Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

EKSISTENSI DAN PENGARUH LINGKUNGAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Dr. H. Suteja, M. Ag.

Disusun oleh:

Khotijah Hanif 2108101163


Rizki Amaludien Hernoko 2108101177
Ajri

PAI 3/E
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulllahirabbil ‘alamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah


Ta’ala yang atas segala rahmat dan nikmat-Nya, kami selaku penyusun makalah
berjudul “Fungsi Akal, Hati, Intuisi, Dan Nafsu Manusia” ini, dapat
menyelesaikannya dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok pada mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam yang diampu oleh Bapak Dr. H.
Suteja, M. Ag., sekaligus sebagai salah satu rangkaian belajar dalam menjalankan
mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam yang diharapkan dapat menjembatani para
pembaca maupun penyusun sendiri dalam memahami dan menambah wawasan
mengenaiapa saja dan bagaimana fungsi dari akal, hati, intuisi dan nafsu manusia.
Atas selesainya makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa selama
penyusunan, telah banyak pihak yang memberikan bantuan serta dukungannya
kepada kami selaku penyusun. Oleh karenanya kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya. Kami juga menyadari bahwa makalah ini bukanlah karya tulis yang
sempurna dan masih terdapat kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang
membangun kami harapkan dari pembaca sekalian demi kesempurnaan makalah ini.

Cirebon, November 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I KELUARGA 1
A. Konsep Keluarga 1
B. Pengaruh Keluarga Terhadap Kepribadian 5
BAB II MASYARAKAT 6
A. Konsep Masyarakat 6
B. Pengaru Potensi Masyarakat Terhadap Kepribadian 8
BAB III INSTITUSI PENDIDIKAN 9
A Nilai Yang Dianut Pendidikan Modern 9
B. Nilai Yang Dianut Pendidikan Pesantren 10
C. Pengaruh Nilai Yang Dianut Pendidikan Modern Terhadap
Kepribadian 11
D. Pengaruh Nilai Yang Dianut Pendidikan Pesantren
Terhadap Kepribadian 11
BAB IV ADAT-TRADISI 13

A. Konsep Adat 13
B. Pengaruh Adat-Tradisi Terhadap Kepribadian 14
BAB V PEMBAHASAN 16
DAFTAR PUSTAKA 21

iii
BAB I KELUARGA

A. Konsep Keluarga
Keluarga adalah lingkungan utama yang dapat membentuk watak dan karakter
manusia. Keluarga menjadi lingkungan pertama dimana manusia melakukan
komunikasi dan sosialisasi diri dengan manusia lain selain dirinya. Di keluarga pula
manusia untuk pertama kalinya dibentuk baik sikap maupun kepribadiannya Lembaga
pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, karena didalam
keluarga inilah tempat meletakkan anak dasar-dasar kepribadian anak.
Dalam ajaran Islam telah dinyatakan oleh Nabi Muhammad Saw dalam sabdanya
yang berbunyi :

َ ‫ُّفَأ َ َب َوا ُهُّ ُي َه ِّ ِودَا ِنهُِّأَ ْوُّ ُينَ ِص َِّرا ِنهُِّأَ ْوُّ ُي َم ِ ِّج‬،‫علَىُّا ْل ِف ْط َر ِة‬
ُّ‫سا ِن ِه‬ َ ُُّ‫كُلُُّّ َم ْولُ ْودٍُّ ُي ْولَد‬
Artinya “Setiap anak dilahirkan atas dasar fitrah,maka sesungguhnya kedua orang tuanyalah
yang menjadikan dia Majusi, Yahudi dan Nasrani” (HR. Bukhari). 1 Berdasarkan hadist
tersebut, jelaslah bahwa orang tua memegang peranan penting dalam membentuk kepribadian
anak didik Anak dilahirkan dalam keadaan suci, adalah menjadi tanggung jawab orang tua
untuk mendidiknya.
Dalam hal ini Allah berfirman:

َ ُ‫ٰٓيا َ ُّي َها الَّ ِذيْنََ ا َمنُ ْواَ قُ ْٰٓوا ا َ ْنف‬


ً ‫س ُك َْم َوا َ ْه ِل ْي ُك َْم ن‬
٦ ……‫َارا‬
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa api
neraka….(at- Tahrim.6) 2
Disinilah letak tanggung jawab orang tua untuk mendidik anak-anaknya, karena anak adalah
amanat Allah yang diberikan kepada kedua orang tua yang kelak akan diminta pertanggung
jawaban atas pendidikan anak-anaknya Dalam hal ini konsep pendidikan dalam keluarga ada
dua macam, yaitu konsep keluarga kecil dan besar. Berikut akan dijelaskan mengenai konsep
keluarga kecil dan besar

1
Abdul Matin bin Salman, 2017, Hadia-Hadis Tentang Setiap Anak Dilahirkan Dalam Keadaan
Fitrah, (Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Surakarta)
2
Al-Qur'an Kementrian Agama RI, Q. S. At-Tahrim (66) ayat 6

1
2. Konsep Keluarga Kecil
Keluarga sebagai lingkungan pertama bagi sang anak dalam proses
perkembangannya, termasuk bagi proses perkembangan moral anak. Keluarga, yang paling
tidak terdiri dari orang tua dan anak, harus mampu menjalankan peran dan fungsinya masing-
masing dalam proses perkembangan anak, agar anak dapat tumbuh menjadi sosok yang
sesuai dengan harapan keluarga dan masyarakat. Menurut Loutzenhiser, lingkungan keluarga
yang seperti itu dikatakan sebagai family functioning (keberfungsian keluarga). 3 Beberapa
ahli pun memiliki penamaan istilah yang berbeda-beda mengenai keberfungsian keluarga itu
sendiri, seperti keluarga sehat (healthy family), keluarga fungsional (functional family),
keluarga normal (normal family), ataupun keluarga kokoh atau kuat (strong family).4
Pada dasarnya, keluarga yang fungsional adalah keluarga yang dapat bekerja dan
menjalankan fungsinya dengan baik dan benar. Senada dengan apa yang didefinisikan oleh
Walsh (2003) mengenai keluarga sehat, yaitu suatu kondisi keluarga yang memiliki ciri dan
sifat yang ideal yang mana keluarga tersebut dapat menjalankan fungsi secara optimal.
Gunarsah mengatakan bahwa orang tua di sini sangat berperan penting dalam perkembangan
anak, dan orang tualah yang menjadi faktor utama dalam penanaman nilai-nilai dasar moral
anak kelak menginjak dewasa nanti.5 Menurut Abdullah Nashih ‘Ulwan mengatakan orang
tua memiliki banyak tangggung jawab terhadap anak, yaitu ; 1) tanggung jawab pendidikan
iman, 2), pendidikan moral/ ahlak, 3) pendidikan fisik, 4) pendidikan fsikis, 5) pendidikan
social, 6) pendidikan seks. 6Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi
dan berkomunikasi yang menciptakan perananperanan sosial bagi si suami dan isteri, ayah
dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan perempuan. Peranan-peranan tersebut dibatasi
oleh masyarakat, tetapi masing-masing keluarga diperkuat melalui sentimen-sentimen yang
sebagian merupakan tradisi dan sebagian lagi persoalan yang menghasilkan pengalaman. Di
sinilah keluarga memiliki fungsi besar untuk mengontrol anak, ada beberapa fungsi yang
dapat dijalankan keluarga, yaitu (1) fungsi biologis (2) fungsi fsikologis (3) sosialisasi (4)
fungsi ekonomi (5) fungsi pendidikan, dan (6) fungsi rekretif.7
Dalam pandangan Islam, proses sosialisasi dan penanaman nilai pada diri anak secara
praktis dimulai sejak anak dilahirkan. Secara teoretis upaya penanaman nilai-nilai pendidikan
sudah dimulai sejak awal pemilihan jodoh. Dalam konteks ini, Nabi Muhammad saw telah
memberikan isyarat dengan empat kriteria, yaitu karena kecantikannya, kekayaannya,
keturunannya, dan agamanya. Di antara keempat kriteria tersebut, menurut Nabi, untuk
terbinanya situasi keluarga sakinah yang bernuansa lslami, hendaklah menjadikan kriteria
agama sebagai kriteria utama. Di sisi lain, untuk proses pendidikan pada fase prenatal ini,

