Anda di halaman 1dari 18

MKDU4110

NASKAH UAS-THE
UJIAN AKHIR SEMESTER-TAKE HOME EXAM (THE)
UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2020/21.2 (2021.1)

Bahasa Indonesia
MKDU4110
No. Soal Skor
1. Bacalah wacana ilmiah di bawah ini dengan teknik membaca ekstensif! Kemudian tentukan dan 20
tuliskan ide pokok atau gagasan utama beserta 4 ide penjelas secara komunikatif dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

IMPLEMENTASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

Seiring dengan arus globalisasi yang telah masuk dalam seluruh relung kehidupan, banyak
pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pembangunan karakter dirasa segera untuk
dikaji di implementasikan di pendidikan formal (sekolah). Perlunya pendidikan karakter mendesak
untuk dilaksanakan adalah adanya gejala-gejala yang menandakan tergerusnya karakter bangsa.
Tanda-tanda merosotnya karakter bangsa Indonesia, senyampang apa yang dinyatakan Thomas
Lickona (dalam Barnawi dan M. Arifin, 2016: 12-13), tentang sepuluh tanda zaman yang kini
terjadi, yakni sebagai berikut : a) Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja (atau bahkan
anak- anak). b) Membudayanya ketidakjujuran. c) Sikap fanatik terhadap kelompok/grup (geng)
tertentu.
d) Rendahnya rasa hormat terhadap orang tua atau guru. e) Semakin kaburnya moral baik dan
buruk. f) Penggunaan tutur bahasa yang kian memburuk (makian, cacian, ejekan, hujatan, fitnah,
mesoh, alay) tanpa memperhatikan perasaan orang lain.g) Meningkatnya perilaku yang merusak
diri seperti penggunaan narkoba, alkohol, judi dan seks bebas. h) Rendahnya rasa tanggung
jawab sebagai individu dan sebagai warga negara. i) Menurunnya etos kerja dan adanya rasa
saling curiga. j) Kurangnya kepedulian diantara sesama.
Di era seperti sekarang ini, ancaman hilangnya karakter semakin nyata. Nilai-nilai karakter
yang luhur tergerus oleh arus globalisasi, utamanya kesalahan dalam memahami makna
kebebasan sebagai anak kandung demokrasi diterjemahkan sebagai free will, kebebasan
berkehendak tanpa aturan yang baku, iklim kebebasan tidak jarang diartikan dengan kebebasan
bertindak. Tawuran antar pelajar, antar kampung, main hakim sendiri, dan sebagaimana
berlangsung di berbagai tempat, sekaligus menjauhkan kehidupan masyarakat yang beradab,
berkarakter, dan berakhlak mulia.
Fenomena rusaknya karakter akan semakin cepat ketika mayarakat pengguna teknologi tidak
memahami filosofi teknologi sehingga salah dalam memanfaatkan dan memandang nilai fungsi
teknologi. Sebagai contohnya, fungsi HP yang mestinya untuk komunikasi dan menyimpan data
penting banyak oleh masyarakat digunakan untuk dokumentasi hal-hal yang privat. Karena tidak
memiliki pengetahuan teknologi yang cukup, HP tersebut mudah pindah tangan sehingga datanya
tersebar ke mana-mana. Dampak dari merosotnya karakter, secara individu jelas, seseorang
yang melakukan salah satu tindakan (dari 10 yang dipaparkan di atas) berpotensi bermasalah
dengan hukum, terlibat dalam kekerasan, hilangnya percaya diri, dan menjadi individu yang tidak
jelas/tidak memiliki karakter.
Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan Nasional sudah mencanangkan penerapan
pendidikan Karakter untuk semua tingkat pendidikan dari SD hingga Perguruan Tinggi. Munculnya
gagasan program pendidikan karakter dalam dunia pendidikan di Indonesia dapat dimaklumi,
sebab selama ini dirasakan proses pendidikan ternyata belum berhasil membangun manusia

1 dari 6
MKDU4110

Indonesia yang berkarakter. Banyak yang menyebut bahwa pendidikan telah gagal membangun

2 dari 6
karakter. Banyak lulusan sekolah dan sarjana yang pandai dalam menjawab soal ujian, berotak
cerdas, tetapi mentalnya lemah, penakut dan perilakunya tidak terpuji. Namun demikian
pendidikan karakter yang dilaksanakan memang tidak serta merta akan menampakkan bentuk /
hasil, tetapi merupakan proses panjang.

