Anda di halaman 1dari 73

PEDOMAN

PENULISAN SKRIPSI
HUBUNGAN INTERNASIONAL

ii
UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

Fungsi dan Sifat Hak Cipta Pasal 2


1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak
Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang
timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa
mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Hak Terkait Pasal 49


1. Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang
pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau
menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya.

Sanksi Pelanggaran Pasal 72


1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu)
bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah),
atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,
atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

iii
PEDOMAN
PENULISAN SKRIPSI
HUBUNGAN INTERNASIONAL

Dr. Umar Suryadi Bakry

iv
Jl. Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman
Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581
Telp/Faks: (0274) 4533427
Website: www.deepublish.co.id
www.penerbitdeepublish.com
e-mail: deepublish@ymail.com

Katalog Dalam Terbitan (KDT)

BAKRY, Umar Suryadi


Pedoman Penulisan Skripsi Hubungan Internasional/oleh Umar Suryadi
Bakry.--Ed.1, Cet. 1--Yogyakarta: Deepublish, Juni 2016.
x, 62 hlm.; Uk:15.5x23 cm

ISBN 978-602-401-354-7

1. Penulisan Skripsi I. Judul


808.02

Hak Cipta 2016, Pada Penulis

Desain cover : Unggul Pebri Hastanto


Penata letak : Ika Fatria Iriyanti

PENERBIT DEEPUBLISH
(Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)
Anggota IKAPI (076/DIY/2012)
Copyright © 2016 by Deepublish Publisher
All Right Reserved
Isi diluar tanggung jawab percetakan
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.

v
KATA PENGANTAR

SKRIPSI (scriptie)1 adalah salah bentuk karya ilmiah yang dibuat


atau ditulis oleh seseorang untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar kesarjanaan (S-1). Sebagai sebuah karya ilmiah atau
karya akademik dan sekaligus merupakan laporan hasil penelitian, skripsi
berbeda dengan novel atau karya fiksi lainnya yang disusun sesuai
kehendak penulisnya. Lazimnya sebuah karya ilmiah (scientific paper),
skripsi harus ditulis atau disusun berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah
(scientific principles) yang sudah menjadi tradisi, paradigma, atau
kesepakatan umum yang berkembang di kalangan masyarakat ilmiah.
Sama halnya dengan tesis (S-2) dan disertasi (S-3), skripsi pada
dasarnya merupakan sebuah laporan (report), yakni laporan kegiatan
penelitian yang ditulis secara sistematis dan mengikuti ketentuan-
ketentuan yang telah menjadi kesepakatan di dunia akademik. Sebelum
menyusun skripsi, seorang mahasiswa wajib melakukan kegiatan
penelitian terlebih dahulu. Kegiatan penelitian ini juga harus berpedoman
pada kaidah-kaidah yang telah menjadi kesepakatan para ahli, yaitu apa
yang dikenal dengan metodologi penelitian (research methodology).
Dengan demikian syarat utama seorang mahasiswa yang hendak
menyusun skripsi adalah kemampuan atau penguasaan dalam hal
metodologi penelitian. Dalam kurikulum studi Hubungan Internasional
(HI) jenjang S-1, pengetahuan untuk membentuk kemampuan
bermetodologi itu sekurang-kurangnya telah diberikan dalam 4 (empat)
mata kuliah, yaitu Metode Penelitian Sosial (MPS), Statistik Sosial,
Metodologi Politik (MP), dan Metodologi Hubungan Internasional (MHI)
atau di beberapa universitas disebut Metode Penelitian Hubungan
Internasional (MPHI).

1 Kartini Kartono, Pengantar Metodolologi Riset Sosial (Bandung: Penerbity Alumni,


1983), hal. 42.

vi
Akan tetapi, kendati telah diberi bekal pengetahuan bermetodologi
yang memadai melalui serangkaian mata kuliah tersebut, kenyataannya
banyak mahasiswa masih mengalami kesulitan dan kebingungan dalam
mengawali proses pembuatan skripsi. Kesulitan dan kebingungan mereka
itu diperparah dengan adanya silang pendapat atau perbedaan pemahaman
diantara para dosen mengenai apa itu skripsi, bagaimana menyusunnya,
dan bahkan mengenai metodologi penelitian itu sendiri.
Untuk menghindarkan para mahasiswa terjebak dalam kebingungan
dan ketidaktahuannya tersebut, dalam setiap program studi dipandang
perlu adanya sebuah buku pedoman atau panduan praktis bagaimana cara
menulis skripsi yang baik dan benar. Meskipun metodologi penelitian itu
pada hakikatnya bersifat universal (sama untuk semua bidang ilmu),
namun dalam praktik setiap program studi memiliki tradisinya sendiri-
sendiri dalam hal penulisan skripsi. Sebab itu di berbagai perpustakaan
atau toko buku kita sering menemukan judul-judul buku seperti Metode
Penelitian Hukum, Metode Penelitian Komunikasi, Metode Penulisan
Skripsi Ilmu Teknik, Pedoman Penulisan Skripsi Bidang Manajemen dan
sebagainya.
Berdasarkan hal itulah di lingkungan studi Hubungan Internasional
pun dipandang perlu adanya sebuah pedoman penulisan skripsi yang di
dalamnya juga menyangkut pedoman metode penelitiannya. Dengan
adanya buku pedoman ini diharapkan dapat mempersempit jurang
perbedaan pemahaman diantara para dosen, sekaligus membantu para
mahasiswa HI keluar dari kebingungannya dalam proses pembuatan
skripsi mereka.
Di samping telah menjadi obsesi penulis sejak lama, terbitnya buku
pedoman penulisan skripsi khusus untuk bidang studi HI ini tidak lepas
dari permintaan Drs. Ade Ferdy Tauhid, M.Si (alm) saat masih menjabat
sebagai Ketua Jurusan Hubungan Internasional FISIP Universitas
Jayabaya. Untuk itu kepada almarhum penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih. Para dosen HI yang senantiasa
membuka diri untuk penulis ajak berdiskusi mengenai penulisan skripsi

vii
pada khususnya dan metodologi penelitian HI pada umumnya, juga penulis
sampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih.
Para mahasiswa HI di beberapa kampus penulis mengajar, juga
merupakan pihak yang punya andil besar atas lahirnya buku pedoman ini.
Kegelisahan, kebingungan, ketidaktahuan, dan pertanyaan-pertanyaan
yang mereka ajukan setiap kali hendak memulai menyusun skripsi,
memberi dorongan semangat yang tak henti-hentinya kepada penulis untuk
segera menghadirkan buku pedoman penulisan skripsi ini. Sebab itu
ucapan terima kasih juga layak penulis sampaikan kepada mereka, disertai
harapan buku pedoman ini dapat mengurangi kegelisahan, kebingungan,
ketidaktahuan, dan pertanyaan-pertanyaan mereka.
Apresiasi dan ucapan terima kasih secara khusus penulis tujukan
kepada para pakar atau ahli yang pendapatnya secara langsung atau tidak
langsung dikutip dalam buku ini. Ucapan terima kasih perlu pula
disampaikan kepada Saudara Iin Sofyan (Kepala Tata Usaha FISIP
Universitas Jayabaya) yang selalu mendesak penulis agar membuat buku
pedoman semacam ini. Pihak-pihak lain yang tak dapat disebutkan satu per
satu yang juga telah memberikan kontribusi atas lahirnya buku ini, penulis
sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya.
Semoga buku pedoman ini bermanfaat, baik bagi para mahasiswa
maupun para dosen di lingkungan bidang studi Hubungan Internasional.

Dr. Umar S. Bakry, MA

viii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. vi


DAFTAR ISI ............................................................................................. ix
BAB I MENENTUKAN TOPIK DAN JUDUL
PENELITIAN .......................................................................... 1
A. Memilih Topik Penelitian ....................................................... 1
B. Merumuskan Masalah Penelitian ............................................ 4
C. Merumuskan Judul Penelitian ................................................. 8
BAB II MEMBUAT PROPOSAL/USULAN PENELITIAN ............ 12
A. Latar Belakang Masalah........................................................ 12
B. Rumusan Masalah ................................................................. 14
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................... 16
D. Kerangka Teori Atau Tinjauan Pustaka ................................ 18
E. Kerangka Analisis ................................................................. 20
F. Hipotesis ............................................................................... 22
G. Definisi Konseptual/Operasional .......................................... 24
H. Metode Penelitian ................................................................. 25
BAB III MEMBUAT LAPORAN PENELITIAN ............................... 29
A. Sistematika Skripsi................................................................ 29
B. Abstrak dan Kata Pengantar .................................................. 30
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan ......................................... 32
D. Penutup (Kesimpulan dan Saran) .......................................... 34
E. Daftar Pustaka dan Catatan Kaki .......................................... 35

ix
BAB IV TEKNIK NOTASI DAN FORMAT PENULISIAN ............. 39
A. Cara Penulisan Kutipan ......................................................... 39
B. Cara Penulisan Catatan Kaki ................................................. 40
C. Cara Penulisan Daftar Pustaka .............................................. 42
D. Format Pengetikan................................................................. 44
E. Contoh-Contoh Format ......................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 57
INDEKS .................................................................................................... 59
TENTANG PENULIS ............................................................................. 61

x
BAB I
MENENTUKAN TOPIK DAN JUDUL PENELITIAN

A. MEMILIH TOPIK PENELITIAN


DALAM menyusun skripsi Hubungan Internasional (HI), pada
umumnya kebingungan mahasiswa sudah bermula sejak tahap pemilihan
topik penelitian. Ini sebenarnya tidak perlu terjadi. Sebab, bidang studi
peternakan saja yang hanya mempelajari dua jenis hewan (unggas dan
mamalia) bisa memunculkan ribuan topik penelitian untuk pembuatan
skripsi, tesis maupun disertasi. Sedangkan studi Hubungan Internasional
adalah bidang studi yang objeknya sangat luas dan kompleks, yang
mempelajari semua bentuk hubungan dalam kehidupan sosial umat
manusia yang bersifat lintas nasional2. Dengan demikian seharusnya tidak
ada alasan bagi seorang mahasiswa HI bahwa ia kesulitan atau kehabisan
topik penelitian untuk keperluan penulisan skripsinya.
Studi HI menyediakan banyak sekali isu yang dapat dipilih sebagai
topik penelitian. Misalnya, kita bisa mengangkat isu-isu yang tergolong
dalam high politics, seperti kerja sama keamanan regional, terorisme
internasional, konflik bersenjata, perebutan pengaruh antar negara-negara
besar, hingga peristiwa intervensi militer dan sebagainya. Kita dapat pula
mengambil isu-isu yang termasuk dalam low politics, misalnya fenomena
penyakit menular, human trafficking, kerja sama ekonomi dan
perdagangan, masalah HAM dan demokrasi, hingga masalah lingkungan
hidup, pariwisata, dan kerja sama teknologi. Semakin banyaknya aktor-
aktor trans-nasional (non-state actors) yang terlibat dalam dinamika HI,
semakin tersedia banyak sekali isu yang bisa diangkat sebagai topik
penelitian.
Barangkali salah satu penyebab yang membuat para mahasiswa
merasa kehabisan topik penelitian adalah karena mereka berfikir bahwa

2 Umar Suryadi Bakry, Pengantar Hubungan Internasional (Jakarta: Jayabaya


University Press, 1999), h. 12.

1
masalah hubungan internasional itu harus selalu berkaitan dengan
hubungan antar negara (inter-states relations). Padahal masalah hubungan
internasional tidak mesti berkenaan dengan hubungan antar negara (state
actors). Stephanie Lawson menyatakan bahwa mendefinisikan HI sebagai
studi tentang hubungan antar negara adalah terlalu sempit dan sederhana.3
Banyak ahli HI telah menyepakati bahwa studi HI bukan hanya studi
tentang hubungan antar negara, namun juga menyangkut semua jenis
hubungan yang dilakukan aktor-aktor non-negara (non-state actors),
seperti perusahaan-perusahaan multinasional (MNCs), organisasi-
organisasi internasional (baik yang dibentuk oleh pemerintah maupun
swasta), bahkan juga hubungan antar individu yang mempunyai dampak
penting terhadap hubungan antar negara.
Selain berangkat dari isu-isu yang sedang berkembang (current
issues), kita juga dapat memilih topik penelitian yang beranjak dari teori-
teori yang ada dalam sekian banyak mata kuliah inti (core subjects) dalam
studi HI. Jika kita tertarik pada isu-isu ekonomi dan perdagangan,
misalnya, kita dapat memilih topik dengan mengacu pada puluhan teori
yang ada dalam mata kuliah ekonomi politik internasional. Kalau kita lebih
berminat dengan isu-isu keamanan, kita dapat memilih topik penelitian
dari sejumlah teori dalam security studies atau conflict resolution. Apabila
kita ingin meneliti tentang kebijakan luar negeri suatu negara, kita dapat
memulai dari teori-teori yang ada dalam mata kuliah politik luar negeri,
dan masih banyak lagi. Menurut Laura Roselle dan Sharon Spray, textbook
HI (yang berisi teori-teori) adalah sumber daya terbaik untuk memilih
topik dan sekaligus membangun pengetahuan dasar yang diperlukan untuk
merancang sebuah proyek penelitian.4 Dengan demikian, tidak ada alasan
bagi mahasiswa dan peneliti HI merasa kekurangan topik penelitian ketika
mereka hendak menyusun skripsinya.

3 Stephanie Lawson, International Relations (Cambridge, UK: Polity Press, 2012), p.


4.
4 Laura Roselle and Sharon Spray, Research and Writing in International Relations
(New York: Pearson Education, Inc., 2008), p. 6.

2
Lawrence Neuman menyebutkan sedikitnya tujuh sumber yang
dapat dijadikan ladang untuk memilih topik penelitian, yaitu: curiosity
based on something in the media, the state of knowledge in a field,
personal experience, solving a problem, social premiums, personal values,
dan everyday life.5 Kesemua sumber ini menyediakan banyak sekali topik
yang dapat dipilih untuk objek penelitian. Paling tidak, dua sumber yang
pertama (kuriositas berdasarkan sesuatu di media dan pernyataan tentang
pengetahuan atau teori dalam bidang ilmu) sudah menyediakan topik yang
berlimpah untuk penelitian HI. Jika kita rajin mengikuti perkembangan
informasi di media (surat kabar, majalah, televisi, internet) dan sering
menelusuri teori-teori yang ada di lingkungan studi HI, ratusan topik bisa
kita pilih untuk kita jadikan objek penelitian.
Tentu saja meskipun topik-topik yang dapat diangkat untuk
penelitian HI itu sangat banyak dan menghampar begitu luas, penentuan
topik untuk keperluan penulisan skripsi tetap harus didasarkan beberapa
pertimbangan yang matang agar tidak menyusahkan diri kita sendiri. Ada
beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan dalam menentukan topik
penelitian, yakni:
1. Topik itu harus menarik (interesting), khususnya bagi kita sendiri
sebagai peneliti. Penelitian yang dilakukan dengan ketertarikan dan
minat yang tinggi akan menimbulkan antusiasme dan ketahanan
juang dalam melakukan penelitian6 serta dapat meningkatkan
kegairahan dalam mengembangkannya.7 Topik tentu saja juga harus
menarik bagi orang lain agar mereka tergugah untuk membaca
skripsi kita nanti. Apa gunanya kita capek-capek meneliti dan
menulis skripsi puluhan halaman kalau tidak ada yang tertarik
membacanya.