3
Agustina, 2006 :17
4
Murdianto, 2018. Mengurai Eksistensi Lingkungan Pendidikan Islam Perspektif Sosiologis, Sangkep
: Jurnal Kajian Sosial Keagamaan volume 1 (hlm. 86). Nusa Tenggara Barat : Universitas Negeri
Mataram
5
Fajarwati, 2004 : 45
6
Ulwan, 2012. (112-124)
7
Vembrianto, 1993 : 30

2
dianjurkan kepada pasangan suami istri untuk melakukan hubungan dengan sesamanya secara
lslami, dan mengawalinya dengan nama Allah, Serta memakan makanan yang halal dan
menyehatkan yang sangat menentukan bagi kelangsungan proses perkembangan janin
selanjutnya. Pada fase ini anak akan menjadikan perilaku kedua orang tuanya atau
keluarganya yang lain, sebagai model dalam perilakunya sehari-hari. Untuk itu, semakin
banyak pengalaman yang bernilai agamis mampu ditransfer dan diterimanya, maka akan
semakin banyak pula unsur agama dan pengalaman keagamaan yang mampu mewarnai
proses pembentukan kepribadiannya. Untuk mengembangkan dimensi kondusif ini, kedua
orang tua hendaklah senantiasa berpegang teguh pada nilai-nilai ajaran
agamanya.Memandang anak sebagai amanat Allah yang harus dibina sesuai dengan nilai
Ilahiah, Serta melaksanakan semua kebijaksanaan sesuai dengan aturan syari’at Islam sebagai
hakim dalam kepemimpinannya di lingkungan rumah tangga. Lewat harmonisasi kehidupan
yang demikian, anak akan mampu mentauladaninya tanpa terpaksa, akan tetapi secara sadar
menjadikan semua kebijaksanaan kedua orang tuanya sebagai acuan moral menjadikan semua
kebijaksanaan kedua orang tuanya sebagai acuan moral dalam seluruh aktivitasnya.
Pada fase ini, anak akan lebih banyak melakukan komunikasi dan interaksi dengan
kedua orang tuanya atau anggota keluarganya yang lain, dibanding dengan masyarakat secara
makro. Untuk itu, bentuk komunikasi dan interaksi yang dilaksanakan dalam kehidupan
keluarganya, akan sangat mempengaruhi bentuk sikap dan perilaku, Serta kepribadian anak
selanjutnya. Oleh karena itu, agar proses sosialisasi tersebut berjalan secara edukatif dan
sesuai dengan nilai-nilai Ilahiah, maka kedua orang tua harus senantiasa memformulasikan
bentuk kehidupan edukatif dan perilaku moral lslami. Dengan sikap ini, akan mampu
memberi bekas dan mewarnai sikap serta perilaku anak dalam aktivitas kehidupannya. 8
Oleh karena itu, perlu ada usaha dan kerja keras secara terusmenerus dalam mendidik anak,
memperbaiki kesalahan mereka dan membiasakan mereka mengerjakan kebaikan. lnilah jalan
para nabi dan rasul; Nabi Nuh as. mengajak putranya untuk beriman, Nabi Ibrahim as.
mengajarkan anaknya untuk beribadah kepada Allah semata, dan demikian seterusnya.
Imam an~Nawawi dalam kitab Bustanul Arifin menyebutkau dari asy- Syaffi dari
Fudhail mengatakan: Nabi Dawud as. berdoa, wahai Tuhanku, perlakukanlah putraku seperti
Engkau memperlakukanku." Maka Allah Swt mewahyukan kepadanya, wahai Dawud,
katakanlah kepada putramu agar memperlakukanku sama seperti engkau memperlakukanku,
niscaya Aku akan memperlakukannya sama seperti Aku memperlakukanmu. Oleh karena itu,
Imam al~Ghazali 'rahimahullah dalam risalahnya, Ayyuhal walad, menegaskan bahwa makna
pendidikan sama seperti pekerjaan petani yang mencabut duri-duri dan menyiangi rumput-
rumput liar, agar tanamannya tumbuh sehat dan mendapat hasil panen yang maksimal. Ibnul
Qayyim mengatakan, barang siapa yang dengan sengaja rnengajarkan apa yang bermanfaat
bagi anaknya dan meninggalkannya begitu saja, berarti dia telah melakukan suatu kejahatan
yang sangat besar. kerusakan pada diri anak kebanyakan datang dari sisi orang tua yang

8
Ahid, 2010 : 63

3
meninggalkan rnereka dan tidak mengajarkan kewajiban-kewajiban dalam agama berikut
Sunnah-sunnahnya.
Untuk mendukung terjalinnya proses tersebut, diperlukan keberadaan kehidupan rumah
tangga yang harmonis tentram, penuh kedamaian dan kasih sayang, Serta suasana demokrasi
yang kondusif dan menjamin kemerdekaanindividu untuk berkembang secara optimal. Tanpa
terbinanya suasana kondusiftersebut, maka proses sosialisasi yangdilakukan akan sulit
tercapai, sesuai dengan yang diharapkan.
3. Konsep Keluarga Besar
Proses peletakan dasar-dasar pendidikan (basic educational) di lingkungan keluarga,
merupakan tonggak awal keberhasilan proses pendidikan selanjutnya, baik secara formal
maupun non formal. Demikian pula sebaliknya, kegagalan pendidikan di rumah tangga, akan
berdampak cukup besar pada keberhasilan proses pendidikan anak selanjutnya. Tentang
perkembangan pendidikan anak, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Anas ra.mengatakan,
bahwa Rasulullah bersabda Anak itu pada hari ketujuh dari kelahirannya hendaklah
disembelihkan akikahnya, Serta diberi nama (dengan nama yang baik) dan singkirkan dari
berbagai kotoran. Jika ia telah berusia enam tahun, didiklah ia dengan adab susila (akhlak).
Jika ia telah berusia 9 tahun hendaklah pisahkan tempat tidumya. Dan jika ia telah berusia 13
tahun, pukullah ia jika tidak mengerjakan shalat. Bila ia telah berusia 16 tahun ia boleh
dikawinkan. Setelah itu, ayah berjabatan tangan dengannya dan berkata: Saya telah mendidik,
mengajar dan mengawinkan kamu.Untuk itu saya mohon perlindungau kepada Allah dari
fitnahan-fitnahan di dunia dan siksaan di akhirat” HR. Muslim. 9
Bila mengacu pada hadits di atas dicermati lebih lanjut, maka akan terlihat dengan jelas
peranan dan tanggung jawab kedua orang tua dalam mendidik, mengasuh, dan membina
setiap pribadi manusia. Hal ini dapat dimaklumi karena keluarga merupakan lembaga
pendidikan pertama dan utama yang dikenal oleh anak. Untuk itu, keberadaan keluarga harus
senantiasa memberikan dan mewariskan pengalaman edukatif-ilahiah yang dialogis dan
dinamis, sesuai dengan perkembangan tuntunan zamannya. Kondisi ini sangat baik bagi
tumbuhnya kepribadian anak secara optimal.10
Batasan di atas, memberikan gambaran yang jelas, bahwa hubungan dan tanggung jawab
orang tua terhadap keberlangsungan pendidikan anaknya, pada dasarnya tidak bisa dipikulkan
kepada orang atau pihak lain. Keberadaan pendidik sebagai tenaga profesional dan
keikutsertaan masyarakat dalam membantu proses pendidikan kepada peserta didik, hanya
merupakan keikutsertaan mereka dalam membantu orang tua untuk mendidik dan membina
anak untuk ke arah tercapainya suatu tujuan yang tertinggi secara optimal. Hal ini disebabkan
keterbatasan kemampuan orang tua untuk mendidik anaknya secara sempurna untuk itu
ketiga dimensi tersebut harus senantiasa saling berkaitan satu dengan yang lain secara
harmonis dan integral.

