Anda di halaman 1dari 23

Periodisasi Sastra Indonesia

Menurut HB. Jassin

Presented by :
Erpinna sipahutar, S.Pd
Periodisasi Sastra
• Pengertian:
penggolongan sastra berdasarkan
pembabakan waktu dari awal kemunculan
sampai dengan perkembangannya.
• Periodisasi sastra, selain berdasarkan tahun
kemunculan, juga berdasarkan ciri-ciri sastra
yang dikaitkan dengan situasi sosial, serta
pandangan dan pemikiran pengarang terhadap
masalah yang dijadikan objek karya kreatifnya.
Periodisasi Sastra
• Ada banyak periodisasi sastra
yang disusun oleh para
kritikus, antara lain oleh:
– HB. Jassin
– Ajip Rosidi
– A. Teeuw
– Rahmat Djoko Pradopo
HB. Jassin, kritikus • Yang akan dibahas dalam
Indonesia
presentasi ini adalah
Periodisasi Sastra menurut
HB. Jassin.
Periodisasi Sastra Indonesia
Menurut HB. Jassin dan Korrie Layun Rampan

• Berikut ini adalah periodisasi sastra menurut HB.


Jassin:
A. Sastra Melayu Lama
B. Sastra Indonesia Modern
1. Angkatan ’20 Balai Pustaka
2. Angkatan ’30 Pujangga Baru
3. Angkatan ’45
4. Angkatan ’66
5. Angkatan ’70 Kontemporer
6. Angkatan ’80
7. Angkatan ’2000-sekarang
8. Cybersastra
A. Sastra Melayu Lama
• Sastra Melayu Lama merupakan sastra Indonesia
sebelum abad 20.
• Ciri-ciri Sastra Melayu Lama:
– Masih menggunakan bahasa Melayu
– Umumnya bersifat anonim
– Berciri istanasentris
– Menceritakan hal-hal berbau mistis seperti
dewa-dewi, kejadian alam, peri, dsb.
– Didominasi syair, pantun, gurindam, dan
hikayat
– Dipengaruhi oleh kesusasteraan Hindu dan
Arab
Sastra Melayu Lama
• Contoh sastra pada masa Sastra Melayu Lama:
• Dongeng tentang arwah, hantu/setan,
keajaiban alam, binatang jadi-jadian, dsb.
• Berbagai macam hikayat seperti; Hikayat
Mahabharata, Hikayat Ramayana, Hikayat
Sang Boma.
• Syair Perahu dan Syair Si Burung Pingai
oleh Hamzah Fansuri.
• Gurindam Dua Belas dan Syair Abdul
Muluk oleh Raja Ali Haji
• Pantun
B. SASTRA INDONESIA MODERN
1. Angkatan Balai Pustaka
• Balai Pustaka merupakan titik tolak kesustraan Indonesia.
Angkatan ini sering juga disebut dengan angkatan Siti Nurbaya.
• Karya sastra yang lahir pada periode 1920-1930
• Ciri-ciri Angkatan Balai Pustaka adalah:
– Menggunakan bahasa Indonesia yang masih terpengaruh
bahasa Melayu
– Persoalan yang diangkat persoalan adat kedaerahan dan
kawin paksa
– Dipengaruhi kehidupan tradisi sastra daerah/lokal
– Cerita yang diangkat seputar romantisme.
• Angkatan Balai Pustaka terkenal dengan sensornya yang ketat.
Balai Pustaka berhak mengubah naskah apabila dipandang perlu.
• Contoh hasil sastra yang mengalami pen-sensoran adalah Salah
Asuhan oleh Abdul Muis yang diubah bagian akhirnya dan
Belenggu karya Armyn Pane yang ditolak oleh Balai Pustaka
karena tidak boleh diubah.
Angkatan Balai Pustaka
• Contoh sastra pada masa Angkatan Balai Pustaka:
– Roman
• Azab dan Sengsara (Merari Siregar)
• Sitti Nurbaya (Marah Rusli)
• Muda Teruna (M. Kasim)
• Salah Pilih (Nur St. Iskandar)
• Dua Sejoli (M. Jassin, dkk.)
– Kumpulan Puisi
• Percikan Permenungan (Rustam Effendi)
• Puspa Aneka (Yogi)
2. Angkatan Pujangga Baru
• Angkatan Pujangga Baru muncul sebagai reaksi
atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai
Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada
masa tersebut, terutama terhadap karya sastra
yang menyangkut rasa nasionalisme dan
kesadaran kebangsaan.
• Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual,
nasionalistik dan elitis menjadi "bapak" sastra
modern Indonesia.
• Angkatan pujangga baru lahir pada periode 1930-1940-an
• Ciri-ciri angkatan Pujangga Baru
1. Tema pokok adalah masalah kehidupan kota atau masyarakat
modern.
2. Mengandung nasionalisme
3. Memiliki kebebasan dalam menentukan bentuk pengucapan
sesuai dengan pribadinya
4. Menggunakan bahasa Indonesia yang hidup dalam masyarakat
5. Mengandung suasana romantik
6. Termasuk ke dalam sastra intelektual, dan elitis.
• Contoh sastra pada angkatan ini
Roman
Layar Terkembang (Sutan Takdir Alisyahbana)
Anak Perawan di Sarang Penyamun (Sutan Takdir Alisyahbana)
Belenggu (Armijn Pane)
Puisi
Puspa Mega (Sanusi Pane)
Angkatan Pujangga Baru
• Angkatan Pujangga Baru (1930-1942) dilatarbelakangi kejadian
bersejarah “Sumpah Pemuda” pada 28 Oktober 1928.
• Ikrar Sumpah Pemuda 1928:
– Pertama
Kami poetera dan poeteri indonesia, mengakoe bertoempah
darah jang satoe, tanah Indonesia.
– Kedoea
Kami poetera dan poeteri indonesia, mengakoe berbangsa
jang satoe, bangsa Indonesia.
– Ketiga
Kami poetera dan poeteri indonesia, mendjoendjoeng bahasa
persatoean, bahasa Indonesia.
• Melihat latar belakang sejarah pada masa Angkatan Pujangga
Baru, tampak Angkatan Pujangga Baru ingin menyampaikan
semangat persatuan dan kesatuan Indonesia, dalam satu bahasa
yaitu bahasa Indonesia.
Angkatan Pujangga Baru
• Pada masa ini, terbit pula majalah "Poedjangga
Baroe" yang dipimpin oleh Sutan Takdir
Alisjahbana, Amir Hamzah dan Armijn Pane.
• Pada masa Angkatan Pujangga Baru, ada dua
kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu:
1. Kelompok “Seni untuk Seni”
2. Kelompok “Seni untuk Pembangunan
Masyarakat”
3. Angkatan ‘45
• Angkatan ’45 lahir dalam suasana lingkungan
yang sangat prihatin dan serba keras, yaitu
lingkungan fasisme Jepang dan dilanjutkan
peperangan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia.
• Ciri-ciri Angkatan ’45 adalah:
– Terbuka
– Pengaruh unsur sastra asing lebih luas
– Corak isi lebih realis, naturalis
– Individualisme sastrawan lebih menonjol,
dinamis, dan kritis
– Penghematan kata dalam karya
Chairil Anwar, – Ekspresif dan mengutamakan keharmonisan
sastrawan Angkatan ‘45 bunyi
– Sinisme dan sarkasme
– Karangan prosa berkurang, puisi
berkembang
Angkatan ’45 disebut juga dengan angkatan Chairil Anwar karena
perjuangan Chairil Anwar yang sangat besar dalam melahirkan
angkatan’ 45 ini, sehingga Chairil anwar disebut sebagai pelopor
angkatan’ 45/angkatan kemerdekaan. Ketegasan sikap dan sikap hidup
dalam melawan penjajah sangat kental dalam sastra angkatan’ 45.

