Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS STRUKTURAL DAN UNSUR KEARIFAN LOKAL PADA KUMPULAN CERPEN MENGAWINI IBU KARYA KHRISNA PABICHARA

Oleh: Verdiana Indah Hapsari NIM: A2A008050 INTISARI

Kata kunci: cerpen, latar, kearifan lokal Cerpen sebagai salah satu hasil karya sastra yang bersifat fiksi, tentu memiliki latar atau setting tertentu sebagai gambaran masyarakat di sekitar pengarang, sekaligus tanda yang menunjukkan situasi dan kondisi lingkungan pengarang, karena sebagai anggota masyarakat, pengarang dalam menciptakan suatu karya sastra mencerminkan kondisi masyarakatnya yang ditulis berdasarkan kehidupan sosial masyarakat tertentu dan menceritakan kebudayaan-kebudayaan yang melatarbelakanginya. Salah satunya dalam kumpulan cerpen Mengawini ibu karya Khrisna Pabichara yang mengangkat kearifan lokal masyarakat Bugis Makassar beserta kompleksitas permasalahan yang melingkupinya. Penelitian terhadap kumpulan cerpen Mengawini Ibu karya Khrisna Pabichara ini bertujuan untuk mengungkap unsur kearifan lokal masyarakat Makassar melalui pendekatan sosiologi sastra. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, dengan teknis analisis isi yaitu mengungkap dan kemudian mendeskripsikan unsur ekstrinsiknya, apa dan unsur kearifan lokal yang dikandung dalam kumpulan cerpen tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa kearifan lokal yang ada dalam cerpen "Gadis Pakarena" terletak pada budaya masyarakat Makassar yang tidak menerima perkawinan dengan budaya kaum asing. Kearifan lokal tentang nilai bissu yang ada dalam masyarakat Makassar pada cerpen "Arajang". Kearifan lokal pada cerpen "Rumah Panggung di kaki Bukit" terletak pada adat perkawinan yang disebut dengan pammole cera.Kearifan lokal pada cerpen "Haji Baso" terlihat pada batu hitam bertuah atau yang disebut dengan kulau bassi. Jimat ini bagi orang Makassar jimat untuk kekebalan tubuh.Perbedaan kasta (Adat Perkawinan) dalamkearifan lokal cerpen "Silariang.Senjata tradisional Makassar yaitu badik dalam kearifan lokal pada cerpen "Ulu Badik Ulu Hati". Badik dipergunakan bukan hanya untuk membela diri atau berburu, tetapi juga merupakan suatu identitas diri dari suatu kelompok etnis atau kebudayaan.

A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreativitas sastrawan sebagai hasil ekspresi dalam dirinya dalam bentuk seni. Hasil ekspresi itu bersumber dari gabungan proses kehidupan kenyataan dengan imajinasi pengarang. Dengan karyanya pengarang bermaksud menyampaikan gagasan-gagasannya, pandangan hidupnya, serta tanggapan masyarakat (pengarang) terhadap fenomena kehidupan didalam masyarakat, beserta kompleksitas permasalahan yang ada di sekitarnya dengan cara menyajikan alternatif pemecahannya yang diusahakan menarik dan menyenangkan. Selain itu dengan karya sastra pengarang bermaksud menyampaikan nilai-nilai yang menurutnya memberikan manfaat bagi penikmatnya (Sumardjo, 1979:15). Cerpen sebagai salah satu karya sastra yang memiliki unsur intrinsik pada hakikatnyas edang berhadapan dengan sebuahdunia, dunia dalam kemungkinan, dunia yang dihuni oleh tokoh dan permasalahannya. Namun hal itu masih kurang lengkap sebabt okoh dengan berbagai pengalaman kehidupann yaitu memerlukan ruang lingkup, tempat, dan waktu, sebagaimana halnya kehidupan manusia dan dunia nyata. dalam ruang lingkup ini dikenal dengan sebutan latar. Menurut Sudjiman (1990:44), latar merupakan segala keterangan atau penunjuk yang berhubungan dengan waktu, ruang dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra. Berbicara tentang latar, maka berhubungan dengan sosial dan kultural yang mendukung terbentuknya suatu karya sastra. Latar tidak terbatas pada penempatan lokasi tertentu atau sesuatu yang bersifat fisik saja, melainkan juga yang berwujud tata cara, adat istiadat, kepercayaan, nilai-nilai yang berlaku di tempat yang bersangkutan. Oleh karena itu, pemahaman terhadap karya sastra dapat dilakukan secara lengkap jika karya sastra itu tidak dipisahkan dari lingkungan, kebudayaan, serta peradaban yang telah menghasilkannya. Keberadaan setting atau latar dalam suatu cerita sangat penting, hal itu tidak hanya dilihat dari fungsi tetapi juga dalam hubungannya dengan unsur intrinsik yang lain untuk membentuk satu kesatuan mewujudkan tema ceita. Di mana, kapan, dan bagaimana tokoh berada dalam cerita, maka peran setting dapat terlihat. Selain memberi informasi tentang ruang, dan waktu, setting juga berfungsi sebagai proyeksi keadaan batin para tokoh dalam cerita. Kebudayaan adalah salah satu dari unsur ekstrinsik tersebut. Masyarakat memang tidak terlepas dari kebudayaan. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Kebudayaan erat hubungannya dengan masyarakat, bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Masyarakat dengan kebudayaannya tidak terlepas dari tempat atau latar dalam suatu wilayah tertentu. Masing-masing kebudayaan dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai, norma, aturan dan pengetahuan masing-masing suatu masyarakat. Latar memberikan identitas, sifat, kekhasan dalam masyarakat. Kearifan lokal merupakan salah satu bentuk kebudayaan. Kearifan lokal merupakan adat dan kebiasaan yang telah mentradisi dilakukan oleh sekelompok

