Anda di halaman 1dari 6

RESENSI NOVEL

HARIMAU ! HARIMAU !

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

NAMA : OKTAVIA HASIBUAN


KELAS : XII MIPA 2
B. STUDY : BAHASA INDONESIA

SMA NEGERI 1
SIEMPAT NEMPU HILIR
TAHUN AJARAN 2021/2022

Resensi Novel  Harimau! Harimau!


Judul buku                 : Harimau! Harimau!
Penulis                       : Mochtar Lubis
Penerbit                     : Yayasan Obor Indonesia
Tebal                         : vi + 214 halaman. : 11 x 17 cm
ISBN                         : 978-979-461-109-8

Sinopsis :
Di dalam hutan terdapat sumber-sumber nafkah hidup manusia seperti: rotan, damar, dan
berbagai bahan kayu. Tujuh orang pria yang terdiri dari Pak Haji Rakhmad, Wak Katok, Pak Balam,
Sutan, Buyung, Talib, dan Sanip telah seminggu lamanya tinggal di dalam hutan mengumpulkan
damar. Mereka mencari nafkah dengan mengumpulkan damar untuk istri dan anak-anaknya di
kampung Air Jernih, terkecuali Buyung, ia satu-satunya yang paling muda diantara mereka dan belum
menikah.
Mereka bertujuh selalu bersama-sama pergi mengumpulkan damar, meskipun mereka sebenarnya
tak berkongsi, dan masing-masing menerima hasil penjualan damar yang dikumpulkannya sendiri.
Mereka merasa lebih aman dan lebih dapat bantu-membantu melakukan pekerjaan.
Wak Katok merupakan pemimpin rombongan pendamar itu. Yang muda-muda seperti Talib,
Sanip, Sutan, dan Buyung, mereka semua murid pencak Wak Katok. Mereka juga belajar ilmu sihir dan
gaib pada Wak Katok. Mereka termasuk orang baik di mata orang kampung.
Dari kampung Air Jernih ke hutan, ada seminggu jauhnya berjalan kaki. Mereka membawa beras,
cabai, asam, garam, da panci, kopi, dan gula untuk perbekalan mereka selama berburu damar di
hutan.Selain mancari damar, mereka juga berburu rusa. Di hutan terdapat huma kepunyaan Wak Hitam.
Di sebuah pondok di ladang Wak Hitamlah mereka selalu bermalam selama berada di hutan. Wak
Hitam mempunyai empat orang istri, namun istri yang paling mudalah yang menemaninya di huma. Ia
bernama Siti Rubiyah. Ia masih muda dan cantik. Wak Katok maupun muridnya yang muda-muda
diam-diam menyukainya, namun sebenarnya mereka takut pada Wak Hitam yang mempunyai ilmu
sihir yang hebat. Siti Rubiyah dipaksa orangtuanya menikah dengan Wak Hitam. Wak Hitam
menikahinya Siti Rubiyah  hanya untuk memakai kemudaannyauntuk mempermuda dirinya sendiri.
Ada cerita yang mengatakan bahwa Wak Hitam bersekutu dengan ibis, setan, dan jin, dan dia
memelihara seekor harimau siluman. Saat itu Wak Hitam sedang sakit demam yang tak kunjung
sembuh, dengan sabar Siti Rubiyah merawatnya.
Dari kejadian itu Buyung dan Sanip mengatur strategi untuk bisa mengambil senapan itu dari
tangan Wak Katok. Diikatnya Wak Katok dan ia dijadikan umpan agar harimau itu dapat Buyung
bunuh. Sebelum meninggal, Pak Haji pernah berkata bahwa  “Bunuhlah lebih dahulu harimau dalam
hatimu dan percayalah pada Tuhan”. Kata-kata itu menyadarkan Buyung bahwa ia harus percaya
adanya Tuhan yang selalu melindungi dan jangan menaruh dendam pada orang lain. Dengan senapan
yang berhasil di ambil dari tangan Wak Katok, Buyung akhirnya berhasil menembak mati harimau itu
sebelum ia menyerang Wak Katok. Buyung dan sanip bahagia, mereka telah berhasil menembak mati
harimau yang telah menyebabkan hidup mereka menjadi tidak tenang dalam perjalanan dan telah
menjatuhkan korban yang tak lain kawan-kawannya yang telah meninggal dunia.

Keunggulan buku :
Cover novel ini bagus, dengan perpaduan warna orange dan hitam  serta gambar seekor harimau
dan seseorang yang sedang memegang senapan. Dari sini pembaca dapat merasakan bahwa cerita
dalam novel ini pasti penuh dengan ketegangan. Selain itu gaya bahasa yang digunakan juga mudah
dipahami oleh pembaca.

Kelemahan buku:
Terdapat kata-kata yang kasar dalam novel ini. Dimana kata-kata itu muncul saat konflik yang
terjadi antar tokoh, contohnya seperti kata “bangsat”. Terdapat beberapa kalimat yang menggambarkan
pornografi, sehingga dari sini dapat diketahui bahwa novel ini di tujukan untuk orang dewasa. Selain
itu juga terdapat beberapa kata-kata yang salah ketik  dan beberapa kalimat yang tidak sesuai dengan
EYD dalam novel ini. Akhir cerita dalam novel ini tidak jelas, seolah-olah ceritanya masih
bersambung.

