Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MUNASABAH AL-QUR’AN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Al-Qur’an

Dosen pengampu: H. Muhadditsir Rifa’i, S.Pd.I., M.Pd.I

Disusun Oleh Kelompok 11:

Fitra Aulia Ramdhan (2108101149)

Ibnu Firdaus (2108101150)

Muhammad Ilham (2108101151)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Munasabah Al-Qur’an ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak H.
Muhadditsir Rifa’i, S.Pd.I., M.Pd.I pada mata kuliah Studi Al-Qur’an. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Munasabah Al-Qur’an bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak H. Muhadditsir Rifa’i, S.Pd.I., M.Pd.I
selaku dosen mata kuliah Studi Al-Qur’an yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan mata kuliah yang saya tekuni. Dan kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Terakhir, kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih belum sepenuhnya
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan kami, agar pada
tugas berikutnya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Cirebon, 21 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
A. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 2
B. Tujuan ........................................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
A. Pengertian Munasabah ............................................................................................................. 3
B. Sejarah Munculnya Munasabah.............................................................................................. 4
C. Macam-macam Munasabah ..................................................................................................... 5
D. Cara Mengetahui Munasabah ................................................................................................. 7
E. Urgensi Munasabah .................................................................................................................. 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................. 10
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci bagi semua umat manusia di dunia ini yang diturunkan
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat kerasulannya, yang berisi
Wahyu Allah untuk memberi petunjuk kepada manusia kearah yang terang dan jalan yang
lurus agar manusia beriman kepada Allah SWT sebagai pencipta Alam semesta sehingga
mustahil untuk meyakini tuhan selain-Nya.

Setelah wahyu Allah turun ke bumi maka kewajiban manusia tidak lain hanyalah ingat
(Dzikr) bahwa penciptaan mereka tidaklah sia-sia, tetapi telah di-skenario-i langsung oleh
sang maha pencipta yaitu Allah SWT yang mengatur segala urusan di langit dan di bumi,
mewajibkan taat terhadap segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dengan
ditauladani langsung oleh Nabi Muhammad SAW. Setiap ayat yang turun Nabi SAW
langsung menjelaskan kandungannya, dan setiap peristiwa mendapatkan jawaban dari
wahyu yang turun kepadanya. tetapi untuk masa setelah wafatnya Nabi SAW tidak ada lagi
penjelasan oleh nabi, hanya tinggal Hadits, khabar, Atsar yang diyakini asli dari Nabi yang
dapat dijadikan rujukan. Seperti penjelasan atau penafsiran Ayat Al-Qur’an dengan Hadits
yang menerangkan Asbabun Nuzul mengenai turunnya ayat tersebut, akan tetapi
permasalahan selanjutnya timbul, bagaimana dengan ayat yang tidak ada Asbabun
Nuzulnya? Sebagian ulama memasukkan sebuah ilmu yang termasuk dalam kategori
ulumul qur’an yaitu Munasabah Al-Qur’an.

Lahirnya pengetahuan tentang teori Munasabah (korelasi) ini tampaknya berawal dari
kenyataan bahwa sistematika Al-Qur’an sebagaiman terdapat dalam Mushaf Usmani
sekarang tidak berdasarkan atas fakta kronologis turunnya. Sehubungan dengan ini, ulama
salaf berbeda pendapat tentang urutan surat di dalam Al-Qur’an. Segolongan dari mereka
berpendapat bahwa hal itu didasarkan pada tauqifi dari Nabi SAW. Golongan lain
berpendapat bahwa hal itu didasarkan atas ijtihad para sahabat setelah bersepakat dan
memastikan bahwa susunan ayat-ayat adlah tauqifi. Golongan ketiga berpendapat serupa
dengan golongan pertama, kecuali surat Al-Anfal dan Bara’ah/At-Taubah yang dipandang
bersifat ijtihadi.

