Anda di halaman 1dari 39

TINJAUAN NOVEL KISAH CINTA GAJAH MADA KARYA GESTA BAYUADHY

DILIHAT DARI STRUKTUR , UNSUR INTRINSIK, UNSUR EKSTRINSIK, UNSUR


KEBAHASAAN, SUDUT PANDANG, NILAI – NILAI, DAN TEKS EKSPLANANSI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3


Nama kelompok :
 Vivin Nopiana
 Riska Rahmawati
 Widya Harum Pratiwi
 Nur Lestari
 Desi Melinia
 Destya Nansyah PN
 Andre Arvendo

KELAS : XII MIPA 5

MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA

GURU PEMBIMBING : Yulinayati, S. Pd

SMA NEGERI 19 PALEMBANG


TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017
Kata pengantar

Puji syukur kehadiran allah swt, atar limpahan rahmat dan karunia-nya,
sehingga penulis dapat melenyelesaikan makala bahasa Indonesia dengan judul : Asal
Usul Gajah Mada Karya Gesta

makalah ini ditunjukkan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran
bahasa Indonesia. Selain itu, yang melatarbelakangi pembuatan makalah ini adalah
untuk meningkatkan kegemaran membaca bagi siswa terutama bacaan mengenai
sejarah novel, yang saat ini sepertinya kurang diminati oleh kalangan
pelajar,khususnya remaja.

Terima kasih penulis ucapkan kepada ibu yulinayati, M.Pd selaku guru
pemimbing dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 19 Palembang dan
tak lupa juga penulis ucapankan terima kasih kasih kepada teman-teman yang telah
memberi dukungan berupa moral dan materi sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kesempurnaannya dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin
Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Sastra indonesia, adalah sebuah istilah yang meligkupi berbagai macam karya
sastra di Asia tenggara. Istilah “Indonesia” sendiri mempunyai ari yang saling
melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah politik di wilayah
tersebut.
Sastra indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang di buat di wilayah
kepulauan Indonesia . Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa
akarnya berdasarkan bahasa Melayu (dimana bahasa Indonesia adalah satu
turunannya). Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan
sebagai sastra yang di buat di wilayah Melayu (Selain Indonesia, terdapat juga
beberapa negara berbahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei ), demikian pula
bangsa Melayu yang tinggal di Singapur.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana struktur , unsur intrinsik, unsur ekstrinsik, unsur kebahasaan, sudut
pandang, nilai-nlai dalam sastra, dan teks ekplanansi dari buku sejarah Asal Usul
Gajah Mada karya

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulis makalah ini adalah untuk mendeskripsikan struktur, unsur
instrinsik, unsur ekstrinsik, unsur kebahasaan , sudut pandang, nilai- nilai dalam
sastra, dam teks ekplanansi dari buku sejarah Asal Usul Gajah Mada karya

1.4 Metode
Metode yang digunakan dalam penulisan pada makalah ini yang menggunakan
metode studi pustaka yaitu membaca litelatur-litelatur sebagai bahan
mengumpulka informasi yang dibutuhkan dalam mencari referensi yang
berhubungan dengan penulisan makalah yang dilakukan.

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pendahuluan

Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta


‘Sastra’, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata
dasar ‘Sas’ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang berarti “alat” atau
“sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada
“kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.

Yang agak bias adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra
lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih
mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan
adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan
sastra.

Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis
atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan,
tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau
pemikiran tertentu.

Sastra dibagi menjadi 2 yaitu Prosa dan Puisi, Prosa adalah karya sastra yang
tidak terikat sedangkan Puisi adalah karya sastra yang terikat dengan kaidah dan
aturan tertentu. Contoh karya Sastra Puisi yaitu Puisi, Pantun, dan Syair sedangkan
contoh karya sastra Prosa yaitu Novel, Cerita/Cerpen, dan Drama.

Pengertian Sastra Menurut Para Ahli


1.Mursal Esten (1978 : 9)
Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan
imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia. (dan masyarakat) melalui bahasa
sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia
(kemanusiaan).

2. Semi (1988 : 8 )
Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya
adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya

3.Panuti Sudjiman (1986 : 68)


Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan
seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapanya.

Sejarah adalah text yang didalamnya menjelaskan dan menceritakan tentang


kejadian fakta masa lalu yang menjadi asal-muasal atau latar belakang terjadinya
sesuatu yang memiliki nilai kesejarahan baik naratif maupun deskriptif.
Sedangkan menurut para ahli, pengertian sejarah adalah sebagai berikut.
1. Aristoteles
Sejarah adalah satu sistem yang meneliti satu kejadian sejak awal dan tersusun
dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga sejarah adalah
peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod, atau bukti-bukti
yang konkret.

2. J.V. Bryce
Sejarah adalah catatan dari aa yang telah dipikirkan, dikatakan, dan diperbuat
oleh manusia.

3. W.J.S. Poerwodarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia


Sejarah mengandung 3 pengertian, yaitu:
1. Kesusasteraan lama, silsilah, dan asal-usul
2. Kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau
3. Ilmu pengetahuan

4. Moh. Hatta
Sejarah bukan sekadar melahirkan ceritera dari kejadian masa lalu sebagai
masalah. Sejarah tidak sekedar kejadian masa lampau, tetapi pemahaman masa
lampau yang di dalamnya mengandung berbagai dinamika, mungkin berisi
problematika pelajaran bagi manusia berikutnya.

2.2 Struktur Sejarah


Struktur adalah sebuah rangkaian cerita karya sastra. Struktur suatu sejarah adalah
sebagai berkut.
1. Orientasi
Orientasi yaitu tahapan atau struktur paling pertama disampaikan dalam
pembuatan teks cerita sejarah. Isi pada bagian struktur ini yaitu tahapan pembukaan
cerita sejarah dan sedikit menyinggung ke tema sejarah yang akan dibahas.

2. Urutan Peristiwa
Pada urutan struktur ini berisikan tahapan urutan peristiwa yang berdasarkan
dengan sumber seperti rekaman peristiwa yang berurutan dari waktu pertama
terjadinya peristiwa sejarah tersebut. Jadi pada tahap struktur ini harus benar-benar
hati-hati, karena pada tahap ini inti dari sejarah tersebut diceritakan.

3. Reorientasi
Reorientasi merupakan tahapan yang berisikan pendapat atau pilihan yang
sifatnya pribadi dari penulis, biasanya bersifat komentar terhadap sejarah yang sudah
ditulis. Jadi pada urutan struktur ini penulis bisa menulis apa saja yang besifat
komentar dan bisa juga ajakan atau sebagainya yang masih berhubungan dengan
cerita sejarah tersebut.

2.3 unsur intrinsik dan ektrinsik


2.3.1 unsur intrinsik
unsur intrinsik merupakan unsur pembangun karya sastra yang berasal dari dalam
karya iu sendiri yang terdiri dari

Unsur-unsur dalam Karya Sastra

Ada dua unsur utama dalam karya sastra, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur
ekstrinsik berupa segala sesuatu yang menginspirasi penulisan karya sastra dan
mempengaruhi karya sastra secara keseluruhan. Unsur ekstrinsik ini meliputi: latar
belakang kehidupan penulis, keyakinan dan pandangan hidup penulis, adat istiadat
yang berlaku pada saat itu, situasi politik (persoalan sejarah), ekonomi, dsb.
Sementara unsur intrinsik terdiri atas:

a.Tema
Tema merupakan ide pokok atau permasalahan utama yang mendasari jalan cerita
novel (Drs. Rustamaji.M pd. Agus priantoro. S.pd)

b.Karakter/perwatakan
Tokoh dalam cerita. Karakter dapat berupa manusia, tumbuhan maupun benda
Karekter dapat dibagi menjadi:

 Karakter utama: tokoh yang membawakan tema dan memegang banyak


peranan dalam cerita
 Karakter pembantu: tokoh yang mendampingi karakter utama

 Protagonis : karakter/tokoh yang mengangkat tema


 Antagonis : karakter/tokoh yang memberi konflik pada tema dan biasanya
berlawanan dengan karakter protagonis. (Ingat, tokoh antagonis belum tentu
jahat)

 Karakter statis (Flat/static character) : karakter yang tidak mengalami


perubahan kepribadian atau cara pandang dari awal sampai akhir cerita.
 Karakter dinamis (Round/ dynamic character): karakter yang mengalami
perubahan kepribadian dan cara pandang. Karakter ini biasanya dibuat semirip
mungkin dengan manusia sesungguhnya, terdiri atas sifat dan kepribadian
yang kompleks.

Catatan: karakter pembantu biasanya adalah karakter statis karena tidak digambarkan
secara detail oleh penulis sehingga perubahan kepribadian dan cara pandangnya tidak
pernah terlihat secara jelas.

Karakterisasi :
Cara penulis menggambarkan karakter. Ada banyak cara untuk menggali
penggambaran karakter, secara garis besar karakterisasi ditinjau melalui dua cara
yaitu secara naratif dan dramatik. Teknik naratif berarti karakterisasi dari tokoh
dituliskan langsung oleh penulis atau narator. Teknik dramatik dipakai ketika
karakterisasi tokoh terlihat dari antara lain: penampilan fisik karakter, cara
berpakaian, kata-kata yang diucapkannya, dialognya dengan karakter lain, pendapat
karakter lain, dsb.

c. Konflik
Konflik adalah pergumulan yang dialami oleh karakter dalam cerita dan . Konflik ini
merupakan inti dari sebuah karya sastra yang pada akhirnya membentuk plot. Ada
empat macam konflik, yang dibagi dalam dua garis besar:

1.Konflik internal
Individu-diri sendiri: Konflik ini tidak melibatkan orang lain, konflik ini ditandai
dengan gejolak yang timbul dalam diri sendiri mengenai beberapa hal seperti nilai-
nilai. Kekuatan karakter akan terlihat dalam usahanya menghadapi gejolak tersebut

2.Konflik eksternal
Individu – Individu: konflik yang dialami seseorang dengan orang lain
Individu – alam: Konflik yang dialami individu dengan alam. Konflik ini
menggambarkan perjuangan individu dalam usahanya untuk mempertahankan diri
dalam kebesaran alam.
Individu- Lingkungan/ masyarakat : Konflik yang dialami individu dengan
masyarakat atau lingkungan hidupnya.

d. amanat
yaitu pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Pesan dalam karya sastra
bisa berupa kritik. Harapan, asal, dan sebagainya, Amanat menurut Amanat menurut
Siswandarti (2009: 44) adalah pesan-pesan yang ingin disampaikan pengarang
melalui cerita, baik tersurat maupun tersirat. Amanat terdiri atas 4 macam, yakni
amanat tersurat ( diceritakan langsung oleh penulis), amanat tersirat ( dapat
disimpulkan sendiri oleh pembaca ), amanat terseret (merupakan terpengaruhnya
emosi pembaca), dan amanat tersorot ( berupa peniruan perilaku tokoh oleh
pembaca).

e. setting / latar
Setting merupakan latar belakang yang membantu kejelasan jalan cerita setting
ini meliputi waktu, tempat, sosial budaya ( Drs, rustamaji, M.Pd, agus priantoro,S.Pd)

1.latar tempat
Latar tempat adalah suatu unsur latar yang mengarah pada lokasi dan menjelaskan
dimana peristiwa itu terjadi. Bila latar tersebut termasuk latar tipikal, akan disebutkan
nama dari tempat tersebut. Bisa berupa nama terang seperti Yogyakarta, Jakarta,
Madiun, atau nama inisial seperti, Y, J, M.

2. Latar Waktu
Latar waktu merupakan unsur latar yang mengarah pada kapan terjadinya suatu
peristiwa-peristiwa waktu dalam hitungan detik, menit, jam, hari, bulan, tahun, dan
lain sebagainya. Memahami latar waktu harus di dalam sebuahcerita fiksi
(Nurgiyantoro: 2009: 230). Waktu dalam latar dapat berupa masa terjadinya peristiwa
tersebut dikisahkan, dikaitkan dengan unsur latar yang lain, karena sudah menjadi
syarat utama bagi karya fiksi memiliki sifat yang padu.

3. Latar Sosial
Latar sosial adalah latar yang menjelaskan tata cara kehidupan sosial
masyarakat yang meliputi masalah-masalah dan kebiasan-kebiasaan pada masyarakat
tersebut. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan,
cara berpikir, dan lain sebagainya (Nurgiyantoro, 2009: 233). Penggunaan bahasa dan
nama-nama tokoh juga dapat diidentifikasi menjadi latar sosial.

f.Sudut Pandang
Sudut pandang dijelaskan perry lubback dalam bukunya The Craft Of Fiction
( Lubbock, 1968).