5 Lawrence Neuman, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative


Approaches (Essex: Pearson Education Ltd., 2014), p. 173.
6 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial (Bandung: Penerbit Alumni,
1983), h. 62.
7 Sabarti Akhadiah, Maidar Arsjad dan Sakura Ridwan, Pembinaan Kemampuan
Menulis Bahasa Indonesia (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999), h. 7.

3
2. Topik itu cukup penting (important). Penting berarti bahwa topik
yang kita pilih itu harus memberikan sumbangan ilmiah pada ilmu
pengetahuan, khususnya pada bidang studi HI, dalam bentuk
pengembangan ilmu.
3. Ketersediaan data (the availability of data). Suatu penelitian ilmiah
perlu didukung data yang cukup memadai dan meyakinkan. Sebab
itu sebelum menentukan topik penelitian untuk penulisan skripsi,
ada baiknya kita melakukan observasi yang cukup terhadap
kemungkinan ketersediaan data dan mendiskusikan dengan calon
dosen pembimbing apakah kiranya topik yang kita pilih didukung
data yang memadai atau tidak. Hal ini penting agar penelitian tidak
berhenti di tengah jalan karena kekurangan data.
4. Terjangkau oleh peneliti (affordable by researchers). Dengan
kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan intelektual, kita
sebagai peneliti mampu memecahkan masalah yang dicakup oleh
topik penelitian yang kita pilih. Selain memiliki pengetahuan yang
cukup, peneliti perlu memiliki kemampuan mengolah data, dan
perlu dipertimbangkan juga kemampuan dan latar belakang calon
pembimbing. Jangan memilih topik penelitian yang tidak ada satu
pun dosen pembimbing yang ahli dalam bidang itu. Hal lain yang
perlu dipertimbangkan adalah keterjangkauan waktu dan biaya.

B. MERUMUSKAN MASALAH PENELITIAN


Langkah berikutnya setelah berhasil memilih topik penelitian adalah
menentukan masalah penelitian (research problem). Masalah penelitian
adalah persoalan yang ingin dijawab oleh peneliti melalui kegiatan
penelitiannya. Misalnya kita telah memilih topik mengenai politik luar
negeri China, maka yang dimaksud masalah penelitian adalah hal apa yang
ingin kita teliti dari topik tersebut. Masalah penelitian ini kemudian kita
rumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian (research question).
Sebagaimana dikatakan Alan Bryman, sebuah pertanyaan penelitian adalah
pertanyaan yang memberikan pernyataan eksplisit mengenai apa yang

4
ingin diketahui peneliti dan harus memiliki tanda tanya (question mark) di
akhir pernyataan tersebut.8
Pertanyaan penelitian merupakan pertanyaan sentral yang ingin
dijawab peneliti dengan melakukan proyek penelitian. Sebuah pertanyaan
penelitian adalah inti dasar dari sebuah proyek penelitian. Pertanyaan
penelitian akan memfokuskan penelitian, menentukan metodologi, dan
panduan semua tahap penyelidikan, analisis, dan pelaporan hasil
penelitian. Sebab itu sering dikatakan bahwa masalah penelitian pada
hakikatnya adalah pertanyaan penelitian juga. Dengan kata lain,
merumuskan pertanyaan penelitian adalah mengubah formulasi masalah
penelitian menjadi sebuah pertanyaan yang lebih fokus dan bisa dijawab
melalui penelitian. Pertanyaan penelitian memiliki dua tujuan, yakni untuk
menentukan di mana dan apa jenis penelitian yang akan digunakan peneliti
dan mengidentifikasi tujuan khusus dari penelitian yang akan
dilaksanakan.
Perumusan pertanyaan penelitian sangat terkait dengan tujuan
(aims) atau jenis (types) penelitian. Berbeda tujuan atau jenis penelitian
akan berbeda pula rumusan pertanyaan penelitiannya. David de Vaus
menyatakan bahwa para peneliti sosial biasanya mengajukan dua jenis
pertanyaan penelitian yang memiliki keterkaitan dengan tujuan penelitian,
yaitu what is going on? (apa yang terjadi) dan why is it going on?
(mengapa hal itu terjadi). Rumusan penelitian yang pertama (what is going
on) berarti tujuan penelitiannya adalah ingin mengetahui suatu peristiwa
(jenis penelitian deskriptif). Sedangkan rumusan penelitian yang kedua
(why is it going on) berarti tujuan penelitiannya adalah untuk menjelaskan
mengapa peristiwa tersebut terjadi (jenis penelitian eksplanatif).9 Namun,
perlu diingat, jenis penelitian deskriptif tidak selalu harus didahului
dengan pertanyaan what dan jenis penelitian eksplanatif tidak harus
diawali dengan pertanyaan why. Dalam berbagai penelitian kualitatif,

8 Alan Bryman, Social Research Methods (New York: Oxford University Press, 2012),
p. 9.
9 David de Vaus, Research Design in Social Research (London: SAGE Publications
Ltd., 2005), pp. 1-2.

5
banyak juga penelitian deskriptif yang pertanyaan penelitiannya dimulai
dengan kata why dan how.
Brian van Wyk sepakat dengan David de Vaus bahwa rumusan
pertanyaan penelitian memiliki hubungan yang erat dengan jenis penelitian
yang akan digunakan peneliti. Menurut van Wyk sedikitnya ada enam jenis
penelitian yang masing-masing memiliki ciri khas pertanyaan
penelitiannya sendiri-sendiri, yaitu jenis penelitian eksplorasi, deskripsi,
eksplanasi, prediksi, evaluasi, dan sejarah. Jika jenis penelitian kita
deskriptif, misalnya, maka pertanyaan penelitian bisa berupa: How many?
What is the incidence of y? Atau are x and y related? Jika jenis
penelitiannya eksplanatif, pertanyaan penelitian dapat diawali dengan:
Why? Atau What are the causes of y? Lantas, jika jenis penelitiannya
prediktif, kita dapat merumuskan pertanyaan penelitiannya yang dimulai
dengan: What will the effect of x be on y?10 Sedangkan menurut Alis
Oancea, pertanyaan penelitian berhubungan dengan tujuan penelitian yang
diklaim oleh peneliti. Jika peneliti mengklaim bahwa tujuan penelitiannya
adalah untuk memahami (understanding atau to make sense) suatu
fenomena maka pertanyaan penelitiannya dapat dimulai dengan kalimat:
How can we understand a phenomenon? dan seterusnya.11

10 Brian van Wyk, Research Design and Method (Cape Town: University of Western
Cape, 2013).
11 Alis Oancea dalam Keith F. Punch and Alis Oancea, Introduction to Research
Methods in Education (London: SAGE Publications Ltd., 2014).

6
TABEL 1
HUBUNGAN JENIS, TUJUAN DAN PERTANYAAN PENELITIAN

TYPES/AIMS OF RESEARCH QUESTION


RESEARCH STARTED WITH
Exploratory What is the case?
What are the key factors?
Descriptive How many? What is the incidence of x?
Are variable x and variable y related?
Explanative Why?
What are the causes of variable y?
Evaluative What was the outcome of x?
Has the P been successful?
Predictive/ What will the effect of variable x be on variable y?
Prescriptive What happens if….?
Historical What led to y happening?
What were the events that led up to y?
Interpretive How can we understand a phenomenon?
Emancipatory How to disrupt convention and empower
participants?
Comparative Do a and b differ in respect of x?
Sumber: Diolah dari Brian van Wyk dan Alis Oancea.

Inggrid Lunt menyebutkan beberapa karakteristik yang harus


dipertimbangkan peneliti agar dapat menghasilkan sebuah pertanyaan
penelitian yang baik.12
1. Clarify (kejelasan), dalam arti pertanyaan yang kita ajukan harus
dapat dijawab (should be answerable), dijelaskan atau ditangani
melalui metodologi yang akan kita gunakan;
2. Understandable (dapat dipahami), artinya pertanyaan tersebut harus
bisa dimengerti oleh pembaca yang mungkin bukan seorang ahli
dalam topik yang kita teliti;

12 Inggrid Lunt sebagaimana dikutip oleh Pam Sammons and Linda Bakkum, Thinking
About Research andResearch Quality in Your Academic Work (Oxford: University of
Oxford, 2012).

7
3. Contribution to knowledge (kontribusi untuk pengetahuan),
pertanyaan yang kita ajukan hendaknya memberikan sumbangan
terhadap bidang ilmu kita (studi HI), baik secara metodologis,
empiris, maupun teoretis;
4. Empirically focus (fokus secara empiris), maksudnya pertanyaan
penelitian mengharuskan kita menghasilkan data untuk
menjawabnya, sekaligus dapat menuntun kita untuk menentukan
metode penelitian dan pengumpulan data;
5. Accessible evidence (bukti dapat diakses), yakni bukti-bukti yang
akan kita kumpulkan untuk menjawab pertanyaan penelitian kita
nanti harus dapat diakses;
6. Manageable (dapat dikelola), pertanyaan penelitian yang kita ajukan
harus dapat dikelola, dalam arti bisa dilaksanakan dalam penelitian
kita;
7. Significant (signifikan), dalam arti pertanyaan penelitian yang kita
ajukan harus memiliki sebuah alasan yang jelas;
8. Practical use or relevant (kegunaan praktis atau relevan),
pertanyaan penelitian kita harus memiliki kegunaan praktis dan
relevan dengan bidang studi kita.
9. Fun and interesting (menyenangkan dan menarik), artinya kita harus
merumuskan pertanyaan penelitian yang menyenangkan dan
menarik, sehingga kita bersemangat dalam melakukan penelitian.
10. Related to previous research (terkait dengan penelitian terdahulu),
dalam arti bahwa pertanyaan penelitian kita hendaknya memiliki
keterkaitan dengan penelitian-penelitian terdahulu yang pernah
dilakukan peneliti lain.

C. MERUMUSKAN JUDUL PENELITIAN


Masalah perumusan judul dalam penulisan skripsi HI sangat terkait
dengan persoalan pemilihan topik penelitian sebagaimana telah dibahas di
atas. Seringkali masalah perumusan judul menjadi perdebatan yang tidak
produktif antara dosen pembimbing dan mahasiswa hanya karena kedua

8
belah pihak tidak memahami hakikat isu-isu yang dapat diangkat sebagai
topik penelitian HI.
Banyak dosen HI yang mengatakan bahwa judul skripsi harus atau
bahkan wajib menggambarkan adanya hubungan antara dua negara. Ini
adalah cara berpikir yang keliru (belum maju) tentang hakikat hubungan
internasional. Seperti dikatakan sebelumnya bahwa hubungan internasional
itu sangat kompleks dan aktornya bukan hanya negara (state actor). Sebab
itu bisa saja seorang mahasiswa HI mengangkat topik penelitiannya yang
tidak ada hubungannya dengan hubungan antar negara. Kalau pun tetap
berorientasi pada negara, mahasiswa HI juga boleh membahas satu negara
saja (tidak harus hubungan dua negara). Sebab menurut perspektif studi
komparatif politik, ketika kita membahas satu negara tertentu secara tidak
langsung kita sebenarnya tengah membandingkan dengan negara kita.13
Kekeliruan lainnya adalah banyak dosen HI yang menganjurkan
bahwa judul skripsi harus mengandung adanya hubungan antara dua
variable, yaitu variable independen dan variable dependen. Ini juga
merupakan paradigma berfikir yang kurang memahami esensi kegiatan
penelitian. Seperti diketahui, untuk penelitian eksploratif dan deskriptif
judul penelitian tidak harus menggambarkan hubungan antara dua variable.
Penelitian eksploratif adalah penelitian penjajakan, dimana peneliti
(mahasiswa) belum mengetahui variable-variabelnya dan bagaimana
bentuk hubungan antar variabelnya. Sementara dalam penelitian deskriptif
bisa saja peneliti hanya mendiskripsikan suatu gejala internasional secara
objektif dan sistematis tanpa ingin mengetahui bagaimana hubungannya
dengan faktor atau variable lain. Begitu pula penelitian yang bersifat
historical, evaluatif, dan interpretif, tidak ada urusannya dengan pola
hubungan antar variable, sehingga judul skripsi yang kita buat tidak mesti
harus menggambarkan adanya hubungan antar variable.

13 Mengenai pernyataan bahwa penelitian HI (terutama yang memilih pendekatan


comparative politics) dapat membahas satu negara saja (the studies of one country)
lihat Howard J. Wiarda, Comparative Politics: Approaches and Issues (Maryland,
USA: Rowman & Littlefield Publishers, Inc., 2007), p. 20.

9
Salah satu hal penting yang perlu dipertimbangkan mahasiswa
dalam menentukan judul skripsi adalah bukan soal adanya hubungan antar
negara atau tidak dan soal adanya hubungan antar variable atau tidak. Satu
hal yang mesti diperhatikan adalah bahwa judul penelitian itu harus
mengacu pada topik yang telah dipilih dan memiliki alur konsistensi
dengan perumusan masalah (pertanyaan penelitian), tujuan penelitian, teori
yang digunakan, kerangka analisis, dan hipotesis (jika perlu).

GAMBAR 1
ALUR KONSISTENSI PENELITIAN

TOPIK JUDUL PERTANYAAN TUJUAN


PENELITIAN PENELITIAN PENELITIAN PENELITIAN

HIPOTESIS
KERANGKA KERANGKA METODE
(JIKA
TEORI ANALISIS PENELITIAN
DIPERLUKAN)

Selain harus memperhatikan judul yang kita rumuskan dengan alur


konsistensi penelitian di atas, dalam membuat judul ada baiknya kita juga
mengacu atau mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Judul skripsi sebaiknya dinyatakan dalam bentuk “frase benda” dan
bukan dalam bentuk kalimat. Judul “Perlombaan Senjata di Asia-
Pasifik Pasca Perang Dingin” berbentuk frase benda. Judul itu akan
menjadi kalimat jika diubah menjadi “Perlombaan Senjata di Asia-
Pasifik Perlu Dihentikan”. Perumusan judul yang kedua ini tidak
dibenarkan.
2. Judul harus dirumuskan sepadat dan sesingkat mungkin. Judul
seperti “Perlombaan Persenjataan di Asia-Pasifik Setelah
Berakhirnya Perang Dingin Timur-Barat 1990-2002” jelas terlalu

10
panjang dan bertele-tele, sehingga dapat dipadatkan menjadi
“Perlombaan Senjata di Asia-Pasifik Pasca Perang Dingin”.
3. Judul harus dinyatakan secara jelas. Artinya, judul itu tidak
dinyatakan dalam kata atau kalimat kiasan atau kata yang bermakna
ganda. Dalam karya fiksi, judul yang bersifat kiasan mungkin malah
menarik dan dibenarkan, tetapi dalam karya ilmiah seperti skripsi
setiap kata yang bersifat kiasan justru harus dihindarkan.
4. Dalam judul harus dihindarkan adanya duplikasi kata. Misalnya
judul seperti “Kebijakan Politik Luar Negeri Republik Indonesia
Terhadap Kejahatan Terorisme Internasional”. Di sini terdapat
duplikasi kata atau dua kata yang bermakna sama atau mirip, yaitu
antara “kebijakan” dan “politik” serta antara “kejahatan” dan
“terorisme”. Judul tersebut sebaiknya diubah menjadi “Kebijakan
Republik Indonesia Terhadap Terorisme Internasional”.

