SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
OLEH:
KRISMAWATI PALELLENG
NIM : 216 111 063
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mempelajari karya sastra tidak akan pernah habis, karena semua yang ada
di dunia ini ada sangkut pautnya dengan sastra misalnya pengalaman hidup di
dunia ini dapat di jadikan sebuah karya sastra. Karya sastra merupakan karya seni
yang dimaksudkan adalah penggunaan kata-kata yang indah dan gaya bahasa serta
gaya cerita yang menarik. Sedangkan kesusastraan merupakan karya seni yang
Berdasarkan bentuknya karya sastra terdiri atas puisi, prosa fiksi dan drama.
Salah satu karya sastra prosa adalah novel. Menurut Tarigan (1984:173)
“Novel adalah suatu jenis cerita dengan alur cukup panjang mengisi satu buku
atau lebih yang menggarap kehidupan pria dan wanita yang bersifat imajinatif”.
Sedangkan menurut H.B Jassin (dalam Antilan Purba 2010:63), “Novel adalah
cerita mengenai salah satu episode dalam kehidupan manusia, suatu kejadian yang
luar biasa dalam kehidupan itu, sebuah krisis yang memungkinkan terjadinya
perubahan nasib pada manusia”. Jadi novel adalah suatu karya sastra yang
permasalahan.
dan atar dalam novel ini. Adapun alasan meneliti alur dan latar dalam novel
Penutup Senja sebagai subjek kajian karena di dalam novel ini pengarang
menceritakan kembali hal-hal atau kejadian yang sudah terjadi di masa lampau
dan kembali lagi membahas hal yang nyata atau kembali kecerita baru.
Ada dua unsur pokok yang membangun sebuah karya sastra, yakni unsur
intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang ada dalam karya
sastra itu sendiri diantaranya tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut
pandang, gaya bahasa dan amanat. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah segala
faktor luar yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra seperti nilai sosiologi,
Dalam penelitian ini penulis lebih berfokus pada alur dan latar. Ada tiga
jenis latar yaitu latar tempat, latar waktu dan latar suasana. Latar tempat adalah
tempat dan ruang tempat para tokoh melakukan aktifitasnya dalam memainkan
peran. Selain itu latar juga dapat berubah waktu. Dalam sebuah novel kita sering
menemukan waktu malam, siang, pagi maupun sore. Semua itu menggariskan
bahwa pelaku-pelaku juga melewati proses waktu layaknya di alam nyata. Dan
latar suasana yaitu latar yang menggambarkan tentang keadaan atau siuasi yang
dialami oleh para tokoh. Latar suasana berupa gembira dan sedih. Jadi latar
remaja yang memiliki dunia, bahasa, dan perjalanan kehidupan. Novel ini hadir
benar tepat dimana kerangka pikiran dan rasa mulai banyak bergeser dengan nilai-
B. Batasan Masalah
intrinsik adalah unsur yang ada dalam karya sastra itu sendiri yang meliputi
tema,alur, latar, penokohan, dan sudut pandang. Agar penelitian ini lebih terarah
dan menghindari pembahasan menjadi terlalu luas, maka perlu adanya batasan
masalah yang jelas mengenai apa yang dibuat dalam penelitian ini. Untuk itu
penelitian ini hanya difokuskan pada aspek alur dan latar saja dalam novel
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimakah alur cerita dari novel Penutup Senja karya Army Yandho M?
2. Latar apakah yang paling mendukung tema cerita dalam Penutup Senja karya
Army Yandho M?
D. Tujuan Penelitian
sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan alur dalam novel Penutup Senja karya Army Yandho
M.
dan penelitian lain dalam kehidupan sehari-hari dan dapat bermanfaat dalam
1. Bagi penikmat sastra hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
2. Bagi pengajaran sastra, hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan bacaan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa”.
tentang kehidupan yang ada di sekitarnya. Adapun pendapat lain menurut Susanto
seperti buku atau kitab yang berisi tulisan yang indah, ataupun kitab-kitab
pengajaran”. Umumnya sastra berupa teks rekaan, baik puisi maupun prosa yang
atau realita. Karya yang demikian menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro 2009:4)
“disebut sebagai fiksi historis jika penulisannya berdasarkan fakta sejarah, fiksi
biografis jika berdasarkan fakta biografis, dan fiksi sains jika penulisannya
berdasarkan pada ilmu pengetahuan”. Dari ketiga jenis ini disebut fiksi nonfiksi.
berkesan mengguruinya.
2. Jenis-jenis Karya Sastra
Berdasarkan jenis karya sastra dibagi atas tiga bagian yaitu puisi, prosa,
dan drama. Karya sastra yang berbentuk prosa yang disajikan dalam bentuk
karangan yang memuat peristiwa. Berbeda dengan puisi yang berupa rangkaian
a. Puisi
(dalam Atar Semi, 1993:93), “Puisi adalah sintesis dari pelbagai peristiwa
bahasa yang telah tersaring, semurni-murninya, dan pelbagai proses jiwa yang
dalam salah satu bentuk”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa puisi adalah ragam
sastra yang bahasanya terikat oleh diksi, rima, ritme, serta penyusunan bait
b. Prosa
Prosa adalah bentuk karangan bebas, maksudnya karangan yang tidak terikat
oleh aturan seperti puisi. Prosa juga dibagi ke dalam dua yaitu prosa lama dan
prosa baru. Prosa lama adalah sebuah karya sastra yang lahir sebelum
prosa baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh
dari budaya barat. Menurut Gasong (2012:83), “Prosa fiksi adalah perpaduan
atau kerja sama antara pikiran dan perasaan”. Menurut Kamus Besar Bahasa
c. Drama
Drama adalah salah satu lakon yang dipentaskan di atas panggung. Menurut
prosa atau puisi yang menyajikan data dialog atau pantonim suatu cerita yang
mengandung konflik atau kontras seorang tokoh, terutama dalam suatu cerita
3. Pengertian Novel
sekaligus disebut fiksi, novel berarti sebuah karya prosa fiksi yang cukup panjang.
Tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek. Novel mempunyai ciri bergantung
pada tokoh, menyajikan lebih dari satu impres, menyajikan lebih dari satu efek,
dibangun oleh unsur-unsur pembangun, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Novel juga diartikan sebagai suatu karangan berbentuk prosa yang mengandung
Dari pengertian novel menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa novel
merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa. Dimana
menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang (tokoh
cerita), dari kejadian ini terlahir konflik, suatu pertikaian, yang mengalihkan
Novel sebagai karya fiksi dibangun oleh sebuah unsur yang disebut unsur
intrinsik. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung
ikut serta dalam membangun cerita. Hal ini didukung oleh pendapat Nurgiyantoro
(2010 : 23) yakni, “unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya
sastra itu sendiri”. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir
sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang
a. Tema
Menurut Suroto (1989:88), “Tema adalah pokok pikiran atau pokok persoalan
cerita yang dibuatnya”. Tema tidak disampaikan begitu saja akan tetapi
b. Tokoh/Penokohan
Istilah tokoh merujuk pada orang atau pelaku dalam sebuah cerita, sedangkan
penokohan adalah cara seorang penulis menampilkan sifat dan watak dari
suatu tokoh. Penokohan juga dapat disebut sebagai pelukisan gambaran yang
peranan pimpinan dalam cerita, tokoh antagonis adalah tokoh penentang atau
c. Alur
Alur merupakan jalan cerita atau dapat dikatakan cara pengarang dalam
bulat. Alur juga disebut sebagai urutan-urutan kejadian dalam sebuah cerita.
dalam cerita”. Sedangkan menurut Atr Semi (1993:43), “Alur adalah struktur
fiksi”.
d. Latar
Latar disebut juga setting. Latar adalah segala keterangan, pengacuan, atau
petunjuk yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan situasi terjadinya peristiwa
dalam suatu cerita. Menurut Abrams (dalam Sri Wahyuningtyas dan Wijaya
e. Sudut Pandang
g. Amanat
Menurut Sudjiman (2002:57), “Amanat adalah ajaran moral atau pesan moral
yang ingin disampaikan oleh pengarang dalam sebuah karya sastra”. Biasanya
amanat mengesankan niat pengarang yang hendak menggurui pembaca.
Amanat bisa berupa kata mutiara, firman dan lainnya sebagai petunjuk untuk
memberi nasehat.
5. Pengertian Alur
Menurut Sumardjo (1999:28) “Inti sari dari plot atau alur memang konflik.
Maka dari itu plot sering dikupas menjadi elemen-elemen berikut : pengenalan,
2007:112), mengemukakan “Alur adalah cerita yang berisi urutan, namun tiap
kejadian itu dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau
Dari pengertian tersebut jelas bahwa tiap peristiwa tidak berdiri sendiri,
peristiwa yang satu akan mengakibatkan timbulnya peristiwa yang lain. Peristiwa
yang lain itu akan menjadi ebab bagi timbulnya peristiwa berikutnya sampai
membangun cerita sehingga merupakan karangan utama cerita. Dalam hal ini alur
rangkaian pola tindak tanduk yang berusaha memancarkan konflik yang terdapat
dalam cerita.