9
Wahid, 2004 : 108
10
Syalabi, 1954 : 274

4
B. Pengaruh Keluarga Terhadap Kepribadian
Orang tua memegang peranan penting dalam hal baik buruknya pembentukan
kepribadian anak sebagaimana yang telah di sabdakan Nabi Muhammad Saw yang artinya:
"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci maka kedua orang tualab yang menjadikan anak
tersebut beragama Yabudi, Nasrani, Majusi" (HR. Bukhari)
Dengan memperhatikan hadits di atas maka fungsi orang tua dalam mendidik anaknya sangat
besar pengaruhnya terhadap perkembangan kepribadian seorang anak di kemudian hari.
Bertolak dari uraian di atas Zakiah Darajat mengatakan bahwabahwa : akibat yang mungkin
terjadi pada anak-anak apabila ia kurang diperhatikan itu banyak sekali, antara lain akan
terganggu kesehatan mentalnya. Di antara kelakuan yang dapat terlihat dengan nyata ialah:
a) Suka memperhatikan gerak gerik orang tua, banyak tanya seperti pergi kemana, dan mana
kadang-kadang menyakitkan orang tua
b) Sering melakukan hal-hal yang menarik perhatian untuk memperoleh kasih sayang
c) Kelakuan dan sikap menunjukan bahwa ia benci pada orang, acuh tak acuh dan
sebagainya.11
Selanjutnya Rasulullah Saw juga pernah menegaskan dalam hadist yang berbunyi:
"Dari Ibnu Umar. Ra berkata saya telah mendengar Rasulullah Saw bersabda: kamu sekalian
adalah pemimpin dan kamu akan ditanya kepemimpinanmu. Seorang imam akan ditanya
tentang kepemimpinan, seorang laki-laki sebagai pemimpin terhadap keluarga dan
bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya dan istri sebagai ibu rumah tangga
bertanggung jawab atas rumah tangganya dan pelayan sebagai penjaga kekayaan majikannya
dan akan bertanggung jawab dengan pemeliharaan, maka kamu sekalian adalah sebagai
pemimpin dan orang-orang bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya".12
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga sangat berimplikasi
terhadap perkembangan serta pembentukan kepribadian setiap anak. Karena setiap
keluarga(orang tua) memiliki cara-cara tersendiri dalam mengaplikasikan rasa cinta dan kasih
sayang terhadap anak-nya baik dalam hal materi maupun hal lain yang berhubungan dengan
perkembangan kepribadian setiap anak dimasa depannya apakah akan menjadi pribadi yang
positif ataukah sebaliknya tergantung dari cara masing-masing orang tua dalam membimbing
serta mendidik mereka.

11
Zakiyah Darajat, 1988 : 80
12
Zuhairini, 1983 : 26

5
BAB II MASYARAKAT
A. Konsep Masyarakat
Masyarakat adalah kumpulan dari manusia yang antara satu dan lainnya saling terikat
oleh sistem nilai, adat istiadat, ritus-ritus serta hukum-hukum tertentu dan bersama-sama
berada dalam satu iklim dan bahan makanan yang sama.13 Menurut konsep sosiologi,
masyarakat adalah berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling
mempengaruhi.14 Sedang cirri-ciri masyarakat yaitu:
a. Pengumpulan manusia (banyak) yang hidup bersama
b. Bercampur dalam waktu yang cukup lama
c. Sadar sebagai satu kesatuan
d. Suatu sistem yang menimbulkan kebudayaan
e. Adanya aturan atau undang-undang yang mengatur hidup bersama.
Masyarakat adalah kumpulan sekian banyak individu kecil atau besar yang terikat oleh
satuan, adat, ritus, dan hidup bersama. Ada beberapa kata dalam Al-Quran yang
menunjukkan tentang masyarakat atau komunitas manusia yaitu ummah, qaum, sya'b,
qabilah, firqah, tha'ifah, hizb, fauj,ahl, dan Asbath.15 Maka dalam hal ini konsep masyarakat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu konsep masayarakat pedesaan dan perkotaan.
1) Konsep Masyarakat Pedesaan
Masyarakat pedesaan pada umumnya mendidik putra-putri mereka untuk membantu
pekerjaan orang tuanya, mereka bekerja sesuai dengan kemampuan yang dimiliki untuk
mencukupi kebutuhan hidup, karena mayoritas masyarakat pedesaan hanya berorientasi pada
pekerjaan. 16 . Meskipun demikian dalam lingkungan masyarakat pedesaan semuanya
tergantung pada latar belakang sosial keluarga masing-masing, karena hanya sebagian warga
menganggap pendidikan itu adalah hal yang penting.Persepsi atau pandangan masyarakat
pedesaan yang bermata pencaharian petani, wirausaha, swasta, dan pegawai negeri terhadap
pendidikan formal bagi putra-putri mereka mempunyai persepsi yang berbeda (Syah, 2003).
Semua ini tergantung pada faktor-faktor yang melatarbelakangi persepsi mereka sehingga
nantinya akan membentuk image positif ataupun negatif terhadap pendidikan tinggi. Jika
dilihat dari kenyataan di atas, maka ekonomi merupakan faktor dominan dalam merubah atau
menjadi pembeda terhadap persepsi mereka, selain itu pengaruh dari luar atau masyarakat
sekitar juga menjadi faktor pendorong dalam membentuk persepsi masyarakat pedesaan
tersebut. Persepsi secara umum diberlakukan sebagai satu variabel campur tangan (itervening

13
Murthada Muthahhari, Masyarakat dan Sejarah, (Terj.) M. Hashem, (Bandung: Mizan, 1986), cet. 1,
15.
14
Abdul Syani, Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), 25.
15
Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran; Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung:
Mizan, 2014), 50.
16
Asy'ari, 1993

6
variabel), bergantung pada faktor-faktor perangsang, cara belajar, perangkat dan keadaan jiwa
atau suasana hati dan faktor-faktor motivasional. Untuk itu persepsi mengenai dunia oleh
pribadi-pribadi yang berbeda, karena setiap individu menanggapinya berkenaan dengan
aspek-aspek situasi yang mengundang arti khusus sekali dengan dirinya. 17
Sedangkan desa pada masa sekarang tentu jauh berbeda dengan kondisi pada masa
lalu. Desa menurut Wijaja[45] diartikan sebagai suatu wilayah yang merupakan satu kesatuan
masyarakat hukum pada batas-batas wilayah yang mempunyai wewenang untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat yang dimana corak masyarakatnya ditandai
dengan kebersamaan dan keramahtamahan. Selain itu bisa disimpulkan juga bahwa pedesaan
adalah sebuah lingkungan yang khas memiliki otonomi dan kewenangan dalam mengatur
kepentingan masyarakat yang memiliki kultur serta berbagai kearifan lokal yang khas serta
lingkungan yang masih alami dan kondusif yang banyak berpengaruh terhadap karakter
masyarakat di pedesaan.
2) Konsep Masyarakat Perkotaan
Masyarakat kota adalah suatu kelompok teritorial di mana hidup penduduknya
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sepenuhnya, dan juga merupakan suatu kelompok
terorganisasi yang tinggal secara kompak di wilayah interkomuniti. Masyarakat perkotaan
sering tertentu dan memiliki derajat yang tinggi disebut urban community. Ada beberapa ciri
yang menonjol pada masyarakat perkotaan, yaitu :
a. Kehidupan keagamaannya berkurang, kadangkala tidak memang kehidupan yang
cenderung kearah keduniaan saja.
b. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus berdantung pada
orang lain (Individualisme).
c. Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas- batas
yang nyata.
d. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh
warga kota.
e. Jalan kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatkan faktor waktu bagi warga kota,
sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, intuk dapat mengejar kebutuhan-
kebutuhan seorang individu.

