Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Progesivisme dan Pragmatisme

Diajukan untuk memenuhi tugas


Mata kuliah : Filsafat Pendididkan Islam
Dosen pengampu : H. Iwan, M.Ag

Disusun Oleh :

Riana : 2108101128

Eka Eliya : 2108101121

E.Ade Saputra : 2108101133

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, atas terselesaikan makalah ini. Tak lupa sholawat serta salam
tetap tercurahkan kepada junjungan kita Baginda Nabi Muhammad SAW. Beserta
seluruh keluarga, para sahabat, dan para pengikut beliau yang setia hingga akhir
zaman.

Alhamdulillah wa Syukurillah atas berkat Rahmat, Inayah dan Hidayah-


Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah Filsafat Pendidikan Islam dengan
tema " Progresivisme dan Pragmatisme". Dengan terselesaikannya pembuatan
makalah ini tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak H. Iwan,M.Ag
selaku dosen yang telah memberikan pengarahan dan koreksi sehingga makalah
ini dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan. Kami juga sangat
berterimakasih kepada teman-teman kelas yang telah berpartisipasi dan
memberikan motivasinya hingga terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari selaku manusia biasa yang tak luput dari kesalahan,
karena memang salah datangnya dari saya manusia dan kebenaran hanya milik-
Nya Allah SWT. Maka dari itu kami sangat mohon maaf apabila ada kekurangan
dalam makalah ini, kami juga menerima apabila ada kritik dan saran dari bapak
dan teman – teman . Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Aamiin aamiin yaa Robbal `Alamiin

Cirebon, 25 febuari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4
Latar Belakang................................................................................................................. 4
Rumusan Masalah ........................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 6
Pengertian Progresivisme ............................................................................................... 6
Sejarah Progresivisme ..................................................................................................... 7
Aliran Progresivisme Dalam Pendidikan Di Indonesia .................................................... 8
Pengertian Filsafat Pragmatisme .................................................................................. 10
Sejarah Pragmatisme .................................................................................................... 11
Tokoh – Tokoh Pragmatisme ........................................................................................ 12
PENUTUP ........................................................................................................................... 14
Kesimpulan.................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai hasil dari pemikiran para filsuf, filsafat telah melahirkan
berbagai macam pandangan dan aliran yang berbeda-beda. Pandangan-
pandangan filsuf itu ada kalanya saling menguatkan dan ada juga yang
saling berlawanan. Hal ini antara lain disebabkan oleh pendekatan yang
mereka pakai juga berbeda-beda walaupun untuk objek dan masalah yang
sama. Karena perbedaan dalam pendekatan itu, maka kesimpulan yang
didapat juga akan berbeda. Perbedaan pandangan filsafat tersebut juga
terjadi dalam pemikiran filsafat pendidikan, sehingga muncul aliran-aliran
filsafat pendidikan.
Filsafat diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan
dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin
melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi
peserta didik baik potensi fisik, potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar
potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.
Dalam pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan
bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan, organis,
harmonis, dinamis guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi
mengenai masalah-masalah pendidikan. Ada beberapa aliran filsafat
pendidikan, dan yang akan penulis uraikandisini adalah filsafat pendidikan
progresivisme. Dalam pandangannya progresivisme berpendapat tidak ada
teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat
dinamis dan temporal, menyela tidak pernah sampai pada yang paling
ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus
karena adanya pengalaman - pengalaman baru antara individu dengan
nilai yang telah tersimpan dalam kebudayaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian Progresivisme ?
2. Bagaimana Sejarah Progresivisme ?
3. Bagaimana Progresivisme dalam Pendidikan di Indonesia ?
4. Apa pengertian Pragmatisme ?
5. Bagaimana Sejarah Pragmatisme ?
6. Siapa Tokoh-tokoh Pragmatisme ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Progresivisme
Menurut bahasa istilah progresivisme berasal dari kata progresif
yang artinya bergerak maju. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
disebutkan bahwa kata progresif diartikan sebagai ke arah kemajuan;
berhaluan ke arah perbaikan sekarang; dan bertingkat-tingkat naik. Dengan
demikian, secara singkat progresif dapat dimaknai sebagai suatu gerakan
perubahan menuju perbaikan. Sering pula istilah progresivisme dikaitkan
dengan kata progres, yaitu kemajuan. Artinya progesivisme merupakan
salah satu aliran yang menghendaki suatu kemajuan, yang mana kemajuan
ini akan membawa sebuah perubahan. Pendapat lain menyebutkan bahwa
progresivisme sebuah aliran yang mengingikan kemajuan-kemajuan secara
cepat.
Menurut Gutek (1974:138) progresivisme modern menekankan
pada konsep progress yang menyatakan bahwa manusia memiliki
kemampuan untuk mengembangkan dan menyempurnakan lingkungannya
dengan menerapkan kecerdasan yang dimilikinya dan metode ilmiah untuk
menyelesaikan permasalahan yang timbul baik dalam kehidupan personal
manusia itu sendiri maupun kehidupan sosial. Dalam konteks ini,
pendidikan akan dapat berhasil manakala mampu melibatkan secara aktif
peserta didik dalam pembelajaran, sehingga mereka mendapatkan banyak
pengalaman untuk bekal kehidupannya.
Berkaitan dengan pengertian tersebut, progresivisme selalu
dihubungkan dengan istilah the liberal road to cultural, yakni liberal
bersifat fleksibel (lentur dan idak kaku), toleran dan bersikap terbuka,
sering ingin mengetahui dan menyelidiki demi pengembangan pengelaman
(Djumransjah, 2006:176). Maksudnya aliran progresivisme sangat
menghargai kemampuan-kemampuan seseorang dalam upaya pemecahan
masalah melalui pengamalaman yang dimiliki oleh masing-masing
individu.

