Anda di halaman 1dari 5

RESENSI NOVEL RAHASIA CINTA DAN HATI

Judul Penulis Ukuran Penerbit Tebal Harga Edisi Kategori

: Nafsul Muthmainnah : Anfika Noer : 14 x 20 cm : DIVA Press, Yogyakarta : 408 halaman : Rp 47.500 : Soft Cover : Religius

Tahun Terbit : 2007

Anfika Noer, lahir di Metro, 4 Oktober 1981. Putri pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Drs Suyono dan Ibu Ngadiyah ini menghabiskan masa kanak-kanak di desa. Ia melanjutkan pendidikan menengah di SMP Negeri 1 Metro. Pendidikan tinggi ditempuh di Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Lampung. Ia menyukai dunia sosial dan organisasi sejak remaja. Saat mahasiswa aktif di beberapa lembaga kemahasiswaan tingkat jurusan hingga universitas. Dunia tinta Ia geluti mulai tahun 2004, di sela-sela kesibukan menunaikan amanah organisasi dan tuntutan menyelesaikan studi, Ika, begitu Ia disapa menulis cerita anak, cerpen, opini, dan artikel pada harian umum, majalah remaja, dan antologi bersama. Penyuka warna biru ini adalah sosok yang dinamis. Ia senang jalan-jalan, silaturrahim dan bertemu banyak orang, berdiskusi atau sekedar mengdengar cerita mereka. Novel-novel karya Anfika Noer selalu mengandung nilai-nilai religius, seperti novel Penjaga Hati. Novel Nafsul Muthmainnah mengandung nilai religius akidah, ikhsan dan ibadah.

Adapun contoh nilai akidah dalam novel Nafsul Muthmainnah sebagai berikut: .......kalian sama-sama orang yang suka bergerak, kalau baru sekarang dipertemukan, mungkin memang sudah jalannya demikian, lalu kalimat Azwar terhenti, wajah hasbi menunjukan ketidakmengertian..... (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 26). Kutipan novel tersebut menjelaskan bahwa pada dasarnya segala sesuatu yang terjadi di bumi ini, baik yang dialami oleh manusia ataupun makhluk lain telah ditentukan oleh Allah Swt, dan usaha manusia.

Adapun contoh nilai ahklak dalam novel Nafsul Muthmainnah karya Anfika Noer sebagai berikut : Apa tidak ada penilaian lebih baik dari itu? Hasbi mencoba mengalah, sembari menetralkan hatinya yang bergemuruh hendak marah. Belum pernah ada gadis yang berulang-ulang membuatnya kesal seperti ini. Ia merasa harga diri dan wibawanya dijatuhkan sedemikian rupa. (Nafsul muthmainnah, 2007 : 35). Penggalan novel tersebut menjelaskan bahwa terkadang kata-kata yang dikeluarkan seseorang tanpa dia sadari telah menyinggung perasaan kita. Namun, kesadaran dan berpikiran positif dan menjadikan suasana lebih baik,walaupun hati merasa teraniaya.

Adapun contoh nilai ibadah dalam Nafsul Muthmainnah sebagai berikut: Denting jam dinding berhasil menyadarkan. Pada waktu ini semestinya ia sudah berada di suatu tempat. Sesaat lagi adzan berkumandang. Beranjak Hasbi dari kursi. Sekilas disapunya langit timur bersiluet putih. Mengayun langkah, menurun tangga kakinya naik di atas sandal Usung, mesjid itu ada disamping asrama. (Nafsul Muthmainnah, 2007 : 78). Penggalan novel tersebut menjelaskan bahwa shalat mengajarkan tentang kedisiplinan dan suara adzan merupakan petunjuk dan tanda bahwa waktu shalat telah tiba. Dan dalam Islam dianjurkan untuk shalat secara berjamaah, karena shalat berjamaah akan melipat gandakan pahala shalat. Novel Nafsul Muthmainnah, merupakan karya Anfika Noer yang sangat orisinil dan detail membuka keajaiban dan misteri hati manusia. Buku bersampul potret perempuan berjilbab merah ini merupakan novel yang tidak biasa. Nafsul Muthmainnah merupakan novel spiritual tentang rahasia percintaan dua aktivis muslim, Hasbi dan Yumna. Berlatar belakang suasana kampus dan pesantren, tersibaklah sebuah misteri yang ditutup-tutupi, bahwa cinta sesungguhnya milik siapa saja. Penulisnya, Anfika Noer, mengurai kisah dengan

