Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

SURAT AZ-ZUKHRUF AYAT 9-13 DAN AL-ANKABUT AYAT 17

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir

Dosen pengampu : H. Muhadditsir Rifa’i, S.Pd.I, M.Pd.I

Disusun oleh :

1. Ibnu Dhoriful Aqil 2108101120

2. Eka Eliya 2108101121

3. Riana 2108101128

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

IAIN SYEKH NURJATI CIREBON


KATA PENGANTAR
Rasa Syukur Kami Panjatkan Kepada Allah SWT, Karena Berkat Rahmat Dan Hidayah-Nya
Kami Dapat Menyusun Makalah Ini Dengan Baik Dan Selesai Secara Tepat Waktu. Makalah
Ini Kami Beri Judul “Surat Az-Zukhruf Ayat 9-13 Dan Al-Ankabut Ayat 17”.

Penyusunan Makalah Ini Bertujuan Untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan Dari Dosen
Pengampu. Selain Itu, Makalah Ini Juga Bertujuan Untuk Memberikan Tambahan Wawasan
Bagi Kami Sebagai Penulis Dan Bagi Para Pembaca. Khususnya Dalam Hal Manfaat
Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.

Kami Selaku Penulis Tidak Lupa Untuk Mengucapkan Terima Kasih Kepada Bapak
H. Muhadditsir Rifa’i, S.Pd.I, M.Pd.I Selaku Dosen Pengampu. Tidak Lupa Bagi Rekan-
Rekan Mahasiswa Lain Yang Telah Mendukung Penyusunan Makalah Ini Kami Juga
Mengucapkan Terima Kasih.

Terakhir, Kami Menyadari Bahwa Makalah Ini Masih Belum Sepenuhnya Sempurna.
Maka Dari Itu Kami Terbuka Terhadap Kritik Dan Saran Yang Bisa Membangun
Kemampuan Kami, Agar Pada Tugas Berikutnya Bisa Menulis Makalah Dengan Lebih Baik
Lagi. Semoga Makalah Ini Bermanfaat Bagi Kami Dan Para Pembaca.

Cirebon, 21 Maret 2022

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
Latar Belakang........................................................................................................................4
Rumusan Masalah..................................................................................................................5
Tujuan Masalah......................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
Terjemahan QS Az-Zukhruf, ayat 9-13 dan QS Al – Ankabut ayat 17.................................6
Tafsir QS. Az-Zukhruf ayat 9-13 dan Al-Ankabut ayat 17....................................................7
Asbabun Nuzul QS. Az-Zukhruf ayat 9-13 dan Al-Ankabut ayat 17..................................21
BAB III.....................................................................................................................................23
PENUTUP................................................................................................................................23
Kesimpulan...........................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nikmat yang dianugerahkan Allah kepada manusia, merupakan pemberian
yang terus menerus, dengan bermacam-macam bentuk lahir dan batin. Hanya
manusia sajalah yang kurang pandai memelihara nikmat, sehingga ia merasa seolah-
olah belum diberikan sesuatupun oleh Allah. Disebabkan ia tidak bersyukur kepada
Allah dan tidak merasakan bahwa Allah telah memberi kepadanya sangat banyak
dari permintannya. Nikmat yang sangat besar bagi manusia adalah nikmat iman.
Termasuk orang yang menyia-nyiakan nikmat Allah adalah orang yang
menggunakan nikmat Allah tidak pada tempatnya, atau menggunakan nikmat Allah
untuk kemaksiatan. Termasuk sifat yang angkuh terhadap Allah Swt jika ia merasa
bahwa semua yang ada padanya adalah karena kepandaian dan keistimewaan diri
manusia itu sendiri. Perasaan seperti ini memudarkan Tauhid dari dalam jiwanya.
Oleh karena itu, kita sebagai makhluk Allah yang senantiasa mengharapkan
keridhoan-Nya diharapkan diberi kesadaran dalam mensyukuri nikmat yang
sungguh besar yang telah Allah berikan kepada kita. Bahwasanya Allah
menganjurkan kepada makhluknya untuk mensyukuri nikmat yang diberikan, yaitu
dengan satu hal yang mungkin kadang manusia sendiri lupa apa yang menjadi
kewajiban kita sebagai makhluk Allah, yaitu dengan menjalankan apa yang sudah
ditetapkan seperti; Perintah untuk menjalankan shalat yang sudah ditentukan dalam
Al-Qur’an dan Hadist, Puasa, Zakat dan lain sebagainya. Allah Swt telah
menegaskan bahwa sesembahan selain Allah Swt itu sudah terang merupakan hasil
ciptaan tangan insan itu sendiri, tetapi meraka berdusta dengan menganggapnya
itulah yang kuasa yang sebenarnya. Lebih dari itu ciptaan mereka yang berbentuk
patung dan berhala itu berdasarkan kepercayaan mereka mampu memberi manfaat
(keuntungan) kepada mereka. Kemudian Ibrahim ‘alaihissalam mencela dan
mengecam mereka bahwa patung-patung itu sedikitpun tidak mampu memberi
rezeki kepada mereka. Sebab rezeki itu yakni wewenang mutlak yang hanya
dimiliki oleh Allah Swt saja. Karena itu dianjurkan kepada mereka supaya
memohon rezeki dan mata pencaharian (penghasilan) itu hanya kepada Allah Swt
saja dan mensyukuri-nya bila yang diminta itu telah diperkenankan-Nya. Allah Swt
sajalah yang mendatangkan rezeki bagi insan serta memberi nikmat para hamba-
Nya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa terjemaham QS Az – Zukhruf ayat 9 - 13 dan Al- Ankabut ayat 17 ?
2. Bagaimana tafsir QS Az – Zukhruf ayat 9 - 13 dan Al- Ankabut ayat 17 ?
3. Bagaimana Asbabunuzul QS Az – Zukhruf ayat 9 - 13 dan Al- Ankabut ayat
17 ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui terjemahan QS Az – Zukhruf ayat 9 - 13 dan Al- Ankabut
ayat 17
2. Untuk mengetahui dan memperjelas kandungan ayat QS Az – Zukhruf ayat 9 -
13 dan Al- Ankabut ayat 17
3. Untuk mengetahui sejarah QS Az – Zukhruf ayat 9 - 13 dan Al- Ankabut ayat
17
BAB II

PEMBAHASAN

A. Terjemahan QS Az-Zukhruf, ayat 9-13 dan QS Al – Ankabut ayat 17


1. QS. Az –Zukhruf ayat 9 -13

َّ َ‫ز َل ِمن‬YY‫) َوالَّ ِذي ن‬10( َ‫سبُال لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْهتَدُون‬