Menurut Harry Show (1971 : 293 ) sudut pandang dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Pengarang menggunakan sudut pandang took dan kata ganti orang pertama,
mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan perasaannya
sendiri dengan kata-katanya sendiri.
2. Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak
mengamati dari luar daripada terlihat di dalam cerita pengarang biasanya
menggunakan kata ganti orang ketiga.
3. Pengarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali berdiri di luar
cerita, ia serba melihat, serba mendengar, serba tahu. Ia melihat sampai ke dalam
pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh.

Adapun Menurut Nurgiyantoro sudut pandang dibedakan menjadi sebagi berikut :


1) Sudut Pandang Persona Ketiga: Dia
Penceritaan dengan menggunakan sudut pandang persona ketiga adalah penceritaan
yang meletakkan posisi pengarang sebagai narator dengan menyebutkan nama-nama
tokoh atau menggunakan kata ganti ia, dia, dan mereka. Sudut pandang persona
ketiga dapat dibedakan lagi menjadi dua, yaitu “dia” mahatahu dan “dia” terbatas,
“dia” sebagai pengamat. Berikut penjabaran tentang sudut pandang-sudut pandang
tersebut.

a. “Dia” Mahatahu
Pada sudut pandang persona ketiga “dia” mahatahu pengarang menjadi narator dan
dapat menceritakan hal apa saja yang menyangkut tokoh “dia”. Narator mengetahui
berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, sampai pada latar belakang
tindakan tersebut dilakukan. Narator menguasai semua hal tentang tokoh-tokoh “dia”
baik yang sudah berwujud tindakan maupun baru berupa pikiran (Abrams, 1981:
143 via Nurgiyantoro, 2009: 258).
b. “Dia” Terbatas, “Dia” sebagai pengamat
“Dia” terbatas merupakan sudut pandang yang menempatkan pengarang sebagai
narator yang mengetahui apa yang dilihat, didengar, dipikir, dan dirasakan terbatas
pada satu orang tokoh “dia” (Stanton, 1965: 26 via Nurgiyantoro, 2009: 259). Karena
fokus dari pengarang hanya pada satu tokoh “dia”, maka selanjutnya pengarang akan
menjadi pengamat bagi tokoh lain. Pengarang yang bertindak sebagai narator akan
menceritakan apa yang bisa ditangkap oleh idera penglihat dan indera pendengar saja.
Narator dalam cerita ketika menggunakan sudut pandang ini hanya akan menjadi
perekam dari kegiatan-kegiatan tokoh-tokoh lain selain tokoh “dia” yang menjadi
fokus perhatian.

2) Sudut Pandang Persona Pertama: “Aku”


Sudut pandang persona pertama “aku” merupakan sudut pandang yang menempatkan
pengarang sebagai “aku” yang ikut dalam cerita. Kata ganti “dia” pada sudut pandang
ini adalah “aku” sang pengarang. Pada sudut pandang ini kemahatahuan pengarang
terbatas. Pengarang sebagai “aku” hanya dapat mengetahui sebatas apa yang bisa dia
lihat, dengar, dan rasakan berdasarkan rangsangan peristiwa maupun tokoh lain
(Nurgiyantoro, 2009: 262).
Menurut Nurgiyantoro (2009: 263) sudut pandang persona “aku” dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu sudut pandang “aku” tokoh utama dan sudut pandang “aku” tokoh
tambahan. Berikut ulasan tentang dua sudut pandang tersebut.

a) “Aku” Tokoh Utama”


Dalam sudut pandang “aku” tokoh utama, pengarang bertindak sebagai pelaku utama
dalam cerita serta praktis menjadi pusat kesadaran dan penceritaan. ”Aku” tokoh
utama merupakan tokoh protagonis dan memiliki pengetahuan terbatas terhadap apa
yang ada di luar dirinya (Nurgiyantoro, 2009: 263).

b) “Aku” Tokoh Tambahan


“Aku” tokoh tambahan merupakan sudut pandang yang menempatkan pengarang
sebagai tokoh “aku” dalam cerita sebagai tokoh tambahan. Tokoh tambahan ini akan
bercerita dan mendampingi tokoh utama menceritakan berbagai pengalamannya,
setelah cerita tokoh utama selesai, tokoh tambahan kembali melanjutkan kisahnya
(Nurgiyantoro, 2009: 264).

c) Kriteria Plot Berdasarkan Tingkat Kepadatan


Plot ini merupakan plot yang menjelaskan sebuah karya fiksi tentang bagaimana
tingkat kepadatan atau keterjalinan cerita dalam sebuah karya fiksi. Pada kriteria plot
berdasarkan kepadatannya, plot dibagi menjadi dua, tingkat kepadatan/ kerapatan dan
longgar/ renggang. Berikut ulasan tentang plot berdasarkan tingkat kepadatannya.

Plot padat atau rapat adalah plot yang menyajikan peristiwa secara cepat dan bersifat
fungsional. Peristiwa-peristiwa yang terjalin dalam plot ini tidak dapat dipenggal atau
dihilangkan karena sifatnya yang fungsional tinggi, sehingga jika satu peristiwa saja
dihilangkan, pembaca akan kehilangan cerita, tidak memahami sebab akibat, bahkan
tidak dapat mengerti isi keseluruhan cerita (Nurgiyantoro, 2009: 159).
Plot longgar atau renggang adalah plot yang menyajikan pergantian peristiwa dengan
lambat dan memiliki hubungan antar peristiwa yang tidak erat. Plot longgar ditandai
dengan adanya sela pada keterjalinan peristiwa sehingga dapat disisipi oleh peristiwa
tambahan.
TAHAP-TAHAP ALUR

a. Tahap Eksposisi / Perkenalan


Dalam tahap ini, pengarang memperkenalkan para tokoh dan memberikan gambaran
peristiwa yang akan terjadi. Eksposisi sering disebut sbagai Paparan. Eksposisi adalah
bagian karya sastra drama yang berisi keterangan mengenai tokoh serta latar.
Biasanya eksposisi terletak pada bagian awal.

b. Tahap Konflik Awal (awal dimana masalah mulai muncul)


Pada tahap ini, tokoh mulai terlibat persoalan dengan tokoh lain, baik secara individu
maupun kelompok, Biasanya konflik ini merupakan titik tolak untuk membangun
konflik lain yang lebik panas.

c. Tahap Komplikasi (konflik mulai menajam dan permasalahan mulai lebih serius)
Pada tahap ini tokoh terlibat persoalan yang lebih serius, baik dengan tokoh yang
telah berkonflik sebelumnya, atau dengan orang lain, sehingga konflik smakin
menajam. Masing-masing tokoh makin memperlihatkan keinginan atau tujuan yang
hendak dicapai.

d. Tahap Klimaks, (puncak dari permasalahan)


konflik menajam bergerak ke arah puncak. Masing-masing tokoh memberikan pilihan
atau tawaran jalan keluar. Tokoh jahat dan tokoh baik sama-sama berusaha
menanggapi keinginannya. Untuk itu, masing-masing tokohdapat memanfaatkan
tokoh lain memihak padanya. Tokoh baik lebih menyukai jalan keluar yang
memenangkan tujuannya. Sebaiknya tokoh jahat akan memilih penyelesaian yang
sesuai keinginanan dirinya sendiri.

e. Tahap Anti Klimaks / Penurunan laku (konflik mulai menurun)


Pada tahap ini konflik mulai mereda. Masing-masing tokoh menempuh penyelesaian
yang diputuskan masing-masing dengan atau tanpa kesepakatan.

f. Tahap Penyelesaian / Ending (pertentangan antarkekuatan telah berakhir. )


Jika penulis naskah menghendaki tema untuk mengedepankan kebaikan, lazimnya
tokoh antagonis akan mengalami kekalahan. Akan tetapi, jika pengarang ingin
menunjukkan bahwa sebuah kebaikan itu mudah diraih, maka biasanya tokoh baik
diletakkan pada posisi menang.

f. Gaya bahasa
merupakan gaya yang dominan dalam sebuah novel (Drs. Rustamaji, M,Pd,
Agus Priantoro, S.Pd)

g. Simbol
simbol digunakn untuk mewakili sesuatu yang abstrak.contoh : burung gagak
(kematian)

cara mengidentifikasi unsur instrinsik:


1. Tema dapat didentifikasi dengan cara menulis hal –hal yang dibicarakan dalam
cerita,baik secara tersirat maupun tersurat. Hal yang paling penting banyak
dibicarakan itulah yang biasanya yang menjadi pokok bahasan atau tema
cerita.
2. Amanat dapat ditangkap dari sebab akibat perbuatan para tokohnya jika tokoh
adalah orang yang jujur dalam cerita tersebut ia menjadi orang yang berhasil
dalam hidupnya. Berarti cerita tersebut mengandung pesan tentang kejujuran.
3. Alur dapat didentifikasi dengan kapan cerita itu dimula dan diakhir. Jika cerita
diawali dari waktu lalu menuju waktu sekarang, berarti cerita tersebut beralur
maju,demikian sebaliknya jika beralur mundur.
4. Untuk menentukan tokoh utama adalah dengan menghitung beberapa banyak
tokoh tersebut tampil dan beberapa banyak dibicarakan. Tokoh yang paling
banyak tampil dan dibicarakan adalah tokoh utama dalam cerita.
5. Latar sangat mudah didentifikasi,yaitu dengan memperhatikan kapan dan di
mana cerita itu berlangsung
6. Sudut pandang berkaitan dnegan gaya penceritaan penulis. Jika pengarang
menggunakan kata aku untuk mewakili dirinya, berarti penulis ikut terlibat
dalam cerita ditulisnya.

2.3.2 unsur ekstrinsik


Unsur ekstrinsik adalah unsur pembentuk karya sastra di luar karya sastra,
meliputi: latar belakang kehidupan penulis, keyakinan dan pandangan hidup penulis,
adat istiadat yang berlaku pada saat itu, situasi politik (persoalan sejarah), ekonomi,
dsb. Unsur-unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi
secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra.
Secara lebih khusus lagi ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi
bangun cerita sebuah karya sastra, tetapi tidak menjadi bagian di dalamnya. Walaupun
demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap totalitas bangun cerita yang
dihasilkannya.

Pemahaman unsur ekstrinsik suatu karya sastra, bagaimanapun, akan membantu


dalam hal pemahaman makna karya itu mengingat bahwa karya sastra tak muncul dari
situasi kekosongan budaya. Bentuk penyampaian moral dalam karya fiksi mungkin
bersifat langsung atau tidak langsung.

2.4 unsur kebahasaan

2.4.1 majas
Majas atau gaya bahasa yaitu pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian
ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat sebuah karya
sastra semakin hidup, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara
khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.

Majas digunakan dalam penulisan karya sastra, termasuk di


dalamnya puisi dan prosa. Umumnya puisi dapat mempergunakan lebih banyak majas
dibandingkan dengan prosa.

Macam –macam majas dan contohnya


Majas Perbandingan
Majas perbandingan sesuai namanya, majas ini menyatakan perbandingan untuk
meningkatkan kesan dan juga pengaruhnya terhadap pendengar dan pembaca. Berikut
dibawah ini macam-macam dan contoh majas perbandingan.

Majas Perbandingan
1. Majas Perumpamaan (Asosiasi) dan Contoh Kalimatnya
Majas perumpamaan atau asosiasi dalah majas yang membandingkan sesuatu
dengan keadaan lainnya di karenakan persamaan sifat. atau sederhananya majas yang
membandingkan dua hal berbeda namun dianggap sama.

