Anda di halaman 1dari 11

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI KARAKTER JUJUR DAN TANGGUNG JAWAB

DALAM NASKAH SEMBOJA KAPUGERAN


KARYA BONDAN NUSANTARA SERTA RELEVANSINYA
SEBAGAI BAHAN AJAR BAHASA JAWA DI SMP

FITRIYANI ANNA PRATAMA


Universitas Sebelas Maret
email: fitriyaniannapratama@gmail.com

Abstract
This research aims to explain the analysing literature psychology on manuscript Semboja
Kapugeran also values of character and relevance as a studying material for junior high
school, the psychology conditions of character, the values of character on manuscript, and
the teaching material for students junior high school. The method used is descriptive and
qualitative. The analysis of literature psychologics characters is based on Sigmund Freud’s
theory, while choosing two values of character is based on the Ministry of Education and
Culture regulations about eighteen values of character. The data the research is Bondan
Nusantara’s manuscript Semboja Kapugeran, Javanese language teacher and students in
3th grade junior high school. The data analysis techniques using interaction technique
theory Miles and Hubbberman. This research finding two values of character including
honest and responsibility and than relevant to literary studying Javanese language and
education for junior high school.

Keywords
literature psychology, manuscript, value of character, and semboja kapugeran.

Pendahuluan
Sastra merupakan sebuah objek kajian penelitian yang mempunyai daya tarik
tersendiri dan terkesan unik. Sebuah karya sastra menceritakan bagaimana kehidupan
manusia sekaligus dengan perilaku dan tutur katanya. Karya sastra juga menjadi hasil
penggambaran atau pengimajian dari pengarang untuk mencurahkan apa yang ada di
pikirannya untuk kemudian dituangkan dalam bentuk berupa sebuah karya. Berbagai
bentuk karya sastra nantinya akan dinikmati oleh para pembaca. Seorang pengarang
dalam membuat karya sastra akan dibuatnya dengan sebagus mungkin dan dikemas
dalam bentuk yang unik dan mempunyai kesan masing-masing. Pembuatan karya sastra
muncul karena adanya imajinasi yang ada di pikiran. Ketika pengarang menciptakan
sebuah karya sastra berupa drama atau sandiwara menunjukkan imajinasi yang
dituangkan dalam bentuk tulisan. Imajinasi terbentuk karena keinginan pengarang
untuk menuangkan apa yang ada dalam pikirannya ataupun menunjukkan pengalaman
pribadi yang pernah dialami dengan tujuan agar para pembaca tahu jalan cerita dan
menemukan pesan tersirat yang disampaikan. Tiga komponen utama yang menjadi
dasar terjadinya konflik dalam drama yakni penokohan, gerak dan cakapan. Tokoh
cerita dalam drama diwujudkan dalam tiga dimensi pelukisan tokoh, yaitu dimensi
fisiologi, psikologi dan sosiologis (Rokhmansyah: 2014) salah satu komponen yakni
komponen psikologi menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini karena mengkaji
terkait perasaan, sikap, dan tingkah laku yang menjadi penyebab tokoh tersebut
melakukan sesuatu.
Secara singkat, karya sastra dibagi menjadi tiga jenis, yakni prosa, puisi dan
drama. Salah satu yang dapat digunakan untuk penelitian ini adalah drama. Drama
naskah disebut juga sebagai sastra lakon (Waluyo: 2003). Drama dibangun oleh struktur
fisik (kebahasaan) dan struktur batin (semantik, makna). Unsur-unsur drama yakni
tokoh, amanat, bahasa, dialog, alur, latar, tema dan petunjuk teknis. Salah satu unsur
yang penting dalam naskah adalah tokoh yang sekaligus sebagai pemegang kunci dari
alur jalannya cerita. Drama menampilkan tokoh sebagai karakter yang menggambarkan
kehidupan manusia melalui sikap, perasaan, dan tingkah laku dimana ketiga aspek
tersebut menjadi dasar kejiwaan sebuah tokoh. Kejiwaan tokoh berarti sama halnya
dengan kondisi psikologis tokoh. Penelitian dengan menggunakan pendekatan
psikologis berarti menafsirkan dengan melihat sisi kejiwaan atau psikologis tokoh. Jadi,
memfokuskan pada kejiwaan tokoh. Memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh
penelitian dapat mengungkap gejala-gejala psikologis tokoh, baik yang tersembunyi
atau sengaja disembunyikan pengarang (Ratna: 2009).
Banyak sekali naskah-naskah drama berbahasa Jawa. misalnya saja naskah
ketoprak. Ketoprak adalah sebuah pertunjukan drama berbahasa Jawa yang
menceritakan tentang kisah-kisah berasal dari kerajaan dan yang ada disekitarnya.
Pertunjukan mayoritas menggunakan bahasa Jawa campuran antara ragam krama dan
ngoko. Iringan musik yang digunakan juga menggunakan gamelan. Membicarakan
drama maka di Jawa Tengah sendiri memiliki sebuah drama yang menggunakan bahasa