1
A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan munasabah?
2. Bagaimana sejarah munculnya munasabah?
3. Apa saja macam-macam munasabah?
4. Bagaimana cara mengetahui munasabah?
5. Apa urgensi munasabah?
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian munasabah.
2. Untuk mengetahui sejarah munculnya munasabah.
3. Untuk mengetahui macam-macam munasabah
4. Untuk mengetahui cara mengetahui munasabah
5. Untuk mengetahui urgensi munasabah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Munasabah

Secara etimologis, al-munasabah (‫ )المناسبة‬berasal dari masdar an-nasabu (‫ )النسب‬yang


berarti berdekatan, mirip, dan menyerupai. Dari kata nasab itulah, dibentuk menjadi al-
munasabah (‫ )المناسبة‬dalam arti al-muqarabah (‫ )المقربة‬yang berarti kedekatan satu sama lain.
Kata qaraba sendiri berarti dekat. Orang yang berasal dari nasab yang sama disebut qarabah
(kerabat) karena kedekatannya. Orang Arab mengatakan fulaan yunaasibu fulaanan, fahuwa
nasibuhu (‫ فهو نسبه‬،‫ )فال ن ينا سب فال نا‬maksudnya qaribuhu. Mencari kedekatan antara dua hal
adalah mencari hubungan atau kaitan antara keduanya seperti hubungan sebab akibat,
persamaan, perbedaannya, dan hubungan-hubungan lainnya yang bisa ditemukan antara dua
hal. Menurut as-Suyuthi, di samping berarti al-muqarabah (‫)المقربة‬, al-munasabah (‫)المناسبة‬
juga berarti al-musyakalah (‫ )المشاكلة‬yang berarti kesesuaian. Sementara itu, al-Baghawiy
menyamakan munasabah dengan takwil.

Syihabuddin al-Alusiy dalam tafsirnya Ruhul Ma’aniy menggunakan istilah tartib


ketika ia menjelaskan kaitan antara surah Maryam dengan surah Thaha sebagai berikut. “...
Aspek tartib itu, bahwa Allah mengemukakan kisah beberapa orang nabi dalam surah
Maryam, selanjutnya menerangkan secara terperinci, seperti kisah Nabi Zakaria dan Isa.
Begitu selanjut nya mengenai nabi-nabi yang lain. Sayyid Muhammad Rasyid Ridha
menggunakan dua istilah, yaitu al-ittishal dan al-ta'lil. Istilah yang digunakannya itu dapat
dijumpai ketika menafsir kan surah An-Nisa ayat 30. yaitu "Hubungan persesuaian (ittishal)
antara ayat ini dengan ayat yang sebelumnya sangat nyata..."

Sementara itu, Sayyid Quthb menggunakan lafal irtibath sebagai pengganti istilah
munasabah. Lafal tersebut di antaranya terdapat ketika ia menafsirkan firman Allah Q.S.
Al-Baqarah ayat 188, yaitu "Pertalian (irtibath) antara bagian ayat tersebut adalah jelas,
yaitu antara bulan baru atau awal bulan (ahillah) waktu bagi manusia dalam melaksanakan
ibadah haji serta antara adat jahiliah, khususnya dalam masalah tersebut (haji) sebagaimana
telah diisyaratkan dalam bagian ayat kedua..."

Secara terminologis, yang dimaksud dengan munasabah adalah mencari kedekatan,


hubungan dan kaitan antara satu ayat atau kelompok ayat dengan ayat atau kelompok ayat
yang berdekatan, baik dengan yang sebelumnya maupun yang sesudahnya, kaitan antara
ayat yang berada pada akhir sebuah surah dengan ayat yang berada pada awal surah
berikutnya atau antara satu surah dengan surah sesudah maupun sebelumnya.

Jika diperhatikan, ternyata urgensi ilmu munasabah akan semakin kelihatan dengan
jelas, kalau digunakan untuk melihat salah satu keistimewaan Alquran itu sendiri. Menurut
Subhi Sholeh bahwa di antara keistimewaan Alquran adalah memiliki sifat syumul (serba
mencakup). Maka untuk mengetahui Al quran yang syumul tersebut, salah satu di antaranya

3
harusi melihat korelasi antara satu ayat dengan ayat lainnya atau antara satu surah dengan
surah lainnya,"

Adapun munasabah menurut para ahli dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Menurut Az-Zarkasyi"

‫المناسبة أمر معقول إذا عرض على العقول تلقته القبول‬


Artinya: "Munasabah adalah suatu hal yang dapat dipaha mi tatkala dihadapkan pada
akal, pasti akal itu akan menerimanya.”