masyarakat secara turun temurun yang hingga saat ini masih dipertahankan keberadaannya oleh masyarakat adat dalam suatu wilayah. Kearifan lokal itu tercemin dalam salah satu karya Khrisrna Pabichara dalam bentuk kumpulan cerpennya MengawiniIbu .Pengarang mampu mengungkapkan unsur lokalitas dalam karyanya dan menarik dalam menuliskan gaya lisan yang mampu membangkitkan ketertarikan pembaca ketika dengan sepenuh kesadaran mengeksplorasi kearifan lokal ranah Bugis-Makassar, sehingga menambah wawasan penulis tentang kultur budaya Indonesia. Membaca kalimat demi kalimat yang terdapat dalam kumpulan kisah ini, pengarang seolaholah mengajak pembaca untuk turut serta merasakan bagaimana budaya dan kearifan lokal yang ada di tanah kelahirannya tersebut. Budaya maupun kearifan lokal yang terdapat dalam lingkungan tempat masyarakat tertentu dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang. Hubungan antara seseorang dengan lingkungan terdapat hubungan timbal balik, yaitu lingkungan dapat mempengaruhi seseorang, dan seseorang juga dapat mempengaruhi lingkungannya. Berlatar belakang dari ranah Bugis-Makassar yang masih mempertahankan kearifan lokalnya, lewat Khrisna Pabichara mencoba mengorek bocoran tentang budaya tanah kelahirannya tersebut. Setting atau latar kearifan lokal yang digunakan pengarang untuk membingkaicerita dapat mempengaruhi tindakan atau sifat tokoh dalam cerita.Latar kearifan lokal tersebut berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas keyakinan pembaca terhadap jalannya cerita ataupun karakter tokohnya.Dengan demikian, apabila pembaca sudah menerima latar itu sebagai sesuatu yang benar adanya,pembaca pun cenderung lebih siap dalam menerima karakter tokoh apapun kejadian-kejadian dalam cerita itu. Melalui kisah-kisah yang ada dalam setiap cerpen mengangkat tradisi yang ada di Sulawesi Selatan khususnya masyarakat Bugis yang emansipatif membingkai kisah dengan nilai-nilai lokalnya, maka dari itu hal tersebut menjadi pertimbangan penulis sebagai hal yang layak untuk ditelitikarena unsur budaya dan kearifan lokalnya begitu kental membingkai dan menjadi inti kisah dari cerita yang tersaji. Membaca kumpulan cerpen ini tak sekedar mendapat penghiburan, tapi mirip pengetahuan tentang bagaimana orang Bugis dalam keseharian.Latar kearifan lokal tersebut yang kaya akan budaya dan memberikan pengaruh terhadap pelaku atau tokoh dengan konflik-konflik yang dialaminya. Kearifan lokal dalam kumpulan cerpen Mengawini Ibu dinilai sangat menarik sebagai salah satu unsur ekstrinsiknya, karena mencerminkan suatu kehidupan sosial yang ada pada masyarakat Bugis-Makassar. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk menganalisis kumpulan cerpen Mengawini Ibu lebih lanjut dengan skripsi yang berjudul "Analisis Struktural dan Kearifan Lokal pada Kumpulan Cerpen Mengawini Ibu karya Khisna Pabhicara.

2. RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagaiberikut:

a. Bagaimanaunsur-unsur strukur yang membangun makna totalitas struktur dalam kumpulan cerpenMengawini Ibu? b. Bagaimanakearifan lokal yang terdapat dalam kumpulan cerpen Mengawini Ibu? B. TujuandanManfaatPenelitian 1.TujuanPenelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka penelitian ini bertujuan mengungkap dan; a. menjelaskanunsur-unsur strukur yang membangun makna totalitas struktur dalam kumpulan cerpen Mengawini Ibu. b. menjelaskankearifan lokal yang terdapat dalam kumpulan cerpen Mengawini Ibu.

2. Manfaat Penelitian Secara umum sebuah penelitian haruslah dapat memberikan suatu manfaat, baik secara teoretis maupun praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: a. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan di bidang sastra dan penelitian, khususnya teori strukturalisme. b. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan penelitian lain yang sejenis. Selain itu, hasil penelitian ini juga bermanfaat untuk memperkaya referensi tentang telaah sastra Indonesia, khususnya cerpen. C. Ruang Lingkup Penelitian Dari permasalahan-permasalahan yang ada maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan. Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak terlalu luas. Penelitian ini dibatasi padaenam cerpen dari duabelas cerpen dalam kumpulan cerpen Mengawini Ibu yakni,Gadis Pakarena, Arajang, Rumah Panggung di Kaki Bukit, Haji Baso, Silariang, dan Ulu Badik Ulu Hati, karena enam tersebut sudah mewakili kearifan lokal yang terdapat dalam kumpulan cerpen Mengawini Ibu. Dalam analisis ini, selain menganalisis struktur dalam kumpulan cerpen Mengawini Ibu, penulis membatasi ruang lingkup pembahasan difokuskan yang berhubungan dengan kearifan lokal beserta kompleksitas permasalahan yang ada di sekitarnya. D. Landasan Teori 1. Teori Struktural Teori adalah sebuah azas yang menjadi dasar pengetahuan, sehingga teori harus relevan dengan tujuan penelitian. Oleh karena itu, untuk membahas penelitian ini