HAKIKAT PENDIDIKAN KARAKTER


Dalam kajian pendidikan dikenal sejumlah ranah pendidikan, seperti pendidikan intelek,
pendidikan keterampilan, pendidikan sikap, dan pendidikan karakter (watak). Jika ditilik dari
pengalaman sejarah bangsa, pendidikan karakter sesungguhnya bukan hal baru dalam tradisi
pendidikan di Indonesia. Beberapa pendidik Indonesia modern seperti R.A. Kartini, Ki Hajar
Dewantara, kemandirian nasional (National and character building) Soekarno, Hatta, Moh. Natsir
dan lain sebagainya, telah mencoba menerapkan semangat pendidikan karakter sebagai
pembentuk kepribadian dan identitas bangsa sesuai dengan konteks dan situasi yang mereka
alami. Akan tetapi, seiring dengan perubahan zaman, agaknya menuntut adanya penanaman
kembali nilai-nilai tersebut ke dalam sebuah wadah kegiatan pendidikan di setiap pembelajaran.
Dalam konteks pendidikan, misalnya, pada masa Orde Lama, untuk membantu
pembentukan karakter bangsa Pendidikan Budi Pekerti masuk menjadi salah satu pelajaran
dalam kurikulum SD 1947, Pendidikan Budi Pekerti lantas bergabung dengan Pendidikan Agama
dalam Kurikulum 1964 dengan nama Agama/Budi Pekerti, juga ada mata pelajaran khusus
tentang kewarganegaraan yang sering disebut civics (Soepardo dkk dalam Doni Koesoema A,
2011: 49).
Pada masa Orde Baru, bahkan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan dasar negara
dibudayakan dengan lebih sistematis lagi dengan cara mewajibkan untuk mengikuti Penataran
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), dan diadakan sebuah mata pelajaran
khusus, yaitu kewarganegaraan Negara Indonesia, Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Dari
uraian di atas mengindikasikan bahwa pemikiran tentang pendidikan karakter itu tetap bergulir
dalam sejarah pendidikan bangsa.

Sumber : Dikutip dari Bambang Dalyono dan Enny Dwi Lestariningsih. (2017). Implementasi
Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah. Jurnal Polines. Vol. 3 No. 2 Oktober 2017
https://jurnal.polines.ac.id/index.php/bangun_rekaprima/article/view/865
2. Analisislah kesalahan dalam susunan abstrak hasil penelitian berikut ini! Kemudian tuliskan 20
kembali abstrak dengan benar!

EVALUASI TREND KUALITAS PENDIDIKAN DI INDONESIA

Abstrak

Telah menjadi keyakinan semua bangsa di dunia, bahwa pendidikan mempunyai peran yang
sangat besar dalam kemajuan bangsa. Pemerintah Republik Indonesia dalam membangun
pendidikan di Indonesia berpegang pada salah tujuan bangsa Indonesia yang tertera dalam
pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alenia ke empat yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa. Sejalan dengan tujuan yang tertera dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
tersebut, dalam batang tubuh konstitusi itu diantaranya Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 C ayat (1),
Pasal 31 dan Pasal 32, juga mengamanatkan, bahwa pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional yang terbaru ini
diwujudkan dalam Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara
terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pada dasarnya, penelitian ini akan
menggunakan metode Focus Group Discussion (FGD) dan studi dokumentasi. Data hasil FGD
dianalisis secara kualitatif dan data hasil mengedarkan instrument dianalisis secara kuantitatif.
Melalui metode tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan
dan kelayakan satuan pendidikan terhadap penerapan delapan standar nasional pendidikan
(SNP), trend kuantitas dan kualitas pendidikan, status akreditasi sekolah, tingkat pemenuhan,
rasional dan tanggapan terhadap SNP, urutan delapan standar nasional yang harus dicapai,
standar nasional yang paling sulit dicapai, tingkat kepuasan peserta didik terhadap pelayanan
sekolah dan hambatan-hambatan dalam mencapai SNP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa,
setiap satuan pendidikan memberi tanggapan yang positif dan layak untuk menerapkan standar
nasional pendidikan. Kualitas lulusan dan persentase lulusan cenderung naik. Jumlah sekolah
yang terakreditasi yang terbanyak adalah nilai B, dengan tingkat pemenuhan delapan standar
nasional dan yang sulit dicapai adalah standar kompetensi lulusan, ketenagaan, sarana dan
prasarana. Variabel standar isi, ketenagaan, sarana dan prasarana, pembiayaan, pengelolaan,
penilaian, mempunyai hubungan yang positif yang besarnya bervariasi terhadap variabel standar
proses dan komptensi lulusan. Kualitas pelayanan untuk SD telah mencapai 87,4%, SMP 82,6%,
Urutan prioritas dalam meningkatkan kompetensi lulusan, dilakukan dengan meningkatkan
kualitas standar ketenagaan, isi, sarana dan prasarana, pengelolaan, penilaian, proses dan
pembiayaan meskipun terdapat berbagai hambatan yang dialami sekolah.

Sumber : Modifikasi Sabar Budi Raharjo, 2012.


3. Analisislah kesalahan bahasa pada paragraf berikut! 25
a. Tuliskan kesalahan-kesalahan yang Anda temukan disertai perbaikannya!
b. Susunlah kembali paragraf menjadi paragraf yang baik!