‫ َد ٍر‬Yَ‫ا ًء بِق‬YY‫ َما ِء َم‬Y‫الس‬ ُ ‫ض َم ْهدًا َو َج َع َل لَ ُك ْم فِي َها‬ ْ ‫) الَّ ِذي َج َع َل لَ ُك ُم‬9( ‫ا ْل َع ِزي ُز ا ْل َعلِي ُم‬
َ ‫األر‬
)12 ( َ‫ون‬Yُ‫ا ت َْر َكب‬Y‫ام َم‬Y ِ ‫ ِك َواأل ْن َع‬Y‫ َل لَ ُك ْم ِمنَ ا ْلفُ ْل‬Y‫ا َو َج َع‬YY‫اج ُكلَّ َه‬ ْ ‫ق‬
َ ‫األز َو‬ َ ‫فََأ ْن‬
َ Yَ‫) َوالَّ ِذي َخل‬11 ( َ‫ ون‬Y‫ َذلِ َك ت ُْخ َر ُج‬Y‫ا َك‬Yً‫ َدةً َم ْيت‬Y‫ ِه بَ ْل‬Yِ‫ ْرنَا ب‬Y‫ش‬
)13( َ‫س َّخ َر لَنَا َه َذا َو َما ُكنَّا لَهُ ُم ْق ِرنِين‬
َ ‫س ْب َحانَ الَّ ِذي‬ ْ ‫ستَ ُووا َعلَى ظُ ُهو ِر ِه ثُ َّم ت َْذ ُك ُروا نِ ْع َمةَ َربِّ ُك ْم ِإ َذا ا‬
ُ ‫ستَ َو ْيتُ ْم َعلَ ْي ِه َوتَقُولُوا‬ ْ َ‫لِت‬

Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit
dan bumi?” Niscaya mereka akan menjawab, "Semuanya diciptakan oleh Yang Mahaperkasa
lagi Maha Mengetahui.” Yang menjadikan bumi untuk kamu sebagai tempat menetap dan
Dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kamu supaya kamu mendapat petunjuk. Dan
Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan), Lalu Kami hidupkan
dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam
kubur). Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu
kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi. Supaya kamu duduk di atas punggungnya,
kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk diatasnya; dan supaya
kamu mengucapkan, 'Mahasuci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami,
padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya.

2. QS Al – Ankabut ayat 17

Artinya: Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan
kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu
memberikan rezki kepadamu; Maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan
bersyukurlah kepada-Nya. hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan. (QS. Al-Ankabut
ayat 17).

B. Tafsir QS. Az-Zukhruf ayat 9-13 dan Al-Ankabut ayat 17


1. QS. Az-Zukhruf ayat 9-13
Allah Swt. berfirman, "Jika engkau tanyakan kepada orang-orang musyrik
kepada Allah, yang menyembah selain-Nya di samping Dia, hai Muhammad,

}‫ض لَيَقُولُنَّ َخلَقَ ُهنَّ ا ْل َع ِزي ُز ا ْل َعلِي ُم‬


َ ‫األر‬
ْ ‫ت َو‬
ِ ‫س َم َوا‬ َ َ‫{ َمنْ َخل‬
َّ ‫ق ال‬

'Siapakah yang menciptakan langit dan bumi? 'Niscaya mereka akan menjawab, 'Semuanya
diciptakan oleh Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui' (Az-Zukhruf: 9)
yakni sungguh mereka akan mengakui bahwa yang menciptakan semuanya itu adalah Allah
semata, tiada sekutu bagi-Nya. Tetapi sekalipun begitu mereka menyembah selain-Nya di
samping Dia, yaitu berupa berhala-berhala dan tandingan-tandingan yang mereka ada-
adakan.

Kemudian Allah Swt. berfirman:


}‫ض َم ْهدًا‬ ْ ‫{الَّ ِذي َج َع َل لَ ُك ُم‬
َ ‫األر‬

Yang menjadikan bumi untuk kamu sebagai tempat menetap. (Az-Zukhruf: 10)


Yakni terhampar dengan kuat dan mantap sehingga kamu dapat berjalan di atasnya, berdiri
dan tidur, serta dapat melakukan perjalanan di atasnya. Padahal bumi itu diciptakan di atas
arus air, tetapi Dia mengukuhkannya dengan gunung-gunung agar tidak berguncang, baik ke
sana maupun ke arah sini (ini menurut teori di masa tafsir ini ditulis, Pent).
ُ ‫{و َج َع َل لَ ُك ْم فِي َها‬
}‫سبُال‬ َ
dan Dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kamu. (Az-Zukhruf: 10)
Yaitu jalan-jalan yang melintasi di antara gunung-gunung dan lembah-lembah.
} َ‫{لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْهتَدُون‬

supaya kamu mendapat petunjuk. (Az-Zukhruf: 10)


dalam perjalananmu dari suatu negeri ke negeri lain, dan dari suatu kawasan ke kawasan
yang lain, dan dari suatu daerah ke daerah yang lain.
َّ ‫{والَّ ِذي نز َل ِمنَ ال‬
}‫س َما ِء َما ًء بِقَ َد ٍر‬ َ

Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar. (Az-Zukhruf: 11)


yang diperlukan buat tanam-tanamanmu, pohon-pohon berbuahmu, dan untuk minummu dan
minum ternakmu.
**********
Firman Allah Swt.:
}‫{فََأ ْنش َْرنَا بِ ِه بَ ْل َدةً َم ْيتًا‬

lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati. (Az-Zukhruf: 11)
Yakni bumi yang mati. Maka ketika hujan diturunkan padanya, menjadi suburlah tanahnya
dan menumbuhkan berbagai macam tetumbuhan yang subur. Kemudian Allah Swt. melalui
penghidupan tanah yang mati ini mengingatkan akan penghidupan jasad yang telah mati
kelak di hari kiamat saat semuanya dikembalikan kepada-Nya. Untuk itu Allah Swt.
berfirman:
} َ‫{ َك َذلِ َك ت ُْخ َر ُجون‬

seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur). (Az-Zukhruf: 11)


**********
Kemudian Allah Swt. berfirman:
}‫اج ُكلَّ َها‬ ْ ‫ق‬
َ ‫األز َو‬ َ َ‫{والَّ ِذي َخل‬
َ
Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan. (Az-Zukhruf: 12)
dari apa yang ditumbuhkan dari bumi berupa berbagai macam tanaman, tumbuh-tumbuhan,
pohon-pohon yang berbuah, dan beraneka ragam bunga dan lain sebagainya, juga berupa
berbagai macam hewan yang beraneka ragam jenis dan macamnya.