2. Menurut Manna' Al-Qathan¹²

‫وجه اإلرتباط بين الجملة والجملة في اآلية الواحدة أوبين اآلية واآلية في اآلية المتعددة أوبين‬

‫سورة‬
ّ ‫سورة وال‬
ّ ‫ال‬
Artinya: "Munasabah aidalah sisi keterkaitan antara bebe rapa ungkapan di dalam
satu ayat atau antarayat pada beberapa ayat atau antarsurah (di dalam Alquran)."

3. Menurut Ibn Al'Arabi.3

‫إرتباط أي القرأن بعضها ببعض حتى تكون كالكلمة الواحدة منسقة المعاني منتظمة المباني‬
‫علم عظيم‬
Artinya: "Munasabah adalah keterikatan ayat-ayat Alquran sehingga seolah-olah
merupakan satu ungkapan yang mem punyai kesatuan makna dan keteraturan
redaksi. Munasabah merupakan ilmu yang sangat agung."

Telaah dari berbagai literatur di atas, dapat ditarik kesim pulan bahwa munasabah
merupakan ilmu yang membahas korelasi urutan antarayat ataupun surah dalam Alquran
atau usaha pemikiran manusia dalam menggali rahasia hubungan ayat dengan ayat dan surah
dengan surah yang dapat diterima oleh rasio.

B. Sejarah Munculnya Munasabah

Ilmu ini mulai disadari keutamaannya ketika masa Abu Bakar al-Naisaburi (w. 324
H.), pada masa keemasan Islam (abad I-IV H.) yang ditandai dengan terjadinya lonjakan
besar dalam perkembangan ilmu-ilmu keislaman. Begitu besar perhatian al-Naisaburi
terhadap munasabah tampak jelas dari perkataannya ketika ayat Alquran dihadapkan
kepadanya, " Setiap kali ia (al-Naisaburi) duduk di atas kursi, bila dibacakan Al-Quran
kepadanya, beliau berkata: Mengapa ayat ini diletakkan di samping ayat ini dan apa rahasia
diletakkannya surah ini di samping surah itu?" Beliau sering mengkritik ulama Baghdad
karena mereka tidak mengetahui (tentang masalah itu)."

Tindakan al-naisaburi merupakan kejutan yang sangat menarik dan langkah baru
dalam dunia tafsir waktu itu. Beliau mempunyai kemampuan yang istimewa untuk

4
menyingkap persesuaian, baik antar ayat maupun antar surah, terlepas dari segi tepat
tidaknya serta pro dan kontra atas apa yang dilakukan al-naisaburi. Atas dasar prestasi Al
naisaburi dalam mempelopori ilmu munasabah, ia mendapat gelar sebagai bapak
munasabah. Dalam perkembangannya, munasabah meningkat menjadi salah satu cabang
dari ilmu ilmu Al-Qur’an.

C. Macam-macam Munasabah

Dari pembagian munasabah ini, para ulama juga berbeda pendapat mengenai
pengelompokan munasabah dan jumlahnya, hal ini dipengaruhi bagaimana seorang ulama
tersebut memandang suatu ayat, dari segi berbeda. Menurut Chaerudji A. Chalik (‘Ulum Al-
Qur’an, 2007: 110) munasabah dapat dilihat dari dua segi, yaitu sifat dan materinya:

1. Sifat
Dilihat dari segi sifatnya, munasabah terbagi menjadi dua, yaitu:
a) Zhahir Al-irtibath, yaitu persesuaian atau kaitan yang tampak jelas, karena kaitan
kalimat yang satu dengan yang lain erat sekali sehingga yang satu tidak bisa menjadi
kalimat yang sempurna bila dipkahkan dengan kalimat lainnya, seolah-olah ayat
tersebut merupakan satu kesatuan yang sama. Misalnya, dapat kita cermati Q.S Al-
Isra ayat 1:

‫شبان الذي أشرى بعبده ليال من المسجد الخزام إلى المسجد األقضا الذي باركنا حوله ليزرية‬
‫من آياتنا إنه هو السميع البصير‬.
Artinya: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu
malam dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya
agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda tanda (kebesaran) Kami.
Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Dan Q.S Al-Isra ayat 2:

‫وآتينا موسى الكتاب وجعلناه هدى لبني إسرائيل اال تتخذوا من دوني وكيال‬.
Artinya: “Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab
Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman) Janganlah kamu mengambil
penolong selain aku.