Jawa dengan dialek Jawa Tengahan atau biasa disebut sebagai ketoprak. Ketoprak ini
biasanaya dipentaskan di depan umum saat acara-acara tertentu, seperti gelar budaya,
bersih desa, pentas seni, dan sebagainya. Ketoprak sendiri muncul dengan
komunitasnya masing-masing dan dipentaskan oleh beberapa orang dengan diiiringi
musik asli Jawa Tengah yakni gamelan. Ketoprak sendiri menceritakan tentang
kehidupan yang ada didalam maupun di sekitar kerajaan atau keraton. Selain hanya
dinikmati, kesenian ketoprak juga memiliki nilai-nilai budhi pekerti yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran bahasa Jawa di Sekolah Menengah Pertama. Naskah
kethoprak yang menceritakan kehidupan yang ada di kerjaan, keraton dan lingkungan
sekitarnya tentu mempunyai jalan cerita yang berbeda dari drama pada umumnya,
karena banyak naskah kethoprak yang menceritakan tentang Raja, Ratu, Permaisuri,
Prajurit, Abdi Dalem, dan bahkan para pembantu-pembantu di sekitar kerajaan. Salah
satu naskah kethoprak yaitu Semboja Kapugeran karya Bondan Nusantara. Naskah-
naskah yang lain adalah Penjalin Pethuk, Rembulan Wungu, Pedhut Jatisrana,
Kurbaning Gegayuhan dan masih banyak lagi. Naskah Semboja Kapugeran ini diambil
dari sebuah cerita yang ada di Babad Tanah Jawi yang menceritakan tentang kehidupan
seorang prajurit kerajaan yang dituduh suka menggoda wanita-wanita di kerajaan oleh
salah seorang calon raja dan prajurit tersebut jatuh cinta kepada istri calon raja tersebut
yang sekaligus sebagai anak dari abdi kerajaan yang sudah dipercaya raja hingga
akhirnya wanita tersebut akhirnya dibunuh sebagai hukuman karena telah berkhianat
kepada raja. Alur cerita ini menarik karena tokoh utama berada di posisi yang sulit serta
permasalahan yang dihadapi juga rumit.
Bondan Nusantara merupakan salah satu penulis naskah kethoprak yang
terkenal. Banyak sekali naskah-naskah yang dibuatnya hingga dijuluki sebagai sang
maestro kethoprak di Yogyakarta. Sejak tahun 1970 sudah aktif mengikuti kethoprak
keliling Dahono Mataram. Menurutnya kethoprak tidak mungkin bisa hidup bila tetap
terpaku pada pakem seperti dulu, jadi agar tidak mematikan keberadaan kethoprak
akhirnya Bondan Nusantara berani untuk mengambil langkah mengotak-atik dibuat
menjadi konsep pementasan kethoprak agar menarik perhatian para penikmatnya.
Pengalaman dan prestasi yang diraihnya juga tidak diragukan lagi. Berbagai
penghargaan diraihnya, diantaranya sebagai Aktor Terbaik Festival Kethoprak se-DIY
(1983), Sutradara Terbaik Festival Pertunjukan Rakyat DIY (1987), Juara III penulisan
cerpen se-Jawa Timur (1993), dan mendapat penghargaan dari Sri Sultan
Hamengkubuwono X dan Sri Paduka Alam VII.
Penelitian yang relevan yakni Makna Dan Nilai Kestiaan Tokoh Setyawati Dalam
Naskah Ketoprak Setya Tuhu Karya Trisno Santoso (Pendekatan Psikologi Sastra Yohanes
Ardianto tahun 2013. Terdapat perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
penulis. Yakni penelitian ini meneliti aspek-aspek psikologi tokoh dan nilai karakter,
sedangkan penelitian tersebut meneliti tentang makna dan nilai kesetiaan tokoh.
Penelitian yang relevan lainnya yakni Analisis Novel Genesis Karya Ratih Kumala (Kajian
Psikologi Sasatra dan Nilai-nilai Pendidikan Karakter oleh Linda Eka Pradita tahun 2014.
Perbedaan dari penelitian tersebut adalah objek kajian yang berupa sebuah novel dan
penelitian ini menggunakan naskah ketoprak sebagai objek kajiannya.Objek penelitian
naskah Semboja Kapugeran ini dipilih karena menceritakan mengenai konflik batin yang
dialami oleh tokoh utama serta konsekuensi dan hukuman yang akan dihadapi akibat
perbuatannya. Naskah ini dapat dijadikan contoh pembelajaran mengenai nilai karakter
tentang bagaimana akibat dari perbuatan yang sudah dilakukan dan sanksi sosial yang
dialami. Salah satu pendidikan karakter dapat diterapkan pada pembelajaran apresiasi
sastra yakni naskah sandiwara berbahasa Jawa. Siswa diharapakan mampu
memanfaatkan dengan baik melalui amanat dan pesan-pesan yang dapat diambil dari
naskah sandiwara ini. Nilai-nilai karakter yakni jujur dan tanggung jawab yang dapat
direlevansikan sebagai materi pembelajaran sandiwara berbahasa Jawa di sekolah.
Pembelajaran mengenai sandiwara berbahasa Jawa kurikulum 2013 ini ada di kelas IX
Semester 2 pada kompetensi dasar 3.3 menlaah teks sandiwara berbahasa Jawa dan
dapat dijadikan guru menjadi bahan ajar pembelajaran bahasa Jawa di kelas khususnya
memahami kondisi psikologi atau kejiwaan tokoh dan nilai pendidikan karakter.