6. Jenis-Jenis Alur/Plot
terdiri dari alur maju dan alur mundur”. Alur maju adalah alur yang susunannya
mulai dari peristia pertama, peristiwa kedua, peristiwa ketiga, peristiwa keempat
dan sampai seterusnya sampai cerita berakhir, misalnya cerita dimulai dari kecil
sampai meninggal dunia. Sedangkan alur mundur adalah alur yang susunannya
dimulai dari peristiwa terakhir kemudian kembali pada peristiwa pertama, kedua
a. Alur maju (progesi) adalah sebuah alur yang memiliki klimaks diakhir cerita
dan meupakan jalinan/rangkaian peristiwa dari masa kini ke masa lalu yang
berjalan teratur dan berurutan sesuai dengan urutan waktu kejadian dari
b. Alur mundur (regresi adalah sebuah alur yang menceritakan tentang masa
jalinan/rangkaian peristiwa dari masa lalu ke masa kini yang disusun tidak
sesuai dengan urutan waktu kejadian dari awal sampai akhir cerita.
c. Alur sorot balik (flashback) adalah alur yang terjadi karena pengarang
mendahulukan akhir cerita dan setelah itu kembali ke awal cerita. Pengarang
bisa memulai cerita dari klimaks kemudian kembali ke awal cerita menuju
akhir.
melihat lagi masa lampau dan dilanjutkan sampai pada penyelesaian yang
menceritakan tokoh utama sehingga cerita yang satu belum selesai kembali
alur mundur.
f. Alur klimaks adalah alur yang susunan peristiwanya makin menurun dari
peristiwa biasa.
dengan urutan waktu. Dalam alur ini terdapat hitungan jam, menit, detik,
dan sebagainya.
7. Tahapan Alur/Plot
a. Exposition
Tahap awal yang berisi penjelasan tentang tempat terjadinya peristiwa serta
b. Inciting Force
bertentangan.
c. Rising Action
d. Crisis
berkonflik dan para pelaku sudah diberi gambaran nasib oleh pengarangnya.
e. Climax
Situasi puncak karena konflik berada dalam kadar yang paling tinggi, sehingga
f. Falling Action
Kadar konflik yang sudah menurun, sehingga ketegangan dalam cerita sudah
Menurut Lubis (dalam Tarigan 2008 : 156) setiap cerita biasnya dibagi
mulai bergerak).
peristiwa).
8. Pengertian Latar
Latar disebut juga setting. Latar adalah segala keterangan, pengacuan, atau
petunjuk yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan situasi terjadinya peristiwa
dalam suatu cerita. Latar berfungsi sebagai pemberi kesan realistis kepada
pembaca. Selain itu, latar digunakan untuk menciptakan suasana tertentu yang
seolah-olah sungguh ada dan terjadi. Hal ini didukung oleh pendapat Abrams
(dalam Nurgiyantoro 2010: 214), “Latar atau setting yang disebut juga sebagai
“mengelompokkan latar bersama plot dan tokoh ke dalam fakta (cerita) sebab
ketiga hal inilah yang akan dihadapi dan dapat diimajinasikan oleh pembaca
faktual jika membaca cerita fiksi. Pendapat lain dikemukakan oleh Gasong,
(2012:93), yakni “Latar adalah gambaran watak, peristiwa atau adegan akan lebih
menjadi konkrit apabila dihubungkan dengan waktu, suasan, dan berbagai aspek
9. Jenis-jenis Latar
Latar atau setting dalam arti yang lengkap seperti yang dikemukakan
dan tokoh ke dalam fakta (cerita) sebab ketiga hal inilah yang akan dihadapi dan
dapat diimajinasikan oleh pembaca faktual jika membaca cerita fiksi” meliputi
a. Latar Tempat
cerita.
b. Latar Waktu
Latar waktu yaitu seluruh rentangan atau jangkauan waktu yang digunakan
dalam cerita.
c. Latar suasana
Latar suasana menggambarkan kondisi atau situasi saat terjadinya adegan
konflik. Seperti suasana gembira, sedih, tragis, tegang, dan lain sebagainya.
jiwa pembaca.
Suatu penelitian harus perlu dicantumkan hasil penelitian yang relevan untuk
tentang penelitian dari analisis sebelumnya yang telah dilakukan. Berikut ini hasil
ini:
1. Gunawan Kondo Palette, (2019) meneliti tentang Analisis Alur dan Latar
dalam novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” karya Hamka (Tinjauan
Objektif). Pada penelitian ini sama-sama menganalisis alur dan latar yang
terdapat dalam novel, namun ada perbedaan dengan penelitian di atas, yaitu
peneliti menganalisis Alur dan Latar dalam novel Penutup Senja Karya
dalam Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka dengan
2. Kristina Mayung Allo, (2014) meneliti tentang Analisis Alur dan Latar dalam
pada penelitian itu alur yang digunakan adalah alur campuran dan latar yang
digunakan adalah latar tempat, waktu dan suasana dalam novel Penutup
Karya Indarparti Ayaran. Pada penelitian ini sama-sama meneliti alur dalam
sebuah novel, namun ada juga perbedaan dimana penelitian diatas hanya
Ayaran sedangkan penelitian ini menganalisis alur dan latar dalam novel
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
pendeskripsian yang teliti dan penuh nuansa untuk menggambarkan secara cermat
suatu hal, fenomena, dan tidak terbatas pada pengumpulan data, melainkan
Dalam penelitian yang berjudul “Alur dan Latar dalam Novel Penutup
Senja karya Army Yandho M” penulis memilih metode deskriptif kualitatif karena
penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Alur dan Latar yang terdapat
a. Data
Adapun Data dalam penelitian ini berupa teks novel Penutup Senja karya
Army Yandho M yang dapat menggambarkan alur dan latar dalam karya sastra
b. Sumber Data
asal data penelitian itu diperoleh”. Jadi sumber data dalam penelitian ini adalah
novel Penutup Senja karya Army Yandho M. yang diterbitkan oleh Mata
Teknik pengumpulan data yaitu penelitian data yang telah diperoleh dari
penelitian tertentu. Teknik penelitian yang penulis gunakan adalah teknik baca
1. Teknik Baca
2015), “Teknik baca adalah suatu teknik yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan atau informasi yang terkandung atau tersirat
dalam suatu makna tertulis”. Dalam teknik ini peneliti membaca secara
memperoleh data yang akurat mengenai analisis alur dan latar dalam novel.
2. Teknik Catat
dilakukan peneliti ketika menerapkan metode baca”. Teknik catat yang digunakan
peneliti yaitu mencatat data atau mengumpulkan data yang berkaitan dengan
A. Identifikasi Data
secara teliti maka berikut ini penulis memaparkan data-data yang terkumpul
sebagai berikut :
1. Alur
1. Aku lebih dari sekedar impian, harapan, cita-cita, serta do’a. Aku
adalah kenyataan dan kepastian. Mungkin karena matahari terlalu
janggal dan tak terlalu nyaman jika dijadikan sebauh nama. Maka
orang tuaku memberiku nama, Bintang!. Bintang adalah sesuatu
yang melampaui impian, harapan, cita-cita, serta do’a. Lagi-lagi
karena Bintang adalah kenyataan dan kepastian. Begitulah do’a
yang orang tuaku harapkan, saat aku lahir dan diberi nama. (PS.
2018:1)
2. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Adikku bernama Hary
Pertama Antara, akrab dipanggil Hary. Gendut, panggilan
khususku untuknya. Badan gempal, serta perut yang berlipat 5,
serta pipinya yang bulat, mendukung sekali dan terasa pas, jika
dipanggil dengan panggilan tersebut. (PS. 2018:2)
3. Ibu adalah seorang ibu rumah tangga biasa, tidak bekerja dan
hanya mengurusi masalah di rumah. Yang bekerja hanya ayahku,
beliu seorang wiraswasta. Tapi ibu juga turut membantu keadaan
ekonomi di rumah, biar tidak banyak, tapi cukuplah untuk sehari-
hari. Ibu berjualan es kampel, dan sedikit gorengan yang dititipkan
ke warung kenalannya. Memang keadaan ekonomi kami sekarang,
lumayan lebih baik dari dulu waktu aku kecil. Aku ingat betul,
waktu itu, aku masih kecil dan belum punya adik seperti sekarang.
Keadaan ekonomi memaksa ibuku harus bergerak, membantu
mencari nafkah demi membesarkanku. Dulu ibu pernah berdagang
hiasan kecil dari keramik. Yang berbentuk macam-macam, ada
yang berbentuk kucing, manusia, ikan dan lainnya...(PS. 2018:9-
10)
4. Setahun terakhir, bisnis ayah maju pesat. Berimbas pada semua
perekonomian keluarga. Hidup kami menjadi lebih baik. Sekarang
ayah harus mondar-mandir keluar kota. Ia sudah mampu
menjalankan bisnisnya dengan menetap di kota ini. Beliau kini
memiliki beberapa ruko besar untuk di jadikan ladang bisnis.
Syukurlah Tuhan menjawab do’a dan usaha kami dengan nikmat
yang ia beri kini. (PS. 2018:18)
5. Tapi entah mengapa, aku tak mengerti kenapa. Akhir-akhir ini aku
sering melihat ayah ibu bertengkar. Memang hal sepele, hanya
karena ayah sering mempermasalahkan anehnya akhir masakan
yang ibu masak. Dengan berbagai alasan , tidak enak atau apalah
itu. sebenarnya masakan ibu dari dulu memang seperti itu, tapi
anehnya akhir-akhir ini ayah selalu mempermasalahkannya. Dan
yang lebih penting lagi, seumur hidupku, baru saat inilah aku
melihat mereka bertengkar.... Selain bertengkar, ayah kini memang
sering sekal
berbicara dengan nada tinggi dan kasar. Alhasil mengapa adikku
tampak takut sekali kepada ayah. (PS. 2018:18)
6. “Kamu bisa masak gak sih? Buang nih, ganti sama yang baru,
goblok banget, dari dulu masak gak bisa-bisa!” hardik Ayah ke
Ibu. Terdengar dari belakang, teriakan ayah memarahi ibu, itu
adalah hal yang sangat amat biasa di rumah kami beberapa waktu
belakangan ini. Ayah yang selalu marah, kata-kata kasar. Bahkan
untuk dijadikan kebun binatang, mungkin koleksi hewan di rumah
kami sudah lengkap dari perkataan ayah. (PS. 2018:21)
7. Hanya saja ibu selalu mengajarkanku untuk selalu sabar dan iklas
dalam setiap permasalahan yang kita hadapi. Ibu selalu
mengajarkan caranya bersyukur dan menikmati hidup..(PS.