11
BAB II
MEMBUAT PROPOSAL/USULAN PENELITIAN

SETELAH berhasil menentukan topik dan merumuskan judul


penelitian yang dikonsultasikan dengan calon dosen pembimbing dan
disetujui pimpinan jurusan, tugas selanjutnya bagi seorang mahasiswa
yang hendak menyusun skripsi adalah membuat proposal atau usulan
penelitian (research proposal). Hingga saat ini tidak standar baku yang
mengikat seluruh universitas di Indonesia mengenai bagaimana sistematika
proposal atau usulan penelitian. Namun untuk skripsi Hubungan
Internasional (HI) proposal atau usulan penelitian setidaknya mencakup
sub-sub bab sebagai berikut:
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
D. Tinjauan Pustaka atau Kerangka Teori
E. Kerangka Analisis
F. Hipotesis (jika diperlukan)
G. Definisi Konseptual atau Definisi Operasional
H. Metode Penelitian

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Seorang peneliti (mahasiswa) sebelum melakukan penelitian
sekurang-kurangnya sudah harus mengetahui atau dapat mendeskripsikan
masalah atau objek yang akan ditelitinya. Dengan kata lain, ia harus dapat
mengidentifikasi gambaran masalah yang berhubungan dengan objek yang
akan ditelitinya.
Uraian yang disampaikan dalam sub-bab latar belakang masalah
mencerminkan suatu ilustrasi kondisional dan situasional dari gejala yang
berlangsung sebagaimana yang diamati penulis baik melalui kepustakaan,

12
media massa, maupun hasil pengamatan langsung.14 Dalam hal ini, si
peneliti (mahasiswa) harus mampu menjelaskan bahwa fenomena yang
akan ditelitinya itu masih merupakan masalah yang aktual dan relevan
untuk diteliti.
Selain mendeskripsikan aspek kondisional dan situasional dari objek
yang ingin kita teliti, dalam latar belakang masalah ini kita sebagai peneliti
juga perlu menguraikan argumentasi arti pentingnya dilakukan penelitian
terhadap objek tersebut. Selain itu juga penjelasan singkat mengenai faktor
pendorong keingintahuan kita terhadap objek yang akan kita teliti tersebut
dikaitkan dengan state of the art dari disiplin ilmu yang digelutinya15
(studi HI).
Dalam penelitian masalah HI, misalnya kita ingin meneliti
fenomena terorisme di Asia Tenggara, dalam latar belakang masalah kita
perlu mengemukakan sejumlah kejadian mengenai terorisme di negara-
negara ASEAN. Kita perlu juga melengkapi dengan sejumlah komentar
dari beberapa pemimpin dan pakar terorisme di ASEAN mengenai gejala
terorisme di kawasan ini. Semua bahan mengenai hal ini dapat kita peroleh
dari surat-surat kabar, majalah-majalah berita, sumber-sumber internet,
buku-buku terbaru, maupun berita radio dan televisi.
Dalam bagian akhir deskripsi latar belakang masalah, kita perlu
memberikan argumentasi atau alasan mengapa masalah terorisme di Asia
Tenggara tersebut masih aktual dan relevan untuk diteliti. Aktual dalam
arti kita harus dapat menunjukkan bahwa segi-segi tertentu dari objek
(masalah terorisme di Asia Tenggara) yang akan kita teliti tersebut
merupakan hal baru yang belum mendapatkan perhatian dari mahasiswa
atau peneliti lain. Sedangkan yang dimaksud relevan adalah bahwa objek
yang kita teliti tersebut memiliki kaitan erat dengan disiplin ilmu yang
sedang kita tekuni (studi HI).
Dalam sub-bab latar belakang masalah dalam penelitian sosial
(termasuk penelitian HI), kita sebaiknya dapat mengemukakan deskripsi

14 Jonh W. Limbong, Pedoman Tesis dan Disertasi (Jakarta: Penerbit IGI, 2001), h. 4
15 Dikti, Pedoman Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Oleh
Perguruan Tinggi (Jakarta: DP3M Dikti Depdiknas, 2000), h. 20.

13
masalah dalam bentuk gambaran umum yang jelas dan objektif, bukan
karangan kita sendiri. Ini semua harus ditunjukkan dalam bentuk kutipan
sebanyak mungkin di bagian catatan kaki (footnote). Makin sedikit rujukan
yang kita kutip menunjukkan bahwa kita belum cukup memahami objek
yang akan kita teliti, begitu pula sebaliknya. Penelitian tidak boleh
dilakukan dengan “kepala kosong” atau buta sama sekali terhadap objek
yang akan diteliti.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa latar belakang
masalah bukanlah latar belakang sejarah dari peristiwa yang akan kita
amati. Banyak mahasiswa HI mendeskripsikan secara kronologis latar
belakang sejarah dari suatu peristiwa yang diamatinya dalam sub-bab latar
belakang masalah ini. Misalnya seorang mahasiswa meneliti tentang kerja
sama ekonomi Indonesia-China pada masa Pemerintahan Presiden Jokowi,
mereka banyak mengira apa yang perlu ditulis dalam latar belakang
masalah adalah latar belakang sejarah hubungan kedua negara. Ini adalah
cara berpikir yang salah tentang hakikat latar belakang masalah. Seperti
disampaikan di atas, latar belakang masalah adalah gambaran kondisional
dan situasional, bukan gambaran atau latar belakang sejarah.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah adalah masalah apa yang dipertanyakan atau yang
ingin diketahui oleh peneliti berpijak pada deskripsi dalam latar belakang
masalah di atas. Masalah yang dipertanyakan itu bisa bersifat sederhana
(deskriptif), dapat pula bersifat kompleks (eksplanatif, preskriptif,
interpretif atau komparatif). Karena rumusan masalah adalah masalah yang
dipertanyakan maka menurut Kerlinger masalah-masalah yang akan ditulis
dalam sub-bab perumusan masalah ini harus disajikan dalam bentuk
kalimat tanya.16
Sebagaimana telah diulas dalam bab I, perumusan masalah
diformulasikan dalam bentuk pertanyaan penelitian (research question).

16 Dikutip dari Husein Umar, Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi (Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), h. 68.

14
Selanjutnya bagaimana bentuk pertanyaan yang baik dalam perumusan
masalah juga sangat berkaitan dengan tujuan atau jenis penelitian kita.
Berbeda tujuan atau jenis penelitian kita akan membedakan pertanyaan
penelitian yang perlu kita rumuskan.
Jika tujuan penelitian kita ingin mendeskripsikan suatu gejala atau
objek (dengan kata lain jenis penelitian kita bersifat deskriptif) maka
rumusan masalah bisa didahului dengan kata “bagaimana” (how).
Misalnya, bagaimana bentuk kerja sama Indonesia-Filipina dalam
menanggulangi perompakan di perairan perbatasan kedua negara? Bisa
juga kita mengawali dengan kata “apakah” (is/are). Contohnya, Apakah
perompakan di perairan perbatasan Indonesia-Filipina berhubungan
dengan aktivitas kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan?
Jika tujuan penelitian kita adalah ingin mengetahui pengaruh suatu
gejala terhadap gejala lain (dengan kata lain jenis penelitian kita bersifat
eksplanatif) maka rumusan masalah bisa juga didahului dengan “apakah”
(is/are). Misalnya, Apakah berkurangnya sumber dana dari Timur Tengah
kepada kelompok Abu Sayyaf berpengaruh terhadap aktivitas perompakan
di perairan perbatasan Indonesia-Filipina? Rumusan masalah jenis
penelitian eksplanatif sering pula diawali dengan “mengapa” (why).
Contohnya, Mengapa aktivitas perompakan yang dilakukan kelompok Abu
Sayyaf cenderung mengalami peningkatan?
Satu hal yang perlu ditegaskan adalah bahwa dalam membuat
perumusan masalah kita jangan sampai terjebak dalam kata pendahuluan
seperti “mengapa”, “apakah”, “bagaimana”, dan sebagainya. Selama ini
ada kesalahan yang sudah terlanjur membudaya (baik di kalangan
mahasiswa maupun dosen) bahwa jika jenis penelitian kita eksplanatif
maka perumusan masalah harus didahuli dengan kata “mengapa” (why),
sedangkan kalau penelitian deskriptif diawali dengan kata “bagaimana”
(how) atau apa (what). Jika kita lihat kembali tabel 1 pada bab I jelas
bahwa kata “bagaimana” atau “apakah” bisa juga digunakan dalam jenis
penelitian eksplanatif, prediktif, maupun komparatif. Sedangkan kata
“mengapa” bisa juga digunakan sebagai kata awal dalam perumusan
masalah jenis penelitian interpretif maupun deskriptif.

15
Setelah sub-bab perumusan masalah tidak jarang penulisan skripsi di
berbagai program studi dilanjutkan dengan sub-bab pembatasan masalah.
Tujuan dari pembatasan masalah memang penting supaya kita sebagai
peneliti tidak terjerumus dalam sekian banyak data yang tidak perlu dari
masalah yang ingin kita teliti.17 Ruang lingkup penelitian yang terlalu luas
seringkali dapat membuat seorang peneliti menemui kesukaran dalam
proses pengumpulan hingga analisis data.
Namun sejumlah pakar penelitian menyatakan bahwa pembatasan
masalah tidak perlu dibuat dalam sub-bab tersendiri. Pada saat kita
merumuskan masalah sebenarnya dengan sendirinya kita juga telah
melakukan pembatasan masalah. Perumusan masalah adalah masalah
spesifik apa yang ingin kita ketahui melalui penelitian. Ini berarti kita
membatasi penelitian kita pada masalah itu. Di samping itu, judul
penelitian yang baik, juga harus bersifat spesifik, sehingga masalah apa
yang ingin kita teliti sudah tercermin dalam judul tersebut.

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN


Setiap kita melakukan kegiatan, apalagi kegiatan penelitian, harus
mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan penelitian itu bermacam-macam,
mulai dari menjajagi (to explore), menguraikan (to elaborate),
memerikan/mendiskripsikan (to describe), menerangkan (to illustrate),
menjelaskan (to explain), memahami (to understand), hingga
memprediksikan (to predict) suatu gejala atau fenomena. Selain itu dapat
pula sebuah penelitian bertujuan untuk menerapkan suatu konsep atau
model, bahkan membuat suatu prototype.18
Banyak skripsi mahasiswa mencantumkan tujuan penelitian hanya
bersifat basa-basi atau klise. Contohnya, “tujuan penelitian adalah untuk
memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana (S-1) pada
Jurusan Hubungan Internasional ….. dan seterusnya”. Ini adalah contoh

17 Melly G. Tan, “Masalah Perencanaan Penelitian”, dalam buku Koentjaraningrat,


Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT Gramedia, 1985), h. 17.
18 Dikti, loc. cit.

16
rumusan tujuan penelitian yang salah kaprah dan tidak perlu dikemukakan
di bagian tujuan penelitian, karena kalimat itu biasanya sudah muncul di
halaman cover depan.
Perlu diketahui bahwa tujuan penelitian adalah bagian dari
keseluruhan proses dalam metodologi penelitian yang seharusnya tidak
dikaitkan dengan tujuan peneliti mencari gelar sarjana. Dalam
merumuskan tujuan penelitian, kita tidak boleh keluar dari perumusan
masalah yang sudah kita tetapkan sebelumnya. Sebagai contoh, apabila
rumusan masalah kita “Mengapa NATO tetap melakukan intervensi militer
ke Serbia padahal tidak ada approval dari Dewan Keamanan PBB?”,
maka tujuan penelitian dapat dirumuskan dalam kalimat: “penelitian ini
ditujukan untuk menjelaskan faktor-faktor apa yang mendorong NATO
tetap melakukan intervensi militer ke Serbia”. Jika jenis penelitian kita
bersifat interpretif, kita dapat merumuskan kalimat: “tujuan penelitian ini
adalah untuk memahami mengapa NATO tetap melakukan intervensi
militer ke Serbia padahal tidak memperoleh approval dari Dewan
Keamanan PBB sebagai prasyarat diperbolehkannya intervensi militer ke
dalam negeri suatu negara.”
Dengan demikian, rumusan kalimat dalam tujuan penelitian
sebenarnya merupakan pengulangan dari rumusan masalah (pertanyaan
penelitian). Bedanya, kalau dalam rumusan masalah kalimat dinyatakan
dalam pertanyaan (question), dalam tujuan penelitian kalimat dituangkan
dalam bentuk pernyataan (statement).19 Selain itu rumusan kalimat dalam
tujuan penelitian juga harus mengandung salah satu kata berikut ini: untuk
mengetahui atau mendeskripsikan (jika penelitiannya deskriptif), untuk
menjelaskan (jika eksplanatif), untuk memahami (jika interpretif), untuk
mengevaluasi (jika evaluatif), untuk memprediksikan (jika prediktif), untuk
menguji (jika verifikatif), dan sebagainya.
Sedangkan yang dimaksud dengan kegunaan penelitian adalah
manfaat apa yang bisa diperoleh dari kegiatan penelitian yang kita lakukan
ini, baik bagi peneliti sendiri maupun bagi studi Hubungan Internasional.

19 “Tujuan dan Manfaat Penelitian”, dalam http://www.ana4.elearning.me [Diakses 25


April 2016].

17
Dengan kata lain, manfaat apa yang akan diperoleh si peneliti melalui
penelitian ini dan kontribusi apa yang bisa diberikan dari hasil penelitian
ini, diuraikan dalam sub-bab ini. Namun demikian rumusan kalimat dalam
kegunaan penelitian tetap tidak boleh keluar (menyimpang) dari rumusan
kalimat dalam tujuan penelitian.
Kegunaan penelitian dapat juga kita klasifikasikan ke dalam
kegunaan yang bersifat praktis dan akademis (teoretis). Jika tujuan
penelitian kita adalah untuk menjelaskan faktor-faktor apa yang
menyebabkan NATO tetap melakukan intervensi militer ke Serbia, maka
secara praktis penelitian dapat berguna untuk memberikan sumbangan
pemecahan masalah dalam kasus-kasus intervensi militer di masa yang
akan datang. Sedangkan kegunaan yang bersifat akademis, misalnya hasil
penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan teori HI,
khususnya mengenai konsep intervensi militer dalam era pasca Perang
Dingin.

D. KERANGKA TEORI ATAU TINJAUAN PUSTAKA


Pedoman seorang ilmuwan atau peneliti untuk menjawab suatu
masalah adalah teori. Dalam konteks penelitian kita, teori menjadi pijakan
utama untuk menjawab pertanyaan penelitian yang ada dalam rumusan
masalah. Sub-bab kerangka teori (atau di beberapa universitas
menggunakan istilah tinjauan pustaka), pada umumnya berisi teori-teori,
konsep-konsep, dan hasil-hasil penelitian terdahulu (previous research)
yang berkaitan langsung (relevan) dengan fokus penelitian kita. Dalam
penelitian kuantitatif atau penelitian yang menggunakan hipotesis, teori-
teori atau konsep-konsep yang kita gunakan haruslah yang dapat
dioperasionalkan ke dalam variabel-variabel dan indikator-indikator.
Sebagai payung dari teori dan konsep yang akan digunakan, dalam
sub-bab kerangka teori atau tinjauan pustaka ini perlu dikemukakan
terlebih dahulu pengertian atau definisi tentang hubungan internasional.
Banyak definisi tentang HI yang bisa ditemui dalam sejumlah literatur,
namun cukup dikutip satu definisi saja yang relevan dengan masalah yang
kita teliti. Misalnya kita ingin meneliti tentang masalah pariwisata

18
(tourism), kita perlu mengemukakan definisi HI yang menyebut soal
pariwisata (contohnya definisi HI dari Coulumbis dan Wolfe).20 Atau kita
ingin meneliti soal penyebaran penyakit menular seperti ebola, misalnya,
kita harus kemukakan definisi yang menyebut bahwa masalah penyakit
menular (worldwide epidemic) merupakan bagian dari studi HI.
Pada intinya tujuan pencatuman definisi HI di sini adalah untuk
menjustifikasi bahwa topik atau masalah yang ingin kita teliti masih
merupakan bagian dari studi HI. Seringkali timbul pertanyaan dari penguji,
mengapa kita sebagai mahasiswa HI mengangkat isu-isu yang dulu kurang
lazim diteliti oleh orang HI seperti masalah lingkungan hidup, pariwisata,
penyakit menular, olahraga, alih teknologi, perdagangan manusia, global
warming, dan sebagainya. Jika kita dapat mengemukakan sebuah definisi
dari seorang pakar yang menyebut bahwa studi HI juga mencakup masalah
yang kita teliti, maka pertanyaan penguji tersebut tidak seharusnya
muncul. Dengan kata lain, definisi HI yang kita kemukakan di awal sub-
bab kerangka teori ini berfungsi untuk memberikan justifikasi akademis
bahwa topik penelitian kita memang bagian dari ruang lingkup studi HI.
Selain definisi HI, perlu juga dikemukakan definisi atau pengertian
mengenai bidang kajian (core subject) dari masalah yang ingin kita teliti.
Ada beberapa core subjects dalam studi HI, misalnya politik internasional,
politik luar negeri, hukum internasional, diplomasi, ekonomi politik
internasional, studi wilayah, organisasi internasional, dan sebagainya. Jika
masalah yang ingin kita teliti menyangkut soal politik luar negeri suatu
negara maka dalam sub-bab kerangka teori ini perlu dikemukakan definisi
tentang politik luar negeri (foreign policy) yang relevan. Kemudian dari
pokok bahasan politik luar negeri ini akan kita pilih teori-teori dan konsep-
konsep yang sesuai dengan masalah penelitian kita.
Banyak mahasiswa mengangkat topik penelitian tentang
perdagangan atau investasi internasional namun mereka menggunakan
teori-teori atau konsep-konsep yang ada dalam politik internasional atau
politik luar negeri. Misalnya, mahasiswa ingin meneliti mengapa akhir-

20 Lihat Theodore A. Couloumbis & James H. Wolfe, Introduction to International


Relations: Power and Justice (New Delhi: Prentice-Hall Inc., 1981), p. 15.

19
akhir ini China begitu intensif meningkatkan investasinya di Indonesia,
tetapi mahasiswa tersebut menggunakan teori tentang power atau national
interest. Ini adalah contoh penggunaan teori yang kurang relevan. Kalau
topiknya tentang perdagangan atau investasi, mestinya teori atau konsep
yang kita kemukakan adalah teori-teori tentang perdagangan dan investasi
internasional yang banyak dijumpai dalam literatur ekonomi internasional.
Perlu diingat bahwa kita adalah bagian dari penstudi HI. Sebab itu
teori yang kita kemukakan dalam sub-bab kerangka teori hendaklah benar-
benar teori HI, bukan teori yang kita comot dari bidang studi lain.
Misalnya kita tertarik meneliti mengenai masalah feminisme, maka teori
yang kita gunakan haruslah teori feminisme yang berkembang dalam studi
HI, bukan dari sosiologi atau bidang ilmu lain. Banyak sekali buku
feminisme dalam HI yang sudah beredar, sehingga tidak ada alasan kita
masih memaksakan diri menggunakan teori feminisme dari bidang studi
lain. Begitu pula jika kita ingin menggunakan teori HI yang lain seperti
liberalisme, strukturalisme, konstruktivisme, postmodernisme, atau
realisme, mestinya kita ambil dari textbook HI dan bukan dari bidang studi
lain.
Karena teori yang kita kutip akan menjadi dasar untuk menyusun
kerangka analisis (framework for analysis) atau kerangka konseptual
(conceptual framework), maka kita harus mencari teori-teori yang lebih
bersifat operasional. Artinya, kita harus memilih teori yang memiliki
variable-variabel yang jelas, sehingga memudahkan kita dalam menyusun
kerangka analisis.

E. KERANGKA ANALISIS
Dalam alur berfikir penelitian deduktif, kerangka analisis atau
model adalah turunan dari teori dan berfungsi sebagai jembatan untuk
merumuskan hipotesis. Teori yang baik adalah teori yang di dalamnya
terkandung hubungan antara dua konsep atau lebih dan masing-masing
konsep tersebut dapat diturunkan ke dalam variabel-variabel. Kerangka
analisis adalah sebuah bagan atau gambar yang mengandung hubungan-

20
hubungan antar variabel yang terstruktur sedemikian rupa sehingga
menunjukkan alur analisis yang akan dilakukan peneliti.
Kerangka analisis dapat berbentuk dalam berbagai model,
tergantung dari banyaknya variabel dan pola hubungan antar variabel-
variabel tersebut. Bentuk dan pola hubungan itu mulai dari yang bersifat
sederhana sampai yang kompleks. Tetapi dalam penulisan skripsi HI pada
umumnya para mahasiswa hanya membuat pola hubungan yang sederhana
antara dua variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen
(terutama bagi yang jenis penelitiannya eksplanatif). Kecenderungan
semacam ini dapat diterima mengingat pada level S-1 daya abstraksi
mahasiswa terhadap pola hubungan antar variabel yang bersifat kompleks
umumnya masih sangat terbatas.
Menurut Mohtar Mas’oed, variabel dependen adalah konsep yang
hendak dijelaskan dan diramalkan kejadiannya serta yang terjadi sebagai
akibat dari variabel lain. Sedangkan variabel independen adalah konsep
yang dipakai untuk menjelaskan atau meramalkan konsep lain dan terjadi
sebelum terjadinya variabel dependen.21 Di samping kedua variabel ini
dalam penelitian sering juga ditemukan adanya variabel ketiga, yaitu
variabel kontrol, ekstra atau intervening.
Dalam penelitian kuantitatif (baik jenis penelitian eksplanatif,
verifikatif, maupun komparatif), kerangka analisis tidak hanya
menggambarkan pola hubungan antar variabel namun juga indikator-
indikator dari variabel-variabel tersebut. Sedangkan dalam penelitian
kualitatif (baik jenis penelitian deskriptif, interpretif, historical, maupun
emancipatory), kerangka analisis dapat digambarkan dalam bentuk skema
alur analisis yang berpijak pada teori-teori yang kita kemukakan dalam
sub-bab kerangka teori (tinjauan pustaka).

21 Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi (Jakarta:


LP3ES, 1990), hh. 128-129.

21
F. HIPOTESIS
Hipotesis merupakan pernyataan tentang adanya suatu hubungan
tertentu antara variabel-variabel yang digunakan. Hubungan-hubungan itu
sebenarnya sudah dapat diketahui dalam kerangka analisis, sehingga
rumusan pernyataan dalam hipotesis (khususnya dalam penelitian HI) pada
umumnya dibuat dalam bentuk kalimat deskriptif.
Hipotesis adalah proposisi yang akan diuji atau pernyataan tentatif
tentang hubungan antara dua variabel (independen dan dependen).
Hipotesis merupakan dugaan mengenai bagaimana dunia sosial bekerja;
yang dinyatakan dalam bentuk nilai-netral. Menurut C.R. Kothari,
hipotesis adalah pernyataan prediktif, yang mampu diuji dengan metode
ilmiah, yang menghubungkan sebuah variabel dependen dengan beberapa
variabel independen.22
Hipotesis sering pula disebut dengan dugaan sementara yang berisi
hubungan antara dua variabel. Ada pula yang mengatakan bahwa hipotesis
merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan penelitian yang
harus diuji kebenarannya dengan jalan penelitian (research). Karena
merupakan dugaan atau jawaban sementara maka hipotesis mungkin benar
(terverifikasi) namun mungkin juga salah (tidak terverifikasi). Ia akan
salah (ditolak) apabila fakta yang ditemukan dalam penelitian menyangkal
(berbeda). Sebaliknya ia akan benar (diterima) jika fakta-fakta yang
ditemukan dalam penelitian membenarkannya (relevan).23
Sumber dari hipotesis dapat berasal dari: (1) pengalaman,
pengamatan, dugaan si peneliti sendiri; (2) hasil dari penelitian yang
pernah dilakukan sebelumnya atau previous research; dan (3) teori-teori
dan konsep-konsep yang dikemukakan dalam kerangka teori.24 Hipotesis
yang dibangun berdasarkan sumber yang ketiga (teori-teori dan konsep-
konsep dalam kerangka teori) adalah yang terkuat (terbaik), terutama

22 C.R. Kothari, Research Methodology: Methods and Techniques (New Delhi: New
Age International Publishers, 2004), p. 184.
23 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial (Bandung: Penerbit Alumni,
1983), h. 70.
24 Melly G. Tan, op. cit., h. 25.

22
untuk penelitian-penelitian verifikatif (deduktif). Selain itu ciri utama dari
suatu hipotesis yang baik juga harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut: (1) kesederhanaan dalam perumusannya; (2) penggunaan konsep-
konsep atau variabel-variabel yang jelas (tegas); dan (3) berbentuk
sedemikian rupa sehingga dapat diuji secara objektif.
Sebuah hipotesis yang baik memiliki beberapa karakteristik.
Pertama, mempunyai sifat prediktif. Kedua, mengandung hubungan kausal
antara dua variabel. Ketiga, hubungan antar variabel tersebut bersifat logis.
Keempat, hipotesis itu harus memiliki koneksi yang linear dengan
pertanyaan penelitian, teori dan kerangka analisis. Kelima, hipotesis itu
harus bisa diuji dengan bukti-bukti empiris.25
Mengenai bagaimana merumuskan hubungan kausal dalam hipotesis
dapat dilakukan dalam berbagai cara. Banyak peneliti menggunakan kata
‘menyebabkan’ (causes) untuk menghubungkan variabel independen dan
dependen (misalnya: negara-negara di suatu kawasan yang memiliki
persepsi ancaman yang sama ‘menyebabkan’ mudahnya membentuk
integrasi regional). Ada juga yang menggunakan rumusan Jika…, maka….
(contohnya: jika kebutuhan mata uang dollar Amerika di Indonesia
meningkat, maka kurs rupiah akan melemah terhadap dollar Amerika).
Tapi ini tidak mutlak. Sering pula digunakan kata ‘mengarah pada’ (lead
to), ‘terkait dengan’ (is related to atau is associated with), ‘mempengaruhi’
(influences), ‘menghasilkan’ (produces atau result in), atau semakin…,
semakin… (misal: the higher…., the lower….), dan masih banyak lagi.
Dalam penelitian deduktif, kuantitatif atau eksplanatif keberadaan
hipotesis sebagai sub-bab tersendiri bersifat mutlak. Namun dalam
penelitian induktif atau kualitatif hipotesis tidak harus dinyatakan secara
eksplisit, mengingat dalam penelitian kualitatif hipotesis terus berkembang
di lapangan. Selain itu tujuan penelitian kualitatif bukan untuk menguji
hipotesis, melainkan untuk memahami makna di balik sebuah gejala sosial
(hubungan internasional).

25 Lawrence Neuman, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative


Approaches (Essex: Pearson Education Ltd. , 2014), pp. 182.

23
G. DEFINISI KONSEPTUAL/OPERASIONAL
Bahasa ilmiah adalah bahasa konsep yang berbeda dengan bahasa
pergaulan sehari-hari. Dalam penelitian, termasuk dalam penelitian HI,
kita tidak bisa menghindarkan diri dari penggunaan konsep-konsep.
Konsep-konsep ini tidak saja berbeda dengan bahasa sehari-hari, namun
bisa juga ditanggapi secara berbeda oleh para ilmuwan atau mahasiswa
lain.26
Karena adanya perbedaan tanggapan, persepsi atau pemahaman
terhadap konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian (penyusunan
skripsi) tersebut maka sering terjadi kebingungan dan salah pengertian.
Sebab itu tugas kita sebagai peneliti (yang akan membuat skripsi) adalah
menjelaskan atau menegaskan arti dari konsep-konsep pokok yang akan
kita gunakan dalam penelitian (skripsi) kita. Penjelasan atau penegasan arti
dari konsep-konsep inilah yang disebut dengan definisi konseptual.
Membuat definisi konseptual adalah mengubah atau memberi
penjelasan terhadap sebuah konsep yang kemungkinan masih
menimbulkan perbedaan tanggapan menjadi rumusan pernyataan yang
lebih tegas, sehingga maksud dari konsep tersebut dapat dipahami secara
seragam oleh siapa pun yang membaca hasil penelitian kita nanti. Menurut
Mohtar Mas’oed, definisi konseptual adalah definisi yang menggambarkan
atau menjelaskan suatu konsep dengan menggunakan konsep-konsep
lain.27 Misalnya, konsep “power” dapat didefinisikan sebagai kemampuan
suatu aktor (individu, kelompok, atau negara) mempengaruhi pikiran dan
tingkat laku aktor lain sehingga mau melakukan sesuatu yang sebenarnya
tidak disukainya.
Dalam penelitian kuantitatif atau eksplanatif, kita sebagai peneliti
selain membuat definisi konseptual juga diwajibkan untuk membuat
definisi operasional. Membuat definisi operasional adalah mengubah
konsep-konsep yang berupa constructs atau sesuatu yang bersifat abstrak
(tidak empiris) menjadi bentuk yang dapat diukur secara empiris, dengan
kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati

26 Mely G. Tan, op. cit., h.25.


27 Mohtar Mas’oed, op. cit., h. 114.

24
(observable), dapat diuji, dan dapat ditentukan kebenarannya oleh orang
lain.28 Misalnya kita membuat definisi operasional dari konsep “integrasi”
maka konsep ini perlu diturunkan tingkat abstraksinya ke dalam sejumlah
variabel, seperti integrasi ekonomi, integrasi pertahanan, integrasi sosial,
dan sebagainya. Kemudian masing-masing variabel ini diturunkan lagi
abstraksinya ke dalam bentuk yang lebih empiris dalam sejumlah indikator
dan jika perlu dengan sejumlah parameternya.
Dalam penelitian deskriptif dengan analisis data kualitatif, kita
sebagai peneliti cukup membuat definisi konseptual saja terhadap sejumlah
konsep pokok yang digunakan dalam penelitian (skripsi) kita. Perlu diingat
bahwa membuat definisi konseptual tidak boleh sekedar membuat arti
berdasarkan penjelasan kamus. Definisi konseptual adalah rumusan kita
sendiri sebagai peneliti dengan berpijak pada beberapa literatur yang telah
kita baca. Definisi konseptual dari kepentingan nasionalnya, misalnya,
adalah bagaimana rumusan kita tentang konsep itu setelah membaca
pengertian kepentingan nasional dari sejumlah pakar seperti Morgenthau,
K.J. Holsti, Joseph Frankel, dan sebagainya. Jadi definisi konseptual tidak
sekedar menyalin atau memindahkan pendapat seseorang pakar.