Berdasarkan hal-hal yang sudah dijelaskan diatas, peneliti tertarik untuk


menganalisis tentang kondisi kejiwaan para tokoh dengan menggunakan pendekatan
psikologi sastra dan relevansinya sebagai bahan materi ajar di SMP kelas IX. maka skripsi
ini diberi judul “Konflik Batin Tokoh Dalam Naskah Semboja Kapugeran Karya Bondan
Nusantara Dan Relevansinya Sebagai Bahan Ajar Bahasa Jawa Di SMP”

Kajian Pustaka
1. Drama
Sastra menjadi sarana pengarang dalam menuangkan ide-ide dan gagasan
pemikirannya. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sastra
memiliki hubungan erat dengan kehidupan manusia yang menceritakan perilaku, sikap,
perasaan, tingkah laku dan tutur kata. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan
seseorang dan menghasilkan kehidupan yang mewarnai sikap, latar belakang, dan
keyakinan pengarang (Pradopo 2003: 61). Membaca karya sastra akan membuat
pembaca mendapatkan wawasan tentang isi dan amanat yang dapat diambil dari kisah.
Banyak aspek sosial masyarakat yang dapat diangkat menjadi kisah dalam sebuah
cerita. Misalnya saja naskah sandiwara atau drama. Drama naskah disebut juga sebagai
sastra lakon (Waluyo: 2003). Membicarakan masalah drama berarti menelaah isi drama.
Drama dapat dijadikan sebagai studi penelitian sastra. Meneliti naskah tentunya
mempelajari secara mendalam seluk beluk naskah, salah satunya adalah unsur-unsur
drama atau biasa disebut unsur intrinsik drama.

Tokoh
Tokoh didalam drama disebut tokoh rekaan yang berfungsi sebagai pemegang
peran watak tokoh itulah sebabnya istilah tokoh juga disebut karakter atau watak.
Istilah penokohan juga sering disamakan dengan istilah perwatakan atau karakterisasi
(tidak sama dengan karakteristik), (Rokhmansyah: 2014). Tokoh menjadi salah satu
pemegang kunci jalan cerita sebuah drama. Tokoh dibuat sesuai dengan karakter dan
sifat masing-masing. Seorang tokoh dibuat seakan-akan hidup dan diberi nyawa untuk
menjalankan perannya sebagai manusia didalam sebuah naskah drama.