2018:22)
8. Hari berganti tahun, tiap detik yang aku yakini merekan sejarah,
terasa sangat perih di setiap putarannya. Sang waktu yang angkuh
seakan menertawai sejarah yang disimpannya. Tersebar lewat angin
dan sang semesta ikut menertawai kisah bodoh ini. Tombak-
tombak perang seakan melayang terbang tanpa tuan. Tidak ada
yang beruabah, malah makin parah, ayah makin merajalelah atas
amarahnya. Ia seakan berjalan tanpa hati serta nurani, seakan
kami ialah masalah yang harus diselesaikan dengan amarah. (PS.
2018:24)
9. ...Kebiasaan ayah yang tidak pernah berbahasa pelan dan lembut,
membuatku mudah mendengar percakapan mereka. “Kamu tuh,
coba sih kalau batuk ditahan, jangan ahak uhuk ahak uhuk, berisik
tau gak. Coba minum air putih sana, ini enggak, udah kayak orang
mau mati, sakit biasa aja kamu kayak gitu. Tahan sedikitlah,
berisik, gimana orang mau tidur sih, suami mau istirahat malah
dengerin kayak gitu!” ayah menghardik ibu. (PS. 2018:25)
10. Tahun demi tahun telah kulalui dengan berat hati. Sebisa mungkin
itu kujadikan sebagai ajang pendewasaan hati, walau memang perih
belum berhenti. Keremajaan dan labilnya pikiran, menuntunku
melarikan diri di luar rumah. Berkumpul dengan orang-orang yang
kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari keluarga, aku
memosisikan diri seperti mereka. Roko, protes pertamaku pada
hidur. Minuman keras bentuk kedua dari ketidakadilan. Lalu
musim silih berganti, dan tidak ada yang berubah dari hidupku.
Narkoba, bentuk protes ketigaku terhadap Tuhan. (PS. 2018:31)
11. Sore hampir malam, Rino dan Andre pamit diri. Sesaat mereka
pulang, ayah yang langsung pulang masuk ke kamar dengan
murkanya. “Ini yang buat teman-teman kamu main dan berisik di
rumah, nih makan nih, ajak lagi teman kamu ke sini (sembari
membanting playstationku ke lantai), kamu gak ada otaknya
Bintang. Kerja kamu tiap hari Cuma main aja, ngumpulin teman-
teman kamu buat main dirumah. Kamu tahu berisik gak sih, kamu
sih emang asli gak ada otaknya kaya ibu kamu, Bintang! Kamu
pikir rumah ini taman bermain haaa!” hardik Ayah. (PS. 2018:35)
12. Dulu sekali, saat ayahku belum mendapatkan semua omong kosong
yang disebut hartia ini, aku pastikan dan berani bersumpah demi
apapun itu, perangainya tak seperti, tutur katanya tidak seperti
sekarang. Lidahnya tak setajam ini, tak setega ini. Seakan lidah itu
tak bertuan! Sampai kami pun, anak dan istrinya luka si sayat oleh
lidahnya yang begitu tajam itu. kini, setelah ayah memiliki
segalanya, semua berubah, seakan semua yang kukatakan barusan
adalah omong kosong. Tentang dia yang bertutur kata lembut.
Tentang dia yang memiliki kasih sayang terhadap keluarga.... (PS.
2018:37)
13. “Ya Allah, Yah. Apa lagi yang kamu perbuat di luar, demi Allah
aku sudah sabar, dan coba bertahan, Ibu kurang apa lagi Yah..
siapa perempuan ini..?!!” Ibu coba menanyakan ke ayah. (PS.
2018:45)
14. “Kalau kamu sudah gak tahan, kamu boleh pergi, kita cerai, bawa
anak-anak kamu, kamu jadi janda juga nanti janda kaya, gak
masalahkan, udah pergi sana, jangan Cuma ngoceh doang! Kamu
nuduh suamimu selingkuh, padahal kamu tahu saya kerja banting
tulang buat menuhi perut kamu, kamu malah ngoceh gak jelas,
monyet kamu!!!” ayah pergi keluar dan meninggalkan ibu yang
menangis. (PS. 2018:45)
15. Aku terlahir, tumbuh, dan berkembang di keluarga yang taat
beragama. Orang tuaku mendidik dengan tegas soal agama. Tidak
pernah terlewatkan untukku mengerjakan hal yang wajib dan
seharusnya kulakukan sebagai orang yang memiliki agama. Sampai
aku akhirnya menikmati agama itu sendiri... (PS. 2018:51)
16. Ibu yang mendengar ayah pulang, langsung membukakan pintu,
tapi anehnya, dari sebelum pintu di bukakan, mereka sudah ribut
duluan diluar. Ayah membentak ibu dengan makian kasar dan
dengan suara tinggi. Aku berusaha membalikkan badan untuk
mengintip apa yang terjadi. Saat ayahku berhasil masuk karena
pintu sudah dibuka, ayah tiba-tiba langsung menampar ibu sampai
ibu terjatuh. Aku spontan langsung berdiri berterik. “Ayaaahh
cukup Yah..” teriakku. (PS. 2018:62)
17. Ayah lalu menghampiriku dan menamparku dengan sangat kuat.
Mataku sempat gelap untuk beberapa saat. “kamu mau apa monyet,
kamu mau bela ibumu? Kamu mau kurang ajar sama Ayah haaa?”
gertak ayah. Kamu udah berani sama Ayah... Lalu ayah
menamparku dengan sangat kuat untuk kedua kalinya. “Ayo lawan
Ayah kalo kamu bisa, mau ayah goreg kuping kamu malam ini
haaaa, anak kurang ajar kamu, kamu sama seperti ibumu yang
sialan ini...” tantang ayah. (PS. 2018:63)
18. ...Ayah menghampiri ibuku dan lalu menampar ibu untuk kedua
kalinya. Lalu ayah mencoba untuk mengambil kursi yang ada di
dekatnya, dan ingin memukul ibu dengan kursi itu. Aku yang
spontan, lalu menendang tangan ayahku yang sedang berusaha
mengambil kursi itu. Aku dengan cepat mengambil pisau yang
sering digunakan ibu untuk memasak. Aku tanpa sadar menikam
perut ayah. Ayah lari dan masuk ke kamar mandi dan menutup
pintu kamar mandi. Dari dalam ayah berteriak, seumur hidup baru
sekali ini aku mendengar ayahku berbicara seperti itu “Bintang,
Nak Ayah minta maaf, Ayah minta ampun, sudah Nak, cukup...”
ucap ayah menenangkan aku. (PS. 2018:63-64)
19. Entah apa yang aku pikirkan saat itu, ada yang dalam otakku
hanya melindungi ibu dan adikku. Aku mendobrak pintu kamar
mandi, lalu berusaha menyeret ayah keluar,tapi ayah berhasil
mengelak, dan kembali lari ke kamar lalu mengunci pintu. Aku
berusaha mengejarnya, dan kembali mendobrak pintu kamar, tapi
pintu dikamarku sangat kuat dan tebal. Aku tidak mampu
mendobraknya, lalu aku memutuskan tuk membawa ibu dan adikku
pergi. Sesampai kami di luar rumah, Ayah rupanya sudah keluar
kamar dan menghampiri kami. Lalu Ayah berkata “Silakan bawa
ibu dan adikmu pergi, sana pergi. Ingat bintang, jangan sekali-kali
kamu balik ke rumah ini. Ini rumah Ayah, ingat itu!” tegas Ayah.
(PS. 2018:64)
20. Aku memutuskan untuk pergi dan menginap di rumah Agus,
teanku. Tanpa memberi tahu dia apa yang terjadi. Karena di antara
teman-temanku, Aguslah yang paling pendiam, tak suka melakukan
hal bodh dan menghabiskan waktu melakukan sesuatu yang tidak
jelas. Aku merasa, dia adalah orang yang tepat untuk saat ini
menemaniku. (PS. 2018:65)
21. Di awal buku ini, kalian sudah aku ceritakan, saat aku bertemu ibu
di kediaman Bude Sri. Beliau teman ibuku yang memang sudah
seperti keluarga sendiri. Jam5 pagi aku buru-buru bersiap untu
bertemu ibu. Setelah pamit dengan Agus, sarapan sedikit. Aku
meluncur ke rumah Bude Sri. Aku bertemu ibu di sana.banyak hal
yang ibu utarakan padaku. Selain yang sudah kalian tahu di awal
cerita buku ini. (PS. 2018:66)
22. “Ayahmu berpesan untuk menyekolahkanmu di luar daerah, bukan
karena kamu tak boleh pulang ke rumah, tapi untuk mencairkan
suasana panas ini, Nak. Tolong ibu, sekali ini dengerin apa kata
Ibu, Nak. Kamu harus percaya pada Ibu sekali ini. Ibu dan adikmu
bakal baik-baik saja, jadi dengerin kata Ibu nak...” lanjut ibu. (PS.
2018:67)
23. Setelah kesepakatan kami lakukan, akhirnya pagi itu pun aku yang
diantar ibu, pergi ke Sekayu, salah satu daerah di Sumatera Selatan.