H. METODE PENELITIAN
Metode menempati posisi sangat penting dan sangat sentral dalam
sebuah proses penelitian. Berhasil tidaknya tujuan penelitian sangat
tergantung pada metode yang digunakan. Dalam banyak skripsi HI,
pencatuman metode seakan-akan sekedar memenuhi tuntutan formalitas
dan merumuskannya dalam kalimat satu paragraph saja. Padahal hakikat
dan pusat kegiatan penelitian ada pada metode penelitian. Melalui metode
penelitian kita ingin menunjukkan bahwa penelitian kita dilakukan dengan
langkah-langkah yang benar dan dapat dipercaya. Jika metode
penelitiannya tidak terumuskan dengan jelas dan detail maka validitas dan
reliabilitas hasil penelitian kita wajar apabila diragukan oleh orang lain.

28 P.V. Young, Scientific Social Survey and Research (Englewood Cliffs, N.J.: PHI,
1966), p. 117.

25
Dalam sub-bab metode penelitian ini sekurang-kurangnya kita harus
menjelaskan kepada pembaca tentang jenis penelitian, metode
pengumpulan data, dan teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian kita. Di sini kita tidak hanya menyebutkan jenis penelitian,
metode pengumpulan data, dan teknik analisis data yang kita gunakan,
namun juga harus menjelaskan alasan mengapa menggunakan jenis,
metode dan teknik tersebut dan tidak menggunakan yang lain.
1. Jenis Penelitian (Type of Research)
Terdapat berbagai jenis penelitian yang dikenal dalam penelitian
sosial. Claire Selitiz (et al), misalnya menyebut tiga jenis penelitian
(penelitian eksploratif, penelitian deskriptif, dan penelitian eksplanatif).29
Selain ketiga jenis penelitian ini, Mohtar Mas’oed menambahkan apa yang
disebut dengan jenis penelitian prediktif.30 Brian van Wyk mengitroduksi
enam jenis penelitian, yaitu penelitian eksplorasi, penelitian deskripsi,
penelitian eksplanasi, penelitian prediksi, penelitian evaluasi, dan
penelitian historis.31 Sedangkan menurut Alis Oancea di samping enam
jenis penelitian yang dikemukakan Van Wyk tersebut masih ada lagi tiga
jenis penelitian yang dikenal dalam ilmua sosial, yakni penelitian
interpretif, penelitian emansipatori, dan penelitian komparatif.32 Lebih
lengkap lagi lihat Bab I hal 7.
Sebagaimana telah disampaikan dalam bagian sebelumnya bahwa
jenis penelitian yang kita gunakan harus selaras dengan tujuan penelitian
dan pertanyaan penelitian yang telah kita rumuskan. Jika tujuan penelitian
kita adalah untuk menjelaskan pengaruh sebuah variabel terhadap variabel
lainnya maka jenis penelitian yang kita gunakan adalah penelitian
eksplanatif. Sedangkan jika tujuan penelitian kita adalah untuk memahami
sebuah gejala tertentu dalam hubungan internasional maka jenis penelitian
kita interpretif dan seterusnya. Pada pokoknya, jenis penelitian tidak boleh

29 Claire Selitiz (et al), Research Methods and Social Relations (New York: Holt,
Rinehart and Winston Inc., 1976), pp. 50-53.
30 Mohtar Mas’oed, op. cit., h. 79.
31 Brian van Wyk, Research Design and Method (Cape Town: University of Western
Cape, 2013).
32 Alis Oancea dalam Keith Punch and Alis Oancea, Introduction to Research Methods
in Education (London: SAGE Publication Ltd., 2014).

26
berseberangan dengan tujuan dan pertanyaan penelitian. Sebab itu
pencatuman jenis penelitian tidak boleh asal-asalan atau formalitas saja,
karena kalau metode penelitiannya salah maka tujuan penelitian tidak akan
pernah tercapai.
2.Metode Pengumpulan Data (Data Collection Methods)
Inti dari keseluruhan proses penelitian adalah pengumpulan data
(data collection). Sebab itu bagaimana cara atau metode yang kita gunakan
untuk mengumpulkan data juga harus jelas dan detail. Banyak mahasiswa
HI ketika sampai pada sub-bab metode penelitian hanya menyebutkan
jenis penelitian apa yang digunakan (misalnya penelitian deskriptif atau
eksplanatif), tanpa sedikitpun menyinggung (apalagi menguraikan) metode
apa yang digunakan untuk mengumpulkan data. Ini jelas salah fatal dan
tidak memahami hakikat penelitian.
Pengumpulan data dalam penelitian HI dapat dilakukan dengan
berbagai metode, mulai dari metode wawancara, metode observasi, metode
observasi berpartisipasi, metode berbasis dokumen, metode berbasis
internet, metode kelompok focus, hingga metode survei.33 Selama ini
mayoritas mahasiswa HI yang sedang membuat skripsi hanya mengenal
metode penelitian kepustakaan (library research) yang sebenarnya kurang
dikenal dalam tradisi penelitian HI di berbagai negara.
Pemilihan metode pengumpulan data sangat tergantung pada jenis
data yang ingin dicari. Jika kita ingin memperoleh data primer, maka kita
dapat menggunakan metode pengumpulan data melalui survei, wawancara,
observasi, atau observasi berpartisipasi. Sebaliknya jika hanya ingin
memperoleh data sekunder atau tersier maka pengumpulan data dapat
dilakukan dengan menggunakan metode berbasis dokumen (document-
based research) atau metode berbasis internet (internet-based research).
Karena keterbatasan waktu dan biaya, pengumpulan data dalam
penelitian HI (khususnya untuk penulisan skripsi) biasanya dilakukan
dengan metode berbasis dokumen dan metode berbasis internet. Meskipun
demikian, tetap dengan alasan keterbatasan waktu dan biaya, penelitian HI

33 Lihat Umar S. Bakry, Metode Penelitian Hubungan Internasional (Yogyakarta:


Penerbit Pustaka Pelajar, 2015).

27
untuk penulisan skripsi sebenarnya dapat juga dilakukan dengan
menggunakan metode survei elit (elite survey method) atau menggunakan
metode polling (survei melalui telepon).34 Mahasiswa HI dapat juga
menggunakan metode wawancara secara mendalam (indepth-interview)
untuk meneliti tentang psikobiografi seorang tokoh politik luar negeri RI
yang masih hidup.
3.Metode Analisis Data (Data Analysis Methods)
Seperti halnya metode pengumpulan data, metode analisis data juga
jarang disebutkan oleh kebanyakan mahasiswa HI dalam skripsi mereka.
Padahal menulis skripsi pada hakikatnya adalah juga menganalisis data
yang telah dikumpulkan dengan menggunakan metode pengumpulan data
di atas.
Secara garis besar metode analisis data dapat dikelompokkan ke
dalam dua jenis, yakni metode analisis data secara kuantitatif dan
kualitatif. Jika penelitian kita bersifat eksplanatif (ingin menguji hipotesis)
maka kita harus menggunakan analisis data kuantitatif. Misalnya kita ingin
mengetahui adanya pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen, maka kita harus menggunakan metode analisis jalur (path
analysis). Sedangkan jika kita hanya ingin mengetahui apakah ada
hubungan antara variabel tertentu dengan variabel lain, kita dapat
menggunakan metode analisis regresi bivariat.
Sementara untuk metode analisis data yang bersifat kualitatif, kita
dapat menggunakan metode-metode seperti analytic induction method,
grounded theory, ataupun metode analisis sekunder (secondary analysis
method). Sama halnya dengan metode analisis kuantitatif, metode analisis
data kualitatif mana yang harus kita gunakan hendaklah disesuaikan
dengan jenis penelitian kita. Bagi mahasiswa HI yang mengandalkan
dataset yang bersifat kualitatif dalam penelitiannya, barangkali lebih cocok
jika menggunakan metode analisis sekunder.

34 Mengenai contoh penggunaan metode survei elit dan metode polling, lihat dalam
Umar S. Bakry, ibid.

28
BAB III
MEMBUAT LAPORAN PENELITIAN

A. SISTEMATIKA SKRIPSI
SETELAH selesai melakukan penelitian (mengumpulkan dan
menganalisis data) dengan menggunakan metode penelitian sebagaimana
dibahas dalam Bab II, tahap selanjutnya yang harus kita lakukan adalah
membuat laporan penelitian. Seperti telah disebutkan di bagian
sebelumnya bahwa skripsi pada hakikatnya adalah sebuah laporan hasil
penelitian. Dengan demikian menyusun atau menulis skripsi adalah
membuat laporan penelitian.
Kalau dalam melakukan kegiatan penelitian diperlukan kaidah-
kaidah (metodologi) maka dalam membuat laporan penelitian (menulis
skripsi HI) juga harus mengikuti kaidah-kaidah yang sudah menjadi
standar, kesepakatan atau paradigma dalam bidang studi HI. Salah satu
kaidah yang harus dipatuhi oleh seorang mahasiswa dalam menyusun
skripsi adalah soal sistematika. Berikut ini adalah sistematika skripsi yang
umum berlaku di lingkungan studi HI.
1. Halaman Judul (Cover Luar dan Dalam)
2. Halaman Persetujuan Skripsi
3. Halaman Pengesahan Skripsi
4. Kata Pengantar
5. Halaman Persembahan/Motto (Jika Diperlukan)
6. Daftar Isi
7. Abstrak (Bahasa Inggris dan Indonesia)
8. Bab I (Pendahuluan)
9. Bab II (Hasil Penelitian)
10. Bab III (Hasil Penelitian)
11. Bab IV (Analisis/Pembahasan)
12. Penutup (Kesimpulan dan Saran)
13. Daftar Pustaka

29
14. Lampiran (Jika Diperlukan)
15. Biodata Penulis
Dalam bab ini akan dijelaskan bagian-bagian tertentu dari laporan
penelitian (skripsi) dan bagaimana cara membuatnya, seperti abstrak, kata
pengantar, hasil penelitian, analisis/pembahasan, catatan kaki (footnote),
daftar pustaka dan penutup (kesimpulan dan saran). Sedangkan bagian-
bagian lain dari laporan penelitian (skripsi) seperti halaman judul, halaman
persetujuan/pengesahan, daftar isi, dan biodata penulis dibuat dalam
bentuk contoh-contoh (format) di bab akhir buku ini.

B. ABSTRAK DAN KATA PENGANTAR


1.Cara Membuat Abstrak
Masih banyak skripsi mahasiswa yang mencantumkan penulisan
ABSTRAK dengan kata yang mirip tapi salah, yaitu ABSTRAKSI. Kedua
kata ini mempunyai arti yang berbeda. Abstrak adalah pemadatan dari
hasil penelitian, biasanya lebih singkat dari ringkasan (summary).35 Bagian
abstrak berisi penjelasan skripsi secara menyeluruh, tetapi singkat saja
(pada umumnya hanya satu halaman). Isi abstrak mencakup: (a) tujuan
atau pertanyaan penelitian yang ingin dijawab oleh peneliti; (b) metode
penelitian yang digunakan; dan (c) garis besar kesimpulan yang diperoleh
dari penelitian.36
Abstrak wajib disajikan dengan pengetikan satu spasi dan sebaiknya
tidak lebih dari satu halaman skripsi. Abstrak dibuat sendiri oleh peneliti
(mahasiswa yang membuat skripsi), sehingga pada halaman abstrak tidak
perlu dicantumkan nama pembimbing. Pencantuman nama pembimbing ini
akan memberi kesan seakan-akan pembimbing lah yang membuat abstrak.
Dalam bidang studi HI, abstrak wajib dibuat dalam dua versi (Bahasa
Inggris dan Indonesia).

35 Dikti, Pedoman Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat oleh


Perguruan Tinggi (Jakarta:DP3M Dikti Depdiknas, 2000), h. 39.
36 Husein Umar, Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2000), h. 68.

30
2. Membuat Kata Pengantar
Kata pengantar adalah bagian wajib dari skripsi atau laporan
penelitian. Sebab itu pembuatan kata pengantar tidak boleh asal-asalan
atau tanpa mengikuti kaidah-kaidah yang baku dalam pembuatan kata
pengantar. Selain mengikuti sistematika kata pengantar yang umum
berlaku dalam penulisan karya ilmiah, keseluruhan isi kata pengantar
hendaklah ditulis dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Dengan demikian penggunaan bahasa asing dan bahasa daerah atau
kebiasaan menggunakan bahasa “prokem” dan bahasa “gaul” jelas tidak
dibenarkan. Jika kita ingin menyampaikan uneg-uneg atau ingin
mengekspresikan diri secara bebas dengan bahasa yang kita kehendaki,
mungkin bisa dibenarkan jika disampaikan di halaman tersendiri (misalnya
halaman persembahan atau motto).
Sistematika penulisan kata pengantar diawali dengan penjelasan
mengenai masalah atau topik apa yang dibahas dalam skripsi. Kemudian
kita kemukakan apa yang menarik dari penelitian atau skripsi kita,
sehingga menunjukkan bahwa penelitian atau skripsi kita ini memiliki
orisionalitas dan bukan karya daur ulang.
Pada paragraph selanjutnya kita kemukakan hambatan-hambatan,
kendala-kendala, atau kesulitan-kesulitan apa saja yang kita temui selama
melakukan penelitian hingga penulisan laporan penelitian (menulis
skripsi). Ini untuk mengesankan bahwa skripsi sebagai sebuah karya
ilmiah bukanlah produk “bimsalabim” melainkan sebuah hasil penelitian
yang prosesnya tidak mudah.
Selain hambatan-hambatan, kendala-kendala atau kesulitan-
kesulitan yang kita temui, kita juga harus sampaikan faktor-faktor yang
membuat proses penyusunan skripsi dapat diselesaikan tepat waktu. Di sini
kita juga perlu sebutkan pihak-pihak yang telah mempermudah atau
membantu kelancaran penelitian dan penulisan skripsi kita. Sudah
sewajarnya kita memberikan apresiasi dan penghargaan terhadap pihak-
pihak tersebut, dimulai dari pihak yang paling banyak memberikan
kontribusi selama proses penelitian dan penyusunan skripsi kita.

31
Perlu diingat bahwa skripsi adalah laporan penelitian ilmiah, bukan
laporan dinas. Sebab itu dalam memberikan apresiasi, penghargaan atau
ucapan terima kasih hendaknya dimulai dari orang-orang yang betul-betul
memiliki kontribusi besar dalam proses penelitian dan penulisan skripsi.
Banyak mahasiswa memberikan apresiasi atau ucapan terima kasih seperti
dalam laporan dinas, yaitu dimulai ucapan terima kasih dari pejabat
tertinggi universitas (rektor, dekan, pudek, kajur dan seterusnya). Ini
adalah tradisi yang salah.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1.Hasil Penelitian (Result of Research)
Hasil penelitian adalah sejumlah data dan informasi (baik yang
bersifat primer, sekunder, maupun tersier) yang kita peroleh dalam
kegiatan penelitian melalui metode tertentu yang sudah kita tetapkan.
Data-data dan informasi ini harus kita analisis dan kemudian kita susun
menjadi sebuah laporan dan ditempatkan pada bagian tertentu dari skripsi
kita. Dalam skripsi bidang studi HI, hasil penelitian tersebut secara
deskriptif biasanya ditempatkan dalam Bab II dan III.
Dengan demikian jika Bab I merupakan bab pendahuluan yang
berisi desain penelitian (research design), Bab II dan III merupakan
deskripsi hasil penelitian yang berisi gambaran umum objek penelitian dan
gambaran data.37 Jika membahas hubungan dua variabel atau pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen maka Bab II membahas
tentang objek penelitian dan gambaran data dari variabel dependen. Dalam
deskripsi ini sebaiknya kita tidak mengaitkannya dengan gambaran data
dari variabel independen.
Sementera itu Bab III adalah deskripsi mengenai gambaran data dari
variabel independen atau faktor-faktor yang diduga mempengaruhi atau
menyebabkan terjadinya variabel dependen yang diuraikan dalam Bab II di
atas. Namun dalam bab ini pun sebaiknya kita belum mengaitkannya
dengan data (informasi) yang dideskripsikan dalam Bab II. Jadi dalam Bab

37 Husein Umar, op. cit., h. 242.

32
III ini kita sepenuhnya mengemukakan faktor-faktor yang diduga menjadi
eksplanan (penyebab) dari terjadinya gejala yang sedang kita amati
(variabel dependen).