Amanat
Amanat adalah segala sesuatu yang ingin disampaikan pengarang, yang ingin
ditanakannya secara tidak langsung kepada benak para penonton dramanya. Amanat di
dalam drama ada yang langsung tersurat, tetapi pada umunya sengaja disembunyikan
secara tersirat oleh penulis naskah drama yang bersangkutan. Hanya bpenonton saja
yang mampu menemukan amanat implicit tersebut. amanat yang disampaikan oleh
penulis dicari oleh penonton atau penikmat karya, (Rokhmansyah: 2014). Secara sadar
atau tidak sadar pasti setiap penikmat sastra akan mengetahui amanatnya secara tidak
langsung. Jadi, sebagai penikmat sastra harus peka dan teliti dalam mengungkap pesan
tersirat yang disampaikan oleh penulis. Amanat memberikan manfaat kepada pembaca
atau penonton untuk melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan dan untuk tujuan
agar kita dapat melihat sisi positif dan menerapkan hal yang baik dalam kehidupan
sehari-hari.

Bahasa
Bahasa yang dipilih pengarang yang kemudian dipakai dalam naskah drama
tulisannya pada umumnya adalah bahasa yang mudah dimengerti (bersifat
komunikatif), yakni ragam bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa
yang berkaitan dengan situasi lingkungan, sosial budaya, dan pendidikan,
(Rokhmansyah: 2014). Bahasa yang digunakan dalam naskah drama bersifat komunikatif
dibuat dengan sedemikian rupa agar mudah dimengerti oleh pembaca atau penonton.
Drama atau sandiwara Jawa menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko dan krama.
Terkadang penggunaan bahasa Jawa yang digunakan tidak baku atau mengabaikan
atauran penulisan yang benar. Hal ini dilakukan karena tujuan tertentu, misalnya saja
demi menciptakan suasana humor maka akan menggunakan kata-kata yang kurang
sopan dan ketika seorang tokoh sedang marah maka akan melontarkan kata-kata yang
kotor.

Dialog
Dialog adalah mimetik (tiruan) dari kehidupan keseharian. Dialog drama ada
yang realistis komunikatif, tetapi juga ada juga yang tidak realistis (estetik, filosopis, dan
simbolik.) diksi dialog disesuaikan dengan karakter tokoh cerita, (Rokhmansyah: 2014).

Alur
Alur drama adalah rangkaian peristiwa dalam sastra drama yang mempunyai
penekanan pada adanya hubugan sebab akibat, yang berupa jalan peristiwa, dan Alur
atau jalan cerita dari sebuah naskah ada hubungan antara sebab dan akibat,
(Rokhmansyah: 2014). Artinya setiap perbuatan yang dilakukan oleh tokoh aka nada
konsekuensinya masing-masing. Awal dari jalan sebuah cerita muncul permasalahan
mudian muncul konflik antar tokoh sampai pada klimaks dan akhirnya penyelesaian.

Latar
Latar adalah segala sesuatu yang mengacu kepada keteranagan mengenai waktu,
ruang serta suasana peritiwanya. Latar pada drama dalam pementasan biasanya dibuat
panggung yang dihiasi dengan dekorasi, seni lukis, tata penggung, seni patung, tata
cahaya, dan tata suara, (Rokhmansyah: 2014). Latar menggambarkan lokasi, suasana,
dan waktu yang digambarkan didalam naskah. Dekorasi dan tata lampu menjadi hal
yang penting dalam menunjukkan latar kepada penonton.

Tema
Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita,
atau sesuatu yang menjadi pokok permasalahan dalam cerita, (Rokhmansyah: 2014).
Penentuan tema oleh penulis menunjukkan latar belakang pembuatan naskah atau
penggambaran kehidupan manusia.