Saran-saran terhadap buku ini :


Diharapkan penulis dapat menggunakan kalimat yang sesuai dengan EYD dalam penulisan
novelnya dan memeriksa kembali cerita novelnya  yang telah diketik, agar tidak terjadi kesalahan kata-
kata setelah novel di cetak.

Manfaat isi buku :


Novel ini mengajarkan kita bahwa dalam hidup kita harus saling tolong menolong sebab kita
tidak hidup sendiri dan tak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Setiap manusia  harus belajar
hidup dengan kesalahan dan kekurangan manusia lain. Kita juga  harus selalu bersedia memaafkan
kesalahan orang lain dan janganlah menaruh dendam kepada orang lain seperti kalimat yang terdapat
dalam novel ini “Bunuhlah harimau dalam hatimu”. Selain itu juga novel ini mengingatkan kita agar
kita selalu ingat kepada Tuhan, jangan percaya pada hal-hal yang bersifat tahayul. Kita juga disadarkan
untuk segera bertaubat atas segala dosa-dosa yang telah kita lakukan karena sesungguhnya Tuhan dapat
mengampuni segala dosa jika yang berdosa datang pada-Nya dengan kejujuran dan penyesalan yang
sungguh-sungguh.

Adapun unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Harimau ! Harimau ! adalah sebagai berikut :
1. Alur
Adapun alur yang terdapat dalam novel Harimau ! Harimau ! adalah alur maju ( progresif), hal
ini dikarenakan cerita menceritakan kejadian dari awal sampai akhir tanpa adanya unsur
kejadian masa lampau. Secara rinci tahap alur cerita dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Pengenalan cerita
Tujuh orang pencari damar yakni, Pak Haji Rakhmad, Wak Katok, Buyung, Sanip, Talib, Sutan,
dan Pak Balam secara bersama-sama mencari damar di hutan sekitar tempat tinggal Wak Hitam.
b. Munculnya Konflik
Pak Balam menjadi korban terkaman harimau dan merasa bahwa harimau tersebut merupakan
utusan Tuhan sebagai hukuman akibat dosa yang dilakukan. Kemudian Pak Balam mulai
menyuruh yang lain untuk mengakui dosa-dosanya juga satu persatu di depan mereka semua
yang akhirnya mulai menimbulkan perdebatan dan penolakan keras.
c. Konflik Memuncak (Klimaks)
Pak Balam disusul Talib dan Sutan, yang kesemuanya akhirnya meninggal diterkam harimau.
Kemudian terjadilah perdebatan hebat antara Wak Katok dan Buyung.
d. Konflik Menurun (Anti-klimaks)
e. Buyung membuat siasat bersama Sanip untuk menggunakan Wak Katok sebagai umpan supaya
harimau mau keluar dan bisa dibunuh, agar mereka bisa kembali ke kampung.
f. Penyelesaian
Buyung berhasil menembak harimau yang diumpankan melalui Wak Katok. Dan akhirnya
mereka bertiga bisa kembali ke kampung dengan selamat

2. Tokoh dan Penokohan (Karakterisasi)


a. Pak haji Rakhmad, adapun karakterisasinya adalah sebagai berikut :
Realistis, dibuktikan pada cuplikan dialog di bawah ini.
“Manusia yang mau hidup sendiri tak mungkin mengembangkan kemanusiaannya. Manusia
perlu manusia lain….” (hal. 198)
Taat pada Tuhan, dibuktikan pada cuplikan dialog di bawah ini.
“… ingatlah ucapan ‘Bismillahirrokhmanirrohhiim’… Tuhan adalah yang Maha Pemurah
dan Pengampun….” (hal. 199)
b. Wak Katok, seorang tua yang dianggap sebagai dukun dan pandai silat. Dia mempunyai
perguruan silat sehingga murid silatnya banya. Dia juga salah seorang pencari damar.
Adapun karakterisasinya adalah sebagai berikut :
Pemaksa, dibuktikan pada cuplikan dialog di bawah ini.
“Jika perlu aku paksa dengan ini,” (hal. 132)
c. Buyung, seorang pemuda pencari damar. Dia murid Wak Katok yang pandai silat. Adapun
karakterisasinya adalah sebagai berikut :
Pemalas, dibuktikan pada cuplikan dialog dibawah ini.
“Tetapi, aku malas kembali. Kita telah jauh,” (hal. 58)
Suka menolong, dibuktikan pada cuplikan dialog di bawah ini.
“Aku tolong engkau, Rubiah,” (hal. 67)
d. Sanip, murid Wak Katok, pencari damar. Adapun karakterisasinya adalah sebagai berikut :
Jujur, dibuktikan pada cuplikan dialog di bawah ini.
“Memang kami berdosa, kami…Talib, aku, dan ….,” (hal. 128)
e. Sutan, Pencari damar, murid Wak Katok. Adapun karakterisasinya adalah sebagai berikut
Suka menyindir, dibuktikan pada cuplikan dialog di bawah ini.
“Asal sungguh dia hanya dapat kancil,” (hal. 71)
f. Talib, seorang pemuda pencari damar, murid Wak Katok. Adapun karakterisasinya :
Suka mencuri, dibuktikan pada cuplikan dialog di bawah ini.
\“… dosa … aku berdosa … mencuri … curiiiii, ampun Tuhan….” (hal. 126)
g. Wak Hitam, seorang tua yang tinggal menyepi dalam hutan belantara dengan keempat
istrinya. Adapun karakterisasinya adalah sebagai berikut :
h. Suka mengeluh, dibuktikan pada cuplikan dialog di bawah ini.
“Aduh, beginilah kalau sudah tua dan sakit-sakit, tak ada lagi yang mengurus awak,” (hal.
50)
i. Siti Rubiah, istri muda Wak Hitam. Adapun karakterisasinya adalah sebagai berikut:
Suka melamun, dibuktikan pada cuplikan dialog di bawah ini.
“Rubiah, mengapa engkau bermenung-menung sendiri ?” (hal. 62)