2.Analisis/Pembahasan
Dalam sistematika laporan penelitian (sistematika skripsi), bagian
analisis, interpretasi, atau pembahasan terhadap data hasil penelitian
ditempatkan dalam Bab IV. Dengan kata lain, dalam Bab IV ini kita
sebagai peneliti (penulis skripsi) memberikan analisis dan penjelasan
mengenai kaitan antara variabel independen dan variabel dependen, antara
eksplanan (penyebab) dan eksplanandum (akibat). Tentu saja agar terjadi
konsistensi analisis, alur analisis kita hendaknya mengacu pada flow-chart
yang ada dalam kerangka analisis.38 Sering pula dikatakan bahwa kegiatan
menganalisis adalah menjelaskan apakah data-data yang kita peroleh
sesuai dengan teori yang kita gunakan atau tidak.
Jika metode analisis data bersifat kuantitatif maka selain mengacu
pada teori kita juga harus menggunakan alat ukur (parameter) yang tegas.
Sedangkan jika metode analisis data bersifat kualitatif maka pada bagian
analisis ini berisi analogi mengenai mengapa gejala dalam variabel
dependen itu terjadi.39 Di samping harus menunjukkan adanya bukti-bukti
bahwa gejala yang dijadikan variabel dependen terjadi karena gejala dalam
variabel independen, kita juga harus membandingkan hal tersebut dengan
pernyataan yang termaktub dalam teori.
Sebagai bab analisis, Bab IV juga dapat disebut sebagai bagian
dimana hasil uji hipotesis dilaporkan. Jika dalam Bab I kita menyatakan
bahwa variabel dependen terjadi karena pengaruh variabel independen,
maka kebenaran dari pernyataan itu harus terkonfirmasi dalam bab ini.
Sedangkan kalau jenis penelitian kita deskriptif dalam bab ini selain harus
mengonfirmasi apakah data-data yang kita temukan dalam penelitian
sesuai dengan teori atau tidak, kita juga harus memberikan makna
(meaning) terhadap temuan-temuan kita dalam penelitian tersebut.

38 Husein Umar, ibid.


39 Parulian Silaen, Rekomendasi Struktur Tesis (Jakarta: STIE IGI, 2001), h. 2.

33
D. PENUTUP (KESIMPULAN DAN SARAN)
1. Kesimpulan
Dari hasil analisis yang telah diuraikan dalam Bab IV, kita perlu
membuat kesimpulan hasil penelitian. Kesimpulan sebagai bagian dari bab
penutup (Bab V) harus menegaskan teruji atau tidaknya hipotesis yang
dirumuskan di Bab I (jika jenis penelitian kita eksplanatif, verifikatif, atau
kuantitatif). Dengan kata lain, kesimpulan juga harus merupakan jawaban
final (bukan lagi jawaban sementara) atas pertanyaan penelitian yang
dikemukakan dalam perumusan masalah di awal penelitian.
Jika hipotesis teruji (terverifikasi) maka dalam bagian kesimpulan
ini kita secara garis besar harus mengemukakan bukti-bukti (fakta-fakta)
yang mendukung. Sebaliknya jika hipotesis tidak teruji (tidak
terverifikasi), kita secara garis besar juga harus menyebutkan bukti-bukti
atau fakta-fakta yang kita temukan yang tidak sesuai dengan rumusan
pernyataan dalam hipotesis. Dengan demikian, secara tidak langsung kita
perlu menjelaskan bagaimana hubungan antara temuan-temuan kita dengan
teori yang mendasari perumusan hipotesis.
Banyak mahasiswa atau peneliti pemula membuat kesimpulan hanya
sekedar membuat ringkasan atau pemadatan dari seluruh isi skripsi. Ini
merupakan kebiasaan yang salah. Kesimpulan adalah pernyataan singkat
tentang pengujian hipotesis atau pernyataan singkat tentang analisis hasil
penelitian. Tujuan penulisan kesimpulan adalah untuk memberikan
kesempatan dan informasi kepada para pembaca guna mengetahui secara
cepat tentang apa hasil akhir yang diperoleh dari penelitian yang telah kita
lakukan. Sebab itu kesimpulan yang kita buat harus benar-benar
berdasarkan hasil penelitian, bukan berbicara tentang hal yang lain.

2. Saran/Rekomendasi
Beberapa dosen pembimbing dan penguji skripsi HI menganggap
bahwa saran tidak perlu dibuat dalam sebuah skripsi. Pendapat ini tidak
sepenuhnya bisa diterima. Jika saran yang dimaksud adalah rekomendasi
terhadap negara-negara yang dianalisis dalam skripsi, memang saran itu
kelihatan kurang bermanfaat, sia-sia, alias ibarat menggantang asap.

34
Misalnya, kita menyarankan Presiden Vladimir Putin agar Rusia
menghentikan serangan militernya ke Suriah, jelas saran semacam ini tidak
memiliki manfaat apa-apa, karena hampir pasti Presiden Putin tidak
membaca skripsi kita.
Kendati demikian bukan berarti dalam skripsi HI tidak diperlukan
adanya saran. Bagaimanapun saran tetap penting keberadaannya dalam
skripsi HI, namun lebih berupa rekomendasi akademis yang ditujukan
kepada para peneliti berikutnya (mahasiswa lain) agar menindaklanjuti
penelitian yang telah kita lakukan.40 Melalui sub-bab saran ini kita juga
bisa mengharapkan agar peneliti (mahasiswa) lain meneliti topik yang
sama dengan yang kita teliti tetapi dengan menekankan pada faktor-faktor
atau variabel-variabel lain sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih
komprehensif mengenai topik tersebut.

E. DAFTAR PUSTAKA DAN CATATAN KAKI


1.Daftar Pustaka
Daftar Pustaka atau sering pula disebut dengan bibliografi adalah
suatu daftar yang rinci dan sistematis dari semua karya ilmiah dan sumber
bacaan yang kita gunakan dalam menyusun skripsi. Daftar Pustaka berisi
sumber-sumber bacaan berupa buku-buku, jurnal-jurnal ilmiah, laporan
penelitian terdahulu, majalah, surat kabar, terbitan berkala, ensiklopedia,
handbook, internet, dan sebagainya.
Ada pendapat di kalangan dosen bahwa apa yang dicantumkan
dalam Daftar Pustaka terbatas pada sumber-sumber bacaan yang memang
kita kutip langsung dan ditempatkan di catatan kaki (footnote). Dengan
kata lain membuat Daftar Pustaka sebenarnya hanya merupakan pekerjaan
memindahkan catatan kaki, dengan cara menyusun ulang secara sistematis
menurut urutan abjad.
Sementara ada pendapat lain mengatakan bahwa semua sumber
yang kita gunakan (kita baca) sehingga secara tidak langsung
mempengaruhi pemikiran kita tetapi tidak kita kutip dalam bentuk catatan

40 Husein Umar, op. cit., h. 243

35
kaki, dapat dicantumkan dalam Daftar Pustaka. Dengan pertimbangan
kejujuran akademis, pendapat yang kedua ini lebih dapat diterima dan
diikuti.
Berikut ini beberapa ketentuan yang perlu diikuti dalam penulisan
Daftar Pustaka dalam sebuah skripsi HI:
1. Daftar Pustaka disusun berdasarkan urutan abjad nama belakang
penulis dan dikelompokkan berdasarkan jenis sumbernya (buku,
jurnal ilmiah, sumber internet, dan sebagainya) dan tidak
menggunakan nomor urut. Jika sumber yang akan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka kurang dari 20 sumber maka pengelompokan
berdasarkan jenis sumbernya tersebut tidak diperlukan;
2. Penulisan nama pengarang dalam Daftar Pustaka selalu dimulai
dengan nama belakang (marga/keluarga) dan setelah itu baru diikuti
dengan nama depan. Berbeda dengan catatan kaki yang ditulis apa
adanya (tidak dibalik).
3. Terdapat banyak tradisi penulisan Daftar Pustaka, namun
kebanyakan program studi HI di seluruh dunia menggunakan model
Chicago (Chicago Style). Urutan penulisan model Chicago adalah:
nama belakang, nama depan, judul buku (miring), tempat (kota)
diterbitkan: penerbit, tahun terbit. Namun bagi mahasiswa yang
menggunakan model lain seperti Harvard, Vancouver, atau
Turabian, juga dibenarkan sepanjang ada konsistensi.
4. Jika kita membaca buku si A yang mengutip sesuatu dari buku si B
maka yang harus kita sebutkan dalam Daftar Pustaka adalah buku si
A (yang langsung kita baca). Begitu pula jika yang kita baca dan
kita kutip adalah buku terjemahan maka yang dicantumkan dalam
Daftar Pustaka adalah buku terjemahan itu (bukan buku aslinya
yang kita tidak baca langsung).
2. Catatan Kaki (Footnote)
Salah satu unsur penting dari sikap ilmiah sebagai bagian dari etika
akademik adalah kejujuran. Mengambil pendapat dan isi karangan (tulisan)
orang lain tanpa menyebutkan sumbernya merupakan suatu tindakan
plagiarisme yang melawan prinsip kejujuran. Sebab itu catatan kaki

36
(footnote) merupakan bagian penting dari karya ilmiah yang bernama
skripsi.
Selain mencantumkan sumber, kita sebagai peneliti dan penulis
karya ilmiah juga dianjurkan untuk menulis pengutipan sumber tersebut
secara benar. Artinya cara penulisan catatan kaki harus mengikuti tradisi
ilmiah yang sudah berlaku universal dalam dunia akademik. Di samping
catatan kaki (footnote), beberapa program studi lain lebih suka
menggunakan running note dalam tradisi pengutipan sumber. Running
note adalah teknik menyebut sumber kutipan yang ditempatkan langsung
di belakang teks yang kita kutip dan dituliskan diantara dua tanda kurung.
Contohnya: Aktor hubungan internasional terdiri dari aktor negara dan
aktor non-negara (Bakry 1999: 13). Maksudnya kutipan tersebut diambil
dari buku Umar S. Bakry, terbit tahun 1999, halaman 13, yang
selengkapnya dapat dilihat dalam Daftar Pustaka.
Namun demikian dalam tradisi penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis
dan disertasi) di bidang hubungan internasional, teknik penulisan kutipan
model running note tersebut jarang digunakan. Model running note biasa
digunakan dalam penulisan artikel di jurnal dan majalah ilmiah, sedangkan
dalam skripsi pengutipan sumber yang lebih banyak digunakan adalah
model footnote (catatan kaki).
Catatan kaki selain berisi sumber dari mana kutipan diambil dapat
juga digunakan untuk memberikan catatan penjelasan yang memberikan
keterangan tambahan yang tidak layak dimasukkan dalam teks atau kalau
dimasukkan dalam teks justru dapat mengganggu konteks tulisan dalam
teks (tubuh tulisan). Catatan kaki ditulis di bagian bawah halaman skripsi
(di bawah tubuh tulisan) dan diberi nomor urut. Setiap berganti bab,
catatan kaki dimulai dari nomor urut 1 kembali.
Pada penulisan catatan kaki dikenal adanya istilah-istilah ibid., op.
cit., dan loc. cit., yang masing-masing memiliki arti dan kegunaan sebagai
berikut:
1. Ibid adalah singkatan dari kata ibidem, digunakan apabila
sumber kutipan pertama diikuti dengan kutipan berikutnya yang
sumbernya sama dan belum diselingi oleh sumber kutipan lain;

37
2. Op. cit adalah singkatan dari opere citato (dalam karya yang
telah dikutip). Kutipan berasal dari sumber yang sama dengan
sumber yang pernah dikutip, hanya halamannya berbeda dan
telah diselingi oleh sumber kutipan lain;
3. Loc. cit adalah singkatan dari loco citato (tempat yang pernah
dikutip). Kutipan berasal dari sumber yang sama dengan
sumber yang pernah dikutip, termasuk halamannya sama, tetapi
telah diselingi oleh sumber kutipan lain.

38
BAB IV
TEKNIK NOTASI DAN FORMAT PENULISIAN

PENULISAN karya ilmiah seperti skripsi di samping harus


menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, juga harus
memperhatikan persyaratan-persyaratan tertentu yang berhubungan dengan
penulisan ilmiah.41 Persyaratan itu menyangkut cara mengutip, cara
membuat catatan kaki, cara menyingkat catatan kaki, cara membuat tabel,
dan menyusun sumber bacaan menjadi daftar pustaka. Inilah yang
dimaksud dengan teknik notasi ilmiah.
Mengenai penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak
akan dibahas di buku pedoman ini mengingat hal itu sudah dipelajari oleh
mahasiswa secara lengkap dalam mata kuliah Bahasa Indonesia. Dalam
bab ini hanya dijelaskan beberapa bagian penting dari teknik notasi ilmiah
seperti penulisan kutipan, daftar pustaka, dan catatan kaki.

A. CARA PENULISAN KUTIPAN


Kutipan terdiri dari kutipan langsung dan tidak langsung. Kutipan
langsung yaitu kutipan yang diambil langsung dari sumber aslinya.
Sedangkan kutipan tidak langsung merupakan kesimpulan pikiran penulis
skripsi sendiri setelah membaca sebuah sumber bacaan.
Kutipan langsung terdiri dari kutipan langsung panjang (lebih dari
tiga baris ketikan) dan kutipan langsung pendek (tiga baris ketikan atau
kurang). Kutipan langsung panjang cara penulisannya tidak dijalinkan
langsung dalam teks, tetapi diberi tempat tersendiri. Kutipan diketik
dengan jarak baris satu spasi. Sedangkan cara penulisan kutipan langsung
pendek cukup dijalin ke dalam teks.
Kutipan langsung (baik panjang maupun pendek) pada umumnya
digunakan untuk mengutip sebuah pasal dalam piagam atau perjanjian, dan

41 Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad dan Sakura H. Ridwan, Pembinaan Kemampuan


Menulis Bahasa Indonesia (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999), h. 179.

39
juga biasa digunakan untuk mengutip sebuah teori. Tujuan dari pengutipan
langsung ini adalah agar kita tidak kehilangan konteks atau agar sumber
bacaan dapat dibaca pembaca skripsi kita apa adanya (tanpa kita ubah
format kalimatnya).
Sementara itu kutipan tidak langsung juga terdiri dari kutipan tidak
langsung panjang dan kutipan tidak langsung pendek. Kutipan tidak
langsung panjang cara penulisannya sama seperti teks biasa (bukan satu
spasi) dan di akhir kutipan diakhiri dengan nomor urut kutipan. Cara
penulisan kutipan tidak langsung pendek sama dengan kutipan tidak
langsung panjang , hanya kalimat yang dikutip lebih pendek.