Petunjuk teknis
Petunjuk teknis adalah rambu-rambu yang sengaja dicantumkan oleh penulis
naskah drama sebagai penuntun penafsiran bagi siapa saja yang mementaskannya.
Petunjuk teknis dalam naskah drama bisa berupa paparan tentang adegan demi
adegan, profil tokoh cerita, latar cerita (tempat adegan) tata lampu, tata musik, tata
panggung, dan daftar property yang harus didiapkan, (Rokhmansyah: 2014). Petunjuk
teknis adalah hal yang penting dikarenakan penjelasan setiap detail adegan berada di
unsur ini. Penjelasan mimik atau perasaan tokoh dalam petunjuk teknis penting,
sebagai penggambaran yang akan digunakan oleh pemerannya nanti.
2. Psikologi sastra
Psikologi adalah salah satu cabang ilmu yang menitikberatkan atau yang dijadikan
objek adalah manusia, karena psikologi mengandung ilmu pengetahuan tentang jiwa
(Walgito dan Fenanie, 2000). Jadi, psikologi sastra membahas tentang perilaku tokoh
yang ada didalam cerita dan kondisi kejiwaan yang dialami oleh para tokoh.
Permasalahan yang ada didalam cerita dapat berupa konflik batin, kepribadian,
perubahan tingkah laku, kondisi psikologis tokoh itu sendiri. Mempelajari tentang
psikologi sastra sama halnya dengan mengkaji perilaku dan sifat tokoh secara
mendalam. Dengan mamahami secara mendalam maka dapat diperoleh apa penyebab
seorang tokoh bisa berperilaku seperti yang digambarkan dalam naskah.
Psikologi sastra dapat disebut juga cabang ilmu sastra yang mengkaji dari segi
psikologi seseorang, perhatiannya dapat diarahkan kepada pembaca atau kepada teks
itu sendiri. Sigmund Freud membagi kepribadian dan kehidupan jiwa menjadi tiga.
Struktur kepribadian ada tiga yaitu id, ego, dan superego dan kehidupan jiwa manusia
dibagai menjadi tiga tingkat kesadaran yakni sadar (conscious), bawah sadar
(preconscious), dan tidak sadar (unconscious). Struktur kepribadian yang akan diteliti Id
adalah aspek biologis yang merupakan sistem asli dalam kepribadian. Id berisi hal-hal
yang dibawa sejak lahir dan id berfungsi untuk menghindarkan diri dari ketidakenakan
dan mengejar kenikmatan. Id merupakan ‘gudang’ penyimpnan kebutuhan-kebutuhan
manusia yang mendasar, seperti makan, minum, istirahat, rarangsangan seksualitas dan
agresivitas. Id ini bekerja menurut prinsip kenikmatan karenanya jika pemenuhan
kebutuhan id terlambat maka akan terjadi konflik-konflik yang menimbulkan rasa
gelisah, sakit, dan perasaan lain yang tidak menyenangkan. Ego adalah aspek psikologis
dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan untuk berhubungan baik dengan dunia
nyata. Ego bekerja menururt prinsip realitas. Ego membuat cara-cara bagaimana kita
memilih dan memustuskan pemenuhan kebutuhan id dengan cara berpikir rasional.
Superego yang kita sebut sebagai kesadaran akan peraturan dan nilai-nilai moral. Aspek
sosiologi kepribadian, dapat dianggap pula sebagai aspek moral yang menentukan baik
ataupun buruk. Superego juga bersifat rasional seperti halnya id. Apapun yang dituntut
harus dipenuhi secara sempurna.

3. Nilai pendidikan karakter


Pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,
pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan
seluruh warga sekolah untuk memberikan keputusan baik-buruk, keteladanan,
memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari
dengan sepenh hati(Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter tahun 2010-2014).
Pendidikan karakter dapat diwujudkan melalui interaksi antarpeserta didik, antarguru,
antartenaga kependidikan, antara peserta didik dengan kepala sekolah, guru, dan
tenaga kependidikan, serta antara warga sekolah dengan masyarakat sekitar (Ismawati,
2013: 129)
Menurut Supriyono, Wardani dan Saddhono (2018: 186) pendidikan karakter
adalah upaya untuk membentuk keseimbangan antara kecerdasan intelektual,
kecerdasan sosial, dan kecerdasan spiritual sesuai dengan budaya yang
melatarbelakanginya. Dijelaskan bahwa pendidikan karakter disesuaikan dengan budaya
yang melatarbelakanginya. Latar belakang budaya Jawa sangat jelas terlihat pada latar
dan tokoh dari naskah ketoprak itu sendiri. Pendidikan karakter didalam lingkungan
sekolah sebagai salah satu bentuk untuk bekal kepada generasi muda agar mampu
menghadapi perkembangan jaman yang membutuhkan nilai moral, budi pekerti, dan
watak (Rondiyah, Wardani, dan Saddhono, 2017: 145). Jadi, pendidikan karakter begitu
penting untuk siswa di jaman yang serba modern ini untuk membentuk sikap dan
karakter. Dengan terbentuknya karakter siswa maka, mereka akan mampu menghadapi
situasi dan kondisi yang ada di jamannya. Ada 18 nilai dalam pengembangan
pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibuat oleh Diknas. Mulai tahun ajaran
2011 seluruh tingkat pendidikan yang ada di Indonesia harus menyisipkan pendidikan
karakter dalam proses pendidikannya. 18 nilai karakter diantaranya adalah religius,
jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, menghargai prestasi, cinta tanah air, bersahabat/komunikatif,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab. Nilai
karakter yang akan disisipkan pada penelitian ini adalah jujur dan tanggung jawab.