Ciri majas Asosiasi ini adalah adanya kata penghubung: ibarat, bagai, laksana,
seumpama, bagaikan, bak dan lain sejenisnya. Majas yang sering disebut majas
asosiasi ini seringkali digunakan dalam obrolan, maupun dalam penulisan. Berikut
contoh kalimat majas perumpamaan (Asosiasi):

 Semangatnya begitu keras bagaikan batu


 Tangisan anak itu bagai suara kaset kusut.
 Senyumnya manis bagai gula jawa
 Matamu bagai bintang kejora
 Otaknya encer seperti air
 Biacaranya seperti tong kosong
 Muka saudaranya bagai pinang dibelah dua
 Luar biasa larinya laksana busur lepas dari panah

 Keras suaranya seperti glegar petir


 Kemana mana berdua seperti perangko
 Kecepatan menghitung seperti kalkulator
 Bak mesin, dia tak pernah merasa capek
 Rambutnya bak mayang yang terurai

2. Majas Personifikasi dan Contoh Kalimatnya


Majas Personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda mati
seperti seolah-olah memiliki sifat manusia. Majas ini membuat benda mati seperti
dapat melakukan sesuatu seperti yang dilakukan makhluk hidup. Berikut contoh
kalimat majas personifikasi

 Suara sirine ambulan meraung-raung membangunkan warga yang tengah


tertidur
 Dedaunan melambai-lambai tertiup angin
 Peluit sang wasit menjerit panjang pertanda berakhirnya pertandingan
 Panas matahari mulai membakar kulit penonton
 Tanaman rambat itu melahap habis pagar depan rumah kami
 Pagar tembok itu menghalangi lari para pencuri
 Lampu jalanan mengawasi setiap langkahku
 Laptop ini menjadi saksi bisu jalanku menuju kesuksesan
 Nyanyian handphone mengagetkanku
 Rumput sintetis itu masih tetap bergoyang meski bola yang mengenainya
sudah lama lewat.
 Suasana senja membawaku ke lamunan masa laluku
 Terlihat di langit biru layangan terbang bebas
 Pepohonan bambu saling berbisik menambah suasana seram malam itu
 Sepatu ini selalu menemaniku kemanapun aku pergi

3. Majas Metafora dan Contoh Kalimatnya


Majas metafora ialah majas ayang mengungkapkan perbandingan analogis antara
dua hal yang berbeda. Bisa juga diartikan sebagai suatu majas yang dibuat dengan
frasa secara Implisit tidak berarti namun secara eksplisit dapat mewakili suatu maksud
lain berdasarkan pada persamaan ataupun perbandingan. Atau mudahnya majas ini
digunakan sebagai bentuk kata kiasan untuk mengungkapkan sesuatu. Langsung saja
berikut contoh kalimat majas metafora :

 Perasaanku sejernih embun pagi


 Dia adalah lelaki terkutuk
 Di desa ini bersih dari sampah masyarakat
 Dewi malam menunjukkan sinar cerahnya malam ini
 Doni sedang melihat video Raja hutan bertarung melawan ular besar
 Biasanya akhir tahun harga bahan pokok melambung tinggi
 Di hari yang sama, dua tahun lalu pasar klewer dilalap habis si raja merah.
 Sejak kelas satu dia menjadi bintang kelas yang tak terkalahkan
 Dia menjadi anak emas di kelas kami
 Jangan sampai kita berurusan dengan para lintah darat
 Tikus berdasi mulai kebakaran jenggot karena kroninya ada yang tertangkap
 Buah hati kami lahir 2 minggu lalu.
 Reni bersahabat karib dengan si kutu buku itu
 Politikus satu ini menjadi kutsu loncat mencari dukungan partai
 Wahai para pelajar, jangan pernah sekalipun menyentuh pil setan apalagi
mengkonsumsinya

4. Majas Simbolik dan Contoh Kalimatnya


Majas simbolik berarti majas yang digunakan untuk melukiskan sesuatu dengan
menggunakan binatang, benda atau tumbuhan sebagai simbol. Umumnya simbol yang
dipakai dalam majas ini sudah dengan mudah dipahami banyak orang. berikut contoh
kalimat majas simbolik.

contoh-kalimat-majas-simbolik
 Pemerintah tidak mau dijadikan kambing hitam atas aksi demo 4 november
kemarin
 Penyebab utama demo 4 november tidak dimeja hijaukan oleh pemerintah.
 Memang kelakuan para hidung belang yang pandai memelintir kata untuk
menipu.
 Ingatlah, jaga baik kata katamu! mulutmu adalah harimaumu!
 Berpura pura meminta maaf seperti bunglon mencari celah melakukan
kamuflase
 Perkataan dan perbuatannya menyerupai iblis.
 Ketika hari H, massa memburunya, tapi sang tersangka seperti kancil, licik,
cerdas dan sulit ditangkap.
5. Majas Alegori dan Contoh Kalimatnya
Majas alegori adalah majas yang digunakan untuk menjelaskan maksud tertentu
secara tidak langsung (non harfiah) namun masih saling berkaitan. Majas ini
menjelaskan suatu hal secara tersirat menggunakan perbandingan hal lain. Mirip
dengan majas metafora tetapi membandingkan secara keseluruhan / utuh. berikut
majas alegori dan contoh kalimatnya

 Berumah tangga itu diumpamakan seperti mengarungi samudra dengan


bahtera, terkadang dijumpai indahnya panorama yang begitu mempesona tapi
tidak jarang terkena hantaman ombak dan badai menerpa, membuat
guncangan dahsyat ke kita.
 Dunia ini bagaikan tumbuhan hijau yang mampu menyihir mata setiap
manusia yang memandangnya. Sangat menakjubkan dan begitu indah. Tapi
lambat laun ia akan menguning kering yang pada akhirnya musnah
 Otak manusia laksana mata pisau, semakin dipakai semakin tajam dan
membuatnya semakin disegani manusia. Namun jika dibiarkan tergeletak
begitu saja, lambat laun akan tumpul, mengarat dan tidak lagi menyilaukan.

6. Majas Simile dan Contoh Kalimatnya


Majas simile adalah majas yang membandingkan secara eksplisit (jelas) antara
dua hal dengan menggunakan kata penghubung,layaknya, ibarat, umpama, bak, bagai
dan lain sebagainya. Dilihat sekilas majas ini mirip dengan majas perumpamaan /
asosiasi. Berikut contoh kalimat majas simile.

 Senyumanmu sungguh indah bagaikan bunga-bunga yang bermekaran


 Wanita itu begitu cantik bak bidadari yang baru turun dari khayangan
 Pendengaran anak itu sangat tajam seperti pendengaran kelinci.
 Sejuknya perkataan ibu bagaikan embun di pagi hari.
 Kau dan aku laksana minyak dan air. kita tak mungkin bisa bersatu
 Mereka bagaikan keyboard dan mouse yang tidak bisa dipisahkan
 Memberi nasihat kepada anak kecil tak ubahnya seperti mengukir diatas batu,
akan selalu di ingat selamanya.

7. Majas Metonimia dan Contoh Kalimatnya


Majas metonimia yaitu majas yang digunakan untuk menyebutkan satu kata
dengan kata lainnya yang masih berhubungan erat. Penjelasan mudahnya seperti
menggunakan merk atau nama khusus suatu benda sebagai pengganti benda lain yang
lebih umum. Lebih mudahnya kita lihat contoh kalimat majas metonimia berikut ini.

 Perjalanan solo ke jakarta menggunakan garuda akan terasa lebih cepat


(pesawat terbang)
 Abang OB membawakan 5 gelas aqua untuk para tamu yang sedang
menunggu (air minum)
 Rojolele makin hari semakin mahal padahal upah buruh tak kunjung naik
(beras).

8. Majas Sinekdoke dan Contoh Kalimatnya


Majas sinekdoke adalah gaya bahasa yang menyebutkan bagian untuk
menggantikan keseluruhan atau sebaliknya menyebutkan keseluruhan untuk suatu
bagian. Terdapat dua jenis majas ini, yaitu majas sinekdoke pars pro toto dan
sinekdoke totem pro parte. berikut penjelasan dan contoh kalimatnya

Majas Sinekdo pars pro toto, atau diartikan majas yang menyatakan suatu bagian
untuk keseluruhan. contoh kalimatnya yaitu
 Perkepala diharuskan membayar Rp. 25.000 untuk bisa masuk ke bioskop
tersebut
 Hingga detik ini belum terlihat batang hidung anak itu.
Majas Sinekdoke totem pro parte, kebalikan dari majas sebelumnya.
menggambarkan keseluruhan untuk suatu bagian hal. berikut contoh kalimatnya.
 Dalam pertandingan bulutangkis yang digelar semalam, Indonesia sukses bisa
memenangi laga bergengsi tersebut.
 Solo akhirnya menjuarai cabang olahraga atletik di PON tahun ini.
Majas Pertentangan
Majas pertentangan adalah majas yang biasa digunakan untuk menyatakan suatu
hal yang sebenarnya dengan istilah yang berlawanan. Penggunaan majas pertentangan
ditujukan untuk mendapatkan kesan yang diterima oleh pembaca atau pendengar
tentang hal yang disampaikan. Berikut ini macam macam majas pertentangan

Majas-pertentangan
1. Majas Paradoks dan Contoh Kalimatnya
Majas paradoks yaitu gaya bahasa yang menyajikan pertentangan antara
pernyataan dengan fakta yang ada. Diantara sekian majas, majas paradoks cukup
sering dijumpai dalam sebuah roman atau novel. Berikut beberapa contoh kalimat
majas paradoks.

 Entahlah, dia selalu merasa sendirian ditengah kebisingan kota jakarta ini.
 Ketegangan membuat semua orang kepanasan di ruang ber AC ini
 Ditengah keributan yang ditimbulkan provokator selalu ada orang yang tetap
tenang berkepala dingin.
 Tubuh tua kakek selalu dipenuhi dengan semangat jiwa muda yang terus
membara.
 Saking tampannya anak ini, sampai sampai tidak ada satupun gadis yang
menyukainya.
 Soal ujian ini terlalu mudah hingga tak ada satu pun yang bisa
mengerjakannya

2. Majas Antitesis dan Contoh Kalimatnya


Majas antitesis adalah majas yang menyajikan pasangan kata berlawanan makna.
Pasangan kata ini disajikan secara berurutan. Berikut contoh kalimat majas antitesis.

contoh-majas-antitesis

 Malam ini baik tua muda, orang dewasa maupun anak -anak semuanya larut
dalam suasana gembira menyambut 17 Agustus
 Jaminan masuk surga bukan karena miskin kaya
 Besar kecil penghasilan kita jangan lupa untuk tetap bersedekah.
3. Majas Litotes dan Contoh Kalimatnya
Majas litotes adalah gaya bahasa dengan ungkapan yang dikecilkan atau
direndahkan daripada kenyataannya. Tujuan penggunaan majas ini adalah cara untuk
merendahkan diri dihadapan pembaca atau pendengarnya. berikut ini contoh kalimat
dengan majas litotes.

 Mengapa kamu bertanya kepada orang dungu seperti aku ini?


 Mampirlah sebentar di gubuk kami ini
 Makanlah seadanya, sekedar penghilang lapar
 Tolong terimalah pemberian yang tidak berharga ini
 Aku tinggal di sebuah rumah yang hanya beralaskan tanah dan beratapkan
langit
 Ayahku akan mengadakan perayaan kecil-kecilan untuk memperingati
kelahiran adikku
 Tubuh renta ini tidak pantas mendapatkan penghargaan sebagai orang terkuat.
 Kami hidup dari usaha kecil kecilan yang dijalankan satu keluarga.
 Aku hanya peria kecil dengan impian dan harapan besar.
 Jika dia memiliki harta yang melimpah, apalah dayaku yang hanya punya cinta
dan kasih sayang.

4. Majas Hiperbola dan Contoh Kalimatnya


Majas Hiperbola adalah gaya bahasa dengan ungkapan yang melebih-lebihkan
dari kenyataan aslinya. Majas ini membuat akan meninggalkan kesan kuat pada
pembaca dan pendengarnya sehingga dapat menarik perhatian. Berikut ini contoh
kalimat majas hiperbola

 Ini adalah daftar karya-karya anak negeri yang mampu mengguncang dunia
 Suara deru langkah para prajurit mengalahkan kebisingan suara kereta api ini.
 Andi berlari pulang secepat kilat ketika mendengar kabar ayahnya pulang dari
Australia.
 Luasnya samudera akan ku selami demi mencari keberadaan dirimu
 Di Dubai gedung gedung dibangun hingga mencapai langit tertinggi.
 Perasaanku teriris-iris oleh sembilu ketika melihat ibuku harus bekerja keras
demi sesuap nasi untuk menghidupi kita.
 Akhirnya setelah setengah mati berjuang, soal matematika ini selesai juga
 Puluhan bahkan ratusan juta miliar pun tak akan sanggup membeli
kebahagiaan sederhana ini.
 Jeritan hati ini terdengar hingga langit ke tujuh.

Majas Penegasan
Majas Penegasan adalah majas yang digunakan untuk menyatakan suatu hal secara
tegas guna meningkatkan pemahaman dan kesan bagi para pembaca dan pendengar.
berikut macam macam majas penegasan dan contoh kalimatnya.

