Anda di halaman 1dari 7

MITE

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Menulis Satra


Diampu oleh Dr. Ellyana Hinta, M. Hum

Oleh :
Suharty 311418004

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS SATRA DAN BUDAYA
UNIVERSITS NEGERI GORONTALO
2019
HAKIKAT MITE

A. Pengertian Mite (Mitos)


Mitos (myths) adalah salah satu jenis cerita lama yang sering dikaitkan dengan
dewa-dewa atau kekuatan-kekuatan supranatural yang lain yang melebihi batas-batas
kemampuan manusia (Nurgiyantoro, 2016:172).
Menurut Lukens, (2003:26) (dalam Nurgiyantoro, Sastra Anak, Pengantar
Pemahaman Dunia Anak, 2016:172) mitos merupakan sesuatu yang diyakini bangsa
atau masyarakat tertentu yang pada intinya menghadirkan kekuatan-kekuatan
supranatural.
Menurut Huck dkk, (1987:308) (dalam Nurgiyantoro, Sastra Anak, Pengantar
Pemahaman Dunia Anak, 2016:172-173) bahwa mitos atau mite berbicara tentang
hubungan antara manusa dengan dewa-dewa, atau antardewa, dan itu merupakan suatu
cara manusia menerima dan menjelaskan keberadaan dirinya yang berada dalam
perjuangan tarik-menarik antara kekuatan baik dan jahat.
Saxby, (1991:121) (dalam Nurgiyantoro, Sastra Anak, Pengantar Pemahaman
Dunia Anak, 2016:172-173) kenyataan bahwa mitos muncul pada tiap masyarakat dan
atau kultur berkaitan dengan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan untuk
menjawab berbagai persoalan yang tidak diketahuinya.
Menurut Bunanta (1998:44) (dalam Didipu, Sastra Anak: Apresiasi, Kajian, dan
Pembelajarannya) mite atau mitos adalah cerita rakyat yang berhubungan dengan
dewa-dewa atau tokoh-tokoh yang memiliki kekuatan luar biasa. Mite atau mitos
merupakan salah satu cerita rakyat yang diyakini pernah terjadi pada zaman dahulu.
Bahkan ada sebagian masyarakat menganggap mite sebagai sesuatu yang suci atau
sacral.
Tokoh-tokoh utama mite biasanya dewa, pahlawan kebudayaan, atau binatang yang
tindakannya terjadi pada zaman dahulu, ketika dunia belum seperti sekarang ini. Mite
berkisah tentang asal-usul terjadinya dunia, manusia, kematian, atau tentang sifat-sifat
binatang, bentuk geografis, dan gejala alam. Di samping itu jenis folklore lisan satu ini
juga berkisah tentang kegiatan, kekerabatan, sahabat, dan musuh, kemenangan dan
kekalahan, serta perjalanan cinta para dewa. Kadang-kadang mite juga memaparkan
berbagai upacara dan ritual, atau mengapa tabu harus dipatuhi, tetapi unsur-unsur
etiologi semacam ini tidak terbatas pada mite (Bascom, 1965:3-5) (dalam Sedyawati,
Sastra Melayu Lintas Daerah, 2004:202)
Mite atau mitos berasal dari bahasa Yunani, mythos, berarti cerita, yakni cerita
tentang dewa-dewa dan pahlawan-pahlawan yang dipuja-puja. Mitos atau mite adalah
cerita-cerita suci yang mendukung system kepercayaan atau agama (religi). Mite atau
mitos memberi arah kepada kelakuan manusia, dan merupakan semacam pedoman
bagi manusia untuk bertindak bijaksana (Daeng, 2008:81) (dalam Didipu, Sastra
Daerah: Konsep Dasar, penelitian, dan Pengkajiannya, 2011:49)
Mitos lazimnya diartikan sebagai suatu cerita tradisional mengenai peristiwa gaib
dan kehidupan dewa-dewi. Mitos lebih mendekatkan diri pada segi-segi religious
dengan menjelaskan tentang rahasia alam dengan melambangkan sebagi manusia.
Dengan begitu, mitos lebih bersifat hikayat atau cerita suci untuk mengungkapkan hal
kejadian dunia, manusia, dewa-dewi, ritus, dan kultus. Oleh sebab itu mitos atau mite
dapat dipandang sebagai dasar mula kepercayaan dan kultus (Semi, 1988:81).
Jadi dapat disimpulkan bahwa cerita mite/mitos merupakan cerita yang dianggap
benar-benar terjadi oleh masyarakat terdahulu dan dianggap suci dan sakral oleh
orang-orang terdahulu.
B. Jenis Mite/Mitos
Mite/Mitos dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori berdasarkan sudut
pandang tertentu.
Huck dkk, 1987:308 (dalam Nurgiyantoro, Sastra Anak, Pengantar Pemahaman
Dunia Anak, 2016:174-180) membedakan mitos ke dalam empat jenis berdasarkan isi
yang dikisahkan, yaitu:
1. Mitos penciptaan (creation myths).
Mitos penciptaan (creation myths) atau disebut juga dengan mitos asli
(origin myths) adalah mits yang menceritakan dan atau menjelaskan awal mula
kejadian sesuatu. Tiap masyarakat yang berlatar belakang budaya tertentu pada