peneliti mengambil penelitian teori dari beberapa pakar sebagai pegangan untuk berpijak. Teori-teori yang digunakan adalah teori struktural, sosiologi sastra, dan kearifan lokal yaitu untuk menemukan unsur kearifan lokal dalam kumpulan cerpen Mengawini Ibu. Karya sastra merupakan sebuah struktur dan totalitas secara menyeluruh, dalam arti bahwa karya sastra itumerupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, di mana di antara unsur-unsurnyatersebut menjadi hubungan timbal balik.Karya sastra dianggap memiliki hubungan antar struktur yang terkait satu sama lain dan bermakna bila dihubungkan dengan yang lain. Struktur tersebut memiliki bagian yang kompleks, sehingga pemaknaan harus diarahkan ke dalam hubungan antarunsur secara keseluruhan, terutama dalam karya sastra yang berbentuk cerita rekaan atau fiksi (Nurgiantoro, 1995: 36). Unsur intrinsik merupakan unsur-unsur yang membangun karya sastra yang ditemukan dalam teks karya sastra itu.Unsur-unsur inilah yang membentuk karya sastra berwujud. Unsur intrinsik pada karya sastra meliputi, tema, alur, latar, setting, sudut pandang, gaya bahasa dan penokohan. Unsur ekstrinsik merupakan unsur-unsur yang membangun di luar karya sastra itu.Unsur ekstrinsik adalah unsur yang mempengaruhi struktur cerita, tetapi tidak menjadi bagian di dalamnya, meliputi segala sesuatu yang menginspirasi penulisan karya sastra.Meski demikian unsur ekstrinsik cukup penting untuk dibicarakan, karena unsur ini akan membantu dalam hal pemahaman makna karya sastra itu (Nurgiantoro, 1995: 23). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan struktural dasaranya merupakan cara berpikir tentang dunia yang terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur. Dalam pandangan ini karya sastra dianggap memiliki hubungan antar struktur yang terkait satu sama lain dan bermakna bila dihubungkan dengan yang lain. 2. Teori Sosiologi Sastra Sastra merupakan pencerminan masyarakat.Sastrawan juga merupakan bagian dari masyarakat yang terikat oleh status sosial tertentu.Sastra adalah lembaga sosial dimana bahasa sebagai medianya yang merupakan ciptaan sosial.Sastra mengungkapkan problema kehidupan yang merupakan kenyataan sosial yang mencakup hubungannya antarmasyarakat, antarmanusia, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Bagaimanapun juga, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang yang sering menjadi bahan sastra, adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat dan menumbuhkan sikap sosial tertentu atau bahkan untuk mencetuskan peristiwa sosial tertentu (Damono, 2003: 1). Unsur yang paling relevan dengan sosiologi sastra adalah unsur ekstrinsik. Salah satu yang termasuk unsur ekstrinsik adalah pengarang. JakobSumardjo mengungkapkan bahwa pengarang adalah anggota salah satu masyarakat manusia. Ia hidup dan berelasi dengan orang-orang lain di sekitarnya. Tidak mengherankan jika terjadi interaksi dan interelasi antara pengarang dan masyarakatnya, selalu dapat ditarik sifat relasi antara karya sastra dengan masyarakat di mana pengarang hidup. Kegelisahan masyarakat menjadi kegelisahan para pengarang. Begitu pula

harapan-harapan, penderitaan-penderitaan, dan aspirasi mereka menjadi bagian pula dari pribadi pengarang-pengarangnya. Itulah sebabnya sifat-sifat dan persoalan suatu zaman dapat dibaca dalam karya-karya sastranya (1979:15). Dengan demikian, walaupun karya sastra tetap merupakan kreasi imajinatif pengarangnya, namun sangat dimungkinkan untuk mengkaji masyarakat dengan karya sastra. Pengkajian yang demikian ini dinamakan juga telaah sastra secaras osiologis, karena studi sosiologis mengandung pengertian sebagai suatu kajian kemasyarakatan. Sosiologi sastra bertujuan untuk memaparkan dengan cermat fungsi dan keterkaitan antarunsur yang membangun sebuah karya sastra dari aspek kemasyarakatan pengarang, pembaca, dan gejala sosial yang ada. Sosiologi sastra memandang karya sastra sebagai cerminan masyarakat yang perhatiannya berpusat pada struktur kemasyarakatan dalam karya sastra. Oleh karena ruang lingkup yang dipelajari sosiologi sastra seperti di atas meliputi hampir semua gejala hidup manusia dalam masyarakat, makaorientasinya pun tidak akan lepas dari aspek kultural (kebudayaan) sebagai hasil dari interaksi sesama individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, maupun individu dan kelompok dengan lingkungannya.

3. Kearifan Lokal Karya sastra juga mempunyai unsur ekstrinsik, karena karya sastra tercipta melalui proses yang panjang, dan dalam proses penciptaan itulah muncul faktorfaktor ekstrinsik. Faktor ekstrinsik meliputi latar belakang kehidupan pengarang, pandangan hidup pengarang, situasi sosial, budaya yang melatari lahirnya karya sastra tersebut. Dari faktor budaya tersebut kearifan lokal mencakup di dalamnya. Keindahan sastra yang diekspresikan pengarang dari kearifan lokal, bagaimanapun mempunyai akar budaya penciptaan yang memberi warna lain bagi teks sastra itu. Kearifan lokal, tidak hanya memberi nuansa sosial-budaya, tetapi juga mengekspresikan nilai-nilai estetik di dalamnya. Adanya kearifan lokal memperlihatkan bagaimana keadaan dalam suatu masyarakat yang tercermin lewat karya sastra. Setiap peristiwa dalam kehidupan pada dasarnya juga selalu berlangsung di tempat-tempat tertentu yang berhubungan dengan daerah dan masyarakatnya berserta unur sosial di dalamnya, begitu juga dengan kearifan lokal. Pengertian Kearifan Lokal dilihat dari kamus Inggris Indonesia,terdiri dari 2 kata yaitu kearifan (wisdom) danlokal (local). Local berarti setempat dan wisdom sama dengan kebijaksanaan. Dengan kata lain maka local wisdom dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilai, pandangan-pandangan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya (Sartini, 2004:111). Moendardjito (dalam Ayatrohaedi, 1986:40-41), mengatakan bahwa unsur budaya daerah yang potensial sebagai local genius karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan samapai sekarang. Ciri-cirinya adalah mampu bertahan terhadap budaya luar, memiliki kemampuan mengakomodasi unsurunsur budaya luar, mempunyai kemampuan menyatukan unsur budaya luar ke