Majas-Penegasan

1. Majas Pleonasme dan Contoh Kalimatnya


Majas Pleonasme adalah majas yang digunakan dengan menyatakan suatu hal yang
sudah jelas tetapi tetap di beri tambahan kata lain untuk mempertegas maksudnya.
Contoh kalimat majas pleonasme
 Lekas turun ke bawah, jika kau masih ingin mendapatkan jatah makan (turun
ke bawah)
 Para pelajar yang tengah melakukan tawuran langsung mundur kebelakang
ketika polisi datang (mundur ke belakang)
 Mendadak kelas menjadi sunyi senyap, saat mendengar langkah guru
mendekat.
 Aku menyaksikan kejadian itu dengan mata kepalaku sendiri
 Friska riang gembira ketika kekasihnya datang melamar dirinya.
 Dewi berkunjung ke tempat wisata di Solo, seperti Keraton Kasunanan, Pasar
Klewer, Kampung batik, Masjid Agung Solo dan masih banyak lagi.
 Kakek datang dari desa membawa beraneka ragam macam buah.

2. Majas Repetisi dan Contoh Kalimatnya


Majas Repetisi adalah majas pengulangan suatu kata dalam beberapa frasa
dengan tujuan menegaskan suatu maksud. Berikut contoh kalimat majas repetisi.

 Dialah satu-satunya yang ku nanti, satu-satunya yang ku tunggu, satu-satunya


yang kuharap datang untuk menghiburku
 Cinta itu seru, cinta itu asik, cinta itu rumit tapi cinta juga bisa memabukkan
jadi berhati hatilah jika sudah mengenal cinta
 Main game, main game, main game hanya itu saja yang kamu lakukan sehari
hari. Sana keluar cari angin biar sehat.
 Dia, dia dan dia saja yang ada dalam pikiranku saat ini.
 Siti terus belajar, belajar dan belajar hanya untuk mengejar beasiswa untuk
siswa berperstasi

3. Majas Tautologi dan Contoh Kalimatnya


Majas Tautologi adalah gaya bahasa dengan mengulang kata dalam sebuah kalimat
untuk beberapa kali dengan tujuan sebagai penegasan maksud. Berikut contoh kalimat
yang menggunkaan majas Tautologi

 Hancur-luluh hatiku, ketika enkau putuskan semua jalinan cinta kita


 Betapa sepi malam ini, betapa sunyi pengharapan ini.
 Tetap bersamamu di dalam suka di dalam duka, waktu bahagia, waktu merana,
masa tertawa masa kecewa
 Kau memang kuat. Kau memang kekar. Kau memang kuasa.
 Betapa sepi malam ini, betapa sunyi pengharapan ini

4. Majas Retorik dan Contoh Kalimatnya


Majas retorika adalah gaya bahasa yang berupa kalimaat tanya tetapi sebetulnya tak
perlu untuk dijawab. Majas ini berfungsi untuk penegasan sekaligus Sindiran. Berikut
contoh kalimat menggunakan majas retorik.

contoh kalimat majas-retorik


 Sholat jum’at dilakukan hari apa?
 Apa ini orang yang selalu kamu sebut sebut itu?
 Waktu kemarin jatuh dari atap apakah itu sakit?
 Siapa yang bilang cita cita bisa digapai cukup dengan sekolah saja?
 Benar begitu? kamu tidak perlu uang ini padahal kebutuhanmu masih banyak?

5. Majas paralelisme dan Contoh Kalimatnya


Makas paralelisme adalah bentuk majas perulangan yang biasanya hanya digunakan
untuk penegasan makna frase dalam sebuah puisi. Berikut ini contoh kalimat majas
paralelisme

Sungguh aku mendengar

Sungguh aku melihat

Sungguh aku merasakan

Sungguh aku merinduimu

Sungguh aku mencintaimu

6. Majas Klimaks dan Contoh Kalimatnya


Majas Klimaks adalah gaya bahasa yang menyatakan lebih dari dua hal secara
berurutan dengan tingkatan semakin lama semakin meningkat. Berikut ini contoh
kalimat menggunakan majas klimaks.

 Hari itu semua orang mulai dari bayi, anak anak, remaja, orang dewasa hingga
orang tua ikut turun ke jalan melakukan aksi demo menuntut seorang penista
agama yang notabene seorang gubernur
 Kepala desa, camat, bupati, walikota, gubernur, sampai presiden harusnya
dipilih berdasar kemampuannya.
 Dari mulai rakyat jelata, orang biasa, polisi, tentara, tokoh masyarakat sampai
para ulama memberikan pernyataan atas apa yang dikatakan sang gubernur.
 Di toko itu tersedia barang dengan harga bervariasi mulai dari Rp 25.000
sampai yang harga Rp 2.500.000

7. Majas Antiklimaks dan Contoh Kalimatnya


Majas antiklimaks adalah gaya bahasa yang menyatakan lebih dari 2 hal secara
berturut-turut dengan tingkatan yang semakin lama semakin menurun. berikut contoh
kalimat majas antiklimaks

 Setiap senin, kepala sekolah, guru, staf dan para siswa di SMK N 2 Surakarta
rutin melakukan upacara bendera di pagi hari
 Tersedia ukuran baju dari mulai XXL, XL, L, M sampai yang terkecil S
 Segenap jajaran dari yang paling atas, kepala sekolah, guru, wali murid, siswa
hadir di perpisahan minggu kemarin.
 Tak peduli kamu tua, muda atau masih anak-anak, merokok itu tidak baik
untuk kesehatan.

Majas Sindiran
Majas sindiran adalah majas yang ditujukan untuk menyatakan sindiran pada
pendengar atau pembacanya. Majas ini bertujuan untuk merubah perilaku
seseorang.Majas ini dibagi menjadi tiga. Berikut ini macam macam majas sindiran
beserta contoh kalimatnya.

1. Majas Ironi dan Contoh Kalimatnya


Majas ironi yaitu majas yang digunakan dengan menyatakan sesuatu hal secara
bertentangan dengan kenyataan. Majas ini ketika diungkapkan terdengar seperti
pujian tetapi sebetulnya bermakna negatif/sindiran. Berikut contoh kalimat majas
ironi

 Bau badanmu harum sekali, sampai sampai aku tak tahan.


 Wah tulisanmu terlalu indah hinga tidak ada seorangpun bisa membacanya
kecuali dia
 Dia memang anak yang rajin, tugas dari guru menggunung tak tersentuh
 Ini baru namanya siswa teladan, jarang masuk, sekalinya masuk selalu
terlambat.
 Bagus sekali kata katamu. sampai sampai siapapun yang mendengarnya
merasa sakit hati
 Kamu memang hebat, sungguh keren layak diagungkan, kamu bisa menipu
seluruh rakyatmu dan menganggapmu sebagai dewa
 Kamu anak yang beruntung setiap hari kedua orangtuamu menghajar dirimu

2. Majas Sarkasme dan Contoh Kalimatnya


Majas sarkasme adalah majas sindiran yang disampaikan dengan konotasi paling
kasar. majas ini lazimnya hanya diucapkan oleh orang yang sedang marah besar.
Berikut contoh kalimat bermajas sarkasme

contoh kalimat bermajas-sarkasme


 Sikapmu membuatku muntah. Pergi Kau!
 Dasar Bodoh! kerja beginian saja kau tak becus!
 Kau lelaki kere! menyesal aku pernah mengenalmu!

3. Majas Sinisme dan Contoh Kalimatnya


Majas sinisme adalah majas yang dipakai dengan menyatakan sindiran secara tidak
langsung atau implisit. berikut contoh kalimat bermajas implisit

 Sungguh tidak pantas kata kata seperti itu diucapkan oleh orang terpelajar
sepertimu
 Lama kelamaan aku bisa gila bila terus melihat tingkah lakumu yang
memuakkan itu.
 Kan sudah aku bilang jangan mencari hanya dari kecantikan, sekarang baru
ketahuan kan yang kau pilih itu transgender
 Aku bangga mendapatkan nilai 8 dari jerih payah sendiri daripada kamu
mendapat nilai sempurna dengan cara curang

2.4.2 ungkapan
Ungkapan merupakan gabungan kata yang maknanya sudah menyatu dan tidak
ditafsirkan dengan makna unsur yang membentuknya. Idiom atau disebut juga dengan
ungkapan adalah gabungan kata yang membentuk arti baru dimana tidak berhubungan
dengan kata pembentuk dasarnya.
Ungkapan adalah gabungan dua kata atau lebih yang digunakan seseorang dalam
situasi tertentu untuk mengkiaskan suatu hal. Ungkapan terbentuk dari gabungan dua
kata atau lebih. Gabungan kata ini jika tidak ada konteks yang menyertainya memiliki
dua kemungkinan makna, yaitu makna sebenarnya (denotasi) dan makna tidak
sebenarnya (makna kias atau konotasi). Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah
gabungan kata itu termasuk ungkapan atau tidak, harus ada konteks kalimat yang
menyertainya. Untuk lebih jelasnya kita ambil sebuah contoh
Membanting tulang
Gabungan kata di atas tidak dapat langsung kita katakan termasuk ungkapan. Hal ini
dikarenakan konteks kalimat yang menyertai gabungan kata tersebut belum jelas.
Gabungan kata di atas masih mempunyai dua kemungkinan makna sesuai konteks
kalimatnya.

1. Andi membanting tulang di sampingnya sebagai luapan kemarahannya.


2. Andi membanting tulang untuk menghidupi keluarganya.

Dua kalimat di atas memberikan konteks (situasi) pada gabungan kata “membanting
tulang.” Kalimat (a) membantuk makna denotasi atau makna sebenarnya pada
gabungan kata “membanting tulang.” Makna denotasi tersbut adalah kegiatan
membanting tulang. Kalimat (b) membentuk makna konotasi atau makna kias pada
kata “membanting tulang.” Makna kias tersebut adalah bekerja keras. Makna kedua
inilah membuat gabungan kata di atas disebut ungkapan.
Berikut adalah contoh ungkapan :

 banting tulang : kerja keras


 gulung tikar : bangkrut
 angkat kaki : pergi
 naik pitam : marah
 buah bibir : topik pembicaraan
 angkat tangan : menyerah
 meja hijau : pengadilan
 buah tangan : oleh-oleh
 kutu buku : orang yg suka baca buku
 kepala dingin : tenang
 jago merah : api kebakaran
 bunga tidur : mimpi
 bunga desa : gadis desa
 panjang tangan : suka mencuri
 tinggi hati : sombong

Contoh kalimat dengan:

1. Mereka sudah banyak makan garam dalam hal itu. (banyak pengalaman)
2. Hati-hati terhadapnya, ia terkenal si panjang tangan. (suka mencuri)
3. Jeng Sri memang tinggi hati.(sombong)
4. Karena ucapan orang itu, Waluyo naik darah.(marah)
5. Itulah akibatnya kalau menjadi anak yang berkepala batu. (tidak mau menurut)
6. Hati-hati terhadap orang yang besar mulut itu. (suka membual)
7. Merah telinganya ketika ia dituduh sebagai koruptor. (marah)
8. Karena gelap mata, dia mengamuk di kantor. (hilang kesabaran)
9. Lebih baik berputih tulang daripada hidup menanggung malu seperti ini.
(mati)
10.Ketika kutinggalkan dulu engkau masih merah, sekarang sudah seorang jejaka.
(masih bayi)
11.Selama pertandingan sepak bola itu, benar-benar dia menjadi bintang
lapangan. (pemain yang baik)
12.Pidatonya digaraminya dengan lelucon sehingga menarik para pendengarnya.
(dibumbui; dihiasi)
13.Lagi-lagi aku yang dikambing hitamkan bila timbul keributan di kelas. (orang
yang dipersalahkan)
14.Maaf, aku tak sudi kaujadikan aku sebagai kuda tunggangmu. (kausuruh-suruh
untuk kepentinganmu)
15.Kalau rasa permusuhan itu tidak dicabut sampai akar-akarnya, hubungan
kalian tak pernah baik. (dihilangkan benar-benar)
16.“Gema Tanah Air” sebuah bunga rampai yang disusun oleh H.B. Jassin. (buku
yang berisi kumpulan karangan beberapa orang)
17.Kalau bekerja dengan setengah hati, hasilnya kurang memuaskan.(tidak
sungguh-sungguh)

2.5 sudut pandang


Berbeda dengan sudut pandang pada unsur intrinsik,sudut pandang ini adalah
bagaimana penulis melahirkan cerita baik itu dikenakan hobi, pelampiasan emosi latar
belakang, sosial dan ekonomi.