Sejarah Film

Film atau motion picture ditemukan dari hasil pengembangan prinsip-prinsip fotografi dari
proyektor. Pendahulu teknik film adalah fotografi. Menurut John Vivian tahun 2008 penemuan
tahun 1727 yang mengemukakan bahwa cahaya menyebabkan nitrat perak menjadi gelap adalah
dasar dari perkembangan teknologi film. Di lihat dari perkembangan awalnya yaitu fotografi,
proses fotografi pertama sekali dikembangkan oleh penemu prancis yang bernama joseph
nicephore niepce sekitar tahun 1816. Walaupun saat itu sudah begitu banyak dilakukan
percobaan dalam dunia pembuatan gambar, niepce merupakan orang pertama yang
menciptakan penggunaan praktis sebuah kamera dan film. film pertama kali yang diperkenalkan
pada publik amerika serikat adalah the life of an american fireman dan film the great train robbery
yang di buat oleh edwin s. porter pada tahun 1903. Tetapi film the great train robbery yang masa
putarnya hanya 11 menit dianggap sebagai film cerita pertama, karena telah menggambarkan
situasi secara ekspresif dan menjadi peletak dasar teknik yang baik. tahun 1906 sampai tahun
1916 merupakan periode paling penting dalam sejarah perfilman di Amerika Serikat karena pada
dekade ini lahir film feature, lahir pula bintang film serta pusat perfilman yang kita kenal sebagai
hollywood. Pada periode ini pula nama mack sennett dengan keystone company, yang telah
membuat film komedi bisu dengan bintang legendaris charlie chaplin. apabila film permulaannya
merupakan film bisu, maka pada tahun 1927 di broadway Amerika Serikat muncul film bicara
yang pertama meskipun belum sempurna.

Sumber : Modifikasi Deasy, 2017.

4. Bacalah dan cermat penggalan karya ilmiah berikut ini! Kemudian evaluasilah/berilah penilaian 35
terhadap penggalan laporan penelitian ini.