dalam budaya asli, mempunyai kemampuan mengendalikan, mampu memberi arah pada perkembangan budaya. Pengetahuan lokal (kearifan lokal) merupakan hasil adaptasi suatu kelompok masyarakat yang berasal dari generasi ke generasi, sehingga kearifan lokal merupakan pengetahuan lokal yang digunakan masyarakat lokal untuk bertahan hidup dalam suatu lingkungannya yang menyatu dengan sistem kepercayaan, norma, budaya dan diekspresikan di dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka waktu yang lama.

E. Metode Penelitian Metode merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengkaji suatu penelitian. Dalam penggunaannya metode harus tepat guna agar memudahkan proses penelitian tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hasan dan Kuntjaraningrat (1997: 16) bahwa metode berarti cara kerja untuk memahami suatu objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Keduanya menjelaskan bahwa suatu metode dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaian dengan objek studi. Intinya, metode adalah cara kerja untuk memahami suatu penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode struktural untuk mengungkapkan unsur intrinsik dalam kumpulan cerpen Mengawini Ibu karya Khrisna Pabichara. Kedua, adalah metode sosiologi sastra, karena terdapat keterkaitan antara masyarakat, kebudayaan dan kearifan lokal. 1. Pengumpulan Data Sumber data yang menjadi objek penelitian adalah kumpulan cerpen Mengawini IbuKarya Khrisna Pabichara (Gadis Pakarena, Arajang, Rumah Panggung di Kaki Bukit, Haji Baso, Silariang, dan Ulu Badik Ulu Hati) Jadi, penelitian ini bersifat kajian kepustakaan. Untuk bahan penunjang, penulis menggunakan literatur sastra dan sosial yang masih berkaitan dengan penelitian. 2. Analisis Data Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural. Metode struktural yaitu pendekatan terhadap karya sastra dengan analisis unsur-unsur struktur yang ada di dalamnya.Unsur-unsur tersebut merupakan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra dari dalam yang terdiri dari alur, tokoh, latar, tema, sudutpandangpengarangdangayapenceritaan (Nurgiantoro, 1995:35). Unsur struktur yang penulis analisis meliputi alur, tokoh, latar dan tema. Pendekatan struktural dapat menjelaskan unsur-unsur yang membangun makna totalitas struktur cerpen juga untuk menjelaskan bagaimana kearifan lokal terdapat dalam enam cerpen yang penulis analisis. 3. PenyajianAnalisis Data Dalam tahap penyajian analisis data, penulis akan memggunakan metode deskriptif analisis yaitu hasil penyajian analisis data dengan memaparkan dan memberikan penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terinci atas hasil pengamatan dari unsur-unsur penelitian.