Ke tempat pamanku, kami pergi menaikki kapal. (PS. 2018:68)
24. ....Sesampainya di Sekayu, ibu menceritakan semua yang terjadi ke
Paman. Ibu menyampaikan niatnya menitipkanku untuk sekolah di
sana. Paman dan istrinya menyambut kami dengan hangat, dan
bersedia mengurusku selama aku tinggal dan sekolah disana. (PS.
2018:69)
25. Disinilah aku sekarang, dibuang dari keluarga yang tidak
menginginkanku. Meskipun aku sama sekali tidak berfikir bahwa
Ibuku membuangku. Tapi aku merasa terbuang, tersingkirkan,
terasingkan, dan tidak penting. Entahlah seluruh perasaan yang
bercampur menjadi satu ini terlihat sangat gelap, pahit. (PS.
2018:74)
26. .... Lalu malam harinya, aku menepati janji ke Anton. Kira-kira
pukul 20.00 malam, aku bersiap-siap memberanikan diri dengan
segudang rasa malu untuk bertemu Anton dan teman-temannya.......
....Sesampainya di depan warung tempat biasa Anton nongkrong
bersama teman-temannya, ia langsung menyapaku. Dari pekenalan
singkit ala remaja masa kini itu, aku mulai mencoba menghafal
wajah-wajah mereka agar aku tidak lupa. Dari yang aku coba
ingat, nama mereka, ada Wahyu, Aan, Andi dan Ikhsan. Ya
ternyata mereka juga menerima baik kehadiranku. (PS. 2018:83)
27. Awal mula, kukira teman-teman disni adalah anak komplek yang
culun dan baik. Terlepas dari wajah seram mereka. Ternyata aku
salah. Mereka juga sama, teman-teman, gemar sekali dengan dunia
pembodohan. Bahkan disini bersama mereka, aku melakukan hal
yang lebih parah dari yang biasa dulu aku lakukan. Entah dari mana
awal mula semuanya, aku pun tidak mengerti, yang kuingat hanya
saat itu Anton membawa paket daun cinta. Dan dia
menawarkannya kepadaku, lalu yang kuingat saat itu hanya
mengiyakan saja den menerima tawarannya. (PS. 2018:86)
28. Ferdi adalah teman akrabku di sekolah. Hanya di sekolah saja
memang. Karena rumahnya yang jauh dari sekolah, mengharuskan
dia langsung pulang kerumah setelah selesai sekolah. Jika tidak, dia
pasti akan sampai di rumahnya malam hari. (PS. 2018:98)
29. Tinggal aku satu-satunya penunggu halte itu, karena aku memilih
untuk segera pulang dan pergi ke tempat Ferdi, karena tak tahan
dengan ocehannya. Tak ku sangka ternyata keberkahan hujan itu
juga datang kepadaku. Rustiana atau Nana anak pindahan itu
ternyata menunggu di halte yang sama denganku. Dia tampak lari
dari gerbang sekolah ke arah halte tempatku menunggu. Dengan
sweaternya dijadikan tudung untuk menutupi kepalanya dari
hujan... (PS. 2018:102).
30. Masih tak percaya dengan yang barusan terjadi, aku berteriak dan
berjingkrak di dalam hati, saking senangnya. Tak di sangka, bisa
berkenalan dengan wanita itu di saat-saat seperti ini. Tak berhenti
pula senyum di bibir ini saking senangnya. (PS. 2018:105)
31. Malam ini aku telah berjanji untuk pergi bersama Nana. Malam ini
aku pastikan adalah malam terakhirku bersamanya. Esok atau lusa,
aku tidak akan lagi menemuinya! Hanya malam ini, cukup malam
ini saja! (PS. 2018:113)
32. Asik menikmati suasana dan Ferdi benar-benar telah mabuk
ngelantur. Kaget bukan kepalang aku, di tengah hujan yang deras
itu dan dalam kondisi setengah mabuk. Ketika hendak menutup
pintu dan menoleh kebelakang. Ternyata Nana berada tepat di
belakangku dalam keadaan basah kuyup!. “Na... Na... Nana? Kamu
ngapain di sini? Kamu udah berapa lama di situ? Ka... kamu basah
kuyup begini?” ujarku terbata-bata. Kenapa? Kamu kaget???
Bahkan berapa lama aku berdiri di belakangmu, kamu sama sekali
gak tahu? Kamu mabuk? Alat apa itu? sambil menunjuk ke arah
hisap sabu yang tadi kami gunakan. Bintang sumpah demi apapun
aku ngak nyangka Bintang. Kamu jahat! Nana berlari menyelami
hujan dan malam meninggalkanku. (PS. 2018:125)
33. Kejadian itu adalah terakhir kalinya aku melihat Nana. Bahkan di
hari kelulusan pun, aku sama sekali tak melihatnya. Dia benar-
benar menghilang dari diriku. Dan kejadian malam itu adalah
siksaan dan tamparan yang keras untukku. Dari kejadian itu hingga
sekarang, telah berbulan-bulan lamanya aku melawan
ketidakbenaran di dalam diriku, upaya yang kulakukan benar-benar
sulit dan sakit. Bahkan teramat sakit sampai bukan sekali aku
berfikir untuk mengakhiri hidup yang tidak berguna ini. (PS.
2018:130)
34. Entah bagaimana aku membuktikan dan menepati semua janjiku
untuk ibu. Dahulu aku berjanji dengan sombongnya, jika aku
mampu menjadi kapal untuk keluargaku, agar kami bisa berlayar
dengan tenang suatu hari nanti. Kali kedua aku berjanji pada
beliau, untuk mampu menghidupkan api kedamaian, api
kehangatan, dan api cinta yang telah lama padam. Aku pun tetap
yakin untuk membuktikan aku mampu menjadi payung untuk
keluargaku, serta menjadi makhluk penghapus air mata... (PS.
2018:131)
35. Dalam keputusan ini tiba-tiba tebal terasa rindu pada keluargaku,
aku rindu orangtuaku, ibuku, ayahku, adikku, aku rindu mereka.
Bahkan aku benar-benar butuh mereka. Tetapi apa yang terjadi jika
kondisiku kini. Ayah yang benar-benar benci terhadapku, mungkin
akan tambah membenciku, bahkan mungkin dia benar-benar tidak
akan menganggapku. Lalu ibu, yang semua harapan beliau ada
padaku, jika dia melihatku sekarang, entah apa jadinya. Dan
adikku, jika dia tahu dia memiliki seorang kakak yang tidak
berguna ini, entah apa pula reaksinya. Mungkinkah aku menemui
mereka aat detik terakhirku benar-benar habis? Adakah airmata
mengiringi jalang sepertiku menuju penghakiman?. (PS. 2018:132)
36. Malam ini, aku kembali pergi seorang diri. Duduk di taman depan
air mancr. Tempat biasa aku dan Nana menghabiskan waktu dulu.
Entah sudah berapa lama, aku selalu kesini setiap malamnya.
Saking seringnya, aku tak tahu kapan aku memula, untuk selalu
pergi ke taman ini sendirian..... Dulu aku sering debat dengan
Nana, tentang warna aoa yang akan dikeluarkan oleh air mancur
ini. Air mancur ini, dilengkapi dengan efek cahaya berwarna-warni,
yang setiap menitnya, dia akan mengeluarkan warna berbeda-beda.
Setelah 4-5 menit. Air mancur ini akan mengeluarkan semua warna
indah. (PS. 2018:138)
37. Jangan mengatakan kepastian apapun yang kamu sendiri tak
sanggup memastikannya! Nana kembali memotong perkataanku.
Pulanglah ke rumah, temukan Tuhanmu. Minta aaflah kepada
Tuhan. Pulanglah ke rumah orang tuamu, minta maaflah pada
mereka! Jangan bertanya mengapa aku mengatakan hal ini, atau
bagaimana aku tahu tentang hal ini.... (PS. 2018:142)
38. Na, terima kasih telah datang dan menunjukkan jalan pulang.
Terima kasih telah memberi sedikit harapan, di saat semangat yang
ada hampir benar-benar padam!.... (PS. 2018:143)
39. ....Dengan menyebut nama Allah, aku ketuk pintu sembari ucapan
salam. Tak lama aku mengetuk nampak seseorang keluar dari
balik pintu itu. sosok yang jelas sekali aku tahu siapa itu. mataku
duduk di matanya! Tak ada kata yang sempat keluar dari mulutku!
Karena kini, dahi dan hidungku berada sejajar dengan bumu! Tak
menginjaknya dan tak berada di atasnya! Ayahku hanya terdiam.
Tak mampu beranjak dari tempat berdirinya. Air mataku
membasahi kakinya. “Ayah, maafin Bintang! Bintang belum
mampu jadi kepastian yang nyata sesuai harapan Ayah. Maafin
Bintang yang telah buat Ayah malu, karena durhakanya Bintang!
Maafin Bintang Yah, karena telah menjadi aib bagi keluarga ini!
Maafin Bintang Yah! Maafkan Bintang!” Pintaku pada ayah. (PS.
2018:145)
40. Ribuan kata maaf terlontar begitu saja dari mulutku, ayah tetap
diam, dan tak mampu membalas! Diangkatnya tubuhku naik dalam
dekapannya. Dipeluknya tubuhku dalam diamnya! Basah terasa
pundakku, tak tahu apa yang membuatnya basah. “maafkan ayah
juga Nak, maafkan Ayah!” ucapannya dengan penuh lirih. Bergetar
tubuh, hati, serta jiwaku mendengar ayah mengucapkan itu sambil
menangis. (PS. 2018:146)
41. Ibu dan adikku keluar terkejut bukan main melihat aku ada di
rumah dan sedang dalam pelukan ayahku. Ibu menangis terharu
dan dengan tetp diam, dia memeluk adikku yang juga sedang
menangis!.... “Bu, maafin Bintang, jika Bintang dengan sengaja
meredupkan sinar yang telah ibu ttipkan pada Bintang! Maafin
Bintang jika meninggalkan tugas untuk membuat harap menjadi
nyata ini tertunda begitu lama! Maafkan Bintang Bu..” ucapku pada
ibu.... Terima kasih Bu, karena telah sabar menunggu! Terima
kasih Bu, telah memeluk dengan kasih, hati yang hina ini..! terima
kasih Bu, telah mengajarkan Bintang sesuatu yangluar biasa!...