B. Pengaruh Masyarakat Terhadap Kepribadian


Pengaruh masyarakat terhadap kepribadian seseorang sangatlah besar. Salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang adalah pergaulan. Pergaulan dapat
merubah tingkah laku remaja terhadap kepribadiannya. Pergaulan yang positif akan

17
Ardika Fateh Hukama, 2017. Persepsi Masyarakat Pedesaan Terhadap Pendidikan
Tinggi (Jurnal Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial, vol.4 no.1) hlm. 8-9

7
menciptakan kepribadian positif, begitu sebaliknya. Peran teman sebaya atau teman
sepermainan adalah membentuk kepribadian remaja yang kuat dan tangguh. Dukungan dari
teman akan menjadi acuan seseorang untuk bertindak. Dukungan yang harus diterima
hendaknya adalah dukungan yang baik, jika seseorang melakukan kejahatan seorang teman
harus mengingatkan. Disanalah tindakan-tindakan positif dari diri seseorang akan muncul.
Pengaruh lingkungan masyarakat terhadap kepribadian seseorang :
a. Pengaruh positif :
1. Cenderung suka menolong
2. Selalu bersikap sopan kepada orang yang lebih tua
3. Lebih ramah
4. Memiliki rasa empati yang lebih tinggi1
5. Saling menghargai
6. Mudah berinteraksi dengan seseorang.
7. Tidak suka mengambil yang bukan haknya
Pengaruh negative :
1. Cendurung suka mengabaikan
2. Cenderung kurang sopan
3. Tidak ramah
4. Tidak memiliki rasa empati
5. Tidak pemah menghargai seseorang
6. Cenderung tertutup
7. Suka mengambil yang bukan haknya
8. Dan kenalakan remaja pun sering terjadi

8
BAB III INSTITUSI PENDIDIKAN
A. Nilai Yang Dianut Pendidikan Modern
Pendidikan Modern adalah cara-cara belajar yang sesuai dengan tuntutan era
kekinian, untuk dapat dipersiapkan anak didik pada masanya. Teori pendidikan dan psikologi
modern merupakan hasil usaha manusia yang bersifat ilmiah berdasarkan penemuan,
percobaan serta pengalaman empiris yang mewujudkan nilai-nilai manusia yang dianut pada
suatu saat dan suatu tempat. Tentu saja sifatnya tidak mutlak karena sistem yang
terbentuknya bersifat relatif sehingga bisa saja teori ini berubah dalam perjalanannya. Apa
yang baik dan benar pada suatu waktu dan suatu tempat belum tentu benar pada waktu dan
tempat lain. Tapi bukan berarti kita tidak bisa sama sekali menengok teori atau metode
pendidikan dan pembelajaran yang berkembang pesat dalam psikologi Modern, oleh karena
Mengabaikan sama sekali temuan-temuan ilmiah membuat kita kehilangan kesempatan untuk
mengoptimalkan tugas kita sebagai orang tua. Tidak sedikit temuan-temuan ilmiah lebih
memudahkan kita menjalankan dalil-dalil wahyu (Quran dan Hadist). Kadang dalil wahyu
memberi panduan yang bersifat prinsip dan umum sehingga pengetahuan kita tentang
psikologi modern dapat memudahkan kita menerapkannya pada tingkat teknis dan
operasional..
Pada saat ini di mana arus informasi tidak dapat dibendung dan dihilangkan merambah
tanpa batas maka kita tidak dapat sepenuhnya terisolasi dari pengaruh perkembangan
teknologi dan informasi. Sehingga ada hal-hal yang bersifat global yang harus kita amati
aspek pengaruh perkembangannya dalam dunia pendidikan. Paradigma pembelajaran modern
mempunyai ciri-cirisebagai berikut:
1) Menanggapi peserta didik sebagai subyek bukan obyek.
2) Menggunakan pendekatan dan metode pembelajaran yang bervariatifdan eksploratif,
sehingga peserta didik lebih aktif.
3) Ikim belajar menyenangkan
4) Fungsi pendidik bergeser dari sebagai pemberi informasi menujusebagai fasilitator.
5) Materi yang dipelajari terkait dengan lingkungankehidupan pesertadidik, sehingga
dapat di manfaatkan untuk memecahkan masalah kehidupan.
6) Peserta didik terbiasa mencari informasi dari berbagai sumber.
7) Menggeser teaching menjadi learning.
Sedangkan konsep pendidikan modern, yaitu pendidikan yang menyentuh setiap aspek
kehidupan peserta didik, pendidikan merupakan proses belajar yang terus menerus,
pendidikan dipengaruhi oleh kondisi-kondisi dan pengalaman, baik di dalam maupun di luar
situasi sekolah. Pendidikan disyaratkan oleh kemampuan dan minat peserta didik, juga tepat
tidaknya situasi belajar dan efektif tidaknya cara mengajar. Serta Tujuan dari Pendidikan
Modern ialah untuk sebuah Pendidikan yang berlaku bagi hidup untuk menumbuhkan,
memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah
dicapai. Sehingga tidak terjadinya sebuah kegagalan yang di timbulkan oleh perubahan

9
Pendidikan Modern tersebut, guna melancarkan sistem Pendidikan Yang sedang berjalan di
Negara Kita.
Pandangan Al-Qur'an mengenai Pendidikan modern diantaranya dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1.Pandangan atau tinjauan Al-Qur’an tentang pendidikan Modern pada dasarnya sudah sesuai
dengan ajaran Islam, khususnya Al-Qur’an yang menjadi sumber hukum Islam.
2. Pandangan Al-Qur’an tentang pendidikan Modern meliputi kritik al-Qur’an terhadap
pendidikan modern, tujuan pendidikan Islam, dan penanggung jawab pendidikan Islam.
Dari beberapa karakteristik tersebut, diformulasikan dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan tafsir
sebagai dalil, bahwa konsep pendidikan modern ternyata selaras dengan ajaran-ajaran Islam
dalam mengatur tatanan hidup manusia di muka bumi ini, terutama sekali dalam konteks
pendidikan.
3. Kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. merupakan landasan
pokok agama Islam dalam semua sisi kehidupan umatnya. Al-Qur’an memberikan hujjah dan
bukti penjelasan tentang prinsip-prinsip Islam yang menjadi inti sari dakwah. Dengan redaksi
yang jelas dan akurat, memberi petunjuk kepada orang Islam tentang kekuasaan Allah, agar
manusia menjadi masyarakat yang ideal di dunia. Dengan pendidikan modern diharapkan
setiap individu atau kelompok bisa menerima dan menghargai setiap perbedaan, hidup
berdampingan dengan damai dan tenang walaupun berbeda-beda. Sehingga terbentuk sebuah
negara dan bangsa yang damai dan sejahtera18

B. Nilai Yang Dianut Pendidikan Pesantren


Dalam Islam, setiap sesuatu yang diciptakan Allah swt memiliki nilai yang baik atau
mulia, dan bermanfaat bagi umat manusia. Tidak ada satupun ciptaan Allah swt di dunia ini
yang tidak ada nilai atau tidak baik, semua itu tergantung kepada manusianya sendiri sebagai
‘immarah fil ard. Sebagaimana firman Allah swt. Dalam Q. S. Ali Imran ayat 191 :