KARAKTER TOKOH DALAM NOVEL KAU, AKU DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA
TERE LIYE

PENDAHULUAN
Pada hakikatnya sebuah karya sastra tidak dapat dilepaskan dari pengarang yang
menulisnya. Sebagai hasil kreatifitas pengarang, karya sastra tidak mungkin terlepas dari
masyarakat, sebagaimana pengarang yang menjadi bagian dari masyarakat (Wellek dan
Warren). Karya sastra memiliki objek, serta tidak berdiri sendiri, terikat oleh dunia dalam kata
yang diciptakan pengarang berdasarkan realitas sosial, dan pengalaman pengarang. Karya
sastra secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh pengalaman pengarang. Pengarang
sebagai anggota masyarakat tidak akan terlepas dari tatanan masyarakat dan kebudayaan. Hal
ini berpengaruh dalam proses penciptaan karya sastra itu sendiri.
Karya sastra merupakan karya imajinatif pengarang yang menggambarkan kenyataan yang
ada dalam kehidupan masyarakat. Pengarang atau sastrawan menulis berdasarkan pengalaman
hidupnya, baik yang berupa pengetahuan maupun penafsiran terhadap peristiwa kehidupan yang
terjadi dilingkungannya. Selain itu, karya sastra juga merupakan sarana bagi pengarang untuk
mendeskripsikan kehidupan manusia dengan segala persoalannya.
Menurut Wellek dan Warren (2014), fungsi karya sastra dari suatu kurun waktu ke waktu
lain pada dasarnya sama. Dengan mengutip pendapat Horace, Wellek menyatakan bahwa karya
sastra yang baik mengandung dulce et utile, keindahan dan pemanfaatan, oleh karena itu, proses
pembentukan karya sastra selalu memerlukan perenungan kreatif yang kritis sehingga hasilnya
adalah bentuk karya sastra yang layak dikonsumsi. Salah satu karya sastra yang meningkat
perkembangannya adalah novel.
Alasan menjadikan novel sebagai objek dalam penelitian ini karena Novel salah satu bentuk
prosa yang berukuran luas dan panjang berisi tentang kehidupan manusia, melalui tokoh yang
memiliki karakter tertentu dengan menampilkan berbagai aspek kehidupan, sehingga mampu
membawa pembaca ke arah renungan mengenai isi cerita dan dapat memberikan kesan
tersendiri bagi pembacanya. Novel menggambarkan kehidupan manusia dengan unsur-unsur
kehidupannya.
Untuk memahami novel, dapat dilihat dari struktur secara garis besar dibagi atas dua bagian,
yaitu: (1) struktur dalam (intrinsik) dan (2) struktur luar (ekstrinsik). Struktur intrinsik adalah unsur-
unsur yang membangun cerita seperti tema, tokoh, penokohan, alur (plot), sudut pandang dan
gaya bahasa. Sedangkan ekstrinsik adalah segala macam unsur yang berada di luar karya sastra
yang ikut mempengaruhi kehadiran karya sastra tersebut, misalnya faktor sosial-ekonomi, faktor
kebudayaan, keagamaan, dan tata nilai yang dianut masyarakat.
Novel juga merupakan karya prosa fiksi yang menceritakan peristiwa kehidupan tokoh yang
dianggap istimewa. Keistimewaan ini dapat berupa perubahan nasib, kisah asmara, kebaikan
hatinya, atau teguhnya seorang tokoh dalam memegang prinsip. Dalam novel juga menceritakan
perjalanan hidup tokoh dengan lengkapatau jelas oleh pengarang. Setiap tokoh diberi gambaran
fisik, pikiran, tingkah laku, dan karakter yang berbeda-beda sehingga cerita dalam novel tersebut
seperti nyata atau menjadi hidup.
Salah satu karya sastra yang menceritakan tentang kehidupan adalah novel Kau, Aku, dan
Sepucuk Angpau Merah. Yang menarik dari novel ini adalah karakter setiap tokoh- tokohnya.
Karakter yang ada dalam novel ini memiliki keseharian dan kehidupan yang menarik untuk dikaji.
Terdapat banyak tokoh dalam novel ini, salah satunya yaitu Borno, ia merupakan tokoh utama
dalam novel Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah. Ia adalah seorang pengemudi sepit yang
cerdas, pantang menyerah dalam menghadapi keadaan apapun serta memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi. Tokoh lain dalam novel ini adalah Mei dan Pak Tua, Mei seorang gadis cantik yang
misterius sedangkan Pak Tua seorang yang bijaksana dengan petuah-petuah dalam menyikapi
setiap masalah.
Novel kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah memberikan gambaran mengenai karakter
tokoh yang tidak hanya memiliki keindahan fisik semata namun juga memiliki kepribadian yang
dapat menumbuhkan nilai-nilai positif sehingga dapat memberikan motivasi untuk perjuangan
hidup. Tokoh-tokoh dalam cerita akan menentukan hidup atau tidaknya, menarik atau tidaknya
suatu kisah dalam cerita fiksi khususnya novel. Itulah sebabnya penelitian hanya difokuskan
karakter tokoh.
Perkembangan karakter tokoh merupakan hal yang menarik dalam novel, sebab karakter
tokoh ialah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan tokoh yang satu
dengan yang lainnya. Karakter tokoh menjadi gerbang penulis untuk mengkomunikasikan idenya
terhadap pembaca.
Oleh karena itu, peneliti mencoba mengungkapkan karakter tokoh dengan menerapkan
kajian struktural. Pendekatan struktural merupakan suatu pendekatan dalam ilmusastra yang cara
kerjanya menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari dalam, serta
mencari hubungan atau keterkaitan unsur-unsur unsur-unsur yang satu dengan yang lain dalam
rangka mencapai kebulatan makna.

PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter tokoh dalam novel Kau, Aku
dan Sepucuk Angpau Merah karya Tere Liye difokuskan pada beberapa tokoh yaitu Borno, Pak
Tua, Mei dan Andi. Borno digambarkan sebagai seorang lelaki yang perhatian, setia, optimis,
polos, cerdas, pantang menyerah, cerdas, mandiri dan mempunyai rasa ingin tahu. Pak Tua
digambarkan sebagai sosok yang bijaksana, perhatian, besahabat atau komunikatif, dan juga
memiliki rasa ingin tahu. Mei digambarkan sebagai seorang gadis yang perhatian dan misteius.
Sedangkan Andi digambarkan sebagai seorang yang perhatian, dan rasa ingin tahu.

b. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
a. Perlu adanya peningkatan dalam penelitian sastra pada umumnya dan penelitian novel pada
khususnya.
b. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap novel Kau, Aku dan Sepucuk Angpau karya Tere
Liye dengan judul karakter tokoh dapat dijadikan bahan pembelajaran di sekolah khususnya
dalam menganalisis unsur-unsur karya sastra.
c. Penelitian ini hanya mengkaji karakter tokoh yang terkandung dalam novel, untuk itu kepada
peneliti sastra hendaknya melanjutkan analisis dengan mengkaji aspek lain yang tentunya
MKDU4110

ada dalam novel tersebut.


d. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pembelajaran di sekolah agar siswa dapat memiliki
pengetahuan yang luas dan memiliki sikap positif terhadap karya sastra secara umum dan
novel secara khusus. Selain itu, hasil penelitian ini dapat membantu siswa dalam memahami
lebih mendalam tentang karakter tokoh dalam novel.

Sumber : Modifikasi Azma Adam, 2015 dalam Jurnal Humanika.