“Maafkan Ibu juga Nak, karena Ibu tak selalu di sisimu! Maafkan
Ibu Nak, tak selalu mampu menghapus air matamu! Maafkan Ibu
Nak, maafkan Ibu sayang” ujar ibu dengan penuh kelembutan. (PS.
2018:147)
42. Tuhan terima kasih telah Engkau paksa aku bermain di dalam cerita
ini! Terima kasih telah Engkau beri aku peran terbaik dalam kisah
ini! Terima kasih Engkau membuat akhir yang penuh dengan
terang, di dalam alur ceritaku yang penuh dengan gelap! Aku yakin
dan sangat percaya, bahwa sebuah peristiwa akan merekam sebuah
jejak, yang akan melahirkan sejarah! Di mana sejarah itu akan
mampu menjawab semua tanya. Sehingga tidak akan lahir lagi
sebuah kekeluruan yang sama! (PS. 2018:147)
Selanjutnya penulis menyajikan latar dalam novel “Penutup Senja” karya
2. Latar
1. “Nah iya itu deh pokoknya. Nah waktu itu pertama kali tuh, gue
denger, nyokap lo ngak nurutin kemauan lo. Biarpun begitu, tapi
ujung-ujungnya dikasih, kan? Besoknya bokap lo langsung beliin
lo sepeda, karena sore sampe malamnya lo teriak-teriak sambil
na...( kembali mulut Rino yang sama sekali susah untuk direm itu,
ditutup sama Andre). (PS. 2018:4)
2. Andre yang mendengarkan Rino berbicara seperti itu, seakan
mendapatkan keajaiban dari sang pencerah itu. Ternyata di dunia
ini, ada orang yang sependapat dengannya. Bahwa apa yang
dialaminya itu sungguh tidak adil dan menyedihkan. Wajahnya
yang tadi tampak bermuram durja, seakan mencari senyumnya
kembali. Bocah itu seakan melihat Rino yang sedang berdiri di
depan kelas, dan menghadap ke arahnya itu, seakan dikelilingi
sinar-sinar. Lalu dari belakang punggungnya keluar dua belah
sayap... (PS. 2018:5)
3. Bang bangun, Nak. Udah siang, udah hampir jam setengah tujuh,
kamu bisa kesiangan kesekolahnya cepat bangun. Ibu berucap.
Aku yang kaget mendengar ucapan Ibu, seketika langsung panik.
Hah? Ibu bilang apa? Jam setengah 7? Kok Ibu bangunin Bintang
udah jam segini sih? Bintang bisa telat pergi kesekolah nih. Aku
panik sembari bergegas mengambil handuk, dan langsung mandi
dengan terburu-buru.( PS. 2018:6)
4. Bu, Ibu tau enggak sih, kalo ini baru jam setengah 6 pagi? Aku
coba klarifikasi ke Ibu. “Iya tau kok..” sambil tersenyum tipis, lalu
beranjak lagi ke dapur. (PS. 2018:7)
5. “Bang, nanti kamu berangkat sekolahnya, sekalian bawain
dagangan Ibu ya Nak, titipin di warung Bude Sri...” Ibu berucap.
“Iya Bu, nanti Bintang bawa.” (PS. 2018:9)
6. Selain menemani ibu dagang, tiap pulang sekolah biasanya aku
membantu ibu membuat es kampel dagangannya untuk dijual esok
harinya. Karena kebetulan ayahku jarang di rumah. Beliau biasanya
sering keluar kota untuk mengurusi usahanya. Jadi akulah yang
menemani ibu, ngurus rumah dan mengasuh adikku. Hari hampir
petang, suasana sore terlihat menabjubkan. Udara dingin
menyembur begitu tajam. (PS. 2018:10)
7. Berbekal kaber yang didapat dari Ibu, bahwa hari ini ialah hari
kepulangan ayah, membuat matanya selalu terjaga. Hatinya
senang bukan kepalang, sehingga lebih malah jadi energi
untuknya tetap terjaga. Tak henti matanya memandangi jam
dinding, walau sebenarnya aku tak yakin tentang jam yang ia
tunggu dan perhatikan itu. Di tengah percakapan denganya, dari
luar rumah terdengar suara mesin bus yang mengantar ayah.
Dengan tak lagi menunggu kepastian, Hary langsung memastikan
sendiri, melompatlah dia dari tempat tidur, dan berlari ke pintu
utama, tuk menyambut kedatangan ayah, yang belum tentu itu dia.
......dengan energi yang tiba-tiba saja pecah seakan tanpa ada
batas, semangatku memuncak, begitu juga Hary. Senang atas
kepulangan ayah, dan juga senang serta berdebar jantung dibuat
kotak besar misterius ini. (PS. 2018:15-17)
8. Ibu selalu bangun sebelum subuh, untuk shalat, memasak,
mengurusi rumah, dan sebagainya. Kebetulan hari ini adalah hari
Minggu. Aku selalu membantu ibu mengurusi rumah. Biasanya aku
kebagian menyapu dan mengepel, aku selalu memulainya dari
ruang tama bagian depan hingga ke teras belakang. (PS. 2018:20)
9. Esok harinya, aku bangun pagi-pagi untuk mengantarkan ibu ke
Rumah Sakit. Setelah sesampainya di Rumah Sakit, ibu menjalani
serangkaian tes dari dokter. Dengan mengambil sampel dahak,
darah, dan lainnya. Dokter memberitahu bahwa ibu positif
mengidap pneumonia. (PS. 2018:26)
10. .....walau sebenarnya hanya pergi ke lapangan bola depan rumah,
yang jaraknya hanya kurang lebih 100m, aku tetap berusaha
menuruti kata ibu. Akhirnya Andre dan Rino, duo sejoli itu segera
datang ke kamarku. Karena aku menolak untuk pergi dengan alasan
yang aku buat agar mereka paham. Lalu mereka kuajak main
playstation di kamar. Tanpa tawar-menawar, Rino langsung
melompat masuk. Ibu yang melihat ada teman-teman di rumah,
langsung membawa makanan dan minuman. Aku paham maksud
ibu, daripada aku yang keluar, lebih baik temanku yang datang.
Jadi ibu berusaha membuat kami betah diam dan bermain di rumah.
Tapi ternyata maksud ayah sama sekali berbeda. Sore hampir
malam, Rino dan Andre pamit diri. Sesaat mereka pulang, ayah
langsung masuk ke kamar dengan murkanya.
...Ibu masuk ke kamar, melihatku yang sedang memunguti pecahan
playstation, ibu langsung membantu membereskannya. Nak, kamu
yang sabar ya sayang, kamu jangan sedih, nanti kalau Ibu punya
uang, ibu belikan lagi, kamu diem aja Nak, kamu yang sabar aja ya
sayang. . (PS. 2018:34-35)
11. Tubuhku bergetar, keringat bercucuran, kamar yang teras gelap.
Saat darah belum mengalir ke kepalaku, kulihat jam menunjukkan
pukul 02.00 pagi. Aku terbangun dari tidurku, dan mengakhiri
mimpiku. Sesuatu yang tak nyata, tapi seolah nyata, begitu
membingungkan. Sudalah pikirku! Toh itu cuma mimpi. (PS.
2018:41)
12. Waktu itu cukup malam untuk dibilang malam. Cukup gelap untuk
meyakinkan kalau itu benar-benar malam! Suara mobil terdengar
di samping kamarku, yang letaknya disebelah garasi. Aku yakin itu
ayah, dan benar ayah. Aku lanjutkan kembali mengajiku, kebiasaan
sederhana yang aku lakukan jika tak bisa tidur. Cukup lama aku
mengaji, sehingga perasaan mengantuk pun datang. Aku
menyudahinya, bersiap tidur dan pergi ke dapur untuk mengambil
segelas air. Mungkin ini kejutan pahala yang aku terima dari
Tuhan. (PS. 2018:45)
13. ...Tidak lama dari setelah aku menelpon, Roni pun datang ke
rumah lewat pintu belakang. Dia mengantarkan paket sabu-sabu
yang aku pesan dengannya tadi. Setelah transaksi selesai, aku
bergegas ke kamarku. (PS. 2018:55)
14. Selesai ngambilin adikku makan, aku dengan gesit masuk ke
kamarku. Semua aktivitas di dalam kamar, aku lakukan dengan
pelan hampir tidak ada suara, dari berpakaian, sampai berdandan.
Kebetulan malam ini malam minggu, jadi aku sudah punya
rencana untuk pergi sama teman-temanku. Di luar ibu
memanggilku, karena pintu kamar aku kunci dari dalam. Jadi ibu
Cuma bisa manggil dari luar, tapi aku sengaja gak jawab. Biar ibu
kira kalau aku di dalam lagi shalat. (PS. 2018:58)
15. Setelah sampai di tempat tongkrongan, ternyata Roni dan teman-
temanku yang lain sudah ada di sana semua.
.....Tapi entah mengapa malam ini aku merasa ada yang
menjanggal hatiku, jantung berdebar tak menentu. Perasaanku
jadi sangat aneh, kegelisaan yang luar biasa benar-benar
mendominasi diriku saat ini. (PS. 2018:59-60)
16. Aku mencoba melihat jam berapa sekarang. Ternyata waktu
menunjukkan pukul 09:41 malam. Tapi dari tadi, ibu gak
menelponku sama sekali. (PS. 2018:61)
17. Aku mengurungkan niatku untuk merokok, lalu aku pergi
mendatangi adik dan ibuku yang sudah tertidur di ruang keluarga.