َ ‫سفُ ِن‬
} َ‫{واأل ْن َع ِام َما ت َْر َكبُون‬ ِ ‫{و َج َع َل لَ ُك ْم ِمنَ ا ْلفُ ْل ِك} َأ‬
ُّ ‫ ال‬:‫ي‬ َ

dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi. (Az-Zukhruf: 12)
Yakni Allah telah menjinakkan, menundukkan, serta memudahkannya agar kamu dapat
memakan dagingnya dan meminum air susunya serta dapat kamu tunggangi punggungnya.

Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:


}‫ستَ ُووا َعلَى ظُ ُهو ِر ِه‬
ْ َ‫{لِت‬

Supaya kamu duduk di atas punggungnya. (Az-Zukhruf: 13)


Yaitu agar kamu dapat duduk dengan nyaman di atas punggungnya, yakni punggung hewan-
hewan yang dijadikan tunggangan olehmu.
}‫{ثُ َّم ت َْذ ُك ُروا نِ ْع َمةَ َربِّ ُك ْم‬
Kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu. (Az-Zukhruf: 13)
yang telah menundukkannya untuk kalian.

} َ‫س َّخ َر لَنَا َه َذا َو َما ُكنَّا لَهُ ُم ْق ِرنِين‬


َ ‫س ْب َحانَ الَّ ِذي‬ ْ ‫{ِإ َذا ا‬
ُ ‫ستَ َو ْيتُ ْم َعلَ ْي ِه َوتَقُولُوا‬

apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan.”Mahasuci


Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak
menguasainya.” (Az-Zukhruf: 13)
Yakni tidak dapat mengendalikannya, seandainya Allah tidak menundukkan ini untuk kita,
niscaya kita tidak akan mampu menguasainya.
Ibnu Abbas r.a, Qatadah, As-Saddi, dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa muqrinin artinya tidak
kuat menguasainya.
 Surah Az-Zukhruf Ayat 9
‫ض لَيَقُولُنَّ َخلَقَ ُهنَّ ۡٱل َع ِزي ُز ۡٱل َعلِي ُم‬
َ ‫ت َوٱَأۡل ۡر‬
ِ ‫س ٰ َم ٰ َو‬ َ َ‫سَأ ۡلتَ ُهم َّم ۡن َخل‬
َّ ‫ق ٱل‬ َ ‫َولَِئن‬

Terjemahan: Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang
menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka akan menjawab: “Semuanya diciptakan oleh
Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”.

Tafsir Jalalain: ‫ َولَِئن‬ (Dan sungguh jika) huruf Lam di sini bermakna Qasam َ‫سَأ ۡلتَ ُهم َّم ۡن َخلَق‬ َ
َ ‫ت َوٱَأۡل ۡر‬
َّ‫ض لَيَقُولُن‬ ِ ‫س ٰ َم ٰ َو‬
َّ ‫ٱل‬ (kamu tanyakan kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan
bumi?” Niscaya mereka akan menjawab,) dari lafal Layaquulunna terbuang Nun alamat
Rafa’nya, karena jika masih ada, maka akan terjadilah huruf Nun yang berturut-turut, dan hal
ini dinilai jelek oleh orang-orang Arab. Sebagaimana dibuang pula daripadanya Wawu
Dhamir jamak, tetapi ‘Illatnya bukan karena bertemunya dua huruf yang disukunkan,

‫خلَقَ ُهنَّ ۡٱل َع ِزي ُز ۡٱل َعلِي ُم‬ (“Semuanya


َ diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”)
jawaban terakhir mereka adalah, “Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Mengetahuilah yang
menciptakan kesemuanya itu.” Selanjutnya Allah swt. menambahkan:.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah bahwa: Sesungguhnya jika engkau, hai Muhammad,
bertanya kepada kaum musyrikin itu tentang Allah yang mereka sembah bersama yang lain-
Nya; ‫ ُز ۡٱل َعلِي ُم‬Y ‫ولُنَّ َخلَقَ ُهنَّ ۡٱل َع ِزي‬YYُ‫ض لَيَق‬
َ ‫ت َوٱَأۡل ۡر‬
ِ ‫ ٰ َم ٰ َو‬Y ‫ٱلس‬
َّ ‫ق‬َ Y َ‫ َّم ۡن َخل‬ (“Siapakah yang menciptakan langit dan
bumi? Niscaya mereka akan menjawab:

Semuanya diciptakan oleh Yang Mahaperkasa lagi Maha mengetahui.”) yaitu niscaya mereka
mengakui bahwa Mahapencipta semua itu adalah Allah Mahaesa Yang tidak ada sekutu bagi-
Nya, walaupun di samping itu mereka menyembah selain Allah berupa patung-patung dan
berhala bersama-Nya.

Tafsir Kemenag: Ayat ini ditujukan Allah kepada Rasul-Nya bahwa apabila dia bertanya
kepada orang-orang musyrik kaumnya, siapakah yang menjadikan alam semesta seperti
langit, bumi dan lainnya, mereka dengan tandas menjawab, bahwa semuanya itu diciptakan
oleh Allah, Tuhan yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui segalanya, tidak satu pun yang
tersembunyi bagi-Nya. Firman Allah:

Bagi Allah tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di bumi dan di langit. (Ali ‘Imran/3: 5)

Tafsir Quraish Shihab: Aku bersumpah bahwa jika kamu, Muhammad, bertanya kepada
orang-orang kafir itu tentang siapa yang menciptakan langit dan bumi, mereka pasti akan
mengatakan bahwa yang menciptakan langit dan bumi adalah Allah yang benar-benar
Mahaperkasa dan Maha Mengetahui.

 Surah Az-Zukhruf Ayat 10


َ‫سبُاًل لَّ َعلَّ ُكمۡ ت َۡهتَدُون‬ َ ‫ٱلَّ ِذى َج َع َل لَ ُك ُم ٱَأۡل ۡر‬
ُ ‫ض َم ۡهدًا َو َج َع َل لَ ُكمۡ فِي َها‬

Terjemahan: Yang menjadikan bumi untuk kamu sebagai tempat menetap dan Dia membuat
jalan-jalan di atas bumi untuk kamu supaya kamu mendapat petunjuk.