lincah dan memikat. Bahkan, bagi yang berhati rapuh, kisah ini dijamin akan mengharu biru dan mengaduk-aduk perasaan. Tema cinta sepertinya tak pernah lekang di makan zaman. Keberadaannya selalu bisa memberi ruh, menorehkan cerita dalam kehidupan manusia. Masalah cinta selalu klise, namun selalu ada hal baru dari kekliseannya. Hal inilah yang menyebabkan cinta menjadi inspirasi tiada henti bagi setiap individu, apalagi untuk para pembuat karya, maka tak salah bila cinta menduduki rating tertinggi dalam hati manusia. Novel yang berjudul Nafsul Mutmainah ini juga mengusung tema cinta. Uniknya novel ini berusaha mengungkap cerita cinta yang terjadi pada para aktivis dakwah, yang pada dasarnya dituntut untuk bisa menempatkan cinta dengan benar, mempersembahkan cinta tertinggi hanya untuk Allah SWT saja. Sepintas lalu judul novel ini terkesan berat, namun ketika membacanya saya justru merasa enjoy. Hal ini mungkin karena saya tidak merasa digurui atau diceramahi oleh penulisnya. Cerita dalam novel ini mengalir begitu saja, sehingga filosofi-filosofi teologi islam yang berat justru diungkap dengan lugas sehingga menjadi kekuatan novel ini. Pertama kali membaca, kita sudah langsung diperkenalkan dengan sosok Hasbi dan Yumna, tokoh utama novel ini. Hasbi adalah sosok ikhwan (pria) yang menjadi idola, tidak hanya dirumah, lingkungan tempat tinggal, kampus, bahkan di lembaga-lembaga dakwah kampus(LDK). Bukan hanya menjadi idola teman, ustadz tapi juga menjadi idola para akhwat (wanita). Sedangkan Yumna adalah sosok akhwat yang tomboi, tegas, cuek dan terkesan tidak peduli pada keterkenalan seorang Hasbi. Jalinan cerita dimulai dengan terpilihnya Hasbi sebagai ketua forum alumni LDK. Hasbi ingin menolak karena statusnya belum lagi alumni, namun keputusan forum telah sepakat memilihnya. Dan keputusan itu sah menurut hukum. Maka ia tak bisa menolak lagi. Ditengah kegamangannya atas keputusan sidang, tiba-tiba ia mendapat teguran keras atau lebih tepatnya sindiran dari seorang Yumna. Ego Hasbi sebagai seorang idola yang selalu di puji dan di dukung tak bisa menerima teguran tersebut, apalagi teguran itu disampaikan oleh orang yang belum dikenalnya. Hasbi dan Yumna justru menjadi partner kerja yang saling membutuhkan. Tanpa mereka sadari cinta hadir diantara mereka karena seringnya berinteraksi dan berkomunikasi

Membaca novel ini, saya seperti membaca novel Ayat-Ayat Cinta karangan Habiburahman yang fenomenal. Tokoh Hasbi persis sama dengan tokoh Fahri di novel ayatayat cinta. Sama-sama menjadi idola, tampan, pintar dan penuh keberuntungan. Bedanya Habiburahman mengambil setting Mesir, sedangkan Anfika Noer mengambil setting Indonesia tepatnya daerah-daerah sumatra seperti Lampung-Padang-Palembang. Sayangnya tokoh Hasbi dan Yumna tidak digambarkan secara fisik seperti halnya tokoh-tokoh di dalam Ayat-Ayat Cinta. Sehingga sampai akhir membaca, saya tidak bisa mereka-reka bagaimana wajah Hasbi dan Yumna sebenarnya. Selain itu penulis juga kurang menggambarkan dengan jelas bisnis yang digeluti oleh Hasbi dan kawan-kawannya. Apakah bisnis multilevel ataukah bisnis biasa saja. Penulis mencoba membenturkan realita cinta dengan adat-istiadat tokoh-tokohnya, namun penulis tidak terlalu mengeksplor soal adat, Ia hanya mengambil poin-poin penting saja. Jika saja masalah adat di gambarkan secara kompleks lalu dibenturkan dengan realitas cinta kemudian di campur dengan realitas agama, maka novel ini akan syarat dengan konflikkonflik yang fenomenal. Lepas dari semua hal diatas, novel ini sangat kaya akan diksi dan penuh dengan filosofi-filosofi hidup, sehingga membawa kita pada pendewasaan pemikiran. Dalam setiap bab, pembaca selalu dibuat penasaran untuk terus melanjutkan bacaannya sampai akhir Ketika membaca novel ini, saya merasa menyaksikan adegan nyata yang banyak terjadi akhir-akhir ini seperti, hubungan tanpa status, hubungan teman tapi mesra, harapan yang sering muncul pada partner kerja. Semua itu tak lain bersumber dari sebuah kata sakti bernama cinta. Cinta bukanlah cerita indah namun tiada arti melainkan cerita indah yang penuh arti, yang bisa membuat kita tersenyum, tertawa bahkan sampai terbahak-bahak ataupun membuat kita menangis bombay sampai kolaps. Selain kaya akan diksi, novel ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca. Di dalam novel ini banyak menggunakan istila- istilah dalam agama Islam, seperti akhwat (perempuan), ikhwan (laki-laki), antum (kamu), dan masih banyak lagi. Novel ini cocok untuk dibaca oleh para remaja yang sedang galau akan cinta dan pemitat-peminat bacaan islami. Dengan membaca novel ini, kita akan mengerti hukum hukum islam tentang cinta. Banyak manfaat atau nilai nilai yang dapat kita ambil dari novel

ini. Seperti yang sudah saya jelaskan diatas. Sebagai manusia kita tidak hanya berdoa, namun juga diiringi dengan usaha keras agar apa yang kita inginkan tercapai. Terlepas dari kekurangan yang ada, hadirnya Novel Nafsul Muthmainnah menambah peredaran novel di Indonesia. Novel ini teramat sayang untuk kita lewatkan begitu saja, karena novel ini bisa menambah nilai moral remaja Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai