Penulis
Nama : Retnia Yuni Safitri
NPM : 1313033072
Prodi : Pendidikan Sejarah
PENDIDIKAN SEJARAH
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
TAHUN 2015
KRITIK SUMBER
Penulis
Penerbit
: Ombak DI LAUTAN
Tahun
: 2009
Penyunting
:nurhasalah
Tata Letak
: Aep S
Sampul
: Dian Qamajaya
Jumlah Halaman
: 265 Halaman
Ukuran
: 20,5 x 14 cm
Warna Cover
Gambar Cover
ISBN
: 978-602-8335-15-7
4. Substansi Isi
Buku Max Havelaar mengisahkan tentang penderitaan rakyat pribumi akibat
dari adanya penjajahan. Buku tersebut ditulis berdasarkan pengalaman langsung
penulis yaitu Multatuli atau Eduard Douwes Dekker selama menjadi pegawai
pemerintah kolonial di Hindia-Belanda. Dalam penulisan buku tersebut penulis
memakai sudut pandang orang ketiga dimana penulis menciptakan seorang tokoh
fiksi Max Havelaar untuk menceritakan kisahnya tersebut atau dengan kata lain
sebagai tokoh utama dalam kisah tersebut. Berikut adalah isi dari buku Max
Havelaar :
Kisah Max Havelaar adalah kisah berbingkai yang terdiri dari 3 buah cerita dan
seakan-akan juga ditulis oleh 3 orang yang berlainan. Kisah pertama adalah
perjalanan Droogstoppel, seorang makelar kopi yang sedang berusaha
menerbitkan sebuah buku sebagai upaya marketing untuk bisnis kopinya. Kisah
kedua yang mengisahkan perjalanan Max Havelaar, seorang asisten residen di
Hindia Belanda yang berusaha membela keadilan namun akhirnya kalah dan
hidup melarat. Kisah ketiga berjudul Saijah dan Adinda, sebuah kisah yang
memilukan yang menggambarkan keadaan rakyat Indonesia dari mata seorang
pribumi.
Awal cerita berkisah tentang Droogstoppel, seorang makelar kopi di Belanda yang
pragmatis. Bab-bab awal benar-benar seperti diary yang ditulis sendiri oleh
Droogstoppel, menceritakan tentang dirinya, keluarganya, dan usahanya. Yang
kemudian Droogstoppel bertemu dengan Sjalmaan yang memiliki semacam
naskah cerita. Droogstoppel pun kemudian menyuruh Stern, salah satu anak dari
koleganya yang bekerja untuknya, agar menuliskan naskah dari Sjalmaan untuk
membuat bukunya, sebagai usaha marketing bisnis kopinya.
Lanjut pada bab pertengahan hingga akhir buku, menceritakan tentang paket
naskah dari Sjalmaan, yang ditulis oleh Stern. Pada bab pertengahan ini munculah
Max Havelaar. Bab yang ditulis oleh Stern ini sudah tidak lagi dengan gaya
bahasa diary satu orang, tetapi sudah menggunakan gaya bahasa orang ketiga.
Cerita tentang Max Havelaar ini dimulai dari dia dilantik menjadi Asisten Residen
Lebak. Lebak ini sendiri merupakan daerah yang sangat miskin, namun Bupatinya
yang merupakan orang pribumi hidup dengan sangat berkecukupan bahkan bisa
dibilang berlebihan. Diceritakan bahwa Bupati Lebak (orang pribumi) ini cukup
semena-mena, dengan mudahnya ia merampas segala milik rakyat atau dibeli
dengan harga yang tak pantas, entah itu ternak ataupun hasil perkebunan. Hasilnya
warga banyak yang merasa tertindas. Pemerasan semacam ini dibiarkan oleh
Residen Banten (orang belanda), yang hanya menceritakan kedamaian dalam
laporannya ke Gubernur Jendral Hindia Belanda. Singkat cerita, sebagai Asisten
Residen Lebak, Max Havelaar banyak menerima aduan dari masyarakat mengenai
ketidakadilan penguasa yaitu si Bupati Lebak. Max Havelaar pun melapor ke
Residen Banten untuk memecat Bupati Lebak. Dia pun juga melaporkan hal
tersebut ke Gubernur Jendral Hindia Belanda. Akan tetapi permintaan Max
Havelaar tersebut ditolak, dan dia justru diberhentikan sebagai Asisten Residen
Lebak. Setelah itu dia berhenti (mengundurkan diri) sebagai Asisten Residen.
Pada bab terakhir, barulah Multatuli muncul dan menegaskan bahwa bukunya ini
memang terlihat tak terkonsep dan berantakan. Akan tetapi mengenai penindasan
yang terjadi oleh kolonial Belanda dan pribumi korup ialah benar, dan memang itu
yang ingin dia sampaikan dan tunjukkan dalam bukunya. Penindasan dan
pemerasan terhadap rakyat pribumi.
5. Interpretasi
Dalam penulisan buku, alasan penulisan menjadi penting manakala kita
memebahas mengenai kritik sumber. Dalam hal ini menurut saya alasan kenapa
Eduard Douwes Dekker menulis tentang buku Max Havelaar ada dua yaitu
pertama sebagai kritik kepada pemerintah Kolonial Belanda agar menghentikan
kekejamannya yang dilakukan kepada kaum pribumi dan yang kedua sebagai alat
untuk memulihkan kehormatan Eduard Douwes Dekker yang justru dianggap
bersalah dan dipecat sebagai Asisten Residen Lebak hanya karena laporannya
nama samaran Multatuli yang dipakai oleh Eduard Douwes Dekker. Nama
tersebut digunakan selain sebagai cerminan dari penderitaan rakyat (Multatuli =
aku yang menderita) juga sebagai kamuflase untuk menjaga diri agar tidak
diburu oleh pemerintah yang berkuasa.
Terkait dengan cerita yang ada didalamnya, kenapa kemudian dibuat 3 buah
cerita. Menurut saya hal tersebut dilakukan untuk menggambarkan penindasan
yang dialami rakyat pribumi dari tiga sudut pandang yang berbeda, yaitu pertama
dari sudut pandang penguasa yang dicerminkan oleh tokoh Droogstoppel
seorang makelar kopi; yang kedua dari sudut pandang orang yang berada diantara
dua sisi (penguasa dan rakyat) yaitu pegawai pemerintah kolonial yang
menyaksikan
langsung
penindasan
yang
dialami
rakyat
pribumi
yang