Munasabah antara kedua ayat tersebut tampak jelas, yaitu bahwa kedua Nabi
(Muhammad Saw dan Musa a.s diangkat oleh Allah Swt. sebagai Nabi dan Rasul, dan
keduanya diisra-kan Nabi Muhammad dari Masjid Haram ke Masjid Aqsa, sedangkan
Nabi Musa dari Mesir, ketika ia keluar dari negeri tersebut dalam keadaan ketakutan
menuju Madyan.

b) Khafiy Al-irtibath, yaitu persesuaian atau kaitan yang samar antara ayat yang satu
dengan ayat lain sehingga tidak tampak adanya hubungan antara keduanya, bahkan
seolah-olah masing-masing ayat surah itu berdiri sendiri-sendiri, baik karena ayat

5
yang satu itu di ‘athafkan kepada yang lain, maupun karena yang satu bertentangan
dengan yang lain. Misalnya dapat kita lihat Q.S Al-Baqarah ayat 189:

‫يسئلونك عن األهلة قل هي مواقيت للناس والحج وليس البر بأن تأتوا البيوت من ظهورها‬
‫ولكن البر من التقى وأتوا البيوت من أبوابها واتقوا الله لعلكم تفلحون‬
Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit
itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi Ibadah) haji dan bukanlah
kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu
adalah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari
pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung."

Dan Q.S Al-Baqarah ayat 190:

‫وقاتلوا في سبيل الله الذين يقاتلونكم وال تعتدوا إن الله ال يجب المعتدين‬.
Artinya: “Dan perangilah di jalan Allah orang orang yang memerangi kamu, (tetapi)
janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas.”

Munasabah antara kedua ayat tersebut adalah ketika waktu haji umat Islam dilarang
perang, tetapi jika umat Islam diserang lebih dulu, maka serangan musuh itu harus
dibalas, walaupun pada musim haji.

2. Materi
Dilihat dari segi materinya, munasabah terbagi menjadi dua, yaitu:
a) Munasabah Antarayat, yaitu manasabah antara ayat yang satu dengan ayat yang lain,
berbentuk persambungan-persambungan ayat, meliputi, pertama di-athaf-kannya
ayat yang satu pada ayat yang lain, kadua tidak di-athaf-kannya, ketiga
Digabungkannya dua hal yang sama, keempat dikumpulkannya dua hal yang
kontradiksi, kelima Dipindahkannya satu pembicaraan ke pembicaraan yang lain.
Munasabah antarayat dapat dilihat, misalnya, antara ayat 2 dan 3 surah Al-Baqarah:
Q.S Al-Baqarah ayat 2 :
‫ذلك الكتاب ال ريب فيه هدى للمتقين‬
Artinya: “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka
yang bertakwa.”

Q.S Al-Baqarah ayat 3:

‫الذين يؤمنون بالغيب ويقيمون الصلوة ومما رزقناهم ينفقون‬


Artinya: “(yaitu) Mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan salat,
dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka.”

6
Munasabah antara kedua ayat tersebut adalah ayat pertama menjelaskan peranan Al-
Quran dan hakikatnya bagi orang bertakwa, sedangkan ayat kedua menjelaskan
karakteristik dari orang-orang bertakwa.

 Munasabah antarayat mencakup beberapa bentuk, yaitu:


1) Munasabah antara nama surah dan tujuan turunnya.
2) Munasabah antarbagian surah
3) Munasabah antarayat yang letaknya berdampingan.
4) Munasabah antara suatu kelompok ayat dengan kelompok ayat di sampingnya.
5) Munasabah antara fashilah (pemisah) dan isi ayat Munasabah ini mengandung
tujuan tertentu.
6) Munasabah antara awal dengan akhir surah yang sama.

b) Munasabah Antarsurah, itu tidak lepas dari pandangan holistik Al-Quran yang
menyatakan Al-Quran sebagai "satu kesatuan" yang "bagian-bagian strukturnya
terkait secara integral". Pembahasan tentang munasabah antarsurah dimulai dengan
memosisikan surah Al-Fatihah sebagai umm Al-kitab (induk Al-Quran), sehingga
penempatan surah tersebut sebagai surah pembuka adalah sesuai dengan posisinya
yang merangkum keseluruhan isi Al-Quran. Penerapan munasabah antarsurah bagi
surah Al-Fatihah dengan surah sesudahnya atau bahkan keseluruhan surah dalam Al-
Quran menjadi kajian paling awal dalam pembahasan tentang masalah ini.

Surah Al-Fatihah menjadi umm Al-kitab, sebab di dalamnya terkandung masalah


tauhid, peringatan dan hukum-hukum, yang dari masalah pokok itu berkembanglah
sistem ajaran Islam yang sempurna melalui penjelasan ayat-ayat dalam surah-surah
setelah surah Al-Fatihah. Ayat 1-3 surah Al-Fatihah mengandung isi tentang tauhid,
pujian hanya untuk Allah karena Dia-lah penguasa alam semesta dan hari akhir, yang
penjelasan terperincinya dapat dijumpai secara tersebar di berbagai surah Al-Quran,
Salah satunya adalah surah Al-Ikhlas yang konon dikatakan sepadan dengan
sepertiga Al-Quran. Ayat 5 surah Al-Fatihah (ihdina Al-shirath Al-mustaqim)
mendapatkan penjelasan lebih terperinci tentang apa itu jalan yang lurus' di
permulaan surah Al-Baqarah (Alim, Lam, Mim. Doalika Al-kitabu la raiba fih,
hudan li Al-muttaqin). Atas dasar itu dapat disimpulkan bahwa teks dalam surah Al-
Fatihah dan teks dalam surah Al-Baqarah berkesesuaian (munasabah).

Contoh lain dari munasabah antarsurah adalah tampak dari munasabah antarasurah
Al-Baqarah dengan surah Ali Imran. Keduanya menggambarkan hubungan antara
"dalil" dengan "keragu-raguan akan dalil. Maksudnya, surah Al-Baqarah
"merupakan surah yang mengajukan dalil mengenai hukum", karena surah ini
memuat kaidah-kaidah agama, sementara surah Ali Imran sebagai jawaban atas
keragu-raguan para musuh Islam".

D. Cara Mengetahui Munasabah

7
Para ulama menjelaskan bahwa pengetahuan tentang munasabah bersifat ijtihadi.
Artinya, pengetahuan tentangnya ditetapkan berdasarkan ijtihad karena tidak ditemukan
riwayat, baik dari nabi maupun para sahabatnya. Oleh karena itu, tidak ada keharusan untuk
mencari munasabah pada setiap ayat. , Alquran diturunkan secara berita-angsur mengikuti
ber-bagai kejadian dan peristiwa yang ada, menjahitga terkadang seorang mufasir
menemukan keterkaitan suatu ayat dengan yang lainnya dan tidak selalu. Ketika tidak
menghubungkan itu, ia tidak diizinkan untuk bebas.

Syekh Tzzuddin bin'Abd As-Salam dalam Rosihan Anwar berkata, “Munasabah


adalah sebuah ilmu yang baik, tetapi kaitan antarkalam mewajibkan adanya kesatuan dan
keterkaitan bagian awal dengan bagian akhirnya. satunya dengan yang lainnya tidak menjadi
syarat. Orang yang mengaitkan tersebut berarti mengada-adakan apa yang tidak
dikuasainya. Kalaupun itu terjadi, ia dikaitkan hanya dengan ikatan- ikatan yang lemah.