B. Sejarah Progresivisme
Awal mula lahirnya aliran progresivisme ialah dilatar belakangi
ketidak puasan terhadap pelaksanaan pendidikan yang sangat tradisional,
cenderung otoriter dan peserta didik hanya dijadikan sebagai objek
pembelajaran. Menurut Gutek (1974:139) Aliran ini berakar dari semangat
pembaharuan sosial pada awal abad ke 20 yakni gerakan pembaharuan
politik Amerika. Adapun aliran progresif pendidikan Amerika mengacu
pada pembaharuan pendidikan di Eropa barat.
Pendapat lain menyebutkan bahwa aliran progresivisme secara
historis telah muncul pada abad ke-19, namun perkembangannya secara
pesat baru terlihat pada awal abad ke-20, khususnya di negara Amerika
Serikat Kedua pendapat tersebut meskipun sedikit berbeda pandangan,
namun dapat ditarik benang merahnya yaitu perkembangan aliran
progresivisme ini secara pesat terjadi pada abad ke-20.
Menurut sejarah munculnya aliran progresivisme ini sangat
dipengaruhi oleh tokoh-tokoh filsafat pragmatisme sebagaima telah
disebutkan di atas, seperti Charles S. Peirce, William James dan John
Dewey, serta aliran ekspereimentalisme Francis Bacom. Selain itu, adalah
John Locke yang merupakan tokoh filsafat kebebasan politik dan J.J.
Rousseu dengan ajarannya tentang kebaikan manusia telah dibawa sejak
lahir. Adapun pemikiran-pemikiran yang berpengaruh terhadap
perkembangan aliran progresivisme adalah pemikiran Johan Heinrich
Pestalozzi, Sigmund Freud, dan John Dewey. Pemikiran ketiga tokoh
tersebut merupakan inspirasi bagi aliran progresivisme.
Johann Heinrich Pestalozzi, seorang pembaharu pendidikan Swiss
pada abad 19, menyatakan bahwa pendidikan seharusnya lebih dari
pembelajaran buku, dimana merangkul kesuluruhan bagian pada
anakemosi, kecerdasan, dan tubuh anak. Pendidikan lama, menurut
Pestalozzi, seharusnya dilakukan di sebuah lingkungan yang terikat secara
emosional dengan anak dan memberi keamanan pada anak. Pendidikan
tersebut seharusnya juga dimulai di lingkungan anak sejak dini dan
melibatkan indera anak pada benda-benda di sekililingnya.
Pengaruh pemikiran Sigmund Freud terhadap pendidik progresif
ialah melalui kajian kasus Histeria (gangguan pada syaraf), Freud
mengusut pada asal usul penyakit mental ini dari masa kanak-kanak.
Orang tua yang otoriter dan lingkungan tempat tinggal anak sangat
memengaruhi kasus tersebut. Kekerasan/penindasan, khususnya pada
masalah seksual dapat menjadi penyebab penyakit syaraf yang dapat
menganggu perkembangan anak bahkan sampai mereka dewassa.