4. Materi ajar di Sekolah Menengah Pertama


Tujuan pengajaran drama atau sandiwara adalah mewujudkan apresiasi drama.
Materi pengajaran drama atau sandiwara di pembelajaran bahasa Jawa harus
disesuaikan dengan tingkat jenjang pendidikan seolah. Dengan kata lain, ada dua
pengajaran drama yakni apresiasi dan teori. Materi teori drama berupa buku pegangan
teoretis tentang apa dan bagaimana untuk apanya drama. Sedangkan materi apresiasi
berupa naskah drama (Waluyo, 2003). Saat ini banyak sekali sandiwara atau drama yang
cukup disenangi para siswa dan bagus untuk dijadikan bahan ajar. Hal ini juga
seharusnya menjadi perhatian para guru untuk menjadikannya sebagai bahan ajar yang
diseleksi terlebih dahulu. Guru hendaknya mampu menperkenalkan sandiwara kepada
siswa.
Drama juga mempengaruhi perilaku siswa untuk tahap pendewasaannya dengan
berbagai macam konflik serta permasalahan yang ada didalamnya, siswa akan
memerhatikan tingkah laku dan sikap tokoh dalam menghadapi masalah-masalahnya.
Untuk itu, drama dapat dijadikan materi ajar untuk siswa. Ketoprak menjadi salah satu
bahan ajar yang memberikan perspektif dan informasi kepada siswa bahwa manusia
tidak akan luput dari sebuah masalah dan konflik yang dihadapi. Selain itu, dengan
menggunakan naskah kethoprak maka memberikan wawasan kepada siswa bahwa suku
Jawa sendiri mempunyai sandiwara yang menceritakan kisah tokoh-tokoh besar
kerajaan dari tanah Jawadan warga disekelilingnya.

Metode Penelitian
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Objek penelitian ini adalah naskah Semboja Kapugeran karya Bondan
Nusantara. Penelitian ini dilakukan di sekolah SMP 1 Kartasura yang terletak di Jalan Adi
Sumarmo No. 37, Ngabeyan, Sukoharjo. Waktu yang digunakan dalam penelitian
selama delapan bulan, yaitu bulan Januari 2020 sampai Agustus 2020. Adapun
rinciannya sebagai berikut:

Tahun 2019 – 2020


Bulan
No Jenis Kegiatan
Ja Feb Ma Apr Mei Juni Juli Agus
n r
1 Pengajuan Judul
2 Penyusunan Proposal
3 Perizinan Penelitian
4 Pengumpulan Dan
Analisis Data
5 Penyusunan Laporan

B. Metode dan Pendekatan Penelitian


Metode yang diganakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Berdasarkan rumusan permasalahan yang dibuat pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan psikologi sastra dengan menganalisis unsur intrinsik, psikologi tokoh dan
nilai karakter yang ada pada naskah di Semboja Kapugeran karya Bondan Nusantara,
kemudian dijadikan sebagai materi ajar Bahasa Jawa kelas XI di SMP. Jadi, jenis
penelitian yang digunakan ialah penelitian kualitatif deskriptif.

C. Data dan Sumber Data


Menurut Sutopo (2006:7) dalam penelitian kualitatif, sumber data dapat berupa
manusia, pertanyaan dan tingkah laku, dokumen dan arsip atau benda lain. Data dan
sumber data dari penelitian ini adalah sebagai berikut; (1) Data, data yang dianalisis dan
dikaji berupa data kualitatif. Pada penelitian data dokumen berupa naskah Semboja
Kapugeran karya Bondan Nusantara. Naskah ini menggunakan Bahasa Jawa ragam
ngoko dan krama. (2) Sumber Data, sumber data dalam penelitian ini adalah informan
yakni siswa kelas IX SMP 1 Kartasura, guru mata pelajaran Bahasa Jawa, dan pakar
sastra yang nantinya akan memebrikan keterangan-keterangan wawancara yang
diperlukan.

D. Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel penelitian yang digunakan adalah purposive
sampling. Menurut Djam’an Satori (2013: 47-48) purposive sampling menentukan
subjek/objek sesuai tujuan. Yakni hasil wawancara dengan pakar, guru mata pelajaran
bahasa Jawa dan perwakilan dari siswa kelas IX di SMP Negeri 1 Kartasura. Meneliti
dengan pendekatan kualitatif biasanya sudah ditetapkan tempat yang dituju. Peneliti
memilih subjek/objek sebagai unit analisis. Peneliti memilih unit analisis tersebut
berdasarkan kebutuhan. Jadi, dengan purposive sampling peneliti dapat menganalisis
unit yang teliti sesuai kebutuhan.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pana penelitian ini adalah analisis isi dan wawancara.
Analisis isi yang dimaksud adalah menganalisis dokumen tertulis yakni analisis dengan
pendekatan psikologi sastra pada naskah Semboja Kapugeran karya Bondan Nusantara.
Selanjutntya, mencari nilai karakter yang kemudian dijadikan sebagai materi ajar Bahasa
Jawa Kelas IX di SMP. Wawancara dilakukan untuk memberikan informasi dan pandangan
mengenai objek kajian yang dianalisis. Wawancara kepada guru Bahasa Jawa, Siswa kelas
IX SMPN 1 Kartasura dan pakar sastra.

F. Teknik Uji Validitas Data


Teknik uji validitas data menggunakan Triangulasi sumber dan triangulasi teori.
Menurut Djam’an Satori (2013: 170) mengemukakan bahwa cara meningkatkan
kepercayaan penelitian adalah dengan mencari data dari sumber yang beragam yang
masih terkait satu sama lain. Triangulasi sumber dengan teknik wawancara dan
mengkroscek kembali pada informan-informan yang terpilih. Peneliti perlu melakukan
eksplorasi kebenaran data dari berbagai sumber. Triangulasi teori menggunakan dua
sudut pandang yang berbeda dalam menafsirkan satu data dan ditinjau dari perspektif
teori satu dengan yang lain. Hal ini bertujuan agar memiliki pandangan yang utuh dan
kuat sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan yang bulat.

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis mengalir dengan metode
analisis data model interaktif yang mengacu pada Miles dan Huberman (1992: 20) yang
menganggap bahwa analisis ini terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan simpulan/ verifikasi. Untuk
penjelasan yaitu sebagai berikut; (1) Pengumpulan data, Peneliti menyimpulkan data
dilakukan dengan mengumpulkan teori-teori dari penelitian yang relevan serta teori
pendukung.data yang diambil yakni cuplikan dialog berupa kata, kalimat dan wacana
pada naskah Semboja Kapugeran. (2) Reduksi data, peneliti melakukan proses reduksi
data dengan merangkum, menyederhanakan, seleksi dan fokus pada hal-hal yang
penting. Data yang direduksi memberikan gambaran pengkajian dari permasalahan yakni
psikologi sastra dan akan mencari kembali apabila diperlukan. (3) Penyajian data,
menyusun informasi yang diperoleh saat mereduksi data dan disusun sedemikian rupa
agar mudah untuk dipahami. Data yang dianalisis berupa pembahasan dari rumusan
masalah yang ada. Analisis data secara isi akan dikaitkan dengan wawancara dengan para
informan yang telah dilakukan. (4) Penarikan kesimpulan dan verifikasi, tahap terakhir
yakni penarikan kesimpulan dalam analisis mengalir yang memberikan hasil simpulan
tentang data yang sudah diolah. Verifikasi dilakukan untuk meneliti kembali tentang
kebenaran laporan, sehingga hasil yang diperoleh sudah valid yang kemudian akan
ditarik sebuah kesimpulan.