Untuk meneliti keserasian susunan ayat dan surat (munasabah)dalam Al-Qur'an,


diperlukan ketelitian dan pemikiran yang mendalam. As-Suyuthi menjelaskan, ada beberapa
langkah yang perlu diperhatikan untuk menemukan munasabah ini, yaitu:

1) Memperhatikan kandungan yang dibahas dalam kalimat, ayat dan surah Al-Qur’an.
2) Perhatikan penjelasan dan tujuan yang dibahas dalam kalimat, ayat dan surah Al-
Qur’an.
3) Memperhatikan kalimah, ayat dan surah lain yang berhu- bungan, baik dari segi
kandungannya maupun dari aspek bahasanya.
4) Perhatikan urutan kalimat, ayat dan surat yang tertulis dalam Alquran.

E. Urgensi Munasabah

Kajian tentang munasabah sangat diperlukan dalam penafsiran Al-Quran untuk


menunjukkan keserasian antara kalimat dengan kalimat dalam satu ayat, keserasian antara
satu ayat dengan ayat berikutnya, bahkan juga keserasian antara satu surah dengan surah
berikutnya. Tatkala menemukan ayat-ayat yang sepertinya tidak punya kaitan sama sekali,
sebagian orang yang tidak mengerti munasabah akan langsung mempertanya kan kenapa
penyajian Al-Quran melompat-lompat dari satu masalah ke masalah lain, atau dari satu tema
ke tema lain secara tidak sistematis. Setelah mengetahui munasabah, tentu orang yang
terburu-buru menilai seperti itu akan segera menarik pandangannya dan menyadari betapa
Alquran tersusun dengan sangat serasi dan sistematis, tetapi tentu saja berbeda dengan
sistematika buku-buku dan karya ilmiah buatan manusia.

Menurut as-Suyuthi, ilmu munasabah adalah ilmu yang sangat penting dalam
penafsiran Alquran, tetapi hanya sedikit di antara para mufasir yang memberikan
perhatiannya karena ilmu ini sangat memerlukan ketelitian dan kejelian. Di antara mufasir
yang banyak memberikan perhatian terhadap ilmu munasabah adalah Imam Fakhruddin ar-
Razi. Ar-Razi menya takan, sebagian besar rahasia yang tersembunyi dari Alquran
tersimpan dalam persoalan urutan surah dan ayat serta kaitan antara satu sama lain. Khusus
tentang surah Al-Baqarah, ar-Razi menyatakan bahwa siapa saja yang memperhatikan

8
rahasia susunan ayat-ayat dalam surah ini, akan mengetahui bahwa Alquran tidak hanya
mukjizat dari segi kefasihan lafal-lafalnya dan kehebatan isinya, tetapi juga mukjizat dari
segi susunan surah dan ayat-ayatnya.

Sementara itu, Fazlur Rahman dalam menjelaskan urgensi munasabah tampaknya


dipengaruhi oleh al-Syatubi (w. 1388) seorang yuris Maliki yang terkenal, dalam bukunya
Al-Muwa fiqat, tentang betapa mendesak dan masuk akalnya untuk memahami Alquran
sebagai suatu ajaran yang padu dan kohesif. Dari sisi ini, maka yang bernilai mutlak dalam
Alquran adalah "prinsip-prinsip umumnya" (ushul al-kulliyah) bukan bagian bagiannya
secara ad hoc. Bagian-bagian ad hoc Alquran adalah respons spontanitasnya atas realitas
historis yang tidak bisa langsung diambil sebagai problem solving atas masalah-masalah
kekinian. Oleh karena itu, bagian-bagian ad hoc harus dire konstruksi kembali dengan
mempertautkan antara satu dengan yang lain, sehingga munasabah berurgensi untuk bisa
mengambil inti syar'inya (hikmah at-tasyri) sebagai pedoman normatif (idea moral) dan idea
moral Alquran kemudian dikonteks tualisasikan untuk menjawab problem-problem
kekinian.