َ ‫ٱلَّ ِذى َج َع َل لَ ُك ُم ٱَأۡل ۡر‬ (Yang menjadikan bumi untuk kalian sebagai tempat
Tafsir Jalalain: ‫ض َم ۡهدًا‬
menetap) sebagai hamparan yang mirip dengan ayunan bayi  ‫بُاًل‬YY‫س‬ ُ ‫ا‬YY‫ َل لَ ُكمۡ فِي َه‬YY‫ َو َج َع‬ (dan Dia
membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kalian) dilalui  َ‫لَّ َعلَّ ُكمۡ ت َۡهتَدُون‬ (supaya kalian mendapat
petunjuk) untuk mencapai tujuan-tujuan di dalam perjalanan kalian.

َ ‫ٱلَّ ِذى َج َع َل لَ ُك ُم ٱَأۡل ۡر‬ (“Yang menjadikan


Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Allah berfirman: ‫ دًا‬Y‫ض َم ۡه‬
bumi untukmu sebagai tempat menetap.”) yaitu berupa hamparan yang kokoh, tempat kalian
berjalan, berdiri, tidur dan beraktifitas di dalamnya. Walaupun dia diciptakan di atas
gelombang air, akan tetapi dia dikokohkan oleh gunung-gunung, agar tidak
menggoncangkan.

ُ ‫ا‬Y‫و َج َع َل لَ ُكمۡ فِي َه‬ (“Dan


‫بُاًل‬Y‫س‬ َ Dia membuat jalan-jalan di atas bumi untukmu”) yaitu jalan-jalan
yang berada di antara gunung-gunung dan lembah.  َ‫لَّ َعلَّ ُكمۡ ت َۡهتَدُون‬ (“Agar kalian mendapatkan
petunjuk.”) dalam menempuh perjalanan kalian dari suatu negeri ke negeri lain, dari satu
daerah ke daerah lain dan dari satu benua ke benua lain.
Tafsir Kemenag: Allah menerangkan bahwa Dia-lah yang menjadikan bumi sebagai
hamparan dan menyiapkannya bagi makhluk-Nya untuk tempat mereka menetap, berpijak
dan mengayunkan kaki, diperlengkapi dengan jalan-jalan agar mereka dapat berkunjung dari
satu tempat ke tempat yang lain, baik yang dekat maupun yang jauh untuk kepentingan hidup
dan penghidupan, kepentingan ekonomi dan perdagangan, dan lain-lain. Sejalan dengan ayat
ini firman Allah: Bukankah Kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan. (an-Naba’/78: 6)

Firman Allah: Dan Kami jadikan (pula) di sana jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat
petunjuk. (al-Anbiya’/21: 31).

Tafsir Quraish Shihab: Yatu Tuhan yang menjadikan bumi sebagai tempat yang penuh
dengan kemudahan agar kalian dapat bertempat tinggal dan dapat memanfaatkannya, dan
yang menciptakan jalan-jalan di atas bumi untuk kalian gunakan dalam perjalanan sehingga
kalian pun dapat mencapai tempat tujuan.

 Surah Az-Zukhruf Ayat 11


َ‫س َمٓا ِء َمٓا ۢ ًء بِقَ َد ٍر فََأنش َۡرنَا ِب ِهۦ بَ ۡل َدةً َّم ۡيتًا َك ٰ َذلِ َك ت ُۡخ َر ُجون‬
َّ ‫َوٱلَّ ِذى نَ َّز َل ِمنَ ٱل‬

Terjemahan: Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu
Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari
dalam kubur).

Tafsir Jalalain: ‫ َد ٍر‬Yَ‫ٓا ۢ ًء بِق‬Y‫س َمٓا ِء َم‬


َّ ‫ َوٱلَّ ِذى نَ َّز َل ِمنَ ٱل‬ (Dan Yang menurunkan air dari langit menurut
kadar) yang diperlukan oleh kalian, dan Dia tidak menurunkannya dalam bentuk hujan yang
sangat besar yang disertai dengan angin topan ‫ ٰ َذلِ َك‬Y‫ا َك‬YYً‫ َدةً َّم ۡيت‬Y‫ ۡرنَا بِ ِهۦ َب ۡل‬Y‫نش‬
َ ‫فََأ‬ (lalu Kami hidupkan
dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah) sebagaimana cara menghidupkan
itulah  َ‫ت ُۡخ َر ُجون‬ (kalian akan dikeluarkan) dari dalam kubur kalian lalu kalian menjadi hidup
kembali.

Tafsir Ibnu Katsir: ‫ َد ٍر‬YYَ‫ٓا ۢ ًء بِق‬YY‫ َمٓا ِء َم‬YY‫ٱلس‬


َّ َ‫ َّز َل ِمن‬YYَ‫ َوٱلَّ ِذى ن‬ (“Dan yang menurunkan air dari langit
menurut kadar [yang diperlukan].”) yaitu sesuai dengan apa yang diperlukan bagi tanam-
tanaman dan buah-buahan, serta untuk minuman kalian dan binatang ternak kalian.
Firman Allah: ‫فََأنش َۡرنَا بِ ِهۦ بَ ۡل َدةً َّم ۡيتًا‬ (“Lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati.”) tanah
gersang, dimana ketika air datang, dia tumbuh subur dan menumbuhkan setiap pohon yang
indah. Kemudian dengan dihidupkannya tanah, Allah Ta’ala mengingatkan tentang
dihidupkannya jasad-jasad pada hari kiamat setelah datangnya kematian. Dia berfirman: ‫َك ٰ َذلِ َك‬
َ‫ت ُۡخ َر ُجون‬ (“Seperti itulah kamu akan dikeluarkan [dari dalam kubur].”)

Tafsir Kemenag: Allah menurunkan hujan dari langit sesuai dengan keperluan untuk
menghidup-suburkan tanam-tanaman dan tumbuh-tumbuhan. Dia menurunkan hujan tidak
lebih dari yang diperlukan sehingga tidak melimpah ruah melampaui batas dan akhirnya
menjadi bencana, seperti halnya air bah yang merusak dan membinasakan, dan tidak pula
terlalu sedikit sehingga tidak mencukupi kebutuhan untuk kesuburan tanam-tanaman dan
tumbuh-tumbuhan yang menyebabkan kering dan layu, dan mengakibatkan timbulnya
bencana kelaparan yang menimpa makhluk Allah di mana-mana.

