Anda di halaman 1dari 4

HIJRAH

Cerita Pendek Karya: Salma Thalib

Namaku Salma Thalib, orang-orang biasa memanggil aku dengan sebutan Desi. Aku
memiiki dua orang teman yang bernama Indri dan Sindi. Aku dan mereka memiiki grup dance
yang bernama CIVILIZE yang artinya “Membudayakan” dimana memiliki arti sesuatu yang
beradab atau sopan santun. Kami mengharapkan dance kami tidak terlalu mengumbar aurat
walaupun pada kenyataannya tidak sesuai saat kami tampil dipanggung.

Untuk mewujudkan keinginan kami, setiap harinya kami berlatih dance. Kami
mempunyai pelatih yang selalu mendukung dan mendorong untuk semangat latihan, apalagi
ketika semangat kami menurun. Tidak tanggung-tanggung pagi, siang, dan malam, selama bulan
Ramadhan kami selalu intensif berlatih tanpa henti-hentinya, tak perduli adzan berkumandang
menyerukan waktu sholat tidak menghentikan aktivitas kami untuk menjawab panggilan itu.
Kami seakan larut dengan apa yang dilakukan saat itu. Hal itu berlangsung lama sampai hari
Raya Idul Fitri tiba. Bukan saja melewatkan sholat lima waktu, tetapi sholat tarwih dan witir
yang hanya sebulan dalam setahun kami tinggalkan. Mata kami seakan telah dibutakan hingga
tidak mampu melihat dosa dan segala kesalahan tersebut.

Akhirnya tibalah acara yang dinanti-nantikan. Aku bersama teman-temanku bersiap-siap


menampilkan dance kami dihadapan orang banyak. Pada malam itu kami tampil dengan
dandanan yang glamor. Kami mengikuti gaya girl band korea yang tampil seksi dan hot. Aku
seakan tidak peduli dengan tatapan-tatapan yang menurutku terkagum-kagum dan agak mesum.
Aku sudah tidak terlalu memperhatikan hal tersebut. Aku terbuai dengan sorakan mereka. Aku
merasa dunia ini milikku. Aku terlena dengan segala antusias mereka. Singkat cerita pada
penutupan acara kami akhirnya memenangkan lomba dance tersebut, walaupun hadiahnya tidak
seberapa. Tapi, bagiku pribadi, kepuasan penonton dan kekaguman mereka membuat aku
bahagia. Aku tidak hanya mengikuti omba yang berada di desaku, tetapi berbagai lomba yang
ada di sekolah, di gedung, dan acara-acara lainnya. Bahkan demi meningkatkan bakatku, aku
masuk hiphop yang namanya adalah Q-Hoda.

Kebiasaan menariku berlansung bertahun-tahun lamanya, hingga aku kelas 2 SMA. Aku
bertemu dengan sahabatku yang bernama Rahmona. Dia merupakan sahabat terbaikku. Dia
dengan sabar membimbingku dan menyadarkanku untuk segera meninggalkan perbuatanku yang
buruk itu. Setiap harinya dia selalu menceramahiku dan selalu mengingatkan aku akan dosa-dosa
yang aku lakukan.

“Desi, tinggakanlah perbuatan burukmu itu, karena apa yang kamu lakukan selama ini
sangat tidak disukai oleh Allah.

“ahhh sudahlah, ceramah melulu.” Dengan wajahh cemberut.

“jika kamu masih ingin menari dan mengumbar auratmu kepada yang bukan makhrommu
dengan sengaja, balasannya 70.000 tahun dalam neraka. Tidak hanya itu, kau akan menyeret 4
orang lelaki dalam neraka. Yaitu ayahmu, adik lelakimu, suamimu dan anak lelaki kandungmu.
Sudahlah aku mohon kepadamu, aku melakukan semua ini karena aku tidak mau melihat
sahabatku masuk dalam neraka.”

Pada saat itu, hatiku mulai goyah dan tersentuh. Aku berfikir untuk meninggalkan
perbuatanku tersebut. Tetepi sebagai manusia biasa dengan segala kelemahanku aku masih saja
terpengaruh dengan kebiasaanku tersebut. Ditambah lagi dengan adanya kesempatan yang
diberikan dan hobi menariku mendarah daging membuat aku kembali menggeluti kebiasaanku
itu. Hingga di bulan Ramadhan kemarin Tuhan memberikan hidayah untukku. Saat itu aku
memutuskan dengan tekad yang bulat dan bersungguh-sungguh untuk tidak akan pernah lagi
menari. Hatiku telah mantap untuk menjalani aktivitas yang bermanfaat. Dimana aku berusaha
sedikit demi sedikit melaksanakan sholat lima waktu tepat waktu dan berpuasa serta mengisi
hari-hariku penuh dengan hal-hal kebaikan, dan atas ijin Allah hari ini aku sudah tidak
melakukan dance itu lagi. Hal itu dikuatkan dengan temanku beserta pelatihku yang sudah
insyaf.

Benar aku telah insaf, sudah mulai melaksanakan sholat lima waktu. Tapi masih ada yang
kurang, aku belum menutup auratku. Pada suatu hari, aku bertemu dengan pelatihku dan
alhamdulillah ia sudah mendapat hidayah dari Allah. Ia berkata kepadaku.

“Dek, gak ada gunanya kamu shoat lima waktu tapi masih mengumbar auratmu. Kamu
seperti mempermainkan Allah. Bertobat kemudian mengumbar aurat lagi.

“iya yah, benar juga apa yang dikatakan kakak, habis sholat, terus gak pake jilbab.”
Keesokan harinya, ketika aku pulang dari sekolah. Aku tidak melepaskan hijabku dan
mulai menggunakan pakain-pakian yang menutup aurat. Walaupun masih menggunakan pakain-
pakaian yang ketat karena kurangnya pakian yang muslimah. Setidaknya aku menutep auratku
dulu. Ketika ibuku meihat aku memakai hijab. Ibuku bertanya kepdaku.

“Nak, mau kemana” dengan wajah yang kebingungan.

“Gak kemana-mana kok” kataku sambil tersenyum.

Ibuku tidak bertnya lagi, ia langsung pergi meninggalkan aku. Pada saat aku memakai
hijab, aku tak berani keluar rumah. Karena aku malu, aku tak tahu apa yang akan dikatakan oleh
tetanggaku nanti. Beberapa hari kemudian, akhirnya aku memberanikan diri untuk keluar rumah.
Mereka tidak membicarakan aku, tapi mereka selalu melirikku. ada salah seorang yang bertanya.

“Desi, apakah kamu sudah berhijab?”

Aku hanya menggangguk dan tersenyum kemudian hanya diam.

“Gak salah nih, kamu tuh gak cocok kayak gini, aku sukanya gaya kamu yang dulu”

“aku sudah meninggalkan itu semua, dan aku tidak akan melakukan itu lagi.

Ia la langsung pergi dan meninggalkan aku.

Dalam hatiku berkata, “biarlah, ini adalah cobaan untukku.

Seiring brajalannya waktu, aku sudah terbiasa dengan pakainku yang sekarang ini, dan
aku sudah tak menggunakan pakain-pakaian yang ketat lagi. Karena teman-temanku memberikan
aku pakain-pakaian yang berupa rok dan baju yang berlengan panjang.

“Terimakasih ya Auhan, engkau telah mempermudahkanku untuk berhijab dan


meninggalkan kelakuan-kelakuanku yang sangat buruk. Terimkasih atas hidayah yag telah
engkau berikan kepadaku” kataku dalam hati.

Semoga tuhan selalu meneguhkan hatiku dan teman-temanku untuk tidak kembali lagi ke
masa lalu yang penuh dosa itu. Aku insyaf menjadi dari seorang dancer.

Anda mungkin juga menyukai