H. Prosedur Penelitian
Prosedur yakni rangkaian kegiatan penelitian yang akan dilakukan dari awal
hingga akhir. Urutan tahap penelitian sebagai berikut; (1) Tahap persiapan, gambaran
objek dan kajian yang akan diteliti. Setelah mendapatkan objek dan kajian yang akan
diteliti, mengajukan judul, rumusan masalah dan tujuan. Kegiatan yang dilakukan
selanjutnya adalah menyusun proposal skripsi. Penyusunan proposal yang disusun agar
memberikan rencana gambaran mengenai penelitian yang akan dilakukan kedepannya
sesuai dengan tahapan. (2) Tahap pelaksanaan, mengumpulkan data dan sumber data
yang akan diteliti untuk selanjutnya dianalisis secara keseluruhan sesuai dengan rumusan
masalah dan tujuan dari penelitian. Analsis kajian penelitian ini yakni psikologi sastra dan
nilai pendidikan karakter dalam naskah Semboja Kapugeran karya Bondan Nusantara. (3)
Tahap akhir, menyusun laporan skripsi sesuai dengan bertahap, terstruktur dan sesuai
dengan pedoman dan arahan dari dosen pembimbing kemudian akan diadakan ujian
skripsi.

Daftar Pustaka
Aras, Goksen. (2015). Personality and Individual Differences: Literature in Psychology
Psychology in Literature. Procedia - Social Behavioral Sciences, 185. 250-257. Dari
www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042815022454.
Abraham, Ihsan. (2017). Struktur Kepribadian Tokoh Dalam Novel Surat Kecil Untuk
Tuhan Karya Agnes Davonar. KEMBARA (Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra dan
Pengajarannya). 4 (2), 55-63.
Astuti RE, Mujiyanto Y, Rohmadi M. (2016). Analisis Psikologi Sastra Dan Nilai
Pendidikan Dalam Novel Entrok Karya Okky Madasari Serta Relevansinya Sebagai
Materi Pembelajaran Sastra Di Sekolah Menengah Atas. BASASTRA (Jurnal Penelitian
Bahasa dan Sastra Indonesia dan Pengajarannya). 4 (2), 175-187.
Endraswara, S. (2008). Metode Penelitian Psikologi Sastra. Yogyakarta: Media Pressindo.
Ismawati, Esti. (2013). Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Ombak.
Jatmiko, Sumarwati, Suhita R (2012). Konflik Batin Tokoh-Tokoh Dalam Kumpulan Cerita
Madre Karya Dewi Lestari, BASASTRA (Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia
dan Pengajarannya). 1 (1), 178-189.
Lanua R. A. M, Saddhono K. (2017). Pcychoanalysis of Characters and Moral Values In
The Novel Kepanggang Wirang (Burned Above The Shame) By Tiwiek SA. IJOLTL
(2017). 2 (2), 65-82.
Naidi P.R, Lestari RS, Anjani C, Firmansyah D. (2018). Aspek Kepribadian Tokoh Utama
Dalam Cerpen Cerita Pendek Yang Panjang Karya Hasta Indriyana, Kajian Psikologi
Sastra, Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA. Parole (Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia). 1(2), 115-126.
Parwanti. (2006). Perilaku Kejiwaan Para Tokoh dalam Novel Derai Sunyi Karya Asma
Nadia. Skripsi. Surakarta: FSSR UNS.
Ratna, N. K. (2009). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Rokhmansyah, Alfian. (2014). Studi dan Pengkajian Sastra: Perkenalan Awal Terhadap
Ilmu Sastra, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Setyorini, Ririn. (2017). Analisis Kepribadian Tokoh Marni Kajian Psikologi Sigmund
Freud Dalam Novel Entrok Karya Okky Madasari. (Jurnal Kajian Linguistik dan
Sastra). 2 (1), 12-24.
Supriyono S, Wardani N. E, Saddhono K. (2018). Nilai Karakter Tanggung Jawab dalam
Sajak-Sajak Subagio Sastrowardoyo. Retorika (Jurnal Bahasa, Sastra, dan
Pengajarannya). 11 (2), 183-193.
Supriyono S, Wardani N. E, Saddhono K. (2018). Nilai Pendidikan Karakter Sajak “Bulan
Ruah” Karya Subagio Sastrowardoyo dalam Pembelajaran Sastra. Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan. 8 (2), 120-131.
Walgito, Bimo. (1985). Psikologi Umum. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Waluyo, H. J. (2003). Drama, Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita.
Rondiyah A.A, Wardani N.E, Saddhono K. (2017). Pembelajaran Sastra Melalui Bahasa
dan Budaya Untuk Meningkatkan Karakter Kebangsaan di Era MEA (Masyarakat
Ekonomi ASEAN). (Proceedings Education and Language International Conference). 1
(1), 141-147.

Anda mungkin juga menyukai