َ‫علىَ ُجنُ ْوبِ ِه ْمَ َويَتَفَ َّك ُر ْونَ َ فِ ْي‬ َ ‫الَّ ِذيْنَ َ يَذْ ُك ُر ْونَ َ ه‬
َ ‫ّٰللاَ قِيَا ًماَ َّوقُعُ ْودًاَ َّو‬
َ‫سبْحن ََكَ فَ ِقنَا‬ ُ َ‫ًل‬ ِۚ ً ‫اط‬
ِ ‫تَ هذَاَ َب‬ َ ‫ضَ َربَّنَاَ َماَ َخلَ ْق‬ َ ْ ‫سموتَِ َو‬
ِۚ ِ ‫اْل ْر‬ َّ ‫قََال‬ِ ‫خ َْل‬
َ ١٩١َ‫ار‬ ِ َّ‫ابَالن‬َ َ ‫عذ‬ َ
Artinya : "(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya

18
Heru Suparman, 2018. Konsep Pendidikan Modern Dalam Perspektif Al-Qur’an dalam IQ : Jurnal
Pendidikan Islam vol. 1 no. 1 (hlm. 80). Jakarta : Pascasarjana Universitas Indraprasta

10
berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci
Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka”.19
Bentuk nilai-nilai pendidikan pesantren diantaranya :
1. Nilai pendidikan I'tiqadiyah.
2. Nilai Pendidikan Amaliyah.
3. Pendidikan Jana’iyah
4. Pendidikan murafa’at
5. Pendidikan dustuariyah
6. Pendidikan duwaliyah
7. Pendidikan Iqtisadiyah

C. Pengaruh Nilai Yang Dianut Pendidikan Modern Terhadap Kepribadian


Banyak sekali pengaruh yang ditimbulkan oleh nilai yang dianut pendidikan modern
terhadap kepribadian seseorang, diantaranya yaitu :
1. Banyak generasi muda saling melukai karena lemahnya kesadaran pada nilai-
nilai moral,
2. Peran sekolah sebagai pendidik nilai-nilai moral menjadi semakin penting
saat banyak diantara siswa memperoleh sedikit pengajaran moral dari
orangtua, masyarakat atau lembaga agama,
3. Secara umum masih banyak nilai moral yang dapat diterima masyarakat
seperti perhatian, kepercayaan, rasa hormat dan tanggung jawab.
4. Demokrasi mempunyai kebutuhan khusus untuk pendidikan moral karena
demokrasi mrupakan aturan dari, untuk dan oleh rakyat.
5. Komitmen pada pendidikan karakter penting manakala kita mau untuk terus
menjadi guru yang baik.
6. Pendidikan karakter yang efektif membuat sekolah lebih peduli terhadap
lingkungan dan mengacu performa peningkatan akademik.

D. Pengaruh Nilai Yang Dianut Pendidikan Pesantren Terhadap Kepribadian


Sebagai sebuah sistem kehidupan yang unik, pesantren memiliki pola kehidupan yang
berbeda dari pola kehidupan masyarakat pada umumnya. Pola kehidupan di pesantren
terbentuk secara alamiah melalui proses penanaman nilai-nilai lengkap dengan simbol-
simbolnya, adanya daya tarik ke luar, serta berkembangnya suatu proses pengaruh-
mempengaruhi dengan ma syarakat di luarnya. Sebagaimana dapat diperlihatkan dari
gambaran lahiriahnya, simbol fisik pesantren yang terdiri atas masjid, pondok, dan rumah
tinggal kiai, memperlihatkan pola kehidupan yang khas sebagai komunitas beragama yang
beranggotakan para santri dengan kiai sebagai pemimpin utamanya. 20

19
Q. S. Ali Imran (3) ayat 191, Al-Qur'an kementrian agama RI
20
Muhtadi, 2004 : hlm.82

11
Dalam perjalanannya, lembaga pesantren selalu mengalami dinamika yang tidak pernah
berhenti, sejalan dengan perubahan sosial yang terjadi. Usia pondok pesantren telah mencapai
300-400 tahun yang lalu, ketika untuk kali pertama didirikan oleh Syekh Maulana Malik
Ibrahim atau Syekh Maulana Maghribi (w. 12 Rabiul Awwal 822 H/8 April 1419). Beliau
mendirikan pondok pesantren di Jawa pada tahun 1399 M untuk menyebarkan Islam. 21
Sebagai sumbu utama dari dinamika sosial, budaya dan keagamaan masyarakat Islam
tradisional, pesantren telah membentuk suatu subkultur yang secara sosio-antropologis bisa
dikatakan sebagai masyarakat pesantren. Hal ini diperlihatkan pada dua fungsi utama yang
dimiliki pesantren, yakni sebagai lembaga pendidikan yang meniscayakan sebuah sistem
pendidikan dan pola belajar-mengajar yang khas ala pesantren. Di samping itu, pesantren
berfungsi juga sebagai lembaga dakwah, yang senantiasa melakukan internalisasi nilai-nilai
Islam di tengah masyarakat pesantren sendiri dan masyarakat umum.22 Martin van Bruinessen
menyebut tradisi pondok pesantren sebagai salah satu tradisi agung (great tradition) di
Indonesia dalam bidang pengajaran Islam di Indonesia yang bertujuan untuk
mentransmisikan Islam tradisional. 23
Adapun dampak pendidikan pesantren dalam pembentukan kepribadian santri
sebagai berikut:
1) Kognitif merupakan bertujuan meningkatkan pengetahuan keagamaan. Tiap santri
diwajibkan meniru aktivitas pesantren diluar jam, dengan demikian itu pengetahuan santri
perihal keagamaan kian mendalam.
2) Afektif merupakan pembinaan sikap, pesantren ditujukan untuk mendapatkan pengetahuan
santri tentang keagamaan yang sudah didapatkan di pesantren, kecuali itu juga bertujuan
untuk membina sikap santri supaya pantas dengan ajaran agama Islam.
3) Psikomotorik merupakan bertujuan menyusun tingkah laku agamis menurut ajaran agama
Islam.
Menurut penjelasan diatas, karenanya penulis beranggapan bahwa pendidikan
pesantren memiliki dampak dalam pembentukan karakter santri. Dampak dalam hal ini ada
dua yaitu dampak positif dan dampak negatif kepada tingkah laku yang diharapkan. hal ini
tergantung pada masing-masing individu dalam mencontoh pendidikan pesantren itu,
disamping itu peranan ustadz seharusnya senantiasa memberikan dorongan yang posisitif
kepada tingkah laku santrinya dan sebagai pengajar/ustadz seharusnya dapat menjadi contoh
dalam kehidupan sehari-hari.

21
Bull, 1997 : hlm. 80
22
Whasfi Velasufah, Adib Rifqy Setiawan, 2020. Nilai Pesantren Sebagai Dasar Pendidikan Karakter
23
van Bruinessen, 1995, hlm. 17