Dengan turunnya hujan dari langit sesuai dengan kadar yang diperlukan, maka hidup dan
makmurlah negeri yang telah mati yang tidak lagi ditumbuhi tanam-tanaman dan pohon-
pohonan. Sebagaimana Allah kuasa menghidupkan negeri yang telah mati, begitu pula Dia
kuasa menghidupkan dan mengeluarkan orang-orang mati itu dari kubur dalam keadaan
hidup, sebagaimana firman Allah:

Dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dengan air itu dihidupkannya bumi setelah
mati (kering). (ar-Rum/30: 24)

Dan firman-Nya: Maka Kami arahkan awan itu ke suatu negeri yang mati (tandus) lalu
dengan hujan itu Kami hidupkan bumi setelah mati (kering). Seperti itulah kebangkitan itu.
(Fathir/35: 9)

Apa yang dikemukakan oleh ayat ini dibuktikan oleh ilmu pengetahuan yang ditemukan
manusia saat ini. Diperkirakan dalam waktu satu detik, sebanyak 16 juta ton air menguap dari
bumi. Menggunakan angka ini, maka diperhitungkan akan adanya 513 triliun ton air yang
menguap dari bumi dalam setahun. Angka ini ternyata sama dengan perhitungan mengenai
jumlah air hujan yang turun dalam setahun.
Dengan demikian, air melakukan sirkulasi yang seimbang secara terus-menerus. Kehidupan
di bumi sangat bergantung pada keberlanjutan siklus air yang demikian ini. Walaupun banyak
teknologi mencoba mengintervensi siklus alami ini, seperti membuat hujan buatan, pada
kenyataannya siklus air tidak dapat dibuat secara artifisial.

Proporsi air hujan tidak hanya penting dalam bentuk jumlahnya, tetapi juga kecepatan
turunnya butir air hujan [menurut ukuran yang diperlukan]. Kecepatan butir air hujan tidak
melebihi kecepatan standar, tidak peduli berapa ukuran butir air hujan itu.

Umumnya butiran air hujan mempunyai diameter 4,5 mm. Kecepatannya sekitar 8 meter per
detik. Pada ukuran yang lebih kecil, tentunya kecepatannya lebih rendah. Pada ukuran butiran
yang lebih besar dari 4,5 mm, tidak berarti kecepatannya makin tinggi. Kecepatannya tetap,
yaitu sekitar 8 meter per detik.

Hal ini disebabkan karena bentuk butiran yang cair itu akan berinteraksi dengan udara dan
angin sehingga bentuk butir air itu berubah sedemikian rupa yang mengakibatkan kecepatan
jatuhnya menurun dan tidak melebihi kecepatan standar.

Menghidupkan negeri yang mati dengan air (hujan) dari langit telah difirmankan pada Surah
Fussilat/41: 39, bahwasanya dengan diturunkan hujan di daerah yang tandus maka daerah
tersebut akan (bisa, dengan kehendak Allah) ditumbuhi pepohonan. Pada ayat ini ditekankan
bahwa air dari langit diturunkan menurut kadar tertentu.

Kebangkitan manusia setelah alam kubur sering diibaratkan dengan menghidupkan tanah
yang tandus dengan air hujan. Perumpamaan ini dapat kita bandingkan dengan tumbuhnya
biji-bijian atau spora liar yang terbawa tiupan angin dan terserak di atas tanah yang kering.

Apabila tanah yang kering ini mendapat siraman hujan dengan jumlah yang cukup [menurut
ukuran yang diperlukan], maka biji-biji tersebut akan tumbuh menjadi kecambah-kecambah
dan kemudian menjadi tumbuhan.
Apabila curah hujan sangat banyak maka biji-bijian atau spora yang menjadi bakal benih
tumbuh-tumbuhan akan hanyut terbawa aliran air. Seandainya aliran air tidak sampai
menghanyutkan, tetapi bila kadar kelembaban air dalam tanah terlalu berlebih maka biji-
bijian tidak akan tumbuh menjadi kecambah, malahan akan membusuk. Semuanya menurut
ukuran.

Tafsir Quraish Shihab: Yaitu Tuhan yang yang menurunkan air hujan dari langit sesuai
dengan kadar yang dibutuhkan. Dengan air itu, Kami kemudian menghidupkan negeri yang
kering kerontang tak bertanaman. Dengan cara menghidupkan seperti itulah kalian akan
dihidupkan kembali dari dalam kubur untuk menerima pembalasan. Apakah kalian masih
juga mengingkari.

 Surah Az-Zukhruf Ayat 12


َ‫ق ٱَأۡل ۡز ٰ َو َج ُكلَّ َها َو َج َع َل لَ ُكم ِّمنَ ۡٱلفُ ۡل ِك َوٱَأۡل ۡن ٰ َع ِم َما ت َۡر َكبُون‬
َ َ‫َوٱلَّ ِذى َخل‬

Terjemahan: Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan


untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi.

Tafsir Jalalain: ‫ق ٱَأۡل ۡز ٰ َو َج‬


َ َ‫ َوٱلَّ ِذى َخل‬ (Dan Yang menciptakan makhluk yang berpasang-pasangan)
berbagai jenis makhluk berpasang-pasangan ‫ ُكلَّ َها َو َج َع َل لَ ُكم ِّمنَ ۡٱلفُ ۡل ِك‬ (semuanya, dan menjadikan
untuk kalian kapal) atau perahu-perahu ‫وٱَأۡل ۡن ٰ َع ِم‬ (dan
َ binatang ternak) misalnya unta ‫ا‬YYY‫َم‬
َ‫ون‬YYُ‫ت َۡر َكب‬ (yang kalian tunggangi) di dalam lafal ayat ini dibuang daripadanya Dhamir yang
kembali kepada lafal Ma demi untuk meringkas, Dhamir tersebut adalah lafal Fihi
maksudnya, yang dapat kalian kendarai.

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Allah berfirman: ‫ق ٱَأۡل ۡز ٰ َو َج ُكلَّ َها‬


َ YYYYَ‫ َوٱلَّ ِذى َخل‬ (“Dan Yang
menciptakan semua yang berpasang-pasangan”) yaitu dari berbagai jenis yang tumbuh di
muka bumi berupa tumbuh-tumbuhan, tanam-tanaman, buah-buahan, bunga-bunga dan lain-
lain, serta berbagai hewan dengan berbagai jenis dan macam yang berbeda-beda.

‫ َو َج َع َل لَ ُكم ِّمنَ ۡٱلفُ ۡل ِك‬ (“Dan menjadikan untukmu kapal”) yaitu kapal-kapal.  َ‫ون‬YYُ‫ َوٱَأۡل ۡن ٰ َع ِم َما ت َۡر َكب‬ (“dan
binatang ternak yang kamu kendarai”) yaitu Dia tundukkan, Dia atur dan Dia mudahkan
semua itu untuk kalian agar kalian dapat memakan dagingnya, dapat kalian minum susunya
dan dapat kalian kendarai.