2.6 nilai-nilai dlam satra


Dengan membaca karya sastra, kita akan memperoleh "sesuatu" yang dapat
memperkaya wawasan
dan/atau meningkatkan harkat hidup. Dengan kata lain, dalam karya sastra ada
sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan.
Karya sastra (yang baik) senantiasa mengandung nilai (value). Nilai itu dikemas
dalam wujud struktur karya sastra, yang secara implisit terdapat dalam alur, latar,
tokoh, tema, dan amanat atau di dalam larik, kuplet, rima, dan irama. Nilai yang
terkandung dalam karya sastra itu, antara lain, adalah sebagai berikut:
(1) nilai hedonik (hedonic value), yaitu nilai yang dapat memberikan kesenangan
secara langsung kepada pembaca;
(2) nilai artistik (artistic value), yaitu nilai yang dapat memanifestasikan suatu seni
atau keterampilan dalam melakukan suatu pekerjaan;
(3) nilai kultural (cultural value), yaitu nilai yang dapat memberikan atau me-
ngandung hubungan yang mendalam dengan suatu masyarakat, peradaban, atau
kebudayaan;
(4) nilai etis, moral, agama (ethical, moral, religious value), yaitu nilai yang dapat
memberikan atau memancarkan petuah atau ajaran yang berkaitan dengan etika,
moral, atau agama;
(5) nilai praktis (practical value), yaitu nilai yang mengandung hal-hal praktis yang
dapat diterapkan dalam kehidupan nyata sehari-hari.
2.7 teks ekplanansi

A. pengertian teks ekplanansi


Teks eksplanasi adalah teks yang berisi tentang proses ‘mengapa’ dan
‘bagaiman’ kejadian-kejadia alam, sosial, ilmu pengetahuan, budaya, dan lainnya
dapat terjadi. Suatu kejadian baik kejadian alam maupun kejadian seosial yang terjadi
di sekitar kita, selalu memiliki hubungan sebab akibat dan memiliki proses. Suatu
kejadian yang terjadi di sekitar kita, tidak hanya untuk kita amati dan rasakan saja,
tetapi juga untuk kita pelajari. Kita dapat mempelajari kejadian tersebut, misalnya dari
segi mengapa dan bagaimana bisa terjadi.

B.Struktur Teks Eksplanasi


Teks eksplanasi memiliki memiliki struktur yang terdiri dari pernyataan umum,
dilanjutkan dengan urutan sebab akibat, dan diakhiri dengan interpretasi. Untuk lebih
memahami lagi mengenai struktur tersebut silahkan disimak dibawah ini.
1. Pernyataan umum, berisi statemen atau penyataan umum tentang suatu topik
yang akan dijelaskan proses keberadaanya, proses terjadinya, atau proses
terbentuknya.
2. Urutan Sebab Akibat, berisikan tentang detail penjelasan proses keberadaan
atau proses terjadinya yang disajikan secara urut atau bertahap dari yang paling
awal hingga yang paling akhir.
3. Interpretasi, berisi tentang kesimpulan atau pernyataan tentang topik atau
proses yang dijelaskan.

C.Ciri-Ciri Teks Eksplanasi


Teks eksplanasi memiliki 3 ciri-ciri yang dapat memudahkan kita untuk membedakan
antara teks eksplanasi dengan teks yang lainnya. Berikut akan saya jelaskan 3 ciri-ciri
teks eksplanasi.
1. Strukturnya terdiri dari penyataan umum, urutan sebab akibat, dan interpretasi
seperti yang telah saya jelaskan diatas tadi.
2. Memuat informasi berdasarkan fakta (faktual).
3. Faktualnya itu memuat informasi yang bersifat ilmiah atau keilmuan seperti
sains dan yang lainnya.

D.Kaidah Kebahasaan Teks Eksplanasi


Teks eksplanasi pada umumnya memiliki ciri bahasa sebagai berikut.
1. Fokus pada hal umum (generic), bukan partisipan manusia (nonhuman
participants), misalnya gempa bumi, banjir, hujan, dan udara.
2. Dimungkinkan menggunakan istilah ilmiah.
3. Lebih banyak menggunakan kata kerja material dan relasional (kata kerja
aktif).
4. Menggunakan konjungsi waktu dan kausal, misalnya jika, bila, sehingga,
sebelum, pertama, dan kemudian.
5. Menggunakan kalimat pasif.
6. Eksplanasi ditulis untuk membuat justifikasi bahwa sesuatu yang diterangkan
secara kausal itu benar adanya.
Bab III
pembahasan

3.1 Sinopsis
Sinopsis novel adalah ringkasan cerita novel. Ringkasan novel adalah bentuk
pemendekan dari sebuah novel dengan tetap memperhatikan unsur-unsur intrinsik
tersebut novel terebut. Membuat sinopsis merupakan suatu cara yang efektif untuk
meyajikan karangan (novel) yang panjang dalam bentuk yang singkat. Dalam
synopsis keindahan gaya bahasa, ilustrasi, dan penjelasan-penjelasan dihilangkan,
tetapi tetap mempertahankan isi dan gagasan umum pengarangnya.

Gajah mada merupakan sosok yang kontroversial orang tua, tempat lahir , wafat ,
kehidupan percintaan, bahkan sepak terjang Gajah Mada merupakan hal yang masih
misterius. Terlepas dari segala kontroversi yang menyelingkupi kehidupan Gajah
Mada, nyatanya nusantara dan Majapahit makmur pada zamannya. Bahkan,adanya
Indonesia ini juga berkat Sumpah Palapa yang ia ucapkan untuk menyatukan
nusantara.Lalu, bagaimanakah sebenarnya sepak terjang Gajah Mada semasa
hidupnya hingga menjadi tokoh legendaris? Buku inilah yang akan menjawab
pertanyaan tersebut. Dengan berbagai sudut pandang , buku ini menyuguhkan semua
informasi yang berkaitan dengan kehidupan
Gajah Mada, mulai dari lahirnya, kiprahnya di dunia politik,kisahpercintaannya,
hingga meninggalnya. Plusnya, buku ini juga menguraikan makna-makna yang
terkandung dalam jiwa kepahlawanan Gajah Mada agar penerus bangsa ini mampu
menghayatinya.

Asal Usul Gajah Mada

Gajah mada merupakan punggawa kerajaan majapahit yang gagah perkasa. Fisiknya
digambarkan tinggi dan besar wajahnya menyiratkan sosok manusia yang mempunyai
prinsip yang kuat tentunnya ia juga manusia yang kuat secara lahir dan batin . gajah
mada pernah menjalani hubungan cinta dengan dyah pitaloka , gajah mada berupaya
mengagalkan pernikahan Dyah Pitaloka dengan Hayam Wuruk . pengagalan
pernikahan ini berbuah peristiwa tragis – Perang Bubat – Yang kontroversial.kisah
cinta Gajah Mada dengan Dyah Pitaloka kisah ini terputus karena bekel dipa
mengabdi kekerajaan majapahit sebagai pengawal raja Jaya Negara bahkan , kelak
dikemudian hari bekel dipa berhasil menjadi mahapati di majapahit dengan nama
Gajah Mada
Gajah Mada merupakan salah satu tokoh sentral di Kerajaan Majapahit saat mencapai
masa kejayaannya dengan pusat pemerintahan di Wilwatikta atau sekarang dikenal
Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Dinasti yang didirikan oleh Raden Wijaya (wafat
tahun 1309) berdarah bangsawan Jawa dan Sunda ini mencapai puncak kejayaan di
era Raja Hayam Wuruk.

Masa kejayaan Majapahit tidak lepas dari figur Gajah Mada, termasuk segudang
kontroversi cerita yang hingga kini masih berselimut gelap. Karir militernya di
Majapahit mulai menanjak setelah dia berhasil menyelamatkan Jayanegara, raja kedua
Majapahit dalam peristiwa pemberontakan Ra Kuti tahun 1319.
Memang setelah meninggalnya Raden Wijaya, Majapahit disibukkan oleh
pemberontakan di sana sini dari pada ekspansi militer atau ekonomi ke wilayah baru.
Umumnya pemberontakan terjadi untuk mengambil alih kekuasaan yang dilakukan
oleh orang-orang bekas istana, maupun daerah-daerah yang ingin melepas diri dari
Majapahit.

Dalam kitab Pararaton diceritakan, pemberontakan di zaman Jayanegara dilakukan


oleh para Dharmaputra yang tak lain loyalis Raden Wijaya. Pemberontakan ini terjadi
karena raja kedua Majapahit ini berdarah campuran Jawa dan etnis Melayu, bukan asli
keturunan Kertanagara. Seperti diketahui, bahwa Jayanegara merupakan anak hasil
perkawinan antara Raden Wijaya dengan Dara Petak.

Pemberontakan ini dipimpin oleh Ra Kuti, seorang perwira Majapahit dari daerah
Pajarakan (sekarang Probolinggo, Jawa Timur). Dalam pemberontakan Ra Kuti,
Majapahit berhasil direbut dari tangan Jayanegara.

Karena kondisi kerajaan sudah tidak kondusif, komandan pasukan


Bhayangkara Gajah Mada akhirnya melarikan raja muda bernama lain Raden
Kalagemet (jahat dan lemah) ini ke wilayah Badander. Di Jawa Timur saat ini, nama
Badander mengacu pada dua daerah; pertama Desa Dander yang masuk di
administrasi Kabupaten Bojonegoro, dan Desa Bedander masuk wilayah Jombang.
Setelah kondisi dirasa cukup aman, Gajah Mada kemudian kembali ke Majapahit
untuk menggalang kekuatan dari rakyat jelata hingga para loyalis Jayanegara di
kerajaan. Pada akhirnya Ra Kuti bersama pemberontak lainnya bisa dikalahkan.
Karena jasa besarnya tersebut, Gajah Mada diangkat sebagai patih Majapahit. Dari
sini, karir militer Gajah Mada semakin moncer. Di hari-hari berikutnya, dipercaya
untuk menumpas para pembelot kerajaan. Tercatat karena jasanya itu, dia pernah
diangkat sebagai Patih Doha (Kediri) dan Patih Kahuripan (sekarang Sidoarjo).

Di masa pemerintahan Tribhuwana Wijayatunggadewi, posisi Gajah Mada diangkat


lebih tinggi menjadi mahapatih setelah berhasil menumpas pemberontakan di Sadeng
dan Keta (masuk Kabupaten Situbondo). Pada periode inilah Gajah Madamelakukan
ekspansi besar-besaran kerajaan Majapahit ke segala penjuru. Banyak kerajaan
penting berhasil direbut Majapahit, seperti Kerajaan Pejeng (Bali), sisa-sisa kerajaan
Sriwijaya dan Malayu.
Puncaknya, Gajah Mada diangkat sebagai Patih Amangkubumi dan kembali menjadi
tokoh sentral kemajuan Majapahit di zaman Hayam Wuruk, termasuk salah satu
peristiwa penting dan kontroversi hingga kini masih simpang siur yaitu Sumpah
Palapa.
Dalam Kakawin Nagarakertagama karya Empu Prapanca, kekuasaan Majapahit yang
didapat dari peperangan maupun monopoli dagang terbentang dari Papua, Sumatera,
Tumasik (sekarang disebut Singapura), hingga sebagian pulau di Filipina. Semua
terbingkai dalam peta Nusantara.

