahan penelitian sastra dikaji
menggunakan pendekatan objektif dan metode analisis struktural dengan sasaran
penelitiannya berupa struktur teks atau naskah ketoprak. Metode analisis
struktural pada karya sastra yang dipilih lebih memfokuskan pada unsur-unsur
instrinsik yang terdapat dalam sebuah lakon seperti tokoh, penokohan, latar, alur,
tema dan amanat. Hakikat dari sebuah lakon itu sendiri yaitu adanya tikaian atau
konflik yang melandasi jalannya cerita. Sebuah konflik dibangun oleh tokoh-
tokoh dengan penokohan tertentu pada sebuah latar baik berkaitan dengan tempat,
waktu, dan suasana sehingga kemudian dapat terlihat tema dan amanat yang
terkandung dalam naskah lakon tersebut.

Kemudian dijelaskan pula dalam skripsinya bahwa langkah penelitian yang


pertama kali dilakukan yaitu dari hasil transkripsi teks naskah berupa ujaran para
tokoh yang terdapat dalam lakon tersebut diterjemahkan dari bahasa jawa kedalam
bahasa indonesia. Setelah itu baru kemudian dapatlah dilakukan analisis terhadap
unsur-unsur instrinsik pembangun cerita dalam lakon Sri Huning Mustika Tuban,
yang terakhir yaitu menjelaskan, menyimpulkan, dan melaporkan hasil penelitian
secara deskriptif. Penjelasan secara deskriptif yang dimaksud secara jelas dapat
terlihat dalam skripsi tersebut pada bagian bab IV. Dengan sarana berupa
penggalan-penggalan transkripsi lakon yang telah dilengkapi dengan terjemahan
dapat mengupas setiap bagian dari unsur instrinsiknya mulai dari alur, tokoh dan
penokohan, latar, serta tema dan amanat. Sehingga selanjutnya dapat dilihat
hubungan antar unsur dalam lakon tersebut.

3
Tema yang diangkat dalam lakon tersebut adalah kisah cinta kedua orang tokoh.
Tokoh utama sekaligus juga sebagai protagonis yaitu Dewi Sri Huning, harus
menjalani konflik asmara yang berliku-liku akibat terikat dengan peraturan
perjodohan kerajaan rasa cinta itu akhirnya harus dilandasi dengan sikap
kepahlawanan Sri Huning yang rela mencintai Raden Wiratmoyo dengan menjadi
seorang prajurit kerajaan dan akhirnya harus gugur dimedan perang bersama
Raden Wiratmoyo.

Tokoh tokoh lain yang terdapat dalam lakon tersebut seperti Adipati Hendro
Katong, Senopati Gonjang, dan Senopati Wijang sebagai tokoh antagonis yang
berperan menambah ketegangan atas konflik atau tikaian yang terdapat dalam
lakon tersebut. Selain itu juga terdapat tokoh tritagonis sebagai penengan dalam
konflik yang terjadi, dalam lakon tersebut yang temasuk kedalam tokoh tritagonis
yaitu Raden Wiratmoyo, Dewi Kumala Retno, Adipati Puspaningrat, Raden
Sadoro, dan Adipati Buntar Lawe. Sedangkan juga terdapat pemeran pembantu
berupa para abdi.

Tokoh-tokoh tersebut memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga mampu


membuat konflik dalam lakon tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh serta
tergambar dalam sebuah alur atau plot yang digunakan yaitu alur maju atau alur
progresif. Tokoh dan sebuah peristiwa tentunya juga didukung dengan latar
(ruang) sebagai tempat terjadinya suatu peristiwa didalam cerita. Latar tempat
dalam lakon tersebut diantaranya pendapa kadipaten Lamongan, pendapa
kadipaten Bojonegoro, alun-alun Bojonegoro, taman keputren Tuban, pendapa
kadipaten Tuban. Latar tempat disini memberikan gambaran cerita yang
berpengaruh pada penguatan suasana tempat terjadinya suatu peristiwa. Dalam
teks lakon tersebut juga terdapat latar waktu serta latar suasana. Latar suasana
yang tergambar dalam lakon tersebut diantaranya suasana menegangkan, gembira,
sedih, dan berkabung.

Unsur-unsur pembangun lakon berikutnya setelah rangkaian suatu peristiwa


dengan tema utama cerita, konflik dan permasalahan dalam cerita yang berjalan
melalui latar tempat dan waktu di dalam sebuah alur atau plot kemudian dapatlah
diketahui amanat yang terkandung dalam lakon tersebut. Dalam skripsinya

4
dijelaskan bahwa amanat dalam naskah ketoprak lakon Sri Huning Mustika Tuban
yaitu sebaiknya kita harus bisa menerima semua yang terjadi dalam hidup kita
dengan sabar, lapang dada, dan menyerahkan semuanya kepada tuhan. Janganlah
memaksakan sesuatu yang kita inginkan karena itu akan membawa hasil yang
tidak baik.

Saran terhadap skripsi tersebut yang diutarakan oleh penulisnya yaitu Struktur
dramatik dalam naskah ketoprak lakon Sri Huning Mustika Tuban sudah dikemas
dengan baik oleh pengarangnya, sehingga para penulis naskah ketoprak
diharapkan bisa membuat naskah dengan struktur dramatik dengan pengemasan
yang baik pula. Perlu diadakan penelitian lanjutan yang lebih mendalam dengan
kajian yang berbeda karena penelitian ini hanya mengkaji tentang struktur
dramatik dalam naskah lakon ketoprak. Masih banyak aspek lain yang belum
pernah dikaji, supaya hasil penelitiannya dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk
penelitian lain, Cerita lakon Sri Huning Mustika Tuban bisa dijadikan alternatif
bahan ajar para pendidik, terutama bidang kesusastraan. Terakhir sebagai penutup
dari skripsi tersebut yaitu berupa kesimpulan dari penulisan skripsi tersebut yang
diberikan oleh Febriany Wahyu Prabandari yaitu keterkaitan unsur-unsur
pembangun dalam teks ketoprak lakon Sri Huning Mustika Tuban telah dikemas
dengan baik oleh pengarangnya sehingga cerita yang diangkat mudah diterima
dan dipahami oleh para pembaca. Selain itu nilai moral yang terkandung dalam
lakon tersebut dapat memperkaya pengalaman batin para pembaca dalam konsep
kebudayaan jawa.

Anda mungkin juga menyukai