F. Simpulan 1. Kumpulan cerpen Mengawini Ibumempunyai struktur konvensional karya sastra, khususnya cerpen. Elemen tersebut saling berkitan, selaras dan mendukung. 2. Secara keseluruhan enam cerpen yang penulis analisis (Ulu Badik Ulu Hati", "Haji Baso", Gadis Pakarena, Arajang, Rumah Panggung di Kaki Bukit dan Silariang) mengangkat tema hakikat cinta, kesetiaan, kerinduan, dan juga kebencian. Betapa dekatnya cinta dan benci yang tak pernah berhenti bertarung di ruang yang sangat sempit bernama hati. 3. Dari kumpulan cerpen Mengawini Ibu karya Khrisna Pabichara ini, enam cerpen yang penulis analisis hanya cerpen Ulu Badik Ulu Hati"dan "Haji Baso" yang dilihat dari segi urutan waktu, pengaluran menggunakan alur lurus dan alur tidak lurus dalam cerpen Gadis Pakarena, Arajang, Rumah Panggung di Kaki Bukit dan Silariang. 4. Tokoh utama adalah tokoh yang sering diceritakan dan menjadi pusat perhatian. Tokoh ini yang menimbulkan simpati dan empati pembaca. Tokoh yang sering dikenai masalah membuat pembaca ikut merasakan apa yang dialaminya. Selain tokoh utama, terdapat juga tokoh-tokoh yang tidak kalah penting meski posisinya sebagai tokoh tambahan. Tokoh-tokoh tersebut dapat diidentifikasikan ke dalam tokoh antagonis, protagonis, maupun statis. Tergantung dari karakter dan sifat masing-masing tokoh. 5. Setelah membaca dan memahami kumpulan cerpen Mengawini Ibudengan baik, penulis dapat meyimpulkan bahwa karya sastra seperti halnya kearifan lokal memiliki manfaat untuk meningkatkan kehidupan manusia. Nilai, budaya maupun kearifan lokal yang dianut di dalam suatu masyarakat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari karya sastra, karena sastra lahir dari suatu masyarakat. 6. Setiap kelompok masyarakat nusantara membentuk dan memiliki budayanya sendiri. Demikian pula dengan masyarakat Bugis-Makassar yang membentuk sekaligus memiliki budayanya sendiri yang secara sadar dijalankan secara bersama dalam dinamika kemasyarakatan. Tentunya dalam upaya melanggengkan kebudayaan masyarakat terdahulu termasuk mengapresiasikannya dalam berbagai bentuk. Bentuk-bentuk tersebut mencakup budaya fisik yang terpatri dalam adat istiadat dan tradisi, serta budaya non-fisik yang mencakup nilai-nilai moral, religiusitas, dan filosofi yang dianut. 7. Kumpulan cerpen ini mengangkat suatu fenomena sosial maupun keadaan sosial, serta tradisi yang ada pada masyarakat Bugis-Makassar.Mengawini Ibu merupakan sebuah pembuktian akan fenomena yang tersembunyi yang mengandung sebuah arti bahwa kearifan lokal dalam karya sastra dapat memberikan peran yang sangat besar untuk mengetahui bagaimana keadaan sosial dalam suatu masyarakat tersebut. 8. Kearifan lokal yang ada dalam cerpen "Gadis Pakarena" terletak pada budaya masyarakat Makassar yang tidak menerima perkawinan dengan budaya kaum asing (sebutan untuk orang keturunan), cinta mereka dikalahkan demi alasan ras-suku-agama dan adat yang berbeda.

9.

10.

11.

12.

13.

Kearifan lokal tentang nilai bissu dan calabai yang ada dalam masyarakat Makassar, pada cerpen "Arajang", tokoh Aku tidak mendapatkan tempat dalam masyarakat seperti terpinggirkan dan tidak mendapatkan pengakuan, bahkan dari keluarganya sendiri.Tetapi setelah calabai menjadi bissu, mereka sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. dia tidak harus merasakan hinaan dari orang lain lagi karena telah menjadi bissu yang disegani banyak orang. Kearifan lokal pada cerpen "Rumah Panggung di kaki Bukit" terletak padaadat perkawinan. Perbedaan kasta dalam masyarakat Bugis yang tidak mengijinkan perikahan antara keluarga perempuan keturunan bangsawan (karaeng) dengan laki-laki golongan di bawahnya (daeng), kecuali bila lakilaki tersebut memenuhi tuntutan adat yang disebut dengan pammole cera. Kearifan lokal pada cerpen "Haji Baso" terlihat pada batu hitam bertuah atau yang disebut dengan kulau bassi. Jimat ini bagi orang Makassar jimat untuk kekebalan tubuh. Bila orang yang memegang jimat ini akan kebal terhadap senjata. Kearifan lokal cerpen "Silariang" terlihat pada masyarakat Turatea sangat erat dan patuh terhadap adat yang berlaku dalam hal perkawinan. Perbedaan kasta juga terjadi pada cerita ini. Tokoh Tola melakukan silariang dengan kekasihnya sebagai tindakan untuk melawan ketentuan adat. Silariang merupakan salah satu larangan dalam aturan adat masyarakat Turatea yang bila dilakukan hukumannya sangat berat, bahkan nyawa menjadi taruhannya. Senjata tradisional Makassar yaitu badik dalam kearifan lokal pada cerpen "Ulu Badik Ulu Hati". Badik dipergunakan bukan hanya untuk membela diri atau berburu, tetapi juga merupakan suatu identitas diri dari suatu kelompok etnis atau kebudayaan.Meski Sampara berada di tempat perantauan, tetapi dia tetap membawa kearifan lokal itu sebagai bagian dari orang Makassar.