Skor Total 100

1 dari 6
MKDU4110

NASKAH UAS-THE
UJIAN AKHIR SEMESTER-TAKE HOME EXAM (THE)
UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2020/21.2 (2021.1)

Bahasa Indonesia
MKDU4110
No. Soal Skor

2 dari 6
MKDU4110

1. Ide pokok atau gagasan utama beserta 4 ide penjelas secara komunikatif dengan menggunakan 20
bahasa Indonesia yang baik dan benar.

IMPLEMENTASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

Seiring dengan arus globalisasi yang telah masuk dalam seluruh relung kehidupan, banyak
pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pembangunan karakter dirasa segera untuk
dikaji di implementasikan di pendidikan formal (sekolah). Perlunya pendidikan karakter mendesak
untuk dilaksanakan adalah adanya gejala-gejala yang menandakan tergerusnya karakter bangsa.
Tanda-tanda merosotnya karakter bangsa Indonesia, senyampang apa yang dinyatakan Thomas
Lickona (dalam Barnawi dan M. Arifin, 2016: 12-13), tentang sepuluh tanda zaman yang kini
terjadi, yakni sebagai berikut : a) Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja (atau bahkan
anak- anak). b) Membudayanya ketidakjujuran. c) Sikap fanatik terhadap kelompok/grup (geng)
tertentu.
d) Rendahnya rasa hormat terhadap orang tua atau guru. e) Semakin kaburnya moral baik dan
buruk. f) Penggunaan tutur bahasa yang kian memburuk (makian, cacian, ejekan, hujatan, fitnah,
mesoh, alay) tanpa memperhatikan perasaan orang lain.g) Meningkatnya perilaku yang merusak
diri seperti penggunaan narkoba, alkohol, judi dan seks bebas. h) Rendahnya rasa tanggung
jawab sebagai individu dan sebagai warga negara. i) Menurunnya etos kerja dan adanya rasa
saling curiga. j) Kurangnya kepedulian diantara sesama.
Di era seperti sekarang ini, ancaman hilangnya karakter semakin nyata. Nilai-nilai karakter
yang luhur tergerus oleh arus globalisasi, utamanya kesalahan dalam memahami makna
kebebasan sebagai anak kandung demokrasi diterjemahkan sebagai free will, kebebasan
berkehendak tanpa aturan yang baku, iklim kebebasan tidak jarang diartikan dengan kebebasan
bertindak. Tawuran antar pelajar, antar kampung, main hakim sendiri, dan sebagaimana
berlangsung di berbagai tempat, sekaligus menjauhkan kehidupan masyarakat yang beradab,
berkarakter, dan berakhlak mulia.
Fenomena rusaknya karakter akan semakin cepat ketika mayarakat pengguna teknologi tidak
memahami filosofi teknologi sehingga salah dalam memanfaatkan dan memandang nilai fungsi
teknologi. Sebagai contohnya, fungsi HP yang mestinya untuk komunikasi dan menyimpan data
penting banyak oleh masyarakat digunakan untuk dokumentasi hal-hal yang privat. Karena tidak
memiliki pengetahuan teknologi yang cukup, HP tersebut mudah pindah tangan sehingga datanya
tersebar ke mana-mana. Dampak dari merosotnya karakter, secara individu jelas, seseorang
yang melakukan salah satu tindakan (dari 10 yang dipaparkan di atas) berpotensi bermasalah
dengan hukum, terlibat dalam kekerasan, hilangnya percaya diri, dan menjadi individu yang tidak
jelas/tidak memiliki karakter.
Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan Nasional sudah mencanangkan penerapan
pendidikan Karakter untuk semua tingkat pendidikan dari SD hingga Perguruan Tinggi. Munculnya
gagasan program pendidikan karakter dalam dunia pendidikan di Indonesia dapat dimaklumi,
sebab selama ini dirasakan proses pendidikan ternyata belum berhasil membangun manusia
Indonesia yang berkarakter. Banyak yang menyebut bahwa pendidikan telah gagal membangun

3 dari 6
karakter. Banyak lulusan sekolah dan sarjana yang pandai dalam menjawab soal ujian, berotak
cerdas, tetapi mentalnya lemah, penakut dan perilakunya tidak terpuji. Namun demikian
pendidikan karakter yang dilaksanakan memang tidak serta merta akan menampakkan bentuk /
hasil, tetapi merupakan proses panjang.