C. Aliran Progresivisme Dalam Pendidikan Di Indonesia


Makna Pendidikan Progresivisme Dalam pandangan progresivisme
pendidikan merupakan suatu sarana atau alat yang dipersiapkan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik supaya tetap survive terhadap
semua tantangan kehidupannya yang secra praktis akan senantiasa
mengalami kemajuan. Selain itu, proses pendidikan dilaksanakan
berdasarkan pada asas pragmatis. Artinya, pendidikan harus dapat
memberikan kebermanfaatan bagi peserta didik, terutama dalam
menghadapi persoalan yang ada di lingkungan masyarakat.Dalam buku
Philosofical Alternatives in Education, menyebutkan bahwa pendidikan
progresif menekankan pada beberapa hal :
1. Pendidikan progresif hendaknya memberikan kebebasan yang
mendorong anak untuk berkembang dan tumbuh secara alami melalui
kegiatan yang dapat menanamkan inisiatif, kreatifitas, dan ekspresi
diri anak.
2. Segala jenis pengajaran hendaknya mengacu pada minat anak, yang
dirangsang melalui kontak dengan dunia nyata.
3. Pengajar progresif berperan sebagai pembimbing anak yang
diarahkan sebagai pengendali kegiatan penelitian bukan sekedar
melatih ataupun memberikan banyak tugas
4. prestasi peserta didik diukur dari segi mental, fisik, moral dan juga
perkembangan sosialnya.
5. Dalam memenuhi kebutuhan anak dalam fase perkembangan dan
pertumbuhannya mutlak diperlukan kerjasama antara guru, sekolah,
rumah, dan keluarga anak tersebut.
6. Sekolah progresif yang sesungguhnya berperan sebagai laboratorium
yang berisi gagasan pendidikan inovatif dan latihan-latihan.

Menurut progresivisme proses pendidikan memiliki dua segi, yaitu


psikologis dan sosiologis. Dari segi psikologis, pendidik harus dapat
mengetahui tenaga-tenaga atau daya-daya yang ada pada anak didik yang
akan dikembangkan. Psikologinya seperti yang berpangaruh di Amerika,
yaitu psikologi dari aliran Behaviorisme dan Pragmatisme. Dari segi
sosiologis, pendidik harus mengetahui kemana tenaga-tenaga itu harus
dibimbingnya. Di samping itu, progresivisme memandang pendidikan
sebagai suatu proses perkembangan, sehingga seorang pendidik harus
selalu siap untuk memodifikasi berbagai metode dan strategi dalam
pengupayaan ilmu-ilmu pengetahuan terbaru dan berbagai perubahan-
perubahan yang menjadi kencenderungan dalam suatu masyarakat. Dalam
konteks ini, pendidikan harus lebih dipusatkan pada peserta didik,
dibandingkan berpusat pada pendidik maupun bahan ajar. Karena peserta
didik merupakan subjek belajar yang dituntut untuk mampu menghadapi
berbagai persoalan kehidupan di masa mendatang. Oleh karena itu,
menurut Ahmad Ma’ruf (2012) ada beberapa prinsip pendidikan yang
ditekankan dalam aliran progresivisme, di antaranya:
a. Proses pendidikan berawal dan berakhir pada anak.
b. Subjek didik adalah aktif, bukan pasif.
c. Peran guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing atau pengarah.
d. Sekolah harus kooperatif dan demokratis.
e. Aktifitas lebih fokus pada pemecahan masalah, buka untuk pengajaraan
materi kajian.Bila dikaitkan dengan pendidikan di Indonesia saat ini,
maka progresivisme memiliki andil yang cukup besar, terutama dalam
pemahaman dan pelaksanaan pendidikan yang sesungguhnya.