3.2 Struktur
Struktur dari sejarah Asal Usul Gajah Mada karya Gesta bayuadhy adalah
sebgai berikut.
1. Orientasi
orientasi merupakan bagian penjelasan mengenai latar waktu dan suasana
terjadinya cerita,terkadang juga berupa pembahasan penokahan atau perwatakan
berikut adalah orientasi dari sejrah Asal Usul Gajah Mada karya gesta bayuadhy
penulis menjelaskan mengenai di angkatnya gajah mada menjadi patih
kerajaan majapahit pada kutipan,”
secara tidak langsung penulis menggambarkan bahwa gajah mada adalah
pemuda yang bersungguh-sungguh untuk menepati janjinya dan berusaha sebaik
mungkin untuk melaksanakan tugasnya seperti yang di jelaskan pada kutipan yang
berbunyi:

2. komplikasi
komplikasi merupakan urutan kejadian yang dihubungkan oleh sebab akibat,
dimana setiap peritiwa terjadinya karna adanya sebab dan mengakibatkan munculnya
peristiwa lain. Berikut adalah komplikasi dari sejarah Asal Usul Gajah Mada karya
Gesta Bayuadhy:
urutan kejadian I : Diangkatnya Gajah Mada menjadi pati
“… pada masa diangkatnya Gajah Mada menjadi Mahapati Amangkubhumi,
sebagian wilayah yang disebutkan dalam sumpahnya itu belum dikuasai kerajaan
maja pahit .” (2015:40)
urutan kejadian II : perang bubat dan sumpah palapa.
“ perang bubat terjadi pada masa pemerintahan raja majapahit yang bernama hayam
wuruk, pada tahun 1357M.”(2015:60)
uratan kejadian III : memusuhi dan membanggakan Gajah Mada
“Gajah Mada dan pasukkannya tidak berhasil memasukkan Madura dan Sunda dalam
wilayah kekuasaan Majapahit adalah alasan yang cering muncul.” (2015:100)
“Gajah Mada adalah sosok ambisius dan serakah,sehingga banyak orang prajurit
dalam perperangan.”(2015:108)
urutan kejadian IV :Memudarnya semangat persatuan
“semangat persatuan rakyat mulai memudarnya.”(2015:133)
urutan kejadian V :Gajah Mada tidak berambisi pada Harta,Tahta,dan Wanita
“Gajah Mada tidak pernah berpikir untuk mendapatkan harta dari jabatannya, untuk
menumpuk harta.’(2015:155)
“Gajah Mada menerima amanat sebagai Mahapatih dengan ikhlas untuk
mempersatukan Nusantara.”(2015:157)
‘Gajah Mada tidak akan menimati sesuatu yang bersifat ke duniawian sebelum
mempersatukan nusantara.”(2015:159)
urutan kejadian IV : Terlupanya Gajah Mada pada masa kini
“supaya Gajah Mada tidak terupanya oleh masyarakat ada berbagai upaya yang bisa
dilakukan yaitu dengan cara selalu meningkatkan bahwa pahlawan hebat bernama
Gajah Mada.”(2015:181)
3. Reorientasi
reorientasi adalah berisi komentar pribadi penulisan tentang peristiwa atau
kejadian sejarah yang diceritanya. Terdapat dalam kutipan berikut : “Jika ditelisik
kebelakang gajah mada tekad untuk mempersatukan nusantara gagasan yang pernah
direncanakan pada masa pemerintahan kartanegara dan tinggal meneruskan”
(2015:47)

3.3 unsur intrinsik dan ektrinsik


3.3.1 unsur intrinsik
unsur intrinsik merupakan unsur pembangunan karya sastra yang berasal dari
dalam karya itu sendiri, berupa tema, plot, penokohan, latar, sudut pandah,gaya
bahasa,dan amanat. Sejarah Asal Usul Gajah Mada karya gesta bayuadhy memiliki
unsur intrinsik sebagai berikut.

A. Tema
tema adalah ide pokok atau permasalahan utama yang mendasari jalan cerita
sejarah Asal Usul Gajah Mada karya gesta bayuadhy pertemakan perperangan pada
zaman kerajaan ( kolosal ). Ini diwakili dari kutikan, “Sejarah kisah cinta gajah mada.
Kontroversi kehidupan sang majapahit.

B. Karakter dan perwatakan


karakter atau tokoh adalah orang yang mejadi pelaku dlam sejarah,sedangkan
perwatakan atau pernokohan adalah cara penulis menggabarkan tokoh-tokohnya.
Sejarah Asal Usul Gajah Mada memiliki tokoh dan penokohan sebagai berikut.
1. Protagonis
( tokoh yang dikagumi dan sering dijadikan pahlawan yang taat dengan norma-
norma, nilai-nilai sesuai dengan konvensi masyarakat) pada sejarah Asul Gajah Mada
karya Gesta bayuadhy adalah gajah mada, rakyanala,

C. Latar
1) latar tempat
latar tempat adalah suatu unsur latar yang mengarah pada lokasi dan
menjeaskan dimana peristiwa itu terjadi. Berikut adalah latar tempat yang
digunakannpda sejarah Asal Usul Gajah Mada karya Gesta Bayuadhy.
pada halaman 14 latar tempat yang digunakan adalah tempat lahirnya Gajah
Mada Di desa cancing,seperti pada kutikan berikut:“Gajah mada lahir dari desa
cancing(2015:14)
pada halaman 19 latar tempat yang digunakan adalah di desa modo,pada
kutikan berikut.”Di desa modo,desa pamotan,desa ngimbang,desa bluluk,desa
sukoromi dan sekitarnya”ada beberapa alasan menjadi kan viddy yakni bahwa gajah
mada berasal dari lamongan,alasan itu antara lain,didesa modo,desa pamotan,desa
ngimbang,desa bluluk,desa sukoromi dan sekitarnya.”(2015:19)
pada halaman 92 latar tempat yang digunakan adalah desa pandende pada
kutikan berikut.”padende,dongko,bima,nusategara barat”bayangan gajah mada
dipadende menyatakan bahwa didesa padende,dongko,bima,nusategara barat,terdapat
2 bangunan kuno,yaitu waduh nocu(batu lesung)dan tolo waduh tunti(sawa batu
tulis).” (2015:92)

2) latar waktu
latar waktu adalah merukan unsur latar yang mengarah pada kapan terjadinya
suatu peristiwa-peristiwa didalam sebuh cerita fiksi.di bawah ini adalah latar waktu
yang digunakan pada sejarah Asal Usul Gajah Mada karya Gesta bayuadhy .
pada halaman 18 latar waktu yang digunakan adalah selama 2 tahun pada
tahun 1357-1359M seperti pada kutikan berikut:” hayam wuruk memberikan
hukuman ringan yaitu membebaskan gajah mada selama 2 tahun pada 1357-1358.”
(2015:18)
pada halaman 45 latar waktu yang digunakan adalah pada tahun 1258, seperti
terjadi pada kutikan berikut:” Gajah Mada diangkat menjadi mahapati pada tahun
1258 saka atau 1336M.” (2015:45)

3) latar sosial
latar sosial adalah latar yang menjelaskan tata cara kehidupan sosial masyarakat
yang meliputi maslah-maslah dan kebiasan-kebiasaan pada masyarakat tersebut.
Dibawah ini merupakan latar sosial yang digunakan pada sejarah Asal Usul Gajah
Mada karya Gesta Bayuadhy.
Pada halaman 14 latar sosial yang digunakan adalah,seperti terlihat pada
kutipan.”pada masa kecilnya,joko modo mengembala kerbau.untuk mengawasi
kerbaunya, ia naik sebuah bukit.dari atas bukit yang terkenal dengan nama sitinggil
itulah,joko modo sering melihat iringan-iringan prajurit majapahit dalam perjalanan
dari gajah majapahit ketuban,atau sebaliknya timbullah niat di hati joko modo untuk
menjadi prajurit di kerajaan majapahit.”(2015:14)
Pada halaman 80 menunjukkan bahwa pada novel kisah cinta gajah mada
adalah,seperti terlihat pada kutipan berikut.”dalam peperangan itu pasukan kerajaan
sunda mengalami kekalahan banyak prajurit senapati dan pejabat tinggi kerajaan
sunda yang gugur secara perwira,mereka adalah pahlawan-pahlawan dari sunda yang
gagah perkasa,raja dan putrinya pun gugur dalam peperangan tersebut.”(2015:80)
Pada halaman 92 dan 93 latar menunjukkan bahwa pada masa itu adanya
budaya dan keyakinan,seperti terlihat pada kutipan berikut,”menurut keyakinan
masyarakat setempat bahwa wadu nocu adalah kuburan mahapatih gajah
mada,keyakinan tersebut diungkapkan secara turun-temurun oleh penjaga
kuburan.”(2015:92,93)

D.Alur
Alur atau plot merupakan rangkaian peristiwa dalam sejarah. Alur dibedakan
menjadi 3 bagian, yaitu alur progresif (secra kronologi), alur regresif ( tidak diurutkan
secara kronologi), dan alur campuran( disusun tidak secara maju ataupun mundur,
sesuai ingin keinginan penulis).
Adapun alur yang digunakan pada sejarah sejarah Asal Usul Gajah Mada
karya Gesta Bayuadhy adalah alur campuaran, karna diawali dengan pelantikah gajah
mada pada tahun 1336M lalu dilanjutkan dengan asal usul berdirinya majapahit pada
tahun 1263M, seperti pada kutikan berikut.

Tahap-tahap pada alur terdiri atas perkenalan (tahap permulaan suatu cerita
yang dimulai dengan suatu kejadian,tetapi belum ada ketegangan), pertentangan
(tahap dimana mulai terjadi pertentangan antara pelaku-pelaku; titik pijak menuju
pertentangan selanjutnya), komplikasi (tahap dimana ketegangan mulai terasa
semakin berkembang dan rumit,nasib pelaku semakin sulit diduga,serba samar-
samar),klimaks (tahap dimana ketegangan mulai memuncak,perubahan nasib susah
mulai diduga,kadang duaan itu tidak terbukti pada akhir cerita), dan penyelesaian
(tahap akhir cerita,berisi penjelasan tentang nasib-nasib yang dialami tokohnya
setelah mengalami peristiwa puncak itu.

Tahap perkenalan pada sejarah Kisah Cinta Gajah Mada karya Gesta
Bayuadhy berisi tentang Gajah mada memohon agar kerajaan sunda bersedia
bergabung dengan majapahit,seperti pada kalimat,”...ia memerintahkan utusa resmi
untuk memohon secara baik-baik agar kerajaan sunda bersedia bergabung dengan
majapahit. Namun,raja penguasa kerajaan sunda tidak bersedia bergabung,sehingga
sang utusan pulang dengan tangan hampa”.(2015:79)
Lalu,tahap pertentangan pada sejarah Kisah Cinta Gajah Mada karya Gesta
Bayuadhy membahas strategi pecah belah dengan cara mengadu domba,yaitu pada
kalimat,”Belanda melakukan strategi pecah belahdengan cara mengadu domba
musuh-musuhnya. Dalam keadaan teradu domba dan terpecah belah, Belanda dengan
mudahnya “menekuk” musuh-musuhnya sampai 350-an tahun lamanya”.(2015:82)

Kemudian, tahap komplikasi pada sejarah Kisah Cinta Gajah Mada karya
Gesta Bayuadhy berisi tentang Gajah Mada tersingkir dari istana, seperti pada
kutipan,”Gajah Mada tersingkir dari istana dan kewenangannya sebagai mahapatih
pun dikurangi..”(2015:83)

Selanjutnya, tahap klimaks pada sejarah Kisah Cinta Gajah Mada karya Gesta
Bayuadhy membahas tentang kolonial belanda menerapkan politik pecah belah,
seperti pada kalimat,”jika karakter,sifat dasar,ataupun perangai suatu bangsa telah
terkuasai,maka dengan mudahnya pemerintah kolonial Belanda leluasa menerapkan
politik pecah belah yang bisa membuat negara sebesar indonesia takluk dan tertindas
selama ratusan tahun,bukan hanya terjajah secara fisik,tetapi juga mental”.

Akhirnya,tahap penyelesaian pada sejarah Kisah Cinta Gajah Mada karya


Gesta Bayuadhy menceritakan bahwa Belanda menyelewengkan isi naskah kidung
sunda dan kidung sundayana seperti pada kalimat,”Apabila benar bahwa pemerintah
belanda menyelewengkan isi naskah kidung sunda dan kidung sundayana, maka
upaya pecah belah antarsuku di indonesia yang dijalankan penjajahan berhasil”.

E. sudut pandang
sudut pandang adalah cara pengarang menampilkan tokoh dlam ceritanya
sehingga tampak jelas gaya cerita yang di sajikan.ada pun sudut pandang yang
digunakan dalam sejarah Asal Usul Gajah Mada karya Gesta Bayuadhy adalah sudut
pandang orang ketiga sebagai pengamat, karna penulis menjelaskan kejadian dalam
cerita tanpa menjadi tokoh pada cerita, seperti yang dapat dilihat pada kutikan berikut.

“andong sari,andong sari terusir dari kerajaan dan diasingkan didesa


cancing,dia melahirkan anak laki-laki,(2015:14) dari kutipan tersebut terlihat bahwa
penulis menuturkan bahwa ia mengetahui apa yang andong sari rasakan terhadap ki
gedesidowayah
Kemudian pada halaman 18”pasca perang bubat perang bubat terjadi akibat
kesalahan gajah mada.”(2015:18).terlihat dari sudut pandang itu bahwa pembaca
dapat mengetahui apa yang dirasakan gajah mada apa yang ingin dilkukannya.
F. Gaya bahasa atau majas
Majas adalah pemanfaatan kekayaan bahasa . pemakaian ragam tertentu
untuk memperoleh efek – efek tertentu yang membuat karya sastra semakin hidup .
pada novel kisah cinta gajah mada karya gesta bayuadhy . terdapat beberapa majas
yaitu , sebagai berikut:
1. personifikasi
Majas personifikasi adalah majas perbandingan yang melukiskan sesuatu
benda mati seolah seolah hidup . misalnya terlihat pada kutipan berikut :
“ Tangan kanan maharaja sebagai penggerak roda negara” ( 2015:155)
2. litotes
Majas litotes adalah majas yang mengandung pernyataan yang dikecil –
kecilkan, dikurang dari pernyataan yang sebenarnya . Misalnya, terlihat pada kutipan
berikut :
“karena kehebatannya yang tidak lepas dari didikan ki gede sidowayah” (2015:15)

3. retorik
Majas retorik adalah majas penegasan berupa kalimat tanya namun tak
memerlukan jawaban . Misalnya terlihat pada kutipan berikut :
“orang – orang disebelah timur tidak akan pernah kalah . apalagi setelah mereka rusak
, siapa lagi yang menjadi teras – teras orang barat ?”