Tafsir Kemenag: Di antara sifat Allah yang disebut dalam ayat ini ialah Dia-lah yang
menciptakan semua makhluk berpasang-pasangan, laki-laki perempuan, jantan-betina, baik
dari jenis tumbuh-tumbuhan, pohon-pohonan, buah-buahan, bunga-bungaan dan lain-lain
maupun dari jenis hewan dan manusia. Dia pula yang menjadikan kendaraan berupa perahu,
kapal yang dapat dipergunakan untuk mengangkut manusia dan keperluan barang dagangan
di laut, dan binatang ternak, seperti unta, kuda, himar, sapi dan lain-lain yang dapat
dipergunakan sebagai alat pengangkutan di darat, dan lain-lain yang dapat menghubungkan
satu tempat dengan tempat yang lain, baik di darat maupun di laut dengan macam alat
perhubungan.

Sesuai dengan firman Allah: Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai, untuk
kamu tunggangi dan (menjadi) perhiasan. Allah menciptakan apa yang tidak kamu ketahui.
(an-Nahl/16: 8)

Penjelasan mengenai Allah menciptakan segala sesuatunya berpasang-pasangan dapat dilihat


penjelasannya pada Surah asy-Syura/42: 11. Beberapa ayat lain yang membicarakan hal yang
sama adalah Yasin/36: 36, ar-Ra’d/13: 3, dan adh-dzariyat/51: 49.

Tafsir Quraish Shihab: Dialah Tuhan yang menciptakan segala jenis makhluk. Dia
menjadikan bahtera dan binatang ternak tunduk kepada kalian sehingga dapat kalian
pergunakan sebagai kendaraan dalam perjalanan memenuhi keperluam hidup kalian.
 Surah Az-Zukhruf Ayat 13
ُ‫ا ُكنَّا لَ ۥه‬YY‫ َذا َو َم‬Y‫ا ٰ َه‬YYَ‫ َّخ َر لَن‬Y‫س‬
َ ‫ ۡب ٰ َحنَ ٱلَّ ِذى‬Y‫س‬ ۡ ‫ ةَ َربِّ ُكمۡ ِإ َذا‬Y‫ذ ُك ُرو ْا نِ ۡع َم‬Yۡ Yَ‫و ِر ِهۦ ثُ َّم ت‬YY‫تَ ُوۥ ْا َعلَ ٰى ظُ ُه‬Y‫لِت َۡس‬
ُ ‫و ْا‬YYُ‫ ِه َوتَقُول‬Y‫تَ َو ۡيتُمۡ َعلَ ۡي‬Y‫ٱس‬
َ‫ُم ۡق ِرنِين‬

Terjemahan: Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat
Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: “Maha Suci
Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu
menguasainya,

Tafsir Jalalain: ‫لِت َۡستَ ُوۥ ْا‬ (Supaya kalian dapat duduk) tetap ‫و ِر ِهۦ‬YY‫ َعلَ ٰى ظُ ُه‬ (di atas punggungnya)
Dhamir yang ada pada ayat ini dimudzakkarkan, dan lafal Zhahr dikemukakan dalam bentuk
jamak sehingga menjadi Zhuhur; hal ini karena memandang makna yang terkandung di dalam
lafal Ma  َ‫ ِرنِين‬Y‫ا ُكنَّا لَهۥُ ُم ۡق‬YY‫ َذا َو َم‬Y‫ا ٰ َه‬YYَ‫ َّخ َر لَن‬Y‫س‬
َ ‫س ۡب ٰ َحنَ ٱلَّ ِذى‬ ۡ ‫ثُ َّم ت َۡذ ُك ُرو ْا ِن ۡع َمةَ َربِّ ُكمۡ ِإ َذا‬ (kemudian
ُ ‫ٱستَ َو ۡيتُمۡ َعلَ ۡي ِه َوتَقُولُو ْا‬
kalian ingat nikmat Rabb kalian apabila kalian telah duduk di atasnya dan supaya kalian
mengatakan,

“Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya
tidak mampu menguasainya) tidak dapat menguasainya.

Tafsir Ibnu Katsir: Untuk itu Allah berfirman: ‫لِت َۡستَ ُوۥ ْا َعلَ ٰى ظُ ُهو ِر ِهۦ‬ (“Supaya kamu duduk di atas
punggungnya”) agar kalian dapat duduk dengan tenang, mantap dan membonceng orang
lain. ‫“( َعلَ ٰى ظُ ُهو ِر ِهۦ‬Di atas punggungnya”) yaitu di atas punggung binatang jenis tersebut. ‫ثُ َّم‬
ۡ‫ت َۡذ ُك ُرو ْا نِ ۡع َمةَ َربِّ ُكم‬ (“Kemudian kamu ingat nikmat Rabb-mu”) yaitu dengan apa yang telah Dia
tundukkan untuk kalian.

َ‫ ِرنِين‬Y‫ا ُكنَّا لَهۥُ ُم ۡق‬YY‫ َذا َو َم‬Y‫ا ٰ َه‬YYَ‫ َّخ َر لَن‬Y ‫س‬
َ ‫ ۡب ٰ َحنَ ٱلَّ ِذى‬Y ‫س‬ ۡ ‫ِإ َذا‬ (“Apabila kamu telah duduk di
ُ ‫و ْا‬YYُ‫ ِه َوتَقُول‬Y‫ت ََو ۡيتُمۡ َعلَ ۡي‬Y ‫ٱس‬
atasnya, dan supaya kamu mengucapkan: Mahasuci Dia yang telah menundukkan semua ini
bagi kami, padahal sebelumnya kami tidak mampu menguasainya.”) yaitu tidak mampu
mengendalikannya. Seandainya bukan karena Allah yang menundukkannya kepada kami,
niscaya kami tidak mampu menguasainya. Ibnu ‘Abbas, Qatadah, as-Suddi dan Ibnu Zaid
mengatakan: “Muqriniin; yaitu mampu.”
Tafsir Kemenag: Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa apabila manusia berada di atas
punggung binatang, perahu, kapal, kereta api, pesawat terbang dan lain-lain hendaklah
mengingat nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepada mereka, hendaklah mengagungkan
Allah dan menyucikan-Nya dari sifat-sifat yang tidak layak yang dituduhkan orang-orang
musyrik kepada-Nya, dan hendaklah mereka membaca ayat ini sebagai doa:

Mahasuci (Allah) yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya
tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. (az-
Zukhruf/43: 13-14)

Andaikata Allah tidak menundukkan alam semesta dengan ilmu yang dianugerahkan-Nya
tentu manusia tidak dapat melakukannya, karena yang demikian itu di luar kemampuan
mereka.