umumnya memiliki mitos yang berkisah tentang awal mula dan atau penciptaan itu,
seperti cerita tentang bagaimana kejadian dunia, manusia, binatang, matahari, dan
bulan, dan lain-lain. Contoh, mitos terjadinya Gunung Merapi, kejadian binatang
tertentu, dan lain-lain.
2. Mitos alam (nature myths).
Mitos alam (nature myths) adalah cerita yang menjelaskan hal-hal yang
bersifat alamiah seperti formasi bumi, pergerakan matahari dan bumi,
perbinatangan, perubahan cuaca, karakteristik binatang, dan lain-lain.
3. Mitos kepahlawanan (hero myths).
Mitos kepahlawanan (hero myths) adalah mitos yang mengisahkan seorang
tokoh yang menjadi pahlawan karena kualifikasi dirinya yang memiliki keajaiban
tertentu di luar nalar kemanusiaan. Tokoh yang ditampilkan adalah tokoh yang
memiliki kekuatan supranatural, keajaiban, atau kualifikasi lain sebagaimana yang
dimiliki dewa-dewa, atau manusia setengah dewa, yang dikisahkan dalam
perjalanan hidupnya yang luar biasa. Contohnya, kisah Nyai Roro Kidul.
4. Mitos sejarah.
Mitos sejarah, mitos ini merupakan mitos yang hubungannya dengan
peristiwa sejarah, peristiwa dan tokoh yang benar-benar ada terjadi. Jadi, ia
merupakan gabungan antara cerita mitos dengan tokoh dan peristiwa sejarah.
Tokoh dan sebagian peristiwanya dapat ditemukan dalam sejarah, namun sebagian
peristiwa yang lain sulit dibuktikan kebenarannya dan bahkan kurang dapat
diterima logika biasa. Mitos ini menceritakan tokoh sejarah yang memliki
kualifikasi luar biasa yang mengundang kekaguman orang lain, dan karenanya
diciptakanlah mitos yang dimaksudkan untuk menceritakan kehebatan tokoh
tersebut. Jadi mitos sejarah hadir dengan maksud untuk mendewakan tokoh sejarah
yang bersangkutan tentang kesaktian, kemampuan, kebijakan, atau kualifikasi
kepribadian yang lain. Contoh, kisah Sunan Lawu.
C. Bentuk-bentuk Mite/Mitos
1) Mite ceritanya berisikan cerita yang tokoh-tokohnya dewa-dewi atau seorang yang
memiliki kesaktian luar biasa, serta mengisahkan petualangan para dewa-dewi,
kisah percitaan mereka, hubungan kekerabatan atau kekeluargaan mereka, kisah
perang antar kerajaan, dan sebagainya.
2) Pada umumya mitos mengisahkan terjadinya semesta, dunia, manusia pertama,
terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, gejala alam, dan
sebagainya.
3) Isi cerita yang dianggap benar-benar terjadi karena mempunyai bukti
peninggalannya, sehingga hal tersebut dianggap suci dan sakral oleh masyarakat
terdahulu.
4) Bentuk cerita dituliskan dalam bentuk paragraf.
D. Ciri-Ciri Mite/Mitos
Berdasarkan pandangan para ahli (Rismawati, 2017:26), berikut merupakan ciri-
ciri mendasar mite.
1) Distorsif. Hubungan antara FORM dan CONCEPT bersifat distorsif dan
deformatif. CONCEPT mendistorsi FORM sehingga makna pada system tingkat
pertama bukan lagi merupakan makna yang menunjuk pada fakta yang sebenarnya.
2) Intensional. Mite tidak ada begitu saja. Mite sengaja diciptakan, dikonstruksikan
oleh budaya masyarakatnya dengan maksud tertentu.
3) Statement of fact. Mite menaturalisasikan pesan sehingga kita menerimanya
sebagai sebuah kebenaran yang tidak perlu diperdebatkan lagi. Sesuatu yang
terletak secara alami dalam nalar awam.
4) Motivasional. Mite mengandung motivasi. Mite diciptakan dengan melakukan
seleksi terhadap berbagai kemungkinan konsep yang akan digunakan berdasarkan
sistem semiotik tingkat pertamanya
E. Manfaat Mite/Mitos
(Rismawati, 2017:28).
1) Untuk mengetahui kisah-kisah pada zaman dahulu.
2) Dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan yang efektif dalam penanaman nilai
budaya, nilai sosial, dan nilai pada keyakinan tertentu.
3) Untuk mengetahui sejarah.
4) Untuk melestarikan cerita lama.
5) Sebagai bahan ajar dalam dunia pendidikan.
6) Menakut-nakuti masyarakat agar tidak bertindak semena-mena.
7) Dapat mengembangkan suatu simbol-simbol yang sangat berarti dan juga dapat
menerangkan fenomena pada lingkungan sekitar.
8) Dapat dijadikan suatu pembeda antara komunitas masyarakat yang satu dengan
komunitas masyarakat lainnya.
9) Dapat dijadikan sebagai hiburan.
10) Dapat menanamkan suatu pengetahuan atau pemikiran tertentu.
11) Dapat merangsang perkembangan kreatifitas berpikir.
12) Dapat menimbulkan pengalaman religious seseorang.
DAFTAR PUSTAKA

Bascom, 1965:3-5 (dalam Sedyawati, Edi dan Dendy Sugono dkk. 2004. Sastra Melayu Lintas
Daerah. Jakarta: Pusat Bahasa).

Bunanta, 1998:44 (dalam Didipu. 2011. Sastra Anak: Apresiasi, Kajian, dan Pembelajarannya.
Gorontalo: Ideas Publishing).

Daeng, 2008:81 (dalam Didipu, Herman. 2011. Sastra Daerah: Konsep Dasar, penelitian, dan
Pengkajiannya. Gorontalo: Ideas Publishing).

Huck dkk, 1987:308 (dalam Nurgiyantoro, Burhan. 2016. Sastra Anak, Pengantar Pemahaman
Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press).

Lukens, 2003:26 (dalam Nurgiyantoro, Burhan. 2016. Sastra Anak, Pengantar Pemahaman Dunia
Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press).

Nurgiyantoro, 2016:172 (dalam Nurgiyantoro, Burhan. 2016. Sastra Anak, Pengantar


Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press).

Rismawati. 2017. Perkembangan Sejarah Sastra Indonesia. Banda Aceh: Bina Karya Akademika.

Saxby, 1991:121 (dalam Nurgiyantoro, Burhan. 2016. Sastra Anak, Pengantar Pemahaman Dunia
Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press).

Semi, Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.

Anda mungkin juga menyukai