12
BAB IV ADAT-TRADISI
A. Konsep Adat
Upaya manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya tentu mengandalkan
kemampuan manusia sendiri untuk menjadikan alam sebagai obyek yang dapat dikelola
untuk memenuhi kebuthan hidupnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebudayaaan tersebut
lahir sesungguhnya diakibatkan oleh keinginan manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, dalam bentuk tingkah laku, pola hidup, perekonomian, pertanian, sistem
kekerabatan, stratifikasi sosial, religi, mitos, dan sebagainya. Semua aspek tersebut yang
kemudian harus dipenuhi oleh manusia dalam kehidupannya yang sekaligus secara
spontanitas akan melahirkan kebudayaan atau tradisi. Adat istiadat biasanya dipakai sebagai
tindakan atau tingkah laku yang berdasarkan pada nila-nilai agama, sedangkan ritual atau
tradisi adalah tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh
sekelompok masyarakat.
Dalam konteks Islam menyandarkan adat, tradisi atau ritual sebagai sumber hukum Islam
selaras dengan ketentuan yang menurut Ahmad Azhar Basyir meliputi:
1. Dapat diterima dengan kemantapan oleh masyarakat berdasarkan pada pertimbangan
akal sehat dan sejalan dengan tuntutan watak pembaruan manusia;
2. Menjadi kemantapan umum dalam masyarakat dan dijalankan secara terus menerus;
3. Tidak bertentangan dengan al-Qur'an dan sunnah;
4. Benar-benar telah ada pada saat hukum-hukum ijtihadiyah dibentuk;
5. Dirasakan oleh masyarakat karena mempunyai ketentuan yang mengikat,
mengharuskan ditaati dan mempunyai akibat hukum.24
Adat merupakan tata tertib dalam kehidupan yang mencakup disegala aspek yang telah diatur
oleh adat seperti bertani, berternak, bertingkah laku, bergaul dan sebagainya. Itu semua ada
aturan dalam adat.Selagi adat tersebut 35 tidak bertentangan dengan ajaran Islam. 25
Pendidikan adat lahir dari wilayah adat dan para leluhur. Ia khas di setiap bangsa adat karena
berakar dari kehidupan dan kebudayaan setiap masyarakat adat di wilayah adat mereka.
Pendidikan adat adalah kunci agar anak-anak dan pemuda-pemudi adat tetap bertumpu pada
kebudayaan mereka yang khas. Ada kecenderungan yang berkembang di Indonesia dan di
banyak negara lain mengenai pemerdekaan sistem pendidikan, dan pembangunan kembali
struktur pendidikan yang memungkinkan pengetahuan, bahasa, dan semesta adat menjadi
jantung pengalaman pendidikan mereka sendiri. Intinya, pendidikan adat mencakup sistem
pembelajaran tradisional, filosofi, dan metodologi, yang menjamin penerusan pengetahuan
dan praktik adat dari generasi ke generasi.

24
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Adat Bagi Umat Islam (Yogyakarta: Fakultas UII, 9931), hlm. 30
Sanuri Majana, "Perkawinan Beleket menurut Adat Rejang di Rejang Lebong ditinjau dari Hukum
Islam." QIYAS Vol. 2, no. 1 (2017).

13
B. Pengaruh Adat – Tradisi Terhadap Pembentukan Kepribadian
Berbicara mengenai kepribadian dan adat-tradiai, tidak terlepas dari hubungan antara
masyarakat dan kebudayaan. Masyarakat dan kebudayaan merupakan perwujudan atau
abstraksi perilaku manusia. Kepribadian mewujudkan perilaku manusia. Perilaku manusia
dapat dibedakan dengan kepribadiannya, karena kepribadian merupakan latar belakang
perilaku yang ada dalam diri seorang individu. Kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan,
sikap, dan lain-lain sifat ynag khas dimiliki seseorang yang berkembang apabila orang tadi
berhubungan dengan orang lain. Kepribadian sebenarnya merupakan organisasi faktor-faktor
biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku individu. Faktor-faktor tersebut
mempengaruhi suatu individu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam menelaah pengaruh adat dan tradisi terhadap kepribadian, sebaiknya dibatasi pada
bagian kebudayaan yang secara langsung mempengaruhi kepribadian. Berikut tipe-tipe
kebudayaan khusus yang nyata mempengaruhi bentuk kepribadian yakni:
1. Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar factor kedaerahan. Di sini dijumpai
kepribadian yang saling berbeda antara individu- individu yang merupakan anggota
anggota suatu masyarakat tertentu, karena masing-masing tinggal di daerah yang
tidak sama dan dengan kebudayaan-kebudayaan khusus yang tidak sama pula.
Contoh adat-istiadat melamar mempelai di Minangkabau berbeda dengan adat-
istiadat melamar mempelai di Lampung.
2. Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda (urban dan rural ways of life). Contoh
perbedaan antara anak yang dibesarkan di kota dengan seorang anak yang dibesarkan
di desa. Anak kota terlihat lebih berani untuk menonjolkan diri di antara teman-
temannya dan sikapnya lebih terbuka untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
sosial dan kebudayaan tertentu. Sedangkan seorang anak yang dibesarkan di desa
lebih mempunyai sikap percaya diri sendiri dan lebih banyak mempunyai sikap
menilai (sense of value).
3. Kebudayaan khusus kelas sosial. Di dalam setiap masyarakat akan dijumpai lapisan
sosial karena setiap masyarakat mempunyai sikap menghargai yang tertentu pula.
4. Kebudayaan khusus atas asar agama. Agama juga mempunyai pengaruh besar di
dalam membentuk kepribadian seorang individu. Bahkan adanya berbagai madzhab
di dalam satu agama pun melahirkan kepribadian yang berbeda-beda pula di kalangan
umatnya.
5. Kebudayaan berdasarkan profesi. Pekerjaan atau keahlian juga memberi pengaruh
besar pada kepribadian seseorang. Kepribadian seorang dokter, misalnya, berbeda
dengan kepribadian seorang pengacara, dan itu semua berpengaruh pada suasana
kekeluargaan dan cara-cara mereka bergaul.
Kepribadian suatu individu masyarakat, walaupun berbeda-beda distimulasi dan
pengaruhi oleh nilai dan norma dalam sistem budaya serta sistem sosial yang diinternalisasi.
Hal ini dipengaruhi oleh proses sosialisasi dan proses pembudayaan selama hidup sejak masa
kecilnya sampai tua. Pembentukan watak banyak dipengaruhi oleh pengalamannya ketika
sebagai anak-anak yang berada dalam asuhan dan orang terdekat di lingkungannya. Suatu

14
kebudayaan sering memancarkan suatu watak khas tertentu yang tampak dari luar yang akan
terlihat oleh orang asing.

15
BAB V PEMBAHASAN
A. Keluarga
Konsep pendidikan keluarga menurut kyai Khariri Shofa adalah usaha yang dilakukan
oleh orang tua untuk membimbing dan mengarahkan anak-anaknya supaya menjadi anak
yang shaleh shalehah, pintar, baik dan bermanfaat bagi orang lain. Di dalam lingkungan suatu
keluarga dimana anak-anak berinteraksi baik dengan kedua orang tuanya beserta segenap
anggota keluarga lainnya, maka mereka dengan sendirinya akan dengan mudah memperoleh
sentuhan pendidikan formal berupa pembentukan pembiasaan-pembiasaan seperti cara
makan, tidur, bangun pagi, berpakaian, sopan santun dan sebagainya. Demikian pula halnya
dengan pendidikan informal di dalam keluarga akan banyak mmembant meletakkan dasar-
dasar pembentukan kepribadian anak. Faktor yang mempengaruhi kepribadian yaitu :
1. Faktor Genetik merupakan bawaan anak dari orang tuanya. Pengaruh ini bisa
bermacam-macam yang merupakan sifat dasar bawaan, seperti contoh pemarah,
penyabar, santun, nakal, keras kepala, kuat, dan lain sebagainya yang sangat
berengaruh cepat atau lambatnya pembentukan kepribadian seseorang.
2. Faktor keluarga pengaruh dalam membentuk kepribadian sangatlah besar dan ada
beberapa ranah yang terdiri dari fase embrio, fase bayi, fase anak, dan fase dewasa.
3. Faktor lingkungan yaitu lingkungan sekitar yang terdiri dari teman bermain, tetangga,
dan juga lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan ini ada yang langsung
memberi warna dan pengaruh yang kental, ada juga yang sekedar menyajikan disiplin
ilmu tertentu.
Anak dapat belajar kepribadian dengan efektif melalui:
1) Setiap anak akan belajar kepribadian terbaik pada situasi kongkrit yang melibatkan
kegiatan fisik atau aktif dan kesepakatan untuk menemukan faktor-faktor sendiri.
2) Daya serap akan meningkat jika konsep disajikan dalam konteks yang akrab dengan
anak.
3) Anak belajar kepribadian lebih baik jika diberikan contoh yang konkrit, ada
tantangan, dapat dirasakan oleh indera dan pengalaman langsung.
Keluarga merupakan suatu lembaga pendidikan yang pertama dan utama, yang sangat
menentukan akan masa depan suatu kehidupan keluarga. Merupakan suatu wadah dan tempat
untuk tumbuh dan berkembangnya anak-anak (keluarga) secara keseluruhan. Dengan
demikian keluarga berarti mempunyai peranan yang sangat besar dalam membentuk jiwa dan
kepribadian seorang anak, karena baik buruknya pribadi dan jiwa anak sangat tergantung dari
keluarga atau kedua orang tuanya. Kepribadian merupakan suatu sifat yang menjadikannya
sebagai ciri tersendiri dari orang lain yang tercerminkan dari tingkah laku, cara berbicara,
cara berfikir, dan lain-lain. Kepribadian juga dapat disebut dengan watak atau karakter untuk
menciptakan kepribadian seseorang. Dalam pembentukan pribadi anak pembiasaan dan
latihan sangat penting, karena pembiasaan dan latihan itu akan memasukkan unsur-unsur
positif dalam pribadi anak yang sedang tumbuh.Semakin banyak pengalaman dan latihan
yang diperolehnya melalui pembiasaan itu.