Bacaan doa itu mengingatkan manusia supaya selalu bersiap-siap menghadapi hari
pembalasan saat seluruh manusia akan menghadapi dan mengalaminya dan jangan lalai
mengingat Allah, baik di waktu bepergian atau tidak, di waktu berlayar atau tinggal di
kampung halaman.

Sehubungan dengan tafsir di atas, diriwayatkan oleh Imam Muslim, Abu Dawud, dan an-
Nasa’i bahwa Rasulullah saw, apabila bepergian dan berkendaraan mengucapkan tiga kali
dan membaca doa tersebut di atas.Apabila Nabi saw mengendarai kendaraannya untuk
melakukan suatu perjalanan, maka beliau bertakbir tiga kali. Kemudian beliau membaca,
“Mahasuci (Allah) yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya
tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan
kami.”(Riwayat Muslim, Abu Dawud, dan an-Nasa’i)

Ayat di atas mengajarkan agar manusia mensyukuri nikmat Allah yang telah diberikan berupa
binatang dan memperlakukannya dengan baik. Kesetaraan di antara makhluk, terutama antara
binatang dan manusia, sangat ditekankan Tuhan.
Salah satu ayat di bawah ini menjelaskan bahwa binatang juga umat Tuhan, sama dengan
manusia. Walau mereka mempunyai ciri, kekhususan dan sistem yang berbeda-beda, pada
hakikatnya, mereka sama dengan manusia di mata Tuhan. Dan manusia diwajibkan untuk
mengingatnya.

Dan tidak ada seekor binatang pun yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan
kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat (juga) seperti kamu. Tidak ada
sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka
dikumpulkan.” (al-An’am/6: 38)

Beberapa ayat Al-Qur’an menyinggung mengenai binatang, antara lain tentang bagaimana
manusia harus bersikap terhadap binatang, kegunaan binatang untuk manusia, perilaku
binatang yang harus ditiru manusia, dan banyak lagi lainnya.

Dalam hubungan kesetaraan antar makhluk ini, ada tulisan seorang arif, Muhammad Fazlur
Rahman Ansari, berbunyi demikian, “Segala yang di muka bumi ini diciptakan untuk kita,
maka sudah menjadi kewajiban alamiah kita untuk: menjaga segala sesuatu dari kerusakan;
memanfaatkannya dengan tetap menjaga martabatnya sebagai ciptaan Tuhan;
melestarikannya sebisa mungkin, yang dengan demikian, mensyukuri nikmat Tuhan dalam
bentuk perbuatan nyata.”

Menyangkut hewan atau satwa peliharaan, Al-Qur’an dalam Surah an-Nahl/16: 5


menyebutkan beberapa manfaat binatang untuk manusia:

Dan hewan ternak telah diciptakan-Nya untuk kamu, padanya ada (bulu) yang
menghangatkan dan berbagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan. (an-Nahl/16: 5)

Dalam hubungannya dengan ayat dari Surah an-Nahl di atas, kita harus memperhatikan
bahwa, misalnya, kulit dan bulu binatang ternak boleh dimanfaatkan. Namun Nabi
Muhammad saw melanjutkannya dengan satu hal yang sangat bijaksana.
Beliau melarang penggunaan kulit binatang liar walaupun sekedar untuk alas lantai. Jika
aturan atau himbauan yang dikemukakan Nabi ini ditaati oleh semua orang, maka
pembunuhan sia-sia terhadap beberapa jenis binatang liar demi meraih keuntungan semata
niscaya tidak terjadi.

Demikian pula, kendati umat Islam diperbolehkan mengkonsumsi daging beberapa binatang
tertentu, tapi perlu diingat bahwa hal ini tidak menghalalkan pembantaian secara kejam dan
tak terkendali terhadap mereka.

Salah satu manfaat binatang adalah sebagai tunggangan. Kita harus ingat bahwa orang-orang
Arab di masa lalu sepenuhnya bergantung pada unta untuk membantu membawa barang
dalam perjalanan. Tuhan menyatakan hal tersebut dalam ayat di bawah:

Dan ia mengangkut beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup mencapainya,
kecuali dengan susah payah. Sungguh, Tuhanmu Maha Pengasih, Maha Penyayang. Dan (Dia
telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai untuk kamu tunggangi dan (menjadi) perhiasan.
Allah menciptakan apa yang tidak kamu ketahui. (an-Nahl/16: 7-8)

Pada hakikatnya Islam mengajarkan pada umatnya untuk menyayangi binatang dan
melestarikan kehidupannya. Di dalam Al-Qur’an, Allah menekankan bahwa Dia telah
menganugerahi manusia wilayah kekuasaan yang mencakup segala sesuatu di dunia ini.

Dan Dia telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu
semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. (al-Jatsiyah/45: 13).

Dalam ayat ini, Al-Qur’an sama sekali tidak menunjukan bahwa manusia memiliki
kekuasaan mutlak untuk berbuat sekehendak hatinya segala sesuatu yang ada di langit dan
bumi. Mereka juga tidak pula memiliki hak tanpa batas untuk menggunakan alam sehingga
merusak keseimbangan ekologisnya.

” …. semua itu dari Dia ….” Penggalan ayat di sini seharusnya disadari dan dimengerti
sebagai pengingat-ingat dari Tuhan, bahwa manusia tidak memiliki apa-apa di dunia ini. Jadi
bagaimana seharusnya kita memperlakukan barang orang lain harus selalu diingat di dalam
benak “…orang-orang yang berpikir….”

Islam pada dasarnya tidak mendukung manusia untuk menyalahgunakan binatang


untuk tujuan olahraga maupun untuk menjadikan binatang sebagai objek eksperimen yang
sembarangan. Ayat ini mengingatkan umat manusia bahwa Sang Pencipta telah menjadikan
semua yang ada di alam ini (termasuk satwa) sebagai amanah yang harus mereka jaga.

Tafsir Quraish Shihab: Agar kalian dapat merasa tenang saat berada di atas punggungnya
kemudian mengingat-ingat nikmat Sang Pencipta dan Pembimbing kalian dalam
menundukkan binatang-binatang itu. Juga agar kalian–sebagai pengagungan atas
ditundukkannya bintang-binatang itu sekaligus sebagai pengakuan atas kelemahan kalian
dalam mengendalikan dan menguasainya–berucap, “Sungguh Mahasuci Tuhan yang telah
menundukkan semua ini untuk kami, sementara kami tidak akan pernah mampu
mendundukkannya!