D. Pengertian Filsafat Pragmatisme


Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa Yunani) yang
berarti tindakan, perbuatan. Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang
berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah, apakah sesuatu itu
memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata. Oleh sebab itu kebenaran
sifatnya menjadi relatif tidak mutlak (tetap). Suatu konsep atau peraturan
sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi
terbukti berguna bagi masyarakat.
Pragmatisme adalah aliran pemikiran yang memandang bahwa
benar tidaknya suatu ucapan, dalil, atau teori, tergantung kepada
bermanfaat atau tidaknya ucapan, dalil, atau teori tersebut bagi manusia
untuk bertindak dalam kehidupannya. Ide ini merupakan budaya dan
tradisi berpikir Amerika khususnya dan Barat pada umumnya, yang lahir
sebagai sebuah upaya intelektual untuk menjawab problem-problem yang
terjadi pada awal abad ini.
Pragmatisme, telah menjadi semacam ruh yang menghidupi tubuh
ide-ide dalam ideologi kapitalisme, yang telah. disebarkan Barat ke
seluruh dunia melalui penjajahan dengan gaya lama maupun baru. Dalam
konteks inilah, pragmatisme dapat dipandang berbahaya karena telah
mengajarkan dua sisi kekeliruan sekaligus kepada dunia-yakni standar
kebenaran pemikiran dan standar perbuatan manusia.
Filsafat ini mengaggap bahwa dunia ini penciptaannya belum
selesai. Segala sesuatu berubah, tumbuh, berkembang, tidak ada batas,
tidak statis, dan tidak ada finalnya. Bahkan, hukum moral pun berubah,
berkembang menjadi sempurna. Tidak ada batasan hukum moral dan tidak
ada prinsip-prinsip abadi, baik tingkah laku maupun pengetahuan.
Pengalaman merupakan keseluruhan aktivitas manusia yang
mencakup segala proses yang saling mempengaruhi antara organisme yang
hidup dalam lingkungan sosial dan fisik. Filsafat ini dibangun berdasarkan
asumsi bahwa pengetahuan berpangkal dari pengalaman-pengalaman dan
bergerak kembali menuju pengalaman. Untuk menyusun kembali
pengalaman-pengalaman tersebut diperlukan pendidikan yang merupakan
transformasi yang terawasi dari keadaan tidak menentu ke arah keadaan
tertentu. Sekolah merupakan miniatur komunitas yang menggunakan
pengalaman-pengalaman sebagai pijakan. Siswa dapat melakukan sesuatu
secara bersama-sama dan belajar untuk memantapkan kemampuannya dan
keahliannya.

E. Sejarah Pragmatisme
Pragmatisme adalah filsafat Amerika yang berasal dari tahun 1870-
an tetapi menjadi populer pada awal abad ke-20. Menurut pragmatisme,
kebenaran atau makna suatu ide atau proposisi terletak pada konsekuensi
praktis yang dapat diamati daripada dalam atribut metafisik apa pun.
Pragmatisme dapat dirangkum dengan frasa "apa pun yang berhasil,
mungkin benar." Karena realitas berubah, "apa pun yang berhasil" juga
akan berubah - dengan demikian, kebenaran juga harus dianggap dapat
diubah, yang berarti bahwa tidak seorang pun dapat mengklaim memiliki
akhir atau kebenaran tertinggi. Pragmatis percaya bahwa semua konsep
filosofis harus dinilai berdasarkan kegunaan praktis dan keberhasilannya,
bukan atas dasar abstraksi.
F. Tokoh – Tokoh Pragmatisme
Dalam filsafat pendidikan juga tidak lepas dari tokoh yang melatar
belakangi lainnya gagasan tersebut. Tak terkecuali dengan filsafat
pragmatisme dalam pendidikan . Adapun tokoh – tokoh utama lahirnya
pragmatisme adalah sebagai berikut :
a) Charles Sandre Peirce (1839-1914)
Peirce dikenal sebagai tokoh central filsafat pragmatisme. Oleh
karena itu terdapat istilah “Piercian” untuk menyebut pemikir
pragmatisme. Peirce membedakan pandangan-pandangannya dari pada
pragmatis lainnya. Dia merupakan seorang ahli teori logika, bahasa,
komunikasi dan teori umum tanda-tanda yang oleh Peirce disebut sebagai
semiotika. Perice lahir dari keluar kelas menengah yang terpelajar.
Ayahnya bahkan seorang profesor Matematikan di Universitas Harvard.
Peirce mulanya seseorang yang tertarik persoalan kimia dan
goedasi dengan antusiasme yang cukup berlebih. Di sepanjang usianya, ia
bahkan tidak selalu terlibat dalam berbagai penelitian-penelitian kimia.
Dari tahun 1860-an sampai kematiannya pada 1914, ia melahirkan
berbagai karya logika. Pemikirannya bahkan menjadi dasar pijakan utama
Scroeder dalam melahirkan karya Vorlesungen ueber die Algebra der
Logik. Peirce dianggap sebagai ahli logika terbesar di zamannya.
b) John Dewey (1859)
John Dewey menyatakan bahwa tugas filsafat adalah memberikan
pengarahan bagi perbuatan nyata (sesuatu yang realitas),filsafat tidak
boleh larut dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis,
tidak ada faedahnya. Oleh karena itu filsafat harus berpijak pada
pengalama dan mengolahnya secara kritis.
Menurut Dewey, kita ini hidup dalam dunia yang belum selesai
penciptaannya. Sikap Dewey dapat dipahami dengan sebaik-baiknya

dengan meneliti tiga aspek dari yang kita namakan instrumentalisme.