Aku tidur bersama mereka, tapi hatiku masih saja tidak tenang.
Aku hanya mampu memejamkan mata, tanpa tidur sama sekali.
Tidak tahu sudah berapa lama aku memejamkan mata tanpa bisa
tidur sama sekali. Yang aku sadari saat itu, hanya aku yang sangat
gelisah, terakhir aku membuka mata jam dinding menunjukkan
setengah 12 malam.
18. Jadi malam itu aku memutuskan untuk pergi sendiri meninggalkan
ibu, ayah, dan adikku. Sebelum aku pergi, aku mengatakan kepada
ayahku seperti ini “ Bintang pergi, ini yang terakhir kali Bintang
injakkan kaki di rumah ini. Tapi inget satu hal Yah. Kalo sampai
ibu dan adikku tergores sedikit saja karena Ayah. Demi
Allah,Bintang akan pulang kerumah ini untuk menyeret mayat
siapapun yang berani melukai ibu dan adik Bintang..” ancamanku
untuk ayah.
.....aku memutuskan tuk pergi dan menginap di rumah Agus,
temanku. Tanpa memberi tahu dia apa yang terjadi, karena di antara
teman-temanku, Aguslah yang paling pendiam, tak suka melakukan
hal bodoh dan menghabiskan waktu melakukan sesuatu yang tidak
jelas. Aku merasa, dia adalah orang yang tepat untuk saat ini
menemaniku. (PS. 2018:64-65)
19. ..... Jam 5 pagi aku buru-buru bersiap untuk bertemu ibu. Setelah
pamit dengan Agus, sarapan sedikit. Aku meluncur ke rumah Bude
Sri. Aku bertemu ibu disana. Banyak hal yang ibu utarakan padaku.
Selain yang sudah kalian tahu di wal cerita buku ini. (PS. 2018:66)
20. ....Dalam perjalanan, di bagian atas kapal tersebut, aku duduk
sendiri sambil menikmati kopi dan rokok. Aku termenung berusaha
memahami situasi yang kuhadapi sekarang sembari melihat senja
yang begitu egois. Karena dia memancarkan cahaya kemerahan
yang begitu indah, padahal hati ini begitu hancur, bagaiman
mungkin senja bisa seindah itu di saat seperti ini. (PS. 2018:68)
21. Sesampai di Sekayu, ibu menceritakan semua yang terjadi ke
paman. Ibu menyampaikan niatnya menitipkanku untuk sekolah
disana. Paman dan istrinya menyambut kami dengan hangat,
bersedia mengurusku selama aku tinggal dan sekolah di sana.
...Malamnya, ketika semua sudah tertidur, aku berjalan keluar
rumah. Duduk di teras rumah paman seorang diri. Aku
mengeluarkan rokok dan menyalakannya. Tiap hisap rokok itu,
seperti menjelaskan betapa tidak terimanya aku dengan keadaan
ini. (PS. 2018:69)
22. Keesokan harinya aku dan paman mengantarkan ibu dan adikku ke
pelabuhan. Ada rasa sesak di dada, ada rasa pilu di kalbu. Tapi aku
coba untuk kuat, aku coba untuk tegar, dan aku coba untuk
bertahan dengan kondisi ini. (PS. 2018:71)
23. Sesampainya di rumah, paman langsung pergi, dia bilang ada
beberapa urusan yang harus diurunya. Tante sedang sibuk
mengurus warung, yang selalu ramai pengunjung. Paman memang
mempunyai sebuah warung, sebagai usaha sampingan. Jadi rumah
tampak sepi, sesepi pandanganku ke dalam diri. (PS. 2018:74)
24. “Bintang, Tante diemin adik kamu dulu, kamu tolong Tante jaga
warung sebentar ya, gak ama kok.” Pinta Tante.
“Oh iya, Tante.” Jawabku. Lalu saat tante pergi. Datang seorang
pembeli yang wajahnya sama sekali tidak asing, aku sering melihat
dia memang suka nongkrong di warung tante sama teman-
temannya, anak komplek sini juga. “ Permisi, ban.” Sapa sembari
memerhatikan siapa yang sedang menjaga warung langganannya
itu. (PS. 2018:80)
25. Lalu malam harinya, aku menepati janji ke Anton. Kira-kira pukul
20.00 malam, aku bersiap memberanikan diri dengan segudang
rasa malu untuk bertemu Anton dan teman-temannya. Tapi aku
berusaha menahan semua itu, demi mempunyai teman. Jujur
awalnya aku memang orang yang sulit berbaur, karena malu, entah
apa yang membuat aku malu, aku juga tidak mengerti. Lalu aku
berpamitan ke Paman dan Tanteku untuk izin main keluar. Paman
dan Tanteku hanya berpesan hati-hati, dan tidak lupa juga aku
berpamitan dengan 2 sahabat lamaku, Nathan dan Gicin. Dua ekor
ikan mas koki yang bontet itu. sesampainya di depan warung
tempat biasa Anton nongkrong bersama teman-temannya, ia
langsung menyapaku. (PS. 2018:83)
26. Bertopang kursi kayu yang reot, aku duduk di depan jendela di
samping Nathan dan Gicin. Aku duduk termenung di penghujung
malam, melakukan kegiatan favoritku, mengutuk hidup yang bodoh
ini dan bertarung dengan diri sendiri. (PS. 2018:90)
27. ....Siang disini terasa sangat panas membakar kulit, membuat mata
berkaca-kaca menahan perihnya terbakar matahari. Sore dan
malamnya pun sama, sekitar pukul 07-10 malam, udara masih
terasa panas bercampur dingin tak menentu rasanya! (PS. 2018:91)
28. Tak ku sangka ternyata keberkahan hujan itu juga datang padaku.
Rustiana atau Nana anak pindahan itu ternyata menunggu di halte
yang sama denganku. Dia tampak lari dari gerbang sekolah ke
arah halte tempatku menunggu. Dengan sweaternya dijadikan
tudung untuk menutupi kepalanya dari hujan. Langkah lari kecil itu
menghantarkan dia ketempat tujuannya. Aku hanya terdiam seolah
acuh karena malu. Padahal dari tadi aku memerhatikannyaa. (PS.
2018:102).
29. Malam ini aku telah berjanji untuk pergi bersama Nana. Malam
ini aku pastikan adalah malam terakhirku bersamanya. Esok atau
lusa, aku tidak akan lagi menemuinya! Hanya malam ini, cukup
malam ini saja! (PS. 2018:113)
30. Malam ini, aku kembali pergi seorang diri. Duduk di taman depan
air mancur. Tempat biasa aku dan Nana menghabiskan waktu
dulu. Entah sudah berapa lama, aku selalu kesini setiap
malamnya. Saking seringnya, aku tak tahu kapan aku memula,
untuk selalu pergi ke taman ini sendirian..... Dulu aku sering debat
dengan Nana, tentang warna aoa yang akan dikeluarkan oleh air
mancur ini. Air mancur ini, dilengkapi dengan efek cahaya
berwarna-warni, yang setiap menitnya, dia akan mengeluarkan
warna berbeda-beda. Setelah 4-5 menit. Air mancur ini akan
mengeluarkan semua warna indah. (PS. 2018:138)
31. ....Dengan menyebut nama Allah, aku ketuk pintu sembari ucapan
salam. Tak lama aku mengetuk nampak seseorang keluar dari
balik pintu itu. sosok yang jelas sekali aku tahu siapa itu. mataku
duduk di matanya! Tak ada kata yang sempat keluar dari mulutku!
Karena kini, dahi dan hidungku berada sejajar dengan bumu! Tak
menginjaknya dan tak berada di atasnya! Ayahku hanya terdiam.
Tak mampu beranjak dari tempat berdirinya. Air mataku
membasahi kakinya. “Ayah, maafin Bintang! Bintang belum
mampu jadi kepastian yang nyata sesuai harapan Ayah. Maafin
Bintang yang telah buat Ayah malu, karena durhakanya Bintang!
Maafin Bintang Yah, karena telah menjadi aib bagi keluarga ini!
Maafin Bintang Yah! Maafkan Bintang!” Pintaku pada ayah. (PS.
2018:145)
32. Ribuan kata maaf terlontar begitu saja dari mulutku, ayah tetp
diam, dan tak mampu membalas! Diangkatnya tubuhku naik dalam
dekapannya. Dipeluknya tubuhku dalam diamnya! Basah terasa
pundakku, tak tahu apa yang membuatnya basah. “maafkan ayah
juga Nak, maafkan Ayah!” ucapannya dengan penuh lirih.
Bergetar tubuh, hati, serta jiwaku mendengar ayah mengucapkan
itu sambil menangis. (PS. 2018:146)
33. Ibu dan adikku keluar terkejut bukan main melihat aku ada di
rumah dan sedang dalam pelukan ayahku. Ibu menangis terharu
dan dengan tetp diam, dia memeluk adikku yang juga sedang
menangis!.... “Bu, maafin Bintang, jika Bintang dengan sengaja
meredupkan sinar yang telah ibu ttipkan pada Bintang! Maafin
Bintang jika meninggalkan tugas untuk membuat harap menjadi
nyata ini tertunda begitu lama! Maafkan Bintang Bu..” ucapku
pada ibu.... Terima kasih Bu, karena telah sabar menunggu! Terima
kasih Bu, telah memeluk dengan kasih, hati yang hina ini..! terima
kasih Bu, telah mengajarkan Bintang sesuatu yangluar biasa!...