HAKIKAT PENDIDIKAN KARAKTER


Dalam kajian pendidikan dikenal sejumlah ranah pendidikan, seperti pendidikan intelek,
pendidikan keterampilan, pendidikan sikap, dan pendidikan karakter (watak). Jika ditilik dari
pengalaman sejarah bangsa, pendidikan karakter sesungguhnya bukan hal baru dalam tradisi
pendidikan di Indonesia. Beberapa pendidik Indonesia modern seperti R.A. Kartini, Ki Hajar
Dewantara, kemandirian nasional (National and character building) Soekarno, Hatta, Moh. Natsir
dan lain sebagainya, telah mencoba menerapkan semangat pendidikan karakter sebagai
pembentuk kepribadian dan identitas bangsa sesuai dengan konteks dan situasi yang mereka
alami. Akan tetapi, seiring dengan perubahan zaman, agaknya menuntut adanya penanaman
kembali nilai-nilai tersebut ke dalam sebuah wadah kegiatan pendidikan di setiap pembelajaran.
Dalam konteks pendidikan, misalnya, pada masa Orde Lama, untuk membantu
pembentukan karakter bangsa Pendidikan Budi Pekerti masuk menjadi salah satu pelajaran
dalam kurikulum SD 1947, Pendidikan Budi Pekerti lantas bergabung dengan Pendidikan Agama
dalam Kurikulum 1964 dengan nama Agama/Budi Pekerti, juga ada mata pelajaran khusus
tentang kewarganegaraan yang sering disebut civics (Soepardo dkk dalam Doni Koesoema A,
2011: 49).
Pada masa Orde Baru, bahkan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan dasar negara
dibudayakan dengan lebih sistematis lagi dengan cara mewajibkan untuk mengikuti Penataran
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), dan diadakan sebuah mata pelajaran
khusus, yaitu kewarganegaraan Negara Indonesia, Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Dari
uraian di atas mengindikasikan bahwa pemikiran tentang pendidikan karakter itu tetap bergulir
dalam sejarah pendidikan bangsa.

Sumber : Dikutip dari Bambang Dalyono dan Enny Dwi Lestariningsih. (2017). Implementasi
Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah. Jurnal Polines. Vol. 3 No. 2 Oktober 2017
https://jurnal.polines.ac.id/index.php/bangun_rekaprima/article/view/865
2. Analisislah kesalahan dalam susunan abstrak hasil penelitian berikut ini! Kemudian tuliskan 20
kembali abstrak dengan benar!

EVALUASI TREND KUALITAS PENDIDIKAN DI INDONESIA

Abstrak

Telah menjadi keyakinan semua bangsa di dunia, bahwa pendidikan mempunyai peran yang
sangat besar dalam kemajuan bangsa. Pemerintah Republik Indonesia dalam membangun
pendidikan di Indonesia berpegang pada salah tujuan bangsa Indonesia yang tertera dalam
pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alenia ke empat yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa. Sejalan dengan tujuan yang tertera dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
tersebut, dalam batang tubuh konstitusi itu diantaranya Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 C ayat (1),
Pasal 31 dan Pasal 32, juga mengamanatkan, bahwa pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional yang terbaru ini
diwujudkan dalam Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara
terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pada dasarnya, penelitian ini akan
menggunakan metode Focus Group Discussion (FGD) dan studi dokumentasi. Data hasil FGD
dianalisis secara kualitatif dan data hasil mengedarkan instrument dianalisis secara kuantitatif.
Melalui metode tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan
dan kelayakan satuan pendidikan terhadap penerapan delapan standar nasional pendidikan
(SNP), trend kuantitas dan kualitas pendidikan, status akreditasi sekolah, tingkat pemenuhan,
rasional dan tanggapan terhadap SNP, urutan delapan standar nasional yang harus dicapai,
standar nasional yang paling sulit dicapai, tingkat kepuasan peserta didik terhadap pelayanan
sekolah dan hambatan-hambatan dalam mencapai SNP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa,
setiap satuan pendidikan memberi tanggapan yang positif dan layak untuk menerapkan standar
nasional pendidikan. Kualitas lulusan dan persentase lulusan cenderung naik. Jumlah sekolah
yang terakreditasi yang terbanyak adalah nilai B, dengan tingkat pemenuhan delapan standar
nasional dan yang sulit dicapai adalah standar kompetensi lulusan, ketenagaan, sarana dan
prasarana. Variabel standar isi, ketenagaan, sarana dan prasarana, pembiayaan, pengelolaan,
penilaian, mempunyai hubungan yang positif yang besarnya bervariasi terhadap variabel standar
proses dan komptensi lulusan. Kualitas pelayanan untuk SD telah mencapai 87,4%, SMP 82,6%,
Urutan prioritas dalam meningkatkan kompetensi lulusan, dilakukan dengan meningkatkan
kualitas standar ketenagaan, isi, sarana dan prasarana, pengelolaan, penilaian, proses dan
pembiayaan meskipun terdapat berbagai hambatan yang dialami sekolah.

Sumber : Modifikasi Sabar Budi Raharjo, 2012.


3. Analisislah kesalahan bahasa pada paragraf berikut! 25
c. Tuliskan kesalahan-kesalahan yang Anda temukan disertai perbaikannya!
d. Susunlah kembali paragraf menjadi paragraf yang baik!