3. Latar (Setting)
Latar adalah waktu, tempat, dan suasana ketika suatu cerita yang dialami oleh seseorang
terlukis atau terjadi.
a. Latar waktu
Petang
Ini terjadi pada suatu petang, ketika Zaitun datang membawa makanan untuk ibu Buyung
dan …. (hal. 12)
Malam hari
Dalam malam serupa itu, Sanip akan mengeluarkan dangung-dangungnya dan
menyanyikan lagu-lagunya. (hal. 30)
Pagi hari
Esok paginya, apabila yang lain masih tidur, lama sebelum subuh, Buyung telah
membangunkan Wak Katok dan Sutan. (hal. 80)
b. Latar tempat
Di hutan
Mereka bertujuh telah seminggu lamanya tinggal di dalam hutan mengumpulkan damar.
(hal. 2)
Di rumah Buyung
… ketika ayah dan ibunya ayah dan ibunya menyangka, bahwa dia tak ada di rumah. (hal.
12)
Di kamar
… setelah Zaitun pergi, Buyung mendengar dari kamar di sebelah … (hal. 12)
Rumah Wak Hitam
Mereka beruntung, karena tak berapa jauh dari hutan damar, ada sebuah huma kepunyaan
Wak Hitam. Disebuah pondok dilating Wak Hitamlah mereka selalu bermalam selama
berada di hutan damar. (hal. 25)
Di pinggir sungai
Mereka bertemu di tanah terbuka di pinggir sungai. Buyung perlahan-lahan mendekati
mereka. (hal. 82)

c. Latar suasana
Gembira
“Untung hujan, kita sempat beristirahat”
Dan mereka semua tertawa. (hal. 19)
Menegangkan
Napas Buyung terasa sesak, dan mengencang. Belum pernah dia merasa apa yang
dirasakannya … (hal. 68)

4. Sudut Pandang
Sudut pandang atau point of view merupakan cara pandang yang digunakan pengarang sebagai
sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai yang membentuk cerita. Adapun
sudut pandang yang digunakan dalan novel Harimau ! Harimau ! adalah sudut pandang orang
ketiga. Hal ini dikarenakan dalam kisahannya pengarang mengacu pada tokoh-tokoh cerita
dengan menggunakan kata ganti orang ketiga (ia, dia), atau menyebut nama tokoh.
5. Gaya dan Nada
Gaya adalah cara pengungkapan khas seorang pengarang yang membedakannya dengan
pengarang lain. Sementara nada adalah suatu hal yang dapat terbaca dan terasakan melalui
penyajian fakta cerita dan sarana sastra yang terpadu dan koheren. Adapun gaya yang
digunakan dalam novel Harimau ! Harimau ! adalah bahasa Indonesia.
6. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca melalui cerita yang
tertuang. Adapun amanat yang dapat diambil dari novel Harimau ! Harimau ! adalah sebagai
berikut :
 Dalam menjalani persahabatan dan kesetiakawan, kita harus jujur dan tulus satu sama lain
agar tidak timbul kecurigaan.
 Janganlah sombong terhadap apa yang kita punya.
 Janganlah mengganggu habitat hewan, kalau tidak mau hewan tersebut menerkam kita.
 Janganlah terlalu percaya tahayul, karena kekuatan Tuhan jauh melebihi segalanya.
 Jika menghadapi suatu permasalahan, kita harus bersama-sama menyelesaikannya.
 Dalam menjalani kehidupan, kita harus jujur.
 Janganlah berbuat curang dengan menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan
kedudukan.

7. Tema
Tema adalah pokok pikiran, ide, gagasan yang mendasari lahirnya sebuah cerita. Adapun tema
dalam novel Harimau ! Harimau ! adalah mengenai masalah tahayul dan hal-hal yang
berhubungan dengan ilmu magis yang berkembang dalam masyarakat Indonesia. namun di atas
segala-galanya itu, bahwa kekuatan Tuhan jauh melebihi segalanya.

Anda mungkin juga menyukai