16
B. Masyarakat
Masyarakat merupakan sekumpulan individu-individuyang kecil atau besar. terikat
pada satuan adat istiadat, kebaiasaan atau hukum, dan hidup dalam kebersamaan. Demikian
satu contoh dari beraneka macam definisinya. Ada banyak kata yang tertulis dalam Al-Quran
yang menunjukan kepada masyarakat. Antara lain: qawm, ummah, syu'ub, dan qabail. Selain
itu, Al-Quran juga memperkenalkan kepada masyarakat dengan sifat-sifat tertentu, seperti al-
mala, al-mustakbirun, al-mustadh 'afun, dan lain- lain.
Manusia adalah "makhluk sosial". Ayat kedua dari wahyu pertama yang diterima Nabi
Muhammad Saw., dapat dipahami sebagai salah satu ayat yang menjelaskan hal
tersebut.Dalam Qs. Al-Alq ayat 2 bukan saja diartikan sebagai "menciptakan manusia dari
segumpal darah" atau "sesuatu yang berdempet di dinding rahim", tetapi juga dapat dipahami
sebagai "diciptakan dinding dalam keadaan selalu bergantung kepada pihak lain atau tidak
dapat hidup sendiri."Ayat Qur'an yang lain pada konteks ini yaitu surat Al-Hujurat ayat 13.

َ‫شعُ ْوبًا َّوقَ َب ۤا ِٕى َل‬


ُ ‫ى َو َج َع ْلن ُك َْم‬ َ ‫ن ذَ َكرَ َّوا ُ ْنث‬َْ ‫اس اِنَّا َخلَ ْقن ُك َْم ِم‬ َُ َّ‫يٰٓا َ ُّي َها الن‬
١٣ َ‫ع ِليْمَ َخ ِبيْر‬ َ ‫ّٰللا‬
ََ‫ِن ه‬ َِ‫ِن اَ ْك َر َم ُك َْم ِع ْن َدَ ه‬
ََّ ‫ّٰللا اَتْقى ُك َْم ۚا‬ َ ِۚ ‫ارفُ ْوا‬
ََّ ‫ۚ ا‬ َ ‫ِلتَ َع‬
Artinya: "Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal".
Pada ayat tersebut dengan tegas menyatakan bahwa manusia Allah ciptakan dua jenis yaitu
laki-laki dan perempuan, terdiri dari banya macam suku dan bangsa, suapaya saling
mengenal. Sesungguhnya dapat dikatakan sebagaimana dalam Al-Quran, manusia secara
fitrah merupakan makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat merupakan kepastian bagi
mereka.
Berdasarkan tantangan yang akan dihadapi didalam masyarakat terutama peran
pendidikan agama Islam dan peran Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003, maka
bentuk peran serta masyarakat dalam rangka ikut serta meningkatkan pembelajaran
pendidikan agama Islam yaitu:
1. Revitalisasi serta reorientasi didalam pendidikan kelslaman terutama pada keluarga
dan anggota keluarga merupakan bagian tak terpisakan dari individu-individu
masyarakat, serta memiliki peranan dalam masyarakat yang strategis didalam
memberikan dorongan terhadap pendidikan agama Islam. Tanggung jawab kedua
orang tua sangatlah penting keberlangsungan pendidikan terutama dalam bidang
pendidikan keagamaan terhadap semua anggota keluarga dan akan memberikan

17
dampak yang sangat nyata dalam peran meningkatan pendidikan agama dengan
memberi contoh atau uswah yang baik terutama berperilaku keagamaan di dalam
keluarga, akan menjadi lebih efektif pada proses tercapainya tujuan pendidikan
kelslaman yaitu untuk menjadi pribadi yang paripurna.Peranan pada keluarga yang
berperan sebagai pendidikan pertama dan utama, adalah peranan yang sangat nyata
bagi anggota masyarakat untuk mengembalikan fungsinya sebagai "madrosatul ula".
Fungsi-fungsi di dalam setiap anggota keluarga tersebut harus kembali mendapatkan
penguatan, baik itu sebagai ayah, sebagai ibu maupun sebagai anak, yang merupakan
suatu bagian lingkungan terkecil di masyarakat.
2. Penguatan Learning Society.
Salah satu tempat yang potensial pada penguatan learning society yaitu
memfungsikan Masjid, Musholla, atau Langgar dan lembaga-lembaga non formal
lainnya. Setiap RW memiliki Masjid atau Musholla, yang secara umum mempunyai
jama’ah masing-masing (yang terdiri dari anggota masyarakat). Pada kontek ini
tempat ibadah seperti Masjid juga telah berfungsi sebagai tempat pembelajaran
masyarakat digunakan untuk dapat meningkatkan pengetahuan keislaman. Pusat-
pusat pembelajaran di dalam masyarakat masalah agama telah berlangsung di Masjid
sejak berabad-abad lalu sampai dengan sekarang. Namun pada era teknologi
informasi ini meng-hegemony hampir diseluruh lapisan kehidupan didunia, maka
tradisi belajar membaca Al-Quran di masjid, musholla dan langgar pada pada waktu
itu berkurang. Jutaan orang masyarakat yang muslim dulu biasa belajar
keagamaansetelah shalat magrib sampai shalat Isya. Sekarang sudah beralih ke depan
TV, menonton film, sinetron dan atau keliling ke Mall. Selain itu untuk
meminimalisir distorsi pemahaman agama pada masyarakat, dapat dipelopori dan
dimulai dari gerakan acara di TV dan serta internet sehat, dll.
3. Berpartsipasi aktif dalam Komite Madrasah/Sekolah Salah satu dari sarana untuk ikut
berperan serta di dalam meningkatkan suatu kualitas pendidikan agama adalah
masyarakat yang juga dapat ikut berperan aktif di Komite Sekolah/Madrasah
sebagaimana yang diatur di dalam pasal 56 UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 bahwa
masyarakat inga danat ikut berneran aktif dalam peningkatan mutu pelayanan
pendidikan yang meliputi yaitu perencanaan, pengawasan dan evaluasi terhadap
program pendidikan. Termasuk yang di dalamnya bidang pendidikan agama
(Maujud, 2017).
4. Mendorong dan mendukung dalam semua program Pendidikan Agama di sekolah
5. Mendirikan lembaga pendidikan agama yang berbasis mutu Suatu lembaga
pendidikan keagamaan secara umum masih tetap dianggap lembaga pendidikan
nomor dua jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah umum lainnya. Masalah ini
juga yang dapat menjadikanperhatian para pengamat pendidikan Islam, maka wujud
nyata peran serta dalam masyarakat sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas mutu
pendidikan keagamaan yaitu mendirikan serta mengembangkan lembaga-lembaga
keagamaan yang bersifat nonforman berbasis mutu keislaman.