Sejarah Film

Film atau motion picture ditemukan dari hasil pengembangan prinsip-prinsip fotografi dari
proyektor. Pendahulu teknik film adalah fotografi. Menurut John Vivian tahun 2008 penemuan
tahun 1727 yang mengemukakan bahwa cahaya menyebabkan nitrat perak menjadi gelap adalah
dasar dari perkembangan teknologi film. Di lihat dari perkembangan awalnya yaitu fotografi,
proses fotografi pertama sekali dikembangkan oleh penemu prancis yang bernama joseph
nicephore niepce sekitar tahun 1816. Walaupun saat itu sudah begitu banyak dilakukan
percobaan dalam dunia pembuatan gambar, niepce merupakan orang pertama yang
menciptakan penggunaan praktis sebuah kamera dan film. film pertama kali yang diperkenalkan
pada publik amerika serikat adalah the life of an american fireman dan film the great train robbery
yang di buat oleh edwin s. porter pada tahun 1903. Tetapi film the great train robbery yang masa
putarnya hanya 11 menit dianggap sebagai film cerita pertama, karena telah menggambarkan
situasi secara ekspresif dan menjadi peletak dasar teknik yang baik. tahun 1906 sampai tahun
1916 merupakan periode paling penting dalam sejarah perfilman di Amerika Serikat karena pada
dekade ini lahir film feature, lahir pula bintang film serta pusat perfilman yang kita kenal sebagai
hollywood. Pada periode ini pula nama mack sennett dengan keystone company, yang telah
membuat film komedi bisu dengan bintang legendaris charlie chaplin. apabila film permulaannya
merupakan film bisu, maka pada tahun 1927 di broadway Amerika Serikat muncul film bicara
yang pertama meskipun belum sempurna.

Sumber : Modifikasi Deasy, 2017.

4. Bacalah dan cermat penggalan karya ilmiah berikut ini! Kemudian evaluasilah/berilah penilaian 35
terhadap penggalan laporan penelitian ini.