“Maafkan Ibu juga Nak, karena Ibu tak selalu di sisimu! Maafkan
Ibu Nak, tak selalu mampu menghapus air matamu! Maafkan Ibu
Nak, maafkan Ibu sayang” ujar ibu dengan penuh kelembutan.
B. Klasifikasi Data
1. Alur
a. Tahap Ekposisi
b. Tahap Komplikasi
(Data 3).
(Data 5).
Tapi entah mengapa, aku tak mengerti kenapa. Akhir-akhir ini aku
sering melihat ayah ibu bertengkar..
Selain bertengkar, ayah kini memang sering sekali berbicara dengan
nada tinggi dan kasar. Alhasil mengapa adikku tampak takut sekali
kepada ayah.
3. Menyatakan ayah sedang membentak ibu karena masakannya (Data 6)
“Kamu bisa masak gak sih? Buang nih, ganti sama yang baru, goblok
banget, dari dulu masak gak bisa-bisa!” hardik Ayah ke Ibu.
Terdengar dari belakang, teriakan ayah memarahi ibu, itu adalah hal
yang sangat amat biasa di rumah kami beberapa waktu belakangan
ini.
4. Menyatakan Kebiasaan ayah yang tidak pernah berbahasa pelan dan
Lembut (Data 9)
“Kamu tuh, coba sih kalau batuk ditahan, jangan ahak uhuk ahak
uhuk, berisik tau gak. Coba minum air putih sana, ini enggak, udah
kayak orang mau mati, sakit biasa aja kamu kayak gitu. Tahan
sedikitlah, berisik, gimana orang mau tidur sih, suami mau istirahat
malah dengerin kayak gitu!” ayah menghardik ibu.
5. Menyatakan Bintang di marahi oleh ayahnya (Data 11)
“Ini yang buat teman-teman kamu main dan berisik di rumah, nih
makan nih, ajak lagi teman kamu ke sini (sembari membanting
playstationku ke lantai), kamu gak ada otaknya Bintang. Kerja kamu
tiap hari Cuma main aja, ngumpulin teman-teman kamu buat main
dirumah. Kamu tahu berisik gak sih, kamu sih emang asli gak ada
otaknya kaya ibu kamu, Bintang! Kamu pikir rumah ini taman
bermain haaa!” hardik Ayah.
6. Menyatakan Ayah yang lagi-lagi memarahi ibu (Data 14)
“Kalau kamu sudah gak tahan, kamu boleh pergi, kita cerai, bawa
anak-anak kamu, kamu jadi janda juga nanti janda kaya, gak
masalahkan, udah pergi sana, jangan Cuma ngoceh doang! Kamu
nuduh suamimu selingkuh, padahal kamu tahu saya kerja banting
tulang buat menuhi perut kamu, kamu malah ngoceh gak jelas,
monyet kamu!!!” ayah pergi keluar dan meninggalkan ibu yang
menangis
c. Tahap Klimaks
Saat ayahku berhasil masuk karena pintu sudah dibuka, ayah tiba-
tiba langsung menampar ibu sampai ibu terjatuh. Aku spontan
langsung berdiri berterik. “Ayaaahh cukup Yah..” teriakku.
Menyatakan Ayah yang menggertak Bintang dan menamparnya (Data
17)
“kamu mau apa monyet, kamu mau bela ibumu? Kamu mau kurang
ajar sama Ayah haaa?” gertak ayah. Kamu udah berani sama Ayah...
Lalu ayah menamparku dengan sangat kuat untuk kedua kalinya. “Ayo
lawan Ayah kalo kamu bisa, mau ayah goreg kuping kamu malam ini
haaaa, anak kurang ajar kamu, kamu sama seperti ibumu yang sialan
ini...” tantang ayah
Menyatakan Bintang yang menikam ayahnya sendiri hanya untuk
Ibu dan adikku keluar terkejut bukan main melihat aku ada di rumah
dan sedang dalam pelukan ayahku. Ibu menangis terharu dan dengan
tetp diam, dia memeluk adikku yang juga sedang menangis!.... “Bu,
maafin Bintang, jika Bintang dengan sengaja meredupkan sinar yang
telah ibu ttipkan pada Bintang! Maafin Bintang jika meninggalkan
tugas untuk membuat harap menjadi nyata ini tertunda begitu lama!
Maafkan Bintang Bu..” ucapku pada ibu.... Terima kasih Bu, karena
telah sabar menunggu! Terima kasih Bu, telah memeluk dengan kasih,
hati yang hina ini..! terima kasih Bu, telah mengajarkan Bintang
sesuatu yangluar biasa!... “Maafkan Ibu juga Nak, karena Ibu tak
selalu di sisimu! Maafkan Ibu Nak, tak selalu mampu menghapus air
matamu! Maafkan Ibu Nak, maafkan Ibu sayang” ujar ibu dengan
penuh kelembutan.
2. Latar
a. Latar tempat
Di Tongkrongan menyatakan tempat Bintang dan teman-temannya
(Data 17).
18)
19)
28)
Malam ini, aku kembali pergi seorang diri. Duduk di taman depan
air mancr. Tempat biasa aku dan Nana menghabiskan waktu dulu.
Entah sudah berapa lama, aku selalu kesini setiap malamnya.
Saking seringnya, aku tak tahu kapan aku memula, untuk selalu
pergi ke taman ini sendirian....
b. Latar waktu
( Data 8 )
Bu, Ibu tau enggak sih, kalo ini baru jam setengah 6 pagi?
( Data 9 )
Esok harinya, aku bangun pagi-pagi untuk mengantarkan ibu ke
Rumah Sakit. Setelah sesampainya di Rumah Sakit, ibu menjalani
serangkaian tes dari dokter.
(Data 19)
..... Jam 5 pagi aku buru-buru bersiap untuk bertemu ibu. Setelah
pamit dengan Agus, sarapan sedikit. Aku meluncur ke rumah Bude
Sri. Aku bertemu ibu disana. Banyak hal yang ibu utarakan padaku.
Selain yang sudah kalian tahu di wal cerita buku ini.
2. Menyatakan sore hari
(Data 6)
Hari hampir petang, suasana sore terlihat menabjubkan. Udara
dingin menyembur begitu tajam.
3. Menyatakan malam hari
(Data 10)
Sore hampir malam, Rino dan Andre pamit diri. Sesaat mereka
pulang, ayah langsung masuk ke kamar dengan murkanya.
( Data 12 )
Waktu itu cukup malam untuk dibilang malam. Cukup gelap untuk
meyakinkan kalau itu benar-benar malam! Suara mobil terdengar di
samping kamarku, yang letaknya disebelah garasi.
( Data 14 )
Kebetulan malam ini malam minggu, jadi aku sudah punya rencana
untuk pergi sama teman-temanku. Di luar ibu memanggilku, karena
pintu kamar aku kunci dari dalam. Jadi ibu Cuma bisa manggil dari
luar, tapi aku sengaja gak jawab. Biar ibu kira kalau aku di dalam
lagi shalat.
( Data 18 )
Jadi malam itu aku memutuskan untuk pergi sendiri meninggalkan
ibu, ayah, dan adikku. Sebelum aku pergi, aku mengatakan kepada
ayahku seperti ini “ Bintang pergi, ini yang terakhir kali Bintang
injakkan kaki di rumah ini. Tapi inget satu hal Yah. Kalo sampai
ibu dan adikku tergores sedikit saja karena Ayah. Demi
Allah,Bintang akan pulang kerumah ini untuk menyeret mayat
siapapun yang berani melukai ibu dan adik Bintang..” ancamanku
untuk ayah.
(Data 29)
Malam ini aku telah berjanji untuk pergi bersama Nana. Malam
ini aku pastikan adalah malam terakhirku bersamanya. Esok atau
lusa, aku tidak akan lagi menemuinya! Hanya malam ini, cukup
malam ini saja
4. Menyatakan saat subuh
(Data 8)
Ibu selalu bangun sebelum subuh, untuk shalat, memasak,
mengurusi rumah, dan sebagainya. Kebetulan hari ini adalah hari
Minggu.
c. Latar suasana
(Data 31)
(Data 32)
(Data 33)
Ibu menangis terharu dan dengan tetp diam, dia memeluk adikku
yang juga sedang menangis!.... “Bu, maafin Bintang, jika Bintang
dengan sengaja meredupkan sinar yang telah ibu ttipkan pada
Bintang! Maafin Bintang jika meninggalkan tugas untuk membuat
harap menjadi nyata ini tertunda begitu lama! Maafkan Bintang
Bu..”
3. Menyatakan menyenangkan
(Data 7)
C. PEMBAHASAN
1. Alur
yang digunakan adalah alur maju mundur, karena menceritakan hal-hal yang
sudah lampau dan kembali lagi membahas hal yang baru dan berlanjut.
a. Tahapan eksposisi
pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap
Berikut ini merupakan tahap awal dalam novel Penutup Senja karya
merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan
berikutnya.