B. CARA PENULISAN CATATAN KAKI


Semua kutipan, baik langsung maupun tidak langsung, panjang
maupun pendek, harus kita jelaskan dari mana sumbernya. Sekurang-
kurangnya harus dapat diidentifikasikan empat hal, yaitu: (1) orang yang
membuat pernyataan atau yang membuat tulisan; (2) media tempat
pernyataan itu dimuat, apakah di buku, jurnal, surat kabar, atau di internet;
(3) lembaga yang menerbitkan media tersebut; dan (4) di mana dan kapan
media tersebut terbit.42
Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa untuk skripsi, tesis,
disertasi, paper dan buku, sumber dinyatakan dalam bentuk catatan kaki.
Penomoran catatan kaki dilakukan dengan menggunakan angka Arab (1, 2,
3, dan seterusnya) di belakang bagian kalimat yang diberi catatan kaki,
agak ke atas sedikit (….1) dan tanpa memberi tanda baca apapun.
Sedangkan cacatan kaki ditempatkan di bagian bawah (kaki) halaman dan
diawali dengan nomor urut yang ditulis sedikit ke atas (1…) serta ukuran
huruf yang lebih kecil dari ukuran huruf dalam teks.
Unsur-unsur dan urutan penulisan unsur-unsur yang ada dalam
catatan kaki adalah sebagai berikut:

42 Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad dan Sakura H. Ridwan, op. cit., h. 179.

40
1. Untuk sumber bacaan dalam bentuk buku: nama pengarang, judul
buku, kota tempat buku diterbitkan, tahun terbit, dan halaman.
Contoh:
1
Laura Roselle and Sharon Spray, Research and Writing in
International Relations (New York: Pearson Education, Inc.,
2008), p. 15.
Catatan: judul buku diketik miring (italic)
2. Untuk artikel/tulisan dari sebuah jurnal ilmiah atau majalah berkala:
nama pengarang, judul artikel, nama jurnal, nomor edisi, tahun
penerbitan, dan halaman. Contoh:
2
Mark Laffey, “Locating Identity: Performativity, Foreign
Policy and State Action”, dalam Review of International
Studies, Vol. 26 No. 2 (2000), p. 1.
Catatan: judul artikel/tulisan diberi tanda kutip (“….”) dan nama
jurnal ilmiah diketik miring (italic).
3. Untuk tulisan/artikel, berita, atau tajuk rencana yang bersumber dari
surat kabar (koran): nama penulis, judul tulisan, nama surat kabar,
kota tempat surat kabar terbit, dan edisi (tanggal terbit). Contoh:
3
Umar S. Bakry, “Memahami Politik Isolasionisme Myanmar”,
dalam Harian Kompas (Jakarta), 22 Maret 1992.
Catatan: judul artikel/tulisan diberi tanda kutip (“…..”) dan nama
surat kabar (koran) diketik miring (italic).
4. Untuk tulisan/artikel yang bersumber dari internet: nama penulis,
judul tulisan, nama website, waktu mengakses internet tersebut.
Contoh:
4
Arianna Vaccaro, “What is Research Methodology?”, dalam
http://www.blurtit.com [Diakses 16 Mei 2016].
Catatan: judul artikel/tulisan diberi tanda kutip (“…….”).
5. Untuk sumber yang belum atau tidak dipublikasikan seperti skripsi,
tesis, disertasi atau mimeographed: nama penulis, judul tulisan, jenis
sumber, nama lembaga, kota, tahun, dan halaman. Contoh:

41
5
Umar S. Bakry, “NATO’s Humanitarian Intervention to
Libya: Constructivist Perspectives” (Disertasi pada Program
Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung), h. 37.
Catatan: judul disertasi diberi tanda kutip (“……”).
Selain contoh-contoh cara penulisan catatan kaki dari berbagai
sumber, dalam catatan kaki juga dikenal istilah-istilah seperti ibid,
op. cit., dan loc. cit. Berikut ini contoh penggunaan ketiga istilah
tersebut:
6
Umar S. Bakry, Metode Penelitian Hubungan Internasional
(Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar, 2015), h. 27.
7
ibid., h. 31
8
Charles McClelland, Theory of International System (New
York: Macmillan Publishing, 1966), p. 24.
9
Umar S. Bakry, loc. cit.
10
Charles McClelland, op. cit., p. 27.

C. CARA PENULISAN DAFTAR PUSTAKA


Cara penulisan daftar pustaka (bibliografi) terdapat persamaan dan
perbedaan dengan penulisan catatan kaki (footnote). Persamaannya: (1)
penulisan judul buku, nama jurnal (majalah atau surat kabar) diketik
miring (italic); (2) penulisan nama mimeographed dan judul artikel/tulisan
dalam buku, majalah, jurnal, dan surat kabar berada diantara dua tanda
kutip (“…..”); dan (3) gelar penulis tidak dicantumkan meskipun dalam
sumber aslinya dicantumkan.
Sementara perbedaannya: (1) daftar pustaka tidak menggunakan
nomor urut seperti catatan kaki; (2) nama penulis dalam daftar pustaka
didahului dengan nama belakang (nama keluarga atau marga), sedangkan
dalam catatan kaki ditulis sebagaimana adanya; (3) ukuran huruf dalam
catatan kaki lebih kecil dari ukuran huruf dalam teks, sedangkan ukuran
huruf dalam daftar pustaka sama dengan yang digunakan dalam teks; dan
(4) dalam catatan kaki penulisan kota, penerbit dan tahun berada dalam

42
tanda kurung (Jakarta: PT Gramedia, 2016), sedangkan dalam daftar
pustaka tidak.
Berikut contoh-contoh penulisan daftar pustaka:
1. Buku (dengan satu pengarang)
Bakry, Umar S., Ekonomi Politik Internasional: Suatu Pengantar.
Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar, 2015.
Catatan: judul buku diketik miring (italic).
2. Buku (dengan dua pengarang)
Coulumbis, Theodore A. and James H. Wolf, Introduction to
International Relations: Power and Justice. New Delhi:
Prentice-Hall of India, 1981.
Catatan: nama penulis kedua ditulis apa adanya (tidak didahului nama
belakang)
3. Buku (dengan empat pengarang atau lebih)
Sudarsono, Juwono et al., Perkembangan Studi Hubungan
Internasional. Jakarta: Penerbit Pustaka Jaya, 1999.
4. Buku (dengan pengarang sama dengan buku di atasnya)
Bakry, Umar S., Ekonomi Politik Internasional: Suatu Pengantar.
Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar, 2015.
______, China Pasca Deng Xiaoping: Quo Vadis? Jakarta: PT Pustaka
Sinar Harapan, 1997.
Catatan: nama pengarang di buku yang kedua dan seterusnya (jika
penulisnya sama) tidak perlu ditulis lagi, tapi cukup dengan tanda
______________.
5. Bahan yang tidak/belum diterbitkan
Bakry, Umar S., “NATO’s Humanitarian Intervention to Libya:
Constructivist Perspectives”, Disertasi Program Pascasarjana
Universitas Padjadjaran, Bandung.
6. Artikel/tulisan yang dimuat dalam jurnal ilmiah
Tucker, Robert W., “US Foreign Policy Under Reagan’s
Administration”, Foreign Policy Affairs, Vol. 8 No. 1 (1988).

43
7. Artikel/tulisan yang dimuat di internet.
Vaccaro, Arriana, “What is Research Methodology?”, dalam
http://www.blurtit.com [Diakses 16 Mei 2016].
8. Artikel/tulisan yang dimuat di surat kabar atau majalah.
Umar S. Bakry, “Memahami Politik Isolasionisme Myanmar”, dalam
Harian Kompas (Jakarta), 22 Maret 1992.

D. FORMAT PENGETIKAN
Format penulisan karya ilmiah (termasuk skripsi) dalam sebuah
bidang studi perlu adanya standar atau penyeragaman. Banyak hal yang
perlu diperhatikan agar kita sebagai penulis skripsi dapat membuat laporan
sesuai dengan standar pelaporan karya ilmiah yang berlaku umum.43
1. Jenis dan Ukuran Kertas
Jenis kertas yang direkomendasikan adalah kertas HVS 70 gram
dengan ukuran A4 (21 x 29,7 cm), kecuali untuk lembar tertentu
misalnya bagian grafik, gambar, lembar kuesioner, dan lain-lain.
2. Tipe Huruf dan Warna
Tipe huruf yang digunakan dalam teks (tubuh karangan) adalah
Time New Romans (12). Sedangkan warna yang dipakai adalah
hitam.
3. Pengaturan Batas (Margin)
Lebar ruang yang tidak dipakai untuk pengetikan naskah (teks)
adalah: tepi kiri 4 cm, dan masing-masing 3 cm untuk tepi kanan,
atas dan bawah.
4. Jarak (Spasi)
Spasi yang dipakai untuk pengetikan teks (naskah) adalah spasi
rangkap (2 spasi). Pengetikan 1 spasi terbatas untuk kutipan
langsung panjang, abstrak, catatan kaki, dan daftar pustaka.
Pengetikan 3 spasi digunakan untuk antara nomor bab dengan judul

43 Husein Umar, Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2000), h. 68.

44
bab, antara judul bab dengan baris pertama bab yang bersangkutan,
dan antara judul sub bab dengan baris di atas dan di bawahnya.
5. Nomor Halaman
Untuk nomor halaman digunakan angka romawi kecil (i, ii, iii, iv
..dst) untuk halaman-halaman awal skripsi seperti abstrak, daftar isi,
motto, kata pengantar dan sebagainya. Sedangkan bagian tengah
(tubuh skripsi atau halaman Bab I s/d V) dan di bagian akhir skripsi
(daftar pustaka, biodata, dan lain-lain) menggunakan angka latin (1,
2, 3… dst). Angka dari tiap halaman diletakkan di bagian kanan
bawah.
6. Nomor Bab dan Bagiannya
Untuk memudahkan dalam menulis skripsi, maka bab dan bagian-
bagiannya diberi nama dan nomor sebagai berikut:

NAMA CARA PENULISAN


BAB I, II, III, …..dan seterusnya
Anak (Sub Bab) A, B, C, …..dan seterusnya
Seksi (Sub-Sub Bab) 1, 2, 3, …… dan seterusnya
Anak (Sub Seksi) a, b, c, …… dan seterusnya
Sub Sub Seksi i, ii, iii, ……dan seterusnya

E. CONTOH-CONTOH FORMAT
Setiap perguruan tinggi biasanya menetapkan sendiri-sendiri format
penulisan skripsi yang berlaku di lingkungannya. Namun demikian secara
garis besar format penulisan untuk halaman-halaman tertentu tidak
berbeda. Pada halaman selanjutnya akan dikemukakan contoh-contoh
format halaman judul, halaman persetujuan skripsi, halaman pengesahan
skripsi, abstrak, daftar isi, surat pernyataan, kata pengantar, daftar pustaka
dan daftar riwayat hidup singkat (biodata) dalam skripsi hubungan
internasional di Universitas Jayabaya.

45
Contoh 1: Format Halaman Judul (Cover)

SIKAP PEMERINTAH REPUBLIK FEDERAL JERMAN


TERHADAP GELOMBANG PENGUNGSI DARI TIMUR TENGAH
(Perspektif Konstruktivisme)

(ukuran huruf 14/time new romans)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Dalam Ilmu Hubungan Internasional
Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jayabaya

(ukuran huruf 12/time new romans)

Disusun Oleh:

NICANOR COSTAMENDEZ
NIM: 2012950350150

(ukuran huruf 12/time new romans)

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JAYABAYA
JAKARTA 2016
(ukuran huruf 14/time new romans)

46
Contoh 2: Format Halaman Pengesahan Skripsi

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JAYABAYA
JAKARTA 2016

TANDA PENGESAHAN SKRIPSI

Nama Lengkap : NICANOR COSTAMENDEZ


NIM : 2012959350150
Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional
Judul Skripsi : Sikap Pemerintah Republik Federal Jerman
Terhadap Gelombang Pengungsi Dari Timur Tengah

Jakarta, 17 Agustus 2016


Mengetahui:
Ketua Program Studi, Dosen Pembimbing,

DR. UMAR S. BAKRY DRS. ARIEL GUTERREZ, M.Si

47
Contoh 3: Format Halaman Pengesahan Ujian Sidang

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JAYABAYA
JAKARTA 2016

TANDA PENGESAHAN UJIAN SIDANG

Nama Lengkap : NICANOR COSTAMENDEZ


NIM : 2012959350150
Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional
Judul Skripsi : Sikap Pemerintah Republik Federal Jerman
Terhadap Gelombang Pengungsi Dari Timur Tengah

Telah diujisidangkan dan diberi nilai oleh Tim Ujian Sidang Skripsi
Program Studi Hubungan Internasional berdasarkan SK Dekan FISIP
Universitas Jayabaya No. ………. Tanggal………..

Tim Penguji Tanda Tangan

1. Dr. Umar S. Bakry ________________________


Ketua
2. Drs. Erwin Zein, M.Si ________________________
Anggota
3. Drs Denny Ramdhany, M.Si ________________________
Anggota
4. Sinta Julina, S.Sos., M.Si ________________________
Anggota

Disahkan di : Jakarta
Pada tanggal : __________

Ketua Tim Ujian Sidang

DR. UMAR S. BAKRY

48
Contoh 4: Format Halaman Pernyataan

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:


1. Karya tulis saya, skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan
untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister, dan/atau
doktor), baik di Universitas Jayabaya maupun di perguruan tinggi
lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya
sendiri, bukan dibuat oleh pihak lain, kecuali arahan dari Dosen
Pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah
ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan
jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan
nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di
kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam
pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
berupa pencabutan gelar yang diperoleh karena karya ini, serta
sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan
tinggi ini.

Jakarta, Agustus 2016


Yang membuat pernyataan,

Materei
6000

NICANOR COSTAMENDEZ
NIM 2012950350150

49
Contoh 5: Format Abstrak

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sejauh


mana konsistensi dari implementasi doktrin Responsibility to
Protect (R2P) dalam kasus intervensi kemanusiaan NATO ke
Libya pada 2011 dari pendekatan konstruktivis, khususnya
dilihat dari konsep norma, kepentingan, dan kedaulatan. Studi
ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik
analisis interpretif dan analisis wacana.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa respons internasional
terhadap krisis Libya terbilang sangat cepat, bahkan terlalu
cepat. Tanggapan awal terhadap Libya pada 2011 telah
menunjukkan bahwa DK PBB mampu memberi dampak pada
penerapan norma R2P. Namun demikian penelitian ini
menemukan fakta bahwa meskipun intervensi kemanusiaan dan
resolusi PBB tentang Libya dapat dilihat sebagai kemenangan
doktrin R2P, tetapi aktor-aktor yang terlibat (negara-negara
NATO) tampak memiliki komitmen yang bervariasi terhadap
penerapan doktrin tersebut (dan seterusnya……………).

KATA KUNCI: intervensi kemanusiaan, NATO, Libya,


konstrultivis, analisis wacana, R2P, just war.

Catatan: 1. Abstrak diketik dengan jarak 1 (satu) spasi dan tidak lebih
dari 1 (satu) halaman.
2. Abstrak wajib dibuat dalam dua bahasa (Indonesia dan
Inggris), masing- dalam halaman tersendiri.