• Contoh sastra pada masa Angkatan ’45:


– Tiga Menguak Takdir (Chairil Anwar-Asrul Sani-Rivai Apin)
– Deru Campur Debu (Chairil Anwar)
– Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus (Chairil
Anwar)
– Pembebasan Pertama (Amal Hamzah)
– Kata Hati dan Perbuatan (Trisno Sumarjo)
– Tandus (S. Rukiah)
– Puntung Berasap (Usmar Ismail)
– Suara (Toto Sudarto Bakhtiar)
– Surat Kertas Hijau (Sitor Situmorang)
– Dalam Sajak (Sitor Situmorang)
– Rekaman Tujuh Daerah (Mh. Rustandi Kartakusumah)
4. Angkatan ‘66
Pelopor angkatan’ 66 adalah H.B. Jassin. Angkatan ini lahir bersamaan
dengan kondisi politik Indonesia yang tengah mengalami kekacauan
akibat merajalelanya paham komunis. Karya sastra pada periode ini
kebanyakan mengungkapkan protes terhadap keadilan sosial dan
politik.

• Angkatan ’66 ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison.


• Banyak karya sastra pada angkatan yang sangat beragam dalam
aliran sastra, seperti munculnya karya sastra beraliran arus
kesadaran, arketip, absurd, dan lainnya.
• Ciri-ciri sastra pada masa Angkatan ’66 adalah:
– Bercorak perjuangan anti tirani proses politik, anti kezaliman
dan kebatilan
– Bercorak membela keadilan
– Mencintai nusa, bangsa, negara dan persatuan
– Berontak
– Pembelaan terhadap Pancasila
– Protes sosial dan politik
Angkatan ‘66
• Contoh sastra pada masa Angkatan ’66 adalah:
– Putu Wijaya
• Pabrik
• Telegram
• Stasiun
– Iwan Simatupang
• Ziarah
• Kering
• Merahnya Merah
– Djamil Suherman
• Sarip Tambak-Oso
• Perjalanan ke Akhirat
5. Angkatan’ 70
Pelopor angkatan’ 70 ini adalah Sutardji Calzoum Bachri. Karya sastra
ini muncul lain dari pada karya-karya sebelumnya. Kebanyakan isi dari
karya sastra ini tidak menekankan pada makna kata.