Ada tiga arti penting dari munasabah sebagai salah satu metode dalam memahami dan
menafsirkan Alquran. Pertama, dari sisi balaghah, korelasi antara ayat dengan ayat
menjadikan ayat-ayat Alquran utuh dan indah. Bila dipenggal, maka kesera sian, kehalusan,
dan keindahan kalimat yang teruntai di dalam setiap ayat akan menjadi hilang. Kedua, ilmu
munasabah dapat memudahkan orang dalam memahami makna atau kandungan ayat
maupun surah. Tanpa memahami kaitan antara satu kalimat dengan kalimat berikutnya
dalam satu ayat, atau kaitan antara satu ayat dengan ayat berikutnya, bisa saja seorang yang
membaca Alquran tidak dapat menangkap keutuhan makna, bahkan dapat menimbulkan
kesalahan dalam pemaknaan seperti yang sudah dijelaskan dalam bagian sebelumnya.
Ketiga, ilmu munasabah sangat membantu seorang mufasir dalam menafsirkan ayat-ayat
Alquran, sehingga dapat menjelaskan keutuhan makna ayat atau kelompok ayat. Juga dapat
menje laskan keserasian antara kalimat dengan kalimat dan ayat dengan ayat, bahkan antara
surah dengan surah. Ilmu muna sabah akan sangat membantu terutama dalam istinbat
hukum.

Selain itu, ilmu munasabah juga memiliki empat fungsi utama dalam Al-Quran, yaitu
diantaranya:

1. Untuk menemukan arti yang tersirat dalam susunan dan urutan kalimat-kalimat, ayat-
ayat, dan surah-surah dalam Alquran.
2. Untuk menjadikan bagian-bagian dalam Al-Quran saling berhubungan sehingga tampak
menjadi satu rangkaian yang utuh dan integral.
3. Untuk memahami satu ayat melalui ayat berikutnya.
4. Untuk menjawab kritikan orang luar terhadap sistematika al Qur'an

9
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa munasabah adalah mencari


kedekatan, hubungan dan kaitan antara satu ayat atau kelompok ayat dengan ayat atau
kelompok ayat yang berdekatan, baik dengan yang sebelumnya maupun yang sesudahnya,
kaitan antara ayat yang berada pada akhir sebuah surah dengan ayat yang berada pada awal
surah berikutnya atau antara satu surah dengan surah sesudah maupun sebelumnya.

Macam-macam munasabah yaitu munasabah antar surat dengan surat sebelumnya,


munasabah antar nama surat dan tujuan turunnya, munasabah antar bagian suatu ayat,
munasabah antar ayat yang terletak berdampingan, munasabah antar suatu kelompok ayat
dengan kelompok ayat disampingnya, munasabah antar fashilah (pemisah) dan isi ayat,
munasabah antar awal surat dengan akhir surat yang sama, munasabah antar penutup suatu
surat dengan awal surat berikutnya.

Mengetahui adanya munasabah itu dengan memperhatikan kandungan yang dibahas


dalam kalimat, ayat dan surah Al-Qur’an, perhatikan penjelasan dan tujuan yang dibahas
dalam kalimat, ayat dan surah Al-Qur’an, memperhatikan kalimah, ayat dan surah lain yang
berhu- bungan, baik dari segi kandungannya maupun dari aspek bahasanya, perhatikan
urutan kalimat, ayat dan surat yang tertulis dalam Alquran.

Ada 4 fungsi utama munasabah dalam Al-Quran, yaitu diantaranya:1) Untuk


menemukan arti yang tersirat dalam susunan dan urutan kalimat-kalimat, ayat-ayat, dan
surah-surah dalam Alquran. 2) Untuk menjadikan bagian-bagian dalam Al-Quran saling
berhubungan sehingga tampak menjadi satu rangkaian yang utuh dan integral. 3) Untuk
memahami satu ayat melalui ayat berikutnya. 4) Untuk menjawab kritikan orang luar
terhadap sistematika al Qur'an.

10
DAFTAR PUSTAKA

[1] M. F. F. Raharjo, L. U. Fatimah, A. N. Syofik, A. J. Firman and e. , Studi Al-Quran Teori dan
Aplikasinya dalam Penafsiran Ayat Pendidikan, Yogyakarta: Diandra Kreatif, 2018.

[2] A. Hermawan, 'Ulumul Quran Ilmu Untuk Memahami Wahyu, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2016.

[3] M. Hakim, M. M. and S. Jalal, "Munasabah Al-Qur'an," STIT Muhammadiyah Tempurrejo, p. 12,
2010.

11

Anda mungkin juga menyukai