Tahap komplikasi dalam novel Penutup Senja karya Army Yandho M ialah
tahapan kejadian atau peristiwa yang di alami oleh para tokoh di dalam
novel. Kejadian dan konflik yang di alami oleh tokoh Bintang dan
Dari kutipan di atas kemudian dijelaskan bahwa Bintang melihat ayah dan
Yandho M terjadi ketika Ayah yang baru saja pulang dari tempat kerja dan
ibu yang langsung menuduh ayah yang tidak benar tentang pesan dari
seorang perempuan yang masuk di telepon ayah. Dan ayah yang lagi-lagi
memarahi ibu dengan suara yang sangat kasar. Hal ini dapat dilihat pada
“Kalau kamu sudah gak tahan, kamu boleh pergi, kita cerai,
bawa anak-anak kamu, kamu jadi janda juga nanti janda
kaya, gak masalahkan, udah pergi sana, jangan Cuma ngoceh
doang! Kamu nuduh suamimu selingkuh, padahal kamu tahu
saya kerja banting tulang buat menuhi perut kamu, kamu
malah ngoceh gak jelas, monyet kamu!!!” ayah pergi keluar
dan meninggalkan ibu yang menangis. (PS. 2018:45)
c. Tahapan Klimaks
sebuah cerita akan dialami oleh tokoh utama yang berperan sebagai pelaku
mungkin saja memiliki lebih satu klimaks. Dalam novel Penutup Senja
karya Army Yandho M. Tahap klimaks terjadi pada saat Ayah menampar
ibu ketika baru pulang kerja dan dengan spontan Bintang yang tidak bisa
d. Tahapan resolusi
daerah, dan ketika Bintang sudah menyelesaikan sekolahnya di sana dia pun
kembali untuk meminta maaf kepada kedua orang tuanya atas apa yang dia
berterima kasih kepada ibunya yang sudah setia menunggu Bintang dan
sabar dalam mendidik Bintang. Hal ini bisa dilihat pada pernyataan berikut:
Ibu dan adikku keluar terkejut bukan main melihat aku ada di
rumah dan sedang dalam pelukan ayahku. Ibu menangis
terharu dan dengan tetp diam, dia memeluk adikku yang juga
sedang menangis!.... “Bu, maafin Bintang, jika Bintang
dengan sengaja meredupkan sinar yang telah ibu ttipkan pada
Bintang! Maafin Bintang jika meninggalkan tugas untuk
membuat harap menjadi nyata ini tertunda begitu lama!
Maafkan Bintang Bu..” ucapku pada ibu.... Terima kasih Bu,
karena telah sabar menunggu! Terima kasih Bu, telah
memeluk dengan kasih, hati yang hina ini..! terima kasih Bu,
telah mengajarkan Bintang sesuatu yangluar biasa!...
“Maafkan Ibu juga Nak, karena Ibu tak selalu di sisimu!
Maafkan Ibu Nak, tak selalu mampu menghapus air matamu!
Maafkan Ibu Nak, maafkan Ibu sayang” ujar ibu dengan
penuh kelembutan. (PS. 2018:146)
2. Latar
Setelah penulis meneliti latar dalam novel Penutup Senja karya Army
sebagai berikut:
1. Latar Tempat
Latar merupakan tempat dimana cerita itu terjadi. Latar dalam novel
Penutup Senja karya Army Yandho M salah sati fiksi yang berlatar daerah
karya Army Yandho M penulis menemukan beberapa latar tempat yang ada
Latar tempat yang penulis temukan dalam novel Penutup Senja adalah di
b. Di ruang keluarga
Latar tempat yang penulis temukan dalam novel Penutup Senja adalah di
ruang keluarga dimana pada saat itu ibu dan adiknya sedang tidur di ruang
Latar tempat yang penulis temukan dalam novel Penutup Senja adalah di
Latar tempat yang penulis temukan dalam novel Penutup Senja adalah di
rumah Bude Sri dimana ibu yang sedang menunggu Bintang di sana janjian
Latar tempat yang penulis temukan dalam novel Penutup Senja adalah di
Latar tempat yang penulis temukan dalam novel Penutup Senja adalah di
Latar tempat yang penulis temukan dalam novel Penutup Senja adalah di
Halte ditempat ini Bintang pertama kalinya bertemu langsung dengan Nana.
kutikan berikut:
Pada saat itu juga ibu dan adik terharu melihat Bintang dan ayahnya
Ibu dan adikku keluar terkejut bukan main melihat aku ada di
rumah dan sedang dalam pelukan ayahku. Ibu menangis terharu
dan dengan tetp diam, dia memeluk adikku yang juga sedang
menangis!.... “Bu, maafin Bintang, jika Bintang dengan sengaja
meredupkan sinar yang telah ibu ttipkan pada Bintang! Maafin
Bintang jika meninggalkan tugas untuk membuat harap menjadi
nyata ini tertunda begitu lama! Maafkan Bintang Bu..” ucapku
pada ibu.... Terima kasih Bu, karena telah sabar menunggu!
Terima kasih Bu, telah memeluk dengan kasih, hati yang hina
ini..! terima kasih Bu, telah mengajarkan Bintang sesuatu yang
luar biasa!... (PS. 2018:146)
b. Menyenangkan
Setelah penulis mengkaji novel Penutup Senja karya Army Yandho M
yang baru saja pulang dari luar kota membawakan sebuah mainan yang
berikut:
Berbekal kaber yang didapat dari Ibu, bahwa hari ini ialah hari
kepulangan ayah, membuat matanya selalu terjaga. Hatinya
senang bukan kepalang, sehingga lebih malah jadi energi
untuknya tetap terjaga. Tak henti matanya memandangi jam
dinding, walau sebenarnya aku tak yakin tentang jam yang ia
tunggu dan perhatikan itu. Di tengah percakapan denganya,
dari luar rumah terdengar suara mesin bus yang mengantar
ayah. Dengan tak lagi menunggu kepastian, Hary langsung
memastikan sendiri, melompatlah dia dari tempat tidur, dan
berlari ke pintu utama, tuk menyambut kedatangan ayah, yang
belum tentu itu dia.
......dengan energi yang tiba-tiba saja pecah seakan tanpa ada
batas, semangatku memuncak, begitu juga Hary. Senang atas
kepulangan ayah, dan juga senang serta berdebar jantung
dibuat kotak besar misterius ini. (PS. 2018:15-17)
Hal lain yang membuat Bintang merasa sangat senang ketika dia
a. Pagi
Latar waktu yang pertama penulis temukan dalam novel ini adalah pada
Latar waktu yang berikutnya adalah pada sore hari ketika Bintang
Latar yang berikutnya ketika malam hari dimana Bintang dimarahi oleh
kutipan berikut:
Latar berikutnya pada malam hari ketika Bintang yang sedang mengaji
mendengar ayahnya yang baru pulang kerja, seperti pada kutipan berikut:
berikut:
Jadi malam itu aku memutuskan untuk pergi sendiri
meninggalkan ibu, ayah, dan adikku. Sebelum aku pergi, aku
mengatakan kepada ayahku seperti ini “ Bintang pergi, ini yang
terakhir kali Bintang injakkan kaki di rumah ini. Tapi inget satu
hal Yah. Kalo sampai ibu dan adikku tergores sedikit saja karena
Ayah. Demi Allah,Bintang akan pulang kerumah ini untuk
menyeret mayat siapapun yang berani melukai ibu dan adik
Bintang..” ancamanku untuk ayah.
.....aku memutuskan tuk pergi dan menginap di rumah Agus,
temanku. Tanpa memberi tahu dia apa yang terjadi, karena di
antara teman-temanku, Aguslah yang paling pendiam, tak suka
melakukan hal bodoh dan menghabiskan waktu melakukan
sesuatu yang tidak jelas. Aku merasa, dia adalah orang yang
tepat untuk saat ini menemaniku. (PS. 2018:64-65)
Selanjutnya masih malam hari dimana Bintang dan Nana bertemu untuk
Malam ini aku telah berjanji untuk pergi bersama Nana. Malam
ini aku pastikan adalah malam terakhirku bersamanya. Esok
atau lusa, aku tidak akan lagi menemuinya! Hanya malam ini,
cukup malam ini saja! (PS. 2018:113)
d. Subuh
Latar berikutnya penulis temukan pada saat Bintang yang terbangun dan
PENUTUP
A. Kesimpulan
datang setelah itu kembali ke waktu lampau lagi dan seterusnya. Di mana
pada bagian awal novel dimulai dari klimaks, kemudian muncul konflik,
Penutup Senja adalah latar tempat, latar waktu dan latar suasana. Latar
rumah Agus, rumah Bude Sri, Sekayu, Warung, dan Halte. Latar waktu
dalam novel ini adalah pada pagi hari, sore hari, malam dan subuh.
Sedangkan latar suasana yang terdapat dalam novel ini adalah suasana
Di dalam novel Penutup Senja penulis hanya menganalisis Alur dan Latar.
Dimana Alur adalah jalan cerita berupa peristiwa-peristiwa yang disusun satu per
satu dan saling berkaitan menurut hukum sebab akibat dari awal sampai akhir
cerita. Sedangkan Latar adalah untuk memperjelas peristiwa dalam cerita agar
B. Saran
menganalisis aspek alur dan latar sebagai bagian dari karya sastra. Untuk itu
dari novel Penutup Senja karya Army Yandho M agar penelitian dalam bidang
DAFTAR PUSTAKA
Allo Mayung, Kristina, (2014). Alur dan Latar dalam Novel “ Tahun-tahun
Bahagia” karya Laura Ingalls Wilder. (Skripsi tidak dipublikasikan) UKI
Toraja.
Gasong. 2012. Teori Sastra dan Kajian Prosa Fiksi. Yogyakarta : Penerbit
Gunung Sopai.
Kondolele, Lia (2013). Alur dan Latar dalam Novel “The Crying Tree” karya
Naseem Rakha. (Skripsi tidak dipublikasikan) UKI Toraja.
Mambela, Nona, (2014). Alur novel “Kepingan Terpendam” karya Indarparti
Ayaran. (Skripsi tidak dipublikasikan) UKI Toraja.
Palete, Gunawan Kondo, (2019). Alur dan Latar dalam Novel “Tenggelamnya
Kapal Vander Wicjk” (Tinjauan Obejektif). (Skripsi tidak dipublikasikan)
UKI Toraja.