50
Contoh 6: Format Kata Pengantar

KATA PENGANTAR

Skripsi ini merupakan hasil penelitian tentang sikap


pemerintah Republik Federal Jerman terhadap gelombang
pengungsi dari sejumlah negara Timur Tengah yang terjadi
dalam dua tahun terakhir ini. Sebagai sebuah fenomena yang
sedang menjadi current issues dalam hubungan internasional,
penelitian terhadap masalah ini memberikan banyak kesulitan
selain juga beberapa kemudahan.
Sebagai sebuah topik yang sedang aktual, tentunya
fenomena gelombang pengungsi dari Timur Tengah ke Eropa
belum banyak diteliti oleh mahasiswa lain, sehingga penulis
sulit mencari model atau pembanding untuk keperluan analisis
dalam penulisan skripsi ini. Namun salah satu faktor yang
mempermudah sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai tepat
waktu adalah banyaknya informasi (data) terutama di dunia
maya (internet) karena masalah ini sedang menjadi diskusi,
perdebatan, dan isu internasional yang hangat.
Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa banyak
pihak telah berperan serta, baik langsung maupun tak langsung,
sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sesuai yang
telah direncanakan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
pertama-tama penulis ingin menyampaikan penghargaan dan
ucapan terima kasih kepada Bapak Drs. Airel Gutterez, M.Si
sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan, pengarahan, dan koreksi…. dan seterusnya (Pada
alinea selanjutnya sebutkan nama-nama yang berkontribusi atas
penulisan skripsi Anda).

51
Contoh 7: Format Daftar Isi

DAFTAR ISI

TANDA PENGESAHAN SKRIPSI………………………………. i


TANDA PENGESAHAN UJIAN SIDANG………………………. ii
SURAT PERNYATAAN………………………………………….. iii
ABSTRAK……………………………………………………….… iv
ABSTRACT……………………………………………………..… v
DAFTAR ISI………………………………………………….…… vi
KATA PENGANTAR………………………………………….…. viii
MOTTO/PERSEMBAHAN……………………………………….. ix

BAB I PENDAHULUAN……………………………………… . 1
A. Latar Belakang Masalah………………………...... 2
B. Rumusan Masalah………………………………… 4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……………….… 5
D. Tinjauan Pustaka (Kerangka Teori)…………….… 6
E. Kerangka Analisis (Kerangka Konseptual)……….. 9
F. Hipotesis (Kalau Diperlukan)………………….…. 10
G. Definisi Konseptual (Definisi Operasional)……… 11
H. Metode Penelitian………………………………… 12
I. Sistematika Penulisan…………………………….. 13

BAB II GELOMBANG PENGUNGSI TIMUR TENGAH KE


EROPA……………………………………….………….… 15

52
Contoh 8: Format Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

Amneus, Diana, Responsibility to Protect By Military Means: Emerging


Norms on Humanitarian Intervention. Stockholm: Stockholm
University Press, 2009
Bakry, Umar S., Metode Penelitian Hubungan Internasional. Yogyakarta:
Penerbit Pustaka Pelajar, 2015.
Carlsnaes, Walter, Thomas Risse and Beth Simmons, Handbook of
International Relations. London: SAGE Publications Ltd, 2002.
Dunne, Tim, Milja Kurki and Steve Smith, International Relations
Theories: Discipline and Diversity. Oxford: Oxford University
Press, 2010.
Evans, Graham and Jeffrey Newnham, The Penguin Dictionary of
International Relations. London: Penguin Books Group, 1998.
Finnemore, Martha, National Interests in International Society. Ithaca:
Cornell University Press, 1996.
Griffiths, Martin and Terry O’Callaghan, International Relations: The Key
Concepts. London: Routledge, 2002.
Hollis, Martin and Steve Smith, Explaining and Understanding
International Relations. Oxford: Clarendon Press, 1991.
Jackson, Thaddeus, The Conduct of Inquiry in International Relations.
London: Routledge, 2011.
Klotz, Audie and Cecelia Lynch, Strategies for Research: In Constructivist
International Relations. Armonk, New York: M.E. Sharpe Inc.,
2007.

53
Miller, Frederick P. And Agnes F. Vandome, History of Libya Under
Muammar al-Gaddafi. Mauritius: VDM Publishing House
Limited, 2011.
Oxford, Anne, Reading Humanitarian Intervention in Postmodernism
Perspective. Cambridge: Cambridge University Press, 2003.
Pattison, James, Humanitarian Intervention & Responsibility to Protect:
Who Should Intervene?. Oxford: Oxford University Press, 2010.
Roselle, Laura and Sharon Spray, Research and Writing in International
Relations. New York: Pearson Education, Inc., 2008.
Simms, Brendan and D.J.B Trim (eds.), Humanitarian Intervention: A
History. Cambridge: Cambridge University Press, 2011.

54
Contoh 9: Format Biodata/Riwayat Hidup SIngkat

BIODATA SINGKAT

Nama lengkap : NICANOR COSTAMENDEZ


Tempat/tanggal lahir : Buenos Aires, 31 Mei 1993
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Katolik
Nama ayah : Leonardo Costamendez
Nama ibu : Mariana Costamendez
Alamat rumah : Jl. Anggur Raya IX Perumahan Taman Wisma
Asri – Bekasi

Riwayat pendidikan :
1. Sekolah Dasar Negeri (SDN) Teluk Pucung X – Bekasi, 2000 – 2006
2. Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) I–Tomohon, 2006–2009
3. Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) XIII–Tambun, 2009 – 2012
4. Program Studi Hubungan Internasional-FISIP Univ Jayabaya–
Jakarta, 2012 – 2016

Pendidikan nonformal :
1. Kursus Bahasa Inggris pada IEC Bekasi, 2009 – 2013
2. Kursus Bahasa Perancis pada Lembaga Indonesia Perancis, 2012 – 2014
3. Kursus Bahasa China pada Chinese Language Course – Bekasi, 2014 –
2016

Pengalaman organisasi:
1. Ketua Himpunan Mahasiswa HI (HIMA-HI) Univ. Jayabaya, 2013 –
2014
2. Ketua BEM Universitas Jayabaya, 2014 – 2015
3. Ketua Forum Komunikasi Mahasiswa HI Jakarta, 2015 – 2016

55
Prestasi/penghargaan :
1. Juara Menulis Karya Ilmiah Hari Pahlawan Tingkat DKI Jakarta,
2013
2. Penghargaan sebagai Mahasiswa Teladan DKI, 2014

56
DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad dan Sakura H. Ridwan, Pembinaan


Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit
Erlangga, 1999.
Bakry, Umar Suryadi, Pengantar Hubungan Internasional. Jakarta:
Jayabaya University Press, 1999.
______, Metode Penelitian Hubungan Internasional. Yogyakarta: Penerbit
Pustaka Pelajar, 2015.
Bryman, Alan, Social Research Methods. New York: Oxford University
Press, 2012
Carlsnaes, Walter, Thomas Risse and Beth Simmons, Handbook of
International Relations. London: SAGE Publications, 2002.
Couloumbis, Theodore A and John H. Wolfe, Introduction to International
Relations: Power and Justice. New Delhi: Prentice-Hall Inc.,
1981.
De Vaus, David, Research Design in Social Research. London: SAGE
Publications Ltd., 2005.
Dikti, Pedoman Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat oleh Perguruan Tinggi. Jakarta: DP3M Dikti
Depdiknas, 2000.
Kartono, Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Penerbit
Alumni, 1983.
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT
Gramedia, 1985.
Kothari, C.R., Research Methodology: Methods and Techniques. New
Delhi: New Age International Publishers, 2004.

57
Lawson, Stephanie, International Relations. Cambridge, UK: Polity Press,
2012.
Limbong, John W., Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi. Jakarta:
Penerbit IGI, 2001.
Mas’oed, Mohtar, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi.
Jakarta: LP3ES, 1990.
Neuman, Lawrence, Social Research Methods: Qualitative and
Quantitative Approaches. Essex: Pearson Education Ltd. , 2014.
Punch, Keith and Alis Oancea, Introduction to Research Methods in
Education. London: SAGE Publication Ltd., 2014.
Roselle, Laura and Sharon Spray, Research and Writing in International
Relations. New York: Pearson Education, Inc., 2008.
Sammons, Pam and Linda Bakkum, Thinking About Research
andResearch Quality in Your Academic Work. Oxford: University
of Oxford, 2012.
Selitiz, Claire (et al), Research Methods and Social Relations. New York:
Holt, Rinehart and Winston Inc., 1976.
Umar, Hussein, Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2000.
Van Wyk, Brian, Research Design and Method. Cape Town: University of
Western Cape, 2013.
Wiarda, Howard J., Comparative Politics: Approaches and Issues.
Maryland, USA: Rowman & Littlefield Publishers, Inc., 2007.
Young, P.V., Scientific Social Survey and Research. Englewood Cliffs,
N.J.: PHI, 1966.

58
INDEKS

A
J
Abstrak, ix, 39, 40, 60
James H. Wolfe, 29
Abu Sayyaf, 25
Jokowi, 24
Alan Bryman, 14, 15
Joseph Frankel, 35
Alis Oancea, 16, 17, 36, 68
Amerika, 33 K
Arianna Vaccaro, 51 Kegunaan penelitian, 28
ASEAN, 23 Keith Punch, 36
Kerangka analisis, 30, 31
B
Kerlinger, 24
Brian van Wyk, 16, 17, 36
Konstruktivisme, 56
C
L
Charles McClelland, 52
Laura Roselle, 12, 51
Chicago Style, 46
Lawrence Neuman, 13, 33
China, 14, 24, 30, 53, 65
Libya, 52, 53, 60, 64
Claire Selitiz, 36
Linda Bakkum, 17, 68
D
M
David de Vaus, 15, 16
Maidar Arsjad, 13
Definisi konseptual, 35
Masalah penelitian, 14
F Melly G. Tan, 26, 32
Filipina, 25 Mohtar Mas’oed, 31, 34, 36
Morgenthau, 35
H
Myanmar, 51, 54
Hipotesis, ix, 22, 32, 62
Howard J. Wiarda, 19 N
Husein Umar, 24, 40, 42, 43, 45, 54 NATO, 27, 28, 52, 53, 60
I P
Iin Sofyan, vii Pam Sammons, 17
Inggrid Lunt, 17 Parulian Silaen, 43
Penelitian eksploratif, 19

59
Perang Dingin, 20, 28
Pertanyaan penelitian, 15
R
Rumusan masalah, 24, 25
Running note, 47
Rusia, 45
S
Sabarti Akhadiah, 13, 49, 50
Sakura Ridwan, 13
Serbia, 27, 28
Sharon Spray, 12, 51, 64, 68
Stephanie Lawson, 12
T
Teori, ix, 22, 30, 62
Timur Tengah, 25, 57, 58, 61
Tujuan penelitian, 26
U
Umar S. Bakry, vii, 37, 38, 47, 51,
52, 54, 58
V
Vladimir Putin, 45

60
TENTANG PENULIS

UMAR SURYADI BAKRY - Di kalangan


media massa dan masyarakat survei Indonesia lebih
dikenal dengan Umar S. Bakry saja. Ia
menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) dalam
Ilmu Hubungan Internasional di Universitas
Padjadjaran, Bandung. Melanjutkan pendidikan
pascasarjana (S-2) di Universitas Indonesia di
Jakarta, dan kembali merampungkan pendidikan
doktor (S-3) di Universitas Padjadjaran, juga dalam
Ilmu Hubungan Internasional. Ia pernah mengikuti program doktor (Ph.D)
di Universiti Sains Malaysia (USM), tapi tidak tamat.
Sejak mahasiswa S-1, Umar S. Bakry sudah terlibat aktif dalam
pengembangan studi HI dengan mendirikan Forum Diskusi Hubungan
Internasional (FDHI) bersama teman-temannya di Bandung. Mulai saat itu
ia sudah banyak menulis artikel masalah-masalah internasional di berbagai
media massa lokal dan nasional. Setelah menyelesaikan pendidikan S-1,
bersama sejumlah sarjana HI di Bandung ia mendirikan Centre for
International Relations Studies (CIRS).
Selain sebagai dosen Hubungan Internasional, Umar S. Bakry
menghabiskan hampir seluruh perjalanan kariernya di dunia penelitian. Ia
menjadi Ketua Lembaga Penelitian di sebuah perguruan tinggi terkemuka
di Jakarta selama lebih dari 10 tahun. Kesempatan ini memberinya jejaring
untuk berinteraksi dengan banyak peneliti senior di Indonesia dari berbagai
latar belakang disiplin ilmu. Kini ia memiliki sebuah lembaga riset sendiri
(Lembaga Survei Nasional –LSN) yang didirikannya sejak 2006, dan
hingga sekarang masih memegang posisi sebagai Direktur Eksekutif di
lembaga tersebut. Sebelum itu ia pernah aktif sebagai peneliti senior di
Pusat Studi Demokrasi (PSD). Ia juga menjabat sebagai Sekjen AROPI
(Asosiasi Riset Opini Publik Indonesia) periode 2007-2015, sebuah
asosiasi dari lembaga-lembaga survei di seluruh Indonesia.

61
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Hubungan Internasional ini
melengkapi sejumlah buku lainnya yang juga pernah ditulisnya,
diantaranya Ekonomi Politik Internasional (Penerbit Pustaka Pelajar),
Metode Penelitian Hubungan Internasional (Penerbit Pustaka Pelajar),
Pasca Deng Xiaoping China Quo Vadis (PT Pustaka Sinar Harapan),
Pengantar Politik China (CV Widya Buana), dan Pengantar Hubungan
Internasional (PT Probisi Mitra Buana), serta ratusan artikel ilmiah
populer yang pernah ditulisnya di sejumlah media massa nasional, seperti
Kompas, Sinar Harapan, Media Indonesia, Harian Pelita, Pikiran Rakyat,
Harian Merdeka, Harian Jayakarta, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat,
Harian Masa Kini, Mingguan Eksponen, Bali Post, Banjarmasin Post,
Harian Angkatan Bersenjata, Berita Yudha, dan sebagainya.
Karena menghabiskan perjalanan hidupnya di dunia riset dan
akademik, Umar S. Bakry tidak mau banyak terlibat dalam kehidupan
organisasi. Ia hanya sempat duduk dalam Majelis Pengurus Pusat (MPP)
Asosiasi Dosen Indonesia (ADI). Di dunia jurnalistik, ia pernah menjadi
Koordinator Reportase Majalah WARTA EKONOMI, Redaktur Majalah
SEPAK BOLA, Koresponden Majalah BULUTANGKIS, Wakil Pemimpin
Redaksi Majalah MIMBAR, dan Pemimpin Redaksi Jurnal Ilmu Politik
HIPOTESA. Di luar kesibukannya di bidang riset dan akademik, ia juga
menjadi konsultan politik atas sejumlah calon kepala daerah, partai politik,
dan calon presiden. Ia juga sering menjadi narasumber masalah-masalah
politik dan survei opini publik di sejumlah stasiun TV, seperti Metro TV,
Jak-TV, TV One, Global TV, MNC TV, NET TV, JTV, Berita Satu,
O’Channel, dan beberapa stasiun TV lokal. Umar S. Bakry dapat
dihubungi melalui: u_bakry@yahoo.com.sg.

62
63

Anda mungkin juga menyukai