Daftar Pustaka Ali, Muh.Nur. 2009. "Pembelajaran Nilai Budaya Siri' pada Masyarakat Bugis Makassar di Lingkungan Sekolah" dalam Didaktika: JurnalKependidikan. Vol.4/No.2. Edisi November.hlm.173-188. http://jurnal.pdii.lipi.go.id. Diunduh hari Jumat tanggal 8 Juni 2012. Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Ayatrohaedi. 1986. Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta: Pustaka Jaya. Dewi, Irene Shinta. 2010. Analisis Struktur dan Religiusitas dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari. Skripsi S-1 Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang. Elvian, Akhmad. 2010. "Kearifan Lokal Ranah Minang". http:Makalah-KearifanLokal-Ditulis-oleh-Akhmad-Elvian-Rabu. Diunduh Sabtutanggal9 Juni 2012. Geriya, S. Swarsi. 2003. "Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg Bali". http://www. balipos.co.id. Diunduh hari Sabtu tanggal 9 Juni 2012, pukul 19.00 WIB

10

Gobyah, I Ketut. 2003. "Berpijak pada Kearifan Lokal". http://www. balipos.co.id. Diunduh Sabtu tanggal 9 Juni 2012. Kontjaraningrat.2005. Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. . 2007. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan. Noor, Redyanto. 2004. Pengkajian Sastra. Semarang: Fasindo, Fakultas Sastra Undip. Nurgiantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nugoro, Fauzan Agri. 2011. Analisis Struktur dan Nilai Moral dalam Novel Rojak Karya Fira Basuki. Skripsi S-1Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang. Pabichara, Khrisna. 2010. Mengawini Ibu. Jakarta: Kayla Pustaka. Pelras, Christian. 2006. Manusia Bugis. Jakarta: Nalar Pradopo, Rachmat Djoko. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra Teori dan Penerapannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Prihatmi, Sri Rahayu. 1990. Dari Mochtar Lubis Hingga Mangunwijaya. Jakarta: Balai Pustaka. Sartini. 2004. "Menggali Kearifan Lokal Sebuah Kajian Filsafati" dalam Jurnal Filsafat. Jilid 37/No.2. Edisi Agustus. hlm. 111-120. http://jurnal.filsafat.ugm.ac. id. Diunduh hari Sabtu tanggal 9 Juni 2012 Soekanto, Soejono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Grafindo Persada. Sudjiman, Panuti. 1990. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta. Pustaka Jaya. Sumardjo, Jakob. 1979. Masyarakat dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: Nur Cahaya. Sya'aat. 2008. "Kearifan Lokal pada Masyarakat Adat di Indonesia" dalam Publica. Vol.IV/No.1. Edisi Januari. hlm.8-15.http://isjd.pdii.lipi.go.id. Diunduh hari Sabtu tanggal 9 Juni 2012. Thontowi, Jawahir. 2007. Hukum, Kekerasan dan Kearifan Lokal Penyelesaian Sengketa di Sulawesi Selatan. Yogyakarta: Pustaka Fahima. Wellek, Rene dan Austin Warren.1989.Teori Kesusastraan (Terjemahan Melani Budianta).Jakarta: PTGramedia. Wikipedia. "Budaya". http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya. Diunduh Sabtu tanggal 9 Juni 2012.

Anda mungkin juga menyukai