KARAKTER TOKOH DALAM NOVEL KAU, AKU DAN SEPUCUK ANGPAU MERAH KARYA
TERE LIYE

PENDAHULUAN
Pada hakikatnya sebuah karya sastra tidak dapat dilepaskan dari pengarang yang
menulisnya. Sebagai hasil kreatifitas pengarang, karya sastra tidak mungkin terlepas dari
masyarakat, sebagaimana pengarang yang menjadi bagian dari masyarakat (Wellek dan
Warren). Karya sastra memiliki objek, serta tidak berdiri sendiri, terikat oleh dunia dalam kata
yang diciptakan pengarang berdasarkan realitas sosial, dan pengalaman pengarang. Karya
sastra secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh pengalaman pengarang. Pengarang
sebagai anggota masyarakat tidak akan terlepas dari tatanan masyarakat dan kebudayaan. Hal
ini berpengaruh dalam proses penciptaan karya sastra itu sendiri.
Karya sastra merupakan karya imajinatif pengarang yang menggambarkan kenyataan yang
ada dalam kehidupan masyarakat. Pengarang atau sastrawan menulis berdasarkan pengalaman
hidupnya, baik yang berupa pengetahuan maupun penafsiran terhadap peristiwa kehidupan yang
terjadi dilingkungannya. Selain itu, karya sastra juga merupakan sarana bagi pengarang untuk
mendeskripsikan kehidupan manusia dengan segala persoalannya.
Menurut Wellek dan Warren (2014), fungsi karya sastra dari suatu kurun waktu ke waktu
lain pada dasarnya sama. Dengan mengutip pendapat Horace, Wellek menyatakan bahwa karya
sastra yang baik mengandung dulce et utile, keindahan dan pemanfaatan, oleh karena itu, proses
pembentukan karya sastra selalu memerlukan perenungan kreatif yang kritis sehingga hasilnya
adalah bentuk karya sastra yang layak dikonsumsi. Salah satu karya sastra yang meningkat
perkembangannya adalah novel.
Alasan menjadikan novel sebagai objek dalam penelitian ini karena Novel salah satu bentuk
prosa yang berukuran luas dan panjang berisi tentang kehidupan manusia, melalui tokoh yang
memiliki karakter tertentu dengan menampilkan berbagai aspek kehidupan, sehingga mampu
membawa pembaca ke arah renungan mengenai isi cerita dan dapat memberikan kesan
tersendiri bagi pembacanya. Novel menggambarkan kehidupan manusia dengan unsur-unsur
kehidupannya.
Untuk memahami novel, dapat dilihat dari struktur secara garis besar dibagi atas dua bagian,
yaitu: (1) struktur dalam (intrinsik) dan (2) struktur luar (ekstrinsik). Struktur intrinsik adalah unsur-
unsur yang membangun cerita seperti tema, tokoh, penokohan, alur (plot), sudut pandang dan
gaya bahasa. Sedangkan ekstrinsik adalah segala macam unsur yang berada di luar karya sastra
yang ikut mempengaruhi kehadiran karya sastra tersebut, misalnya faktor sosial-ekonomi, faktor
kebudayaan, keagamaan, dan tata nilai yang dianut masyarakat.
Novel juga merupakan karya prosa fiksi yang menceritakan peristiwa kehidupan tokoh yang
dianggap istimewa. Keistimewaan ini dapat berupa perubahan nasib, kisah asmara, kebaikan
hatinya, atau teguhnya seorang tokoh dalam memegang prinsip. Dalam novel juga menceritakan
perjalanan hidup tokoh dengan lengkapatau jelas oleh pengarang. Setiap tokoh diberi gambaran
fisik, pikiran, tingkah laku, dan karakter yang berbeda-beda sehingga cerita dalam novel tersebut
seperti nyata atau menjadi hidup.
Salah satu karya sastra yang menceritakan tentang kehidupan adalah novel Kau, Aku, dan
Sepucuk Angpau Merah. Yang menarik dari novel ini adalah karakter setiap tokoh- tokohnya.
Karakter yang ada dalam novel ini memiliki keseharian dan kehidupan yang menarik untuk dikaji.
Terdapat banyak tokoh dalam novel ini, salah satunya yaitu Borno, ia merupakan tokoh utama
dalam novel Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah. Ia adalah seorang pengemudi sepit yang
cerdas, pantang menyerah dalam menghadapi keadaan apapun serta memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi. Tokoh lain dalam novel ini adalah Mei dan Pak Tua, Mei seorang gadis cantik yang
misterius sedangkan Pak Tua seorang yang bijaksana dengan petuah-petuah dalam menyikapi
setiap masalah.
Novel kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah memberikan gambaran mengenai karakter
tokoh yang tidak hanya memiliki keindahan fisik semata namun juga memiliki kepribadian yang
dapat menumbuhkan nilai-nilai positif sehingga dapat memberikan motivasi untuk perjuangan
hidup. Tokoh-tokoh dalam cerita akan menentukan hidup atau tidaknya, menarik atau tidaknya
suatu kisah dalam cerita fiksi khususnya novel. Itulah sebabnya penelitian hanya difokuskan
karakter tokoh.
Perkembangan karakter tokoh merupakan hal yang menarik dalam novel, sebab karakter
tokoh ialah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan tokoh yang satu
dengan yang lainnya. Karakter tokoh menjadi gerbang penulis untuk mengkomunikasikan idenya
terhadap pembaca.
Oleh karena itu, peneliti mencoba mengungkapkan karakter tokoh dengan menerapkan
kajian struktural. Pendekatan struktural merupakan suatu pendekatan dalam ilmusastra yang cara
kerjanya menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari dalam, serta
mencari hubungan atau keterkaitan unsur-unsur unsur-unsur yang satu dengan yang lain dalam
rangka mencapai kebulatan makna.

PENUTUP
c. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter tokoh dalam novel Kau, Aku
dan Sepucuk Angpau Merah karya Tere Liye difokuskan pada beberapa tokoh yaitu Borno, Pak
Tua, Mei dan Andi. Borno digambarkan sebagai seorang lelaki yang perhatian, setia, optimis,
polos, cerdas, pantang menyerah, cerdas, mandiri dan mempunyai rasa ingin tahu. Pak Tua
digambarkan sebagai sosok yang bijaksana, perhatian, besahabat atau komunikatif, dan juga
memiliki rasa ingin tahu. Mei digambarkan sebagai seorang gadis yang perhatian dan misteius.
Sedangkan Andi digambarkan sebagai seorang yang perhatian, dan rasa ingin tahu.

d. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
d. Perlu adanya peningkatan dalam penelitian sastra pada umumnya dan penelitian novel pada
khususnya.
e. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap novel Kau, Aku dan Sepucuk Angpau karya Tere
Liye dengan judul karakter tokoh dapat dijadikan bahan pembelajaran di sekolah khususnya
dalam menganalisis unsur-unsur karya sastra.
f. Penelitian ini hanya mengkaji karakter tokoh yang terkandung dalam novel, untuk itu kepada
peneliti sastra hendaknya melanjutkan analisis dengan mengkaji aspek lain yang tentunya
ada dalam novel tersebut.
d. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pembelajaran di sekolah agar siswa dapat memiliki
pengetahuan yang luas dan memiliki sikap positif terhadap karya sastra secara umum dan
novel secara khusus. Selain itu, hasil penelitian ini dapat membantu siswa dalam memahami
lebih mendalam tentang karakter tokoh dalam novel.

Sumber : Modifikasi Azma Adam, 2015 dalam Jurnal Humanika.

Skor Total 100

Anda mungkin juga menyukai