Ciri-ciri karya sastra angkatan’ 70


1.Memiliki gaya pengucapan yang khas, dan estetis.
2.Memiliki tipografi yang unik
3.Pemaknaan kata bukan makna leksikal
4.Memiliki idiom-idiom estetis yang diperoleh dari kematangan
penjelajahan bahasa
5.Memanfaatkan simbol atau lambang yang mempunyai makna lebih
banyak daripada ungkapan simbol itu.
• Contoh karya sastra kontemporer
Kucing (Sutardji Calzuom Bachri)
Tragedi Winka Sihka (Sutardji Calzoum Bachri)
Saat Sebelum Berangkat (Sapardi Djoko Damono)
Berjalan di Belakang Jenazah (Sapardi Djoko
Damono)
6. Angkatan’ 80
• Karya sastra Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980,
ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan
wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya
sastra Indonesia pada angkatan ini tersebar luas di berbagai majalah
dan penerbitan umum.
• Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an
antara lain adalah : Rami Sylado, Yudistria Ardinugraha, Noorca
Mahendra, Seno Gumira Aji Darma, Pipiet Senja, Kurniawan
Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby,
Tarman Efendi Tarsyad, Noor Aini Cahaya Khairani, dan Tajuddin
Noor Ganie.
• Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain
yang menonjol pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya
antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Huriko, La Barka,
Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas
yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya
pengaruh dari budaya barat, dimana tokoh utama biasanya
mempunyai konflik dengan pemikiran timur.
• Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang
menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka.
Pada umumnya tokoh utama pada novel mereka adalah wanita.
• Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga
tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel
populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial
Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini
tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca
karya-karya yang lebih dan berat.

• Contoh-contoh karya sastra pada periode ini


• Ladang Hijau/ Ahmadun Yosi Herfanda (1980)
• Burung-burung Manyar / Y.B. Mangunwijaya(1981)
• Canting/ Arswendo Atmowilito (1986)
• Dll.
 
7. Angkatan’ 2000-sekarang
• Pelopor angkatan 2000-an ini adalah Korrie Layun Rampan. Pada tahun
2002 Korrie Layun Rampan melempar wacana tentang lahirnya “Angkatan
2000”. Sebuah buku tebal tentang angkatan 2000 yang disusunnya
diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair,
cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam
angkatan 2000, seperti Afrizal Malna, Ahmad Yosi Herfanda, dan Seno
Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada 1990-an seperti Ayu Utami,
dan Dhorotea Rosa Herliany.
• Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000
1.      Ayu Utami
-            Larung (2001)
2.      Seno Gumira Ajidarma
-            Atas Nama Malam
-            Sepotong Senja Untuk Pacarku
3.      Dewi Lestari
-            Supernova 1: Ksatria Putri dan Bintang Jatuh (2001)
-            Supernova 2.1: Akar (2002)
-            Supernova 2.2: Petir (2004)
4.      Raudal Tanjung Banua
-            Pulau Cinta di Peta Buta (2003)
-            Ziarah Bagi Yang Hidup (2004)
-            Perang Tak Berulu (2005)
-            Gugusan Mata Ibu (2005)
5.      Habiburrahman El Shirazy
-            Ayat-ayat Cinta (2004)
-            Di Atas Sajadah Cinta (2004)
-            Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)
-            Pudarnya Pesona Cleopatra(2005)
-            Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)
-            Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)
-            Dalam Mihrab Cinta (2007)
6.      Andrea Hirata
-            Laskar Pelangi (2005)
-            Sang Pemimpi (2006)
-            Edensor (2007)
-            Maryamah Karpov (2008)
-            Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas (2010)
7.     Ahmad Faudi
-            Negeri Lima Menara (2009)
-            Ranah Tiga Warna (2011)
8.      Tosa
-            Lukisan Jiwa (puisi) (2009)
-            Melan Conis (2009)
8. CYBERSASTRA
•Era internet memasuki komunitas
sastra di Indonesia. Banyak karya
sastra Indonesia yang tidak dipublikasi
melalui buku namun termagtub di
dunia maya (internet), baik yang
dikelola resmi oleh pemerintah,
organisasi non-profit, maupun situs
pribadi. Ada beberapa sistus Sastra
Indonesia di dunia maya misalnya:
duniasastra.com.

Anda mungkin juga menyukai