Pertama, kata “temporalisme” yang berarti bahwa ada gerak dan kemajuan
nyata dalam waktu. Kedua, kata futurisme, mendorong kita untuk melihat
hari esok dan tidak pada hari kemarin. Ketiga, milionarisme, berarti bahwa
dunia dapat diubah lebih baik dengan tenaga kita.
c) William James lahir di New
William James lahir di NewYork City pada tahun 1842 M,
menurut James, dunia tidak dapat diterangkan dengan berpangkal pada
satu asas saja. Dunia terdiri dari banyak hal yang saling bertentangan.
Tentang kepercayaan agama dikatakan, sepanjang kepercayaan itu
memberikan kepadanya suatu hiburan rohani, penguatan keberanian hidup,
perasaan damai, keamanan dan sebagainya. Segala macam pengalaman
keagamaan mempunyai nilai yang sama, jika akibatnya sama-sama
memberikan kepuasan kepada kebutuhan keagamaan.
Ketiga tokoh-tokoh tersebut (Charles S. Peirce, William James dan
John Dewey) adalah sosok yang sangat berpengaruh terhadap rumusan
dari filsafat pragmatisme.Dalam dunia faktual terutama di era informasi
dan teknologi pragmatisme. Ketika orang mengatakan pragmatis adalah
mereka melihat dari segi sejauh mana manfaat yang diambil oleh
masyarakat itu sendiri,. Kecenderungan berfikir pragmatis adalah cara
berfikir secara tepat guna, siap saji dan mudah untuk di mengerti.
Pragmatisme sering diidentikan dengan dunia kemudahan. Mudah dalam
akses informasi, mudah dalam komunikasi, mudah dalam transfortasi dan
segala kemudahan yang lain.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara singkat progresif dapat dimaknai sebagai suatu gerakan perubahan


menuju perbaikan.Menurut bahasa istilah progresivisme berasal dari kata
progresif yang artinya bergerak maju. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
disebutkan bahwa kata progresif diartikan sebagai ke arah kemajuan;
berhaluan ke arah perbaikan sekarang; dan bertingkat-tingkat naik. Menurut
sejarah munculnya aliran progresivisme ini sangat dipengaruhi oleh tokoh-
tokoh filsafat pragmatisme sebagaima telah disebutkan di atas, seperti Charles
S. Peirce, William James dan John Dewey, serta aliran ekspereimentalisme
Francis Bacom. Selain itu, adalah John Locke yang merupakan tokoh filsafat
kebebasan politik dan J.J. Rousseu dengan ajarannya tentang kebaikan
manusia telah dibawa sejak lahir. Menurut progresivisme proses pendidikan
memiliki dua segi, yaitu psikologis dan sosiologis. Dari segi psikologis,
pendidik harus dapat mengetahui tenaga-tenaga atau daya-daya yang ada pada
anak didik yang akan dikembangkan. Psikologinya seperti yang berpangaruh
di Amerika, yaitu psikologi dari aliran Behaviorisme dan Pragmatisme.

Pragmatisme adalah aliran pemikiran yang memandang bahwa benar


tidaknya suatu ucapan, dalil, atau teori, tergantung kepada bermanfaat atau
tidaknya ucapan, dalil, atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam
kehidupannya. Ide ini merupakan budaya dan tradisi berpikir Amerika
khususnya dan Barat pada umumnya, yang lahir sebagai sebuah upaya
intelektual untuk menjawab problem-problem yang terjadi pada awal abad
ini.Pragmatisme adalah filsafat Amerika yang berasal dari tahun 1870-an
tetapi menjadi populer pada awal abad ke-20. Menurut pragmatisme,
kebenaran atau makna suatu ide atau proposisi terletak pada konsekuensi
praktis yang dapat diamati daripada dalam atribut metafisik apapun. Tokoh –
tokoh utama lahirnya pragmatisme adalah sebagai berikut :
 Charles Sandre Peirce (1839-1914)

 John Dewey (1859)

 William James (184

DAFTAR PUSTAKA
Fadilah. 20017. “ Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran “ vol. 5 No.1 18 -21.

Harisah, Afifah. 2018 Filsafat Pendidikan Islam Prinsip Dan Dasar


Pengembangan . Yogyakarta: Cv Budi Utama.

Sarah, Siti 2018 “ Pandangan Filsafat Pragmatis Jhon Dewy Dan Implikasinya
Dalam Pendidikan “ Vol. 1 No. 1 68-70.

https://id.lifehackk.com/24-what-is-pragmatism-250583-9726.

Anda mungkin juga menyukai