2. QS. Al-Ankabut ayat 17

Kata ‫ اَوْ ثَانًا‬autsanan adalah bentuk jamak dari kata watsan, yaitu berhala yang berupa
batu atau dari kayu dan memiliki bentuk seperti manusia atau hewan yang mereka pilih atau
buat untuk disembah. Kata ini lebih khusus dari pada kata ashnam, karena yang ini adalah
berhala yang disembah walau hanya batu yang tidak berbentuk.

Kata autsanan dalam ayat ini berbentuk nakirah sehingga mengisyratkan bahwa
kepercayaan tentang ketuhanan berhala-berhala itu adalah kepercayaan sesat yang tidak
berdasar serta berupa kebohongan dan pemutar balikan fakta karena berhala-berhala itu tidak
mampu memberikan manfaat kepada penyembahnya.

Ahmad Mushtafa al-Maraghi menegaskan bahwa pada ayat ini “Allah swt
memberitahukan kepada orang kafir bahwa apa yang mereka sembah selain Allah swt itu
tidak lain hanyalah berhala-berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri, dan
mereka berdusta ketika menamakannya sebagai Tuhan serta mengakuinya dapat memberikan
syafaat bagi mereka di sisi Tuhan”.
Dalam tafsir Fi Zhilal al-Qur‟an, dijelaskan bahwa nabi Ibrahim menjelaskan kepada
mereka kerusakan kepercayaan mereka selama ini ditinjau dari beberapa segi. Pertama,
mereka menyembah berhala-berhala selain Allah swt, dan itu adalah penyembahan yang amat
bodoh. Apalagi jika mereka menghindar untuk menyembah Allah swt. Kedua, dengan
penyembahan itu mereka tidak bersandar pada dalil. Berhala itu hanyalah buatan mereka
dengan penuh misi dusta dan kebatilan mereka menciptakannya sebagai suatu ciptaan yang
tak ada cerita sebelumnya, karena mereka membuat sesuai dengan dorongan diri mereka
tanpa ada dasar dan kaidah yang menjadi pijakan mereka. Ketiga, berhala-berhala ini tidak
memberikan manfaat bagi mereka sedikitpun.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang mereka sembah ini
hanyalah berhala. Berhala itu adalah buatan tangan mereka sendiri, lalu mereka beriman.
Padahal berhala mereka terbuat dari batu atau dari kayu. Mereka membuatnya sendiri lalu
kemudian mereka sembah dan mereka muliakan dan mereka beri nama dan mereka
Tuhankan, perbuatan mereka sudah nyata dusta.

Kata ‫ ِر ْزقًا‬rizqan terambil dari asal kata razaqa yarzuqu rizqon yang artinya “tiap-tiap
rizki yang memberi manfaat”.

Penulis menarik kesimpulan bahwa rizki itu adalah sesuatu hal yang dapat
memberikan asas manfaat terhadap orang lain yang datangnya langsung dari Allah swt
melalui perantara. Oleh karena itu dianjurkan kepada manusia agar sekiranya terus
meningkatkan ibadahnya dan meminta rizki kepada Allah, karena Allahlah sang maha
pemberi rizki dan memberikan kepada orang yang Ia kehendaki-Nya.

Selanjutnya kata ‫ا ْبتَ ُغوْ ا‬ddَ‫ ف‬fabtaghu terambil dari kata bagha yang antara lain berarti
meminta atau menuntut sesuatu melebihi batas moderasi, baik dalam kuantitas maupun
kualitas.

Ahmad mustafa al-maraghi menjelaskan, maka carilah rizki dari Allah swt bukan dari
berhala-berhala kalian, niscaya kalian akan memperoleh apa yang kalian cari itu dan
beribadah kepada-Nya semata dan bersyukurlah atas segala nikmat yang dilimpahkan-Nya
kepada kalian seraya memohon tambahan dan karunia-Nya.
Rizki itu menjadi pikiran utama banyak orang, terutama jiwa yang tak dipenuhi
dengan keimanan. Namun mencari rizki dari Allah swt adalah hakikat yang bukan sekedar
untuk mendorong kecendrungan yang tersimpan dalam jiwa.

C. Asbabun Nuzul QS. Az-Zukhruf ayat 9-13 dan Al-Ankabut ayat 17


1. QS. Az-Zukhruf ayat 9-13
Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzur dari Qatadah bahwasanya orang – oarang
munafik beranggapan bahwa Allah memiliki jalinan dengan jin lalu lahir lah
malaikat . Lalu , turun lah ayat ini yang memperingatkan bahwa allah selalu mencatat
yang mereka persaksikan . ( Lubabun nuqul : 172 ).
2. QS Al – Ankabut ayat 17
Pada mulanya ayat 17 surah al-Ankabut ini, menceritakan umat Nabi Ibrahim
yang tidak mau menyembah Allah. Bahkan mereka menyembah patung-patung buatan
mereka sendiri. Dengan demikian Allah menjelaskan bahwa patung-patung atau
lainnya yang mereka sembah selain diri-Nya, tidak bias berbuat apa-apa. Apalagi
memberi rezeki untuk kehidupannya. Hanya dari sisi Allahlah rezeki itu didapat. Oleh
karena itu sehrusnya mereka hanya menyembah Allah dan bersyukur kepada-Nya,
sebab mereka pun akan dikembalikan kepada-Nya.
M.Quraish Shihab (2006:461-462) mengatakan bahwa ayat tersebut adalah
teguran kepada umat Nabi Ibrahim, yang menyembah berhala-berhala untuk
mengharap mendapat rezeki dari apa yang disembahnya. Lalu ditegaskan bahwa
berhala-berhala itu tidak mampu memberikan rezeki dan tidak patut untuk disembah.
Sebagaiman Allah menggunakan kata ”rizqoo” yang konteks kalimatnya adalah
menafikan kemampuan berhala.
Kemudian Allah menggunakan kalimat “fabtaghuu” artinya mintalah. Dan
“arrizqi´ artinya rezeki secara umum (segala bentuk rezeki). Dan adanya penambahan
huruf ”ta” pada kalimat “fabtaghuu” digunakan sebagai penegasan bahwa untuk
mendapatkan rezeki Allah itu hendaknya dengan berusaha sungguh-sungguh.
(M.Quraish Shihab, 2006: 461). Di ayat itu juga Allah mempertegas agar kita
menyembahnya, karena hanya Dia yang patut disembah. Dia yang memberikan segala
rezeki kepada oleh karena itu Allah melanjutkan firman-Nya dengan perintah untuk
mensyukurