Anda di halaman 1dari 3

Biogarafi Singkat Ibnu Sina

Nama lengkap Ibnu Sina adalah Abu ‘Ali Husain bin Abdillah bin Hasan bin Ali bin
Sina. Di kenal dengan nama Ibnu Sina sedangkan di dunia Barat diberi nama Avicenna. Lahir
pada tahun 370 H atau 980 M di Afsyanah, sebuah kota kecil di Uzbekistan (Sirajuddin,
2007: 91).

Ibnu Sina merupakan tokoh Islam yang cemerlang dengan menguasai bidang ilmu
filsafat Islam, ilmu kedokteran, ilmu jiwa, ilmu politik, ilmu logika, ilmu tasawuf, ilmu fisika,
ilmu senisastra. Hidup Ibnu Sina didedikasikan untuk membaca, menulis, meneliti dan
melakukan uji coba (eksperimen). Semangat tinggi dalam membaca, menulis dan meneliti
menyebabkan Ibnu Sina jarang tidur dan jarang makan. Ini berpengaruh kepada kondisi
ketahanan tubuh yang semakin menurun sehingga Ibnu Sina terserang penyakit perut (maag
kronis). Ibnu Sina wafat di usia 58 tahun pada tahun 428 H/1036 M di Hamadzan, Iran.

Pemikiran Ibnu Sina dalam ilmu bunyi Bahasa Arab

Pada awal abad ke-5 hijriyah tampak adanya upaya pembaharuan kajian bunyi bahasa
yang dilakukan oleh Ibn Sina. Kajian bunyi bahasa dilatarbelakangi oleh pengetahuannya
tentang kedokteran dan berlandaskan metode ilmiah anatomi. Ibn Sina membuat definisi yang
lebih umum tentang bunyi daripada Ibn Jinniy, sebagaimana yang dikatakannya:“Bunyi
menciptakan gelombang udara yang terjadi karena daya yang kuat dan cepat oleh sebab
tertentu” Definisi Ibn Sina dapat dipandang sebagai definisi fisika terhadap bunyi, sedangkan
definisi bunyi Ibn Jinniy merupakan definisi bunyi dalam sudut pandang bahasa bahasa.

Pembahasan bunyi bahasa diuraikan dalam karyanya berjudul asbab huduts al huruf
Terdapat 6 pokok pembahasan bunyi bahasa dalam karyanya tersebut, yaitu (1) sebab
terjadinya bunyi, (2) sebab terjadinya huruf, (3) anatomi larynx (kotak suara) dan lidah, (4)
sebab pengelompokkan huruf Arab, (5) huruf selain Arab yang serupa dengan huruf Arab, (6)
bunyi yang dihasilkan bukan dari proses artikulasi .

Di antara pemikiran Ibn Sina adalah pendapatnya bahwa tidak terdapatnya hubungan
sempurna antara organ wicara dengan bunyi-bunyi dalam sebuah pelafalan. Dalam sebuah
proses yang sama dapat melahirkan bunyi yang kuat dan sebaliknya bunyi yang lemah, bunyi
keras dan sebaliknya bunyi lembut. Titik artikulasi yang sama dapat memunculkan perbedaan
kekuatan hubungan antara organ wicara dan bunyi, seperti huruf /‫ خ‬/dan /‫ ؽ‬/titik artikulasinya
sama namun keduanya mempunyai kekuatan yang berbeda dalam artikulasi. Demikian halnya
tekanan arus udara dan volumenya 490 yang keluar dari paru-paru berbeda-beda pada setiap
huruf yang dihasilkan, ada yang besar dan sebaliknya ada yang kecil, seperti huruf /
‫ؽ‬/membutuhkan tekanan dan volume udara yang lebih besar daripada /‫)خ‬/Ibn Sina, 1978: 19-
23).

Menurut Ibn Sina, bunyi /‫ء‬/dan /‫ـ‬/٘keluar dari larynx (kotak suara), bunyi /‫ق‬/dan /

‫خ‬/keluar dari velum, bunyi /‫ ح‬،‫ع‬/keluar dari uvula (anak tekak) dan palate (langitlangit),
bunyi /‫ غ‬،‫ن‬/keluar dari sebelah kiri uvula dan palate, bunyi /‫ج‬/keluar dari tempat yang
mendapat hambatan penuh kemudian terpisah sedikit (lidah dan langitlangit) lalu udara
keluar pada rongga yang sangat sempit di antara keduanya dengan cara yang berbeda sama
sekali dari cara keluarnya buny-bunyi yang lainnya. Sebab pengulangan (trill) yang terjadi
pada bunyi /‫س‬/karena getaran ringan atau lemah ujung lidah. Udara saat pelafalan bunyi /َ/

dan /ْ/ keluar melalui rongga mulut dan sebagian lain melalui hidung. Oleh karena itu dua

bunyi ini menyebabkan terjadinya idgha:m (asimilasi) pada rongga mulut dan keluar melalui
rongga hidung sebagai akibat peristiwa yang terjadi pada udara dalam rongga hidung (Ibn
ٛ
Sina, 1978: 16-21). Ibn Sina menamakan bunyi letupan dengan al ashwa:t al mufradah ( ‫اخاألط‬
‫ فشدجٌّا‬,(sedangkan bunyi geseran dan bunyi pertengahan dengan al ashwa:t al murakkabah (
ٛ ‫ شوثحٌّ ا‬.(Ibn Sina juga menciptakan istilah al sha:mit ( untuk bunyi /ٚ/ dan /‫ ي‬/yang
‫اخاألط‬

berperan sebagai unsur pembentuk kata dan meciptakan istilah al mashu:tah (untuk kedua
bunyi tersebut yang berperan sebagai bunyi vokal panjang atau bunyi vokal rangkap (diftong)

Ibn Sina, menopang kajian ilmu bunyi bahasa dengan ilmu anatomi tubuh dan ilmu
pengetahuan alam. Dialah yang pertama kalinya mengenalkan larynx (kotak suara) yang
disebut al hanjarah dan fungsinya dalam pelafalan bunyi berikut bagian-bagian organ
tersebut. Dialah juga yang pertama kali mengaitkan pembahasan bunyi bahasa dengan fisika.
Menurutnya, bunyi-bunyi ada yang tajam dan berat .Bunyi tajam adalah bunyi yang memiliki
gelombang panjang berkelanjutan, sedangkan bunyi berat adalah bunyi yang memiliki
gelombang pendek terputus. Bunyi-bunyi tersebut tercipta akibat pergerakan tertentu pada
kotak suara. Ibn Sina juga mencurahkan perhatiannya pada bagaimana bunyi ditangkap oleh
organ pendengaran yang menjadi pokok pembahasan fonetik auditoris (Ibn Sina, 1978: 9-12).
Selain itu, Ibn Sina juga membahas perbandingan bunyi bahasa Arab dengan bahasa-bahasa
lainnya, yaitu bunyi-bunyi bahasa Arab yang ada dalam bunyi-bunyi bahasa lainnya. Ibn Sina
menjelaskan bagaimana bunyi-bunyi tersebut dilafalkan dan berkesimpulan bahwa bunyi-
bunyi bahasa asing tersebut telah dilafalkan juga oleh bangsa Arab pada masanya, Ibn Sina
dianggap sebagai pelopor pembahasan bunyi bahasa dengan metode baru yang menjadi
rujukan bangsa Eropa dalam kajian bunyi bahasa secara umum dan rujukan dalam mengatasi
gangguan berbicara

Anda mungkin juga menyukai