4. hiperbola
Majas hiperbola adalah pernyataan yang berlebihan melampaui kenyataan
yang sebenarnya dengan maksud memberikan kesan mendalam atau mencuri
perhatian . Misalnya pada kutipan berikut:
“lahir sumpah yang sangat menggetarkan bumi nusantara” (2015:44)

5. metafora
Majas metafora adalah gaya bahasa yang menggungkapkan ungkapan secara
langsung beupa perbandingan analogis . Misalnaya pada kutipan berikut:
“Penganiayaan terhadap utusan mongol tersebut sama saja dengan menantang
langsung kekaesaran mongol” (2015:51)

6. anti - klimaks
Anti klimaks adalah kebalikan dari majas klimaks . majas ini menyatakan
beberapa hal secara berturut - turut yang makin lama semakin menurun , Misalnya
pada kutipan berikut :
“Gajah mada adalah anak dari gajah pagon , cucu macan kuping , penghulu tua
(kepala desa) desa dadakan” (2015:20)

7. paralelisme
Paralelisme biasa digunakan untuk menunjukan suatu titik kesamaan
kedudukan yang sering dianggap sebagai suatu yang memiliki jarak karena memiliki
karakteristik yang berbeda. Atau dapat juga paralelisme digunakan untuk
mengungkapkan sesuatu dengan kata yang diulang – ulang untuk menggambarkan
makna yang diinginkan diutarakan sama dengan deskripsi dari kata yang diulang –
ulang tersebut . Misalnya pada kutipan berikut :
“Joko Modo sering melihat iring – iringan prajurit majapahit menuju tuban atau
sebaliknya” (2015:16)

8. Sinekdot totem pro parte


Sinekdot adalah majas yang menyebutkan bagian untuk menggantikan benda
secara keseluruhan untuk sebagian . Misalnya pada kutipan berikut :
“Setiap kapal memuat sekitar 40 orang pengikut” (2015:26)

9. Asosiasi
Majas asosiasi atau perumpamaan adalah perbandingan terhadap dua hal
yang pada hakikatnya bebeda, tetapi sengaja dianggap sama , Misalnya pada kutipan
berikut :
“Anepaken dikalahkan oleh gajah mada, sedangkan raja sunda ditewaskan oleh calon
besannya sendiri” (2015:72)

10. Ironi
Ironi adalah majas yang menyatakan hal yang bertentangan dengan maksud
untuk menyindir seseorang , Misalnya pada kutipan berikut :
“pemberontakan kuti ibarat nusuh dalam selimut yang tiba – tiba menikam dari
belakang” (2015:36)

G.Amanat
amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Amanat terdiri
atas 4 macam, yakni amanat tersurat (diceritakan langsung oleh penulis),amanat
tersirat (dapat disimpilkan sendiri oleh pembaca), amanat terserat (merupakan
terpengaruhnya emosi pembaca), dan amanat tersorot (berupa peniruan perilaku tokoh
oleh pembaca).

Adapun yang terdapat pada sejarah gajah mada karya gesta bayuandhy adlah
amanat tersirat,seperti yang terlihat dari kutipan berikut :” Jika ditelisik
kebelakang,tekad gajah mada untuk mempersatukan merupakan gagasan yang pernah
di rencanakan pada masa kertanegara dengan kata lain gajah mada tinggal
meneruskan upaya penyatuan tersebut. Upaya penyatuan itu perlu dilakukan upaya
penyatuan masa pemerintahan kertarajasa dan jayanegara,beberapa negara yang
terletak diseberang laut melepaskan diri,gajah mada berupaya menyatukan kembali
negara-negara yang terletak dari pusat pemerintahan majapahit.” (2015:47).

3.3.2 Unsur Ekstrinsik


Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun karya dari luar karya
itu,antara lain latar belakang penulis,keadaan sosial yang dialami penulis,dan
sebagainya. Adapun unsur ekstrinsik dari Kisah Cinta Gajah Mada yaitu berupa
informasi tentang penulis.

TENTANG GESTA BAYUADHY


Gesta Bayuadhy,adalah nama lain dari suwito sardjono. Karya penulis telah
banyak dimuat di berbagai media massa,di antaranya Suara Merdeka,Dharma
Nyata,Swadesi, dan idola.
Berkat kecintaannya yang tinggi terhadap dunia wayang dan hal-hal yang
berbau kejawen,sudah banyak karya yang ia tulis menjadi sebuah buku. Amuk
wisanggeni (DIVA Press,2012), Musnahnya sengkuni (DIVA Press,2012),
Ranggalawe (DIVA Press,2013), Wong Sugih Mati Keluwen (DIVA Press 2014),
Janma Tan Kena Kinira (Laksana, 2014), Tradisi-Tradisi Adiluhung Para Leluhur
Jawa (Dipta,2015) dan buku yang sedang anda pegang ini merupakan karya-karyanya
yang sudah diterbitkan.
Untuk info lebih lengkap mengenai buku-buku kami ,silakan kunjungi
website: www.divapress-online.com atau bergabung dengan kami lewat akun
facebook: Penerbit DIVAPress dan twitter: @divapress01.

3.4.2 ungkapan
ungkapan merupakan gabungan kata yang maknanya sudah menyatu dan tidak
ditafsirkan dengan makan unsur yang membentuk-nya. Ungkapan yang terdapat pada
buku sejarah Gajah Mada karya gesta bayuandhy Adalah sebagai berikut.
1.Shahih yang berarti benar terdapat pada kalimat,“...Minimnya
Sumber yang shahih memunculkan banyak pendapat...”(2015:13)
2. Ragam pendapat yang berarti macam-macam pikiran,terdapat pada
kalimat,“...Cerita lisan dari rakyat setempat,dan ragam
pendapat .....”(2015:13)
3. Menyuting yang berarti melamar, terdapat pada
kalimat,“...Sijawangkati menyuting lailan mangrani....”(2015:26)
4. Ngakoni yang berarti menjalani, terdapat pada kalimat,“... Orang
yang sedang ngalokoni semacam gajah mada ...”(2015:33)
5. Pararaton yang berarti kitab atau naskah, terdapat pada kalimat,
“... Kalimat yang sebenarnya yang tidak ada kata “Sumpah “ dalam
pararaton”(2015:47)
6. Tolak ukuran yang berarti dasar, terdapat pada kalimat,“... namun
apakah itu bisa dijadikan tolak ukuran menilai bahwa Gajah Mada
gagal...”(2015:102)
7. Ngagepok senggol yang berarti menyentu, tedapat pada kalimat,“...
salah satu jenis kuasa adalah tidak ngegepok senggol
wanita”(2015:159)
8. Etos yang berarti pandangan hidup, terdapat pada kalimat,“...Gajah
Mada memiliki semangat juang atau etos kerja yang
tinggi...”(2015:189)

3.5 Sudut pandang


Sudut pandang ini berbeda dengan sudut pandang pada unsur intrinsic.
sudut pandang merupakan latar belakang mengapa suatu karya timbul. Adapun sudut
pandang buku sejarah Gajah Mada karya gesta bayuandhy adalah latar belakang
penulis buku sejarah yang dulunya bercecipung di dunia jumalistik kemudian
mendalami tulis menulis dengan belajar pada gurunya. Dikarena sebagai pencipta
sejarah dan cerita, geta bayuandhy menyatukannya dan limbuhlah buku sejarah Gajah
Mada .

3.6 Nilai-Nilai dalam sastra


Dengan membaca karya satra, kita akan memporoleh”sesuatu “yang dapat
memperkaya wawasan dan atau meningkatkan harta hidup. Dengan kata lain, dalam
karya sastra ada sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan. Karya sastra (yang baik )
senantiasa mengandung nilai (value). Nilai itu dikemas dlam wujud struktur karya
satra, yang secara implisit terdapat dalam alur, latar,tokoh, tema, dan amanat atau di
dalam larik atau kuplet, rima, dan irama. Berikut merupakan nilai-nilai yang terdapat
pada buku sejarah Gajah Mada karya Gesta Bayuandhy
A. Nilai etika ( mengajarkan tata krama yang baik)
Gajah mada mengucapkan sumpah yang artinya ia berjanji dan wajib
memenuhinya selama mengabdi sebagai punggawa tertinggi di bawah raja.
(2015:45)
Arya tanda memohon kepada sang ratu supaya dihentikan di jabatannya.(2015:42)
Gajah Mada bersumpah tidak akan menikmati buah palapa sebelum berhasil upaya
uat gajah mada untuk menyatukan nusantara, bisa di maknai bahwa Gajah Mada
menjalani puasa mutih.(2015:49)
B. Nilai Budaya ( mengajarkan kebudayaan yang ada )
Gajah Mada menggunakan kesempatan untuk menempa diri dari dalam dunia
pemerintahan ia bisa diungkapkan secara turun-temurun oleh penjaga kuburan.
(2015:41)

C. Nilai Sosial (mengajarkan cara berinteraksi dengan rang lain)


Berdasarkan informasi yang valid dan sangat layak dipercaya itulah Gajah Mada
segera mengambil tindakan tegas Gajah Mada mengarahkan pasukan yang masih setia
kepada raja untuk membasmi Ra kuti dan anak buahnya.(2015:40)

3.7 Teks Eksplanasi


Teks Eksplanansi adalah teks yang berisi tentang proses “mengapa” dan
“bagaimana” kejadian-kejadian alam, sosial, ilmu pengetahuan, budaya dan lainnya.
Dapat terjadi. Berdasarkan nilai-nilai yang didapatkan dalam buku sejarah Gajah
Mada karya Gesta Bayuandhy penulisan menyusun sebuah teks eksplanasi yang
berjudul:

LUNTURNYA MORAL DAN ETIKA GENERASI PENERUS BANGSA

Istilah Moral berasal dari bahasa latin, Bentuk tunggal kata “moral” yaitu mos
sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang
sama yaitu kebisaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka
secara etimologis, kata ‘etika’ sama degan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut
sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan, adat. Dengan kata lain, kalau arti kata ‘
moral ’ sama dengan kata ‘etika’ , maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai
dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Sedangakan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja
yaitu ‘etika’ dari bahasa yunani dan ’moral’ dari bahasa latin. Jadi bila kita
mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral,maka kita
menganggap perbutan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang
berlaku dalam mesyarkat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral
bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak
baik.

Prinsip moral atau moral (dari bahasa latin: moralitas ) membawa pengertian ajaran
atau pegangan berkenaan dengan buruk baik sesuatu perbuatan ( kelakuan,
kewajiban,dan lain-lain), sikap atau cara berkelakuan yag berasaskan atau yang diukur
dari segi baik buruk sesuatu ahklak ia merujuk kepada konsep etika kemanusiaan
yang digunakan dalam tiga konteks, yaitu:

a. Hati nurani individu;


b. Sietem –sistem prinsip dan pertimbangan – terkadang dipanggil nilai moral –
yang dikongsi dalam sesuatu komuniti kebudayaan, keagamaan, kesekularan atau
kefalsafahan dan;
c. Tata laku atau prinsip moral tingkah laku;

Moral pribadi mentakrifkan dan membedakan niat, motivasi, atau tindakan


yang betul dan yang salah, sebagaimana yang dibelajar, dilahirkan , atau
dikembangkan di dalam setiap orang perseorangan.
Moralitas’ (dari kata sifat latin moralis) mempunyai arti yang penting pada
dasarnya sama dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang
“moralitas suatu perbuatan” artinya segi moral suatu perbuatan perbuatan atau baik
buruknya perbuatan tersebut. Moralita adlah sifat moral atau keseluruhan asas dan
nilai yang berkenan dengan baik dan buruk.

Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa yunani) yang berarti
karakter. Watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan
dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah
tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar , buruk atau baik
serta suatu tanggung jawab. Menurut Martin [ 1993 ], etika didefinisikan sebagai “the
discipline which can act as the performance index or reference for our control
system”. Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “selfcotrol”, karna segala
sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok social
(profesi) itu sendiri.

Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-


pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain
karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk
itulah perlu diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan
oleh manusia.

Secara metodoogis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan


sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam
melakukan refleksi. Karna itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu,
objek dari etika adalah tingkah laku manusia. akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu
lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang nomatif.
Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.

Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika),
etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan ( studi penggunaan
nilai-nilai etika ). Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat.

Tak pelak lagi, bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami suatu krisis
secara fundamental dan menyeluruh. Banyaknya masalah yang berupa ancaman
hambatan, Tantangan dan Ganggun (AGHT) yang dihadapi Indonesia datang bertubi-
tubi secara dengan derasnya. Ditambah lagi masalah-masalah bencana alam yang
memang sudah menjadi bagian dari alam Indonesia yang memang akhir-akhir ini tak
ramah dan mungkin yang terakhir yang cukup menganggu yakni masalah
internasional dengan negara-negara tetangga hinga berujung buruknya perseprsi
Indonesia di mata inernasional.

Krisis yang dialami indonesia menjadi sangat multidimesional yang saling


mengaji. Mulai dari krisis ekonomi yang tidak kunjung berhenti, sehingga berdampak
pula pada krisis social dan politik, yang pada perkembangannya justru menyulitk
upaya pemilihan ekonomi konflik horizontal dan verikal yang terjadi dalam tentu
akan melahirkan disintegrasi bangsa. Apalagi bila melihat bahwa bangsa Indonesia
merupakan bangsa yang plural seperti beragamnya suku, budaya daerah, agama dan
berbagai aspek politik lainnya serta kondisi geografis Negara kepulauan yang
tersebar. Semua ini mengandung konflik yang dapat merugikan dan mengganggu
persatuan dan kesatuan bangsa.

Lalu ada apa dengan Indonesia sebenarnya. Masalah utama memang


tanpak berada di perukaan tapi sebetulnya masalah yang benar-benar besar ada pada
moral masyarakat indonesia yang begiu remuk. Hal ini diibaratkan jika indonesia
adlah sebuah kapal besar yang sedang mengurungi samudra nan luas, lalu kapal
indonesia bocor dan air laut masuk hingga kapal terancam karam, tetapi sebagai awak
kapa serta anak buah kapal yang mengetahui kejadian ini malah tunggang langgang
berlari dan keluar dari kapal bukannya saling membantu gotong royong untuk
memperbaiki kapal sehingga mampu melaju lagi diatas samudera. Hal ini inilah yang
menjadi hambatan besar yaitu yang berasal dari dalam Indonesia itu sendiri, bahkan
lebih dalam lagi yakni hati nurani setiap warga negara Indonesia.

Hal ini sangat berbanding jauh apabila dibandingkan dengan tatakrama,


moral, dan etika bangsa Indonesia pada saat sebelum masuknya pengaruh dan
modernisasi. Hal tersebut dapat kita temui di dalam buku sejarah Gajah Mada, setelah
kita membaca buku tersebut kita dapat mengambi sebuah kutikan pada saat gajah
mada yang bertekat kuat untuk menepati sumpahnya (2015: ) mengajarkan kita untuk
tidak mengingkari janji.dan Mahapatih yang tidak sombong meskipun memiliki bakat
dan cerdas (2015: ) mengajarkan kita untuk selalu rendah hati.

Krisis moral yang sangat berpengaruh untuk perkembangan Indonesia


kedepannya sekarang ini malah terkesan dikesampingkan oleh aparatur pemerintahan.
Hal ini akan mengakibatkan bagsa indonesia akan semakin terpuruk dan dipandangi
rendah oleh bangsa lain. Karna dari generasi penerusnya saja sudah tidak bermoral?
Bagaimana bisa menjadi suatu bangsa yang baik? Itulah yang menjadi permasalah
sebenarnya bagi bangsa Indonesia.

Solusi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi (setidaknya


meminimalkan ) masalah menurunnya moral dan etika generasi penerus adaah:
memiliku teman pergaulan, orang tua harus lebih mengawasi pergaulan anak-anaknya
serta, serta lebih memberi perhatian, diadakannya pembekalan moral dan akhlak,
meningkatkan keianan dan ketakwaan , melakukan kegiatan yang bersifat positif.
Selain itu juga harus membiasakan diri untuk menanamkan nilai moral, etika dan
budaya dalam diri masing-masing dan membiasakan diri untuk belajar dan mencontoh
perilaku yang baik, yaitu perilaku yang telah dicontohnkan para leluhur bangsa
Indonesia.
Bab IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Dari pembahsan mengenai struktur, unsur intrinsik, unsur ekstrinsik, unsur
kebahasaan, sudut pandang, nilai-nilai dalam sastra, serta teks ekplanasi dari buku
sejarah Gajah Mada karya Gesta bayuandy di atas dapat ditarik kesimpulan sebgai
berikut:

A.STRUKTUR

Orientasi : Di angkatnya gajah mada menjadi patih kerajaan majapahit

Komplikasi
kejadian I : Diangkatnya Gajah Mada menjadi pati.
kejadian II : Perang bubat dan sumpah palapa.
kejadian III : Memusuhi dan membanggakan Gajah Mada.
kejadian IV : Memudarnya semangat persatuan.
kejadian V : Gajah Mada tidak berambisi pada Harta,Tahta,dan Wanita.
kejadian IV : Terlupanya Gajah Mada pada masa kini.

Reorintasi :

B. Unsur intrinsik
1. Tema : Sejarah kisah cinta gajah mada. Kontroversi kehidupan sang majapahit.
2. Karakter dan karakterisasi
a. Protagonis
•Gajah mada
•Andong sari
•Selir dari raden wijaya
•Raja 1 kerajaan majapahit

b. Antagonis
Kerajaan majapahit yang menyerang pimpinan RA. Kembar
perundingan yang dilakukan gajah mada gagal.

4. Latar
a. Latar tempat Tempat
•Di desa cancing “Gajah mada lahir dari desa cancing(2015:14)
•Desa badander”desa badand,er disebut dalam
nagarakretagama(2015:16)
•Singoriti malang”ki gede sidowaya mendapat tanah pendidikan di
singorirti,malang(2015:17)
•Di deso modo,desa pamotan,desa ngimbang,desa bluluk,desa sukoromi
dan sekitarnya”ada beberapa alasan menjadi kan viddy yakni bahwa
gajah mada berasal dari lamongan,alasan itu antara lain,didesa
modo,desa pamotan,desa ngimbang,desa bluluk,desa sukoromi dan
sekitarnya(2015:19)
•Desa padende,dongko,bima,nusategara barat”bayangan gajah mada
dipadende menyatakan bahwa didesa padende,dongko,bima,nusategara
barat,terdapat
2 bangunan kuno,yaitu waduh nocu(batu lesung)dan tolo waduh
tunti(sawa batu tulis) (2015:92)
•bali”dalam sejarah,disebutkan bahwa setelah menaklukkan bali,gajah
mada berkeinginan menaklukkan daerah –daerah disebelah timur beli.
(2015:93)

b. Latar waktu
pada halaman 18 latar waktu yang digunakan adalah selama 2 tahun pada
tahun 1357-1359M seperti pada kutikan berikut:” hayam wuruk memberikan
hukuman ringan yaitu membebaskan gajah mada selama 2 tahun pada 1357-
1358.” (2015:18)
pada halaman 45 latar waktu yang digunakan adalah pada tahun 1258,
seperti terjadi pada kutikan berikut:” Gajah Mada diangkat menjadi mahapati
pada tahun 1258 saka atau 1336M.” (2015:45)

c. Latar sosial : pada zaman kerajaan majapahit, menggunakan bahasa Melayu,


dan adanya kebiasaan untuk menghanturkan sembah orang lain, baik, sederajat
maupun lebih tinggi derajatnya.

4. Alur
alur yang digunakan dalam buku sejarah Gajah Mada adalah alur campuran
karena terutama menceritakan pengangkatan Gajah Mada setelah itu baru
mencerikan awal mula terbentuknya kerajaan majapahit.

5. Gaya bahasa
Dalam sejarah Gajah Mada karya Gesta bayuandy menggunakan beberapa
gaya bahasa atau majas yaitu: personifikasi,litotes, retorik, hiperbola,
metapora anti klimaks, paralelisme, senekdot totem pro parte, asosiasi dan
ironi.

6. Sudut pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam buku sejarah Gajah Mada karya gesta
bayuandy adalah sudut pandang orang ketiga “pengarang sebagai pengamat”
karena penulis tidak terlibat langsung di dalam cerita.

7. Amanat
Pesan yang diambil dari buku sejarah Gajah Mada karya gesta bayuandy
yaitu mengajarkan tata krama yang baik yaitu pada saat gajah mada
memperlakukan tamu-tamunya dengan hormat, buku sejarah itu juga
mengenalkan kita dengan kebudayaan yang ada pada masa itu, yang terutama
kita diajarkan tata krama dan menghormati orang lain.

8. Unsur ektrinsik
Unsur ektrinsik yang terdapat dalam buku sejarah Gajah Mada yaitu
tentang latar belakang hidup penulis yang berisi proses saat Gesta Bayuandy

9. Unsur kebahasaan
1.majas
Dalam buku sejarah gajah mada karya gesta bayuadhy menggunakan
beberapa gaya bahasa atau majas
yaitu:personifikasi,litotes,retorik,hiperbola,metafora anti-
klimaks,paralelisme,sinekdot totem pro parteh, asosiasi,dan ironi
2.ungkapan

10.nilai-nilai dalam sastra


Dengan membaca buku karya gesta bayuadhy kita akan memperoleh
“sesuatu” yang dapat memperkaya wawasan dan meningkatkan harkat
hidup.dengan kata lain,dalam karya sastra ada sesuatu yang bermanfaat bagi
kehidupan. karya sastra (yang baik) senantiasa mengandung nilai (value), nilai-
nilai yang terdapat pada buku sejarah Gajah Mada karya gesta bayuadhy yaitu
nilai etika (mengajarkan tata kerama yang baik), nilai budaya (mengajarkan
kebudayaan yang ada), dan nilai sosial (mengajarkan cara berinteraksi dengan
orang lain).

11.teks eksplanasi
Dalam teks eksplanasi yang berjudul lunturnya moral dan etika generasi
penerus bangsa dapat di tarik kesimpulan bahwa, sangat berbanding jauh apabila
di bandingkan dengan tata kerama,moral,dan etika bagsa indonesia pada saat
sebelum masuknya pengaruh dan modernisasi.hal tersebut dapat kita temui dalam
buku ataupun novel-novel sejarah dalam satu contohnya terdapat buku sejarah
gajah mada,setelah kita membaca buku sejarah gajah mada tersebut kita dapat
mengambil sebuah kutipan pada saat gajah mada yang bertekad kuat untuk
menepati sumpahnya (2015: ) mengajarkan kita untuk tidak mengingkari janji.

Solusi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi (setidaknya


meminimalkan) masalah menurunnya moral dan etika generasi penerus adalah:
memilih teman pergaulan,orang tua harus mengawasi pergaulan anak-anaknya,
serta lebih memberi perhatian,diadakannya pembekalan moral dan
akhlak,meningkatkan keimanan dan ke takwaan,melakukan kegiatan yang bersifat
positif. Selain itu kita juga harus membiasakan diri untuk menanamkan nilai
moral,etika dan budaya dalam diri masing-masing dan membiasakan diri untuk
belajar dan mencontoh prilaku yang baik,yaitu prilaku yang telah di contohkan
para leluhur bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Bayuadhy Gesta.2015.Gajah Mada.jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama

http://kumpulan soalbahasa.blogspot.co.id/2016/01/struktur-teks-novel.html

http://www.trigonalmedia.com/2015/08/pengertian-sudut-pandang.html

https://dunia korap.wordpress.com/2011/02/26nilai-%E2%80%93-nilai-dalam-
karya-satra/

http://www.materikelas.com/2015/10/teks-eksplanasi-pengertian-struktur.html#

http://www.abimuda.com/2015/09/pengertian-dan-macam-macam-majas-lengkap-
beserta-contoh.html

http://www.ilmusiana.com/2015/11/60-macam-majas-dan-contohnya.html

http://www.lokersemi.web.id/2011/09/

https://id.wikipedia.org/wiki/novel

https://id.wikipedia.org/wiki/majassian-novel-menurutpara-pakar.html

https://id.wikibooks.org/wiki/bahasa_Indonesia/ungkapan

Anda mungkin juga menyukai