18
C. Institusi Pendidikan
Eksistensi lembaga pendidikan silam di Indonesia terutama dalam bentuk pesantren
telah cukup tua, seiring dengan keberadaan para penyebar Islam. Lebaga tersebut mengalami
berbagai perkembangan dengan berdirinya madrasah, sekolah umum, perguruan tinggi, dan
lembaga kursus serta pelayanan umat. Masing-masing lembaga tersebut semakin
berkembang, setidaknya secara kuantitatif. Jumlah lembaga-lembaga itu senantiasa
bertambah dari tahun ke tahun dan tersebar di seluruh Indonesia. Sayangnya, secara kualitatif
masih menghadapi berbagai problem yang serius walaupun sedang berusaha untuk diatasi,
baik problem yang bersifat internal maupun eksternal.
Pada dasarnya pendidikan Islam dalam berbagai tingkatannya, mempunyai kedudukan
yang sangat penting dalam sistem pendidikan nasional. Kedudukan ini semakin mantap
setelah disyahkan dan diberlakukannya Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nsional pada tanggal 11 juni 2003. Dengan Undang-Undang tersebut
posisi pendidikan Islam sebagai sub sistem pendidikan nasional semakin mantap, baik pada
lembaga pendidikan umum maupun keagamaan. Diberlakukannya Undang-Undang tersebut
membawa harapan tersendiri bagi peningkatan kualitas pendidikan Islam. Undang-undang
tersebut membuka peluang yang sangat luas bagi pengembangan pendidikan Islam menjadi
lebih maju yang secara konseptual merupakan titik baik pencerahan dalam mengembangkan,
memberdayakan serta meningkatkan sistem pendidikan Islam di Indonesia.
Tetapi pada kenyataannya, pendidikan Islam di Indonesia selalu menempati posisi yang
tidak menggembirakan. Ia menjadi pilihan kedua setelah lembaga pendidikan lain, sehingga
kualitas input yang masuk ke lembaga pendidikan Islam tidak sangat tinggi. penyebab
rendahnya kualitas pendidikan Islam tentu sangat kompleks. Rendahnya kualitas input
menyebabkan kualitas pendidikan menjadi rendah, sebaliknya rendahnya kualitas pendidikan
Islam menyebabkan animo masyarakat rendah. Rendahnya animo masyarakat menyebabkan
kualitas input rendah, karena rasio pendaftar dan yang diterima juga rendah.
Saat ini, tidak dapat dinafikan bahwa masih banyak lembaga-lembaga pendidikan Islam yang
masih jauh tertinggal. Indikasi seperti ini dapat ditelaah dari penuturan Abd. Rahman Assegaf
yang menyatakan bahwa realitas pendidikan Islam saat ini dapat dibilang telah mengalami
intellectual dedalock. Adapun indikasi-indikasi gejala tersebut di antaranya adalah, pertama,
minimnya upaya pembaharuan dan kalau ada masih jauh tertinggal oleh perubahan sosial,
politik, dan kemajuan iptek. Hal ini terbukti dari ketidakberdayaan kurikulum yang
digunakan lembaga pendidikan Islam dalam mengantisipasi perubahan global.
Kedua, praktik pendidikan Islam selama ini masih memelihara budaya lama yang tidak
bayak melakukan pemikiran kreatif, inovatif dan kritis terhadap isu-isu aktual sehinggga
ilmu-ilmu yang dipelajari dalam pendidikan Islam berupa ilmu-ilmu klasik, sementara ilmu-
ilmu modern nyaris tak tersentuh sama sekali. Ketiga, model pembelajaran yang masih
menekankan pada pendekatan intelektualisme-verbalistik dan menegasikan pentingnya
interaksi edukatif dan komunikasi humanistik antara guru dengan murid. Keempat, orientasi
pendidikan Islam lebih menitikberatkan pada pembentukan manusia sebagai hamba Allah

19
dari pada fitrah manusia sebagai khalifah di bumi. Konsekuensinya, pendidikan Islam lebih
berperan dalam peningkatan daya spiritual atau teo-sentris semata. Oleh karena itu, ilmu –
ilmu yang dikembangkan sebatas religion sciences, atau kalau menurut al –Faruqi
menyebutnya sebagai relevaled knowledge (ilmu-ilmu yang diwahukan). Sementara itu ilmi-
ilmu modern yang termasuk dalam aquired knowledge (ilmu-ilmu yang diperoleh), seperti
natural sciences, social sciences dan humaniora dikesampingkan atau kalaupun
dikembangkan berakhir dengan dikotomi ilmu.
D. Adat dan Tradisi
Dalam konteks Islam menyandarkan adat, tradisi atau ritual sebagai sumber hukum
Islam selaras dengan ketentuan yang menurut Ahmad Azhar Basyir meliputi:1) Dapat
diterima dengan kemantapan oleh masyarakat berdasarkan pada pertimbangan akal sehat dan
sejalan dengan tuntutan watak pembaruan manusia; 2) Menjadi kemantapan umum dalam
masyarakat dan dijalankan secara terus menerus; 3) Tidak bertentangan dengan al-Qur'an dan
sunnah; 4) Benar-benar telah ada pada saat hukum-hukum ijtihadiyah dibentuk; 5) Dirasakan
oleh masyarakat karena mempunyai ketentuan yang mengikat, mengharuskan ditaati dan
mempunyai akibat hukum.
Adat, tradisi dan ritualitas yang ada dalam masyarakat tertentu di atur bagaimana
manusia berhubungan dengan manusia lain atau satu kelompok dengan kelompok lain,
bagaimana manusia bertindak terhadap lingkungannya dan bagaimana manusia berprilaku
terhadap alam yang lain. la berkembang menjadi suatu sistem yang memiliki pola dan norma
sekaligus mengatur penggunaan sanksi dan ancaman terhadap pelanggaran dan
penyimpangan.
Salah satu kegiatan yang dilakukan seseorang yang akhirnya menjadi kebiasaan yang
telah melewati proses yang cukup lama yaitu dari nenek moyang sampai sekarang, sehingga
tradisipun mengalami beberapa perubahan dalam melalui proses tersebut. Tradisi yang
merupakan sebuah kebiasaan, memberikan sebuah pengaruh yang cukup kuat bagi perilaku
seseorang sehari-hari karena tradisi memiliki lingkup yang sempit dan biasanya berasal dari
lingkungan sekitar.

20
DAFTAR PUSTAKA
Murdianto, 2018. Mengurai Eksistensi Lingkungan Pendidikan Islam Perspektif Sosiologis,
Sangkep : Jurnal Kajian Sosial Keagamaan volume 1 (hlm. 86). Nusa Tenggara Barat :
Universitas Negeri Mataram
Murthada Muthahhari, Masyarakat dan Sejarah, (Terj.) M. Hashem, (Bandung: Mizan, 1986),
cet. 1, 15.
Abdul Syani, Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm.
25
Abdul Matin bin Salman, 2017, Hadis-Hadis Tentang Setiap Anak Dilahirkan Dalam
Keadaan Fitrah, (Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Surakarta)
Al-Qur’an Kementrian Agama RI, Q. S. At-Tahrim (66) ayat 6
Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran; Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan Umat
(Bandung: Mizan, 2014), 50.
Ardika Fateh Hukama, 2017. Persepsi Masyarakat Pedesaan Terhadap Pendidikan Tinggi
(Jurnal Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial, vol.4 no.1) hlm. 8-9
Heru Suparman, 2018. Konsep Pendidikan Modern Dalam Perspektif Al-Qur’an dalam IQ :
Jurnal Pendidikan Islam vol. 1 no. 1 (hlm. 80). Jakarta : Pascasarjana Universitas Indraprasta
Q. S. Ali Imran (3) ayat 191, Al-Qur’an kementrian agama RI

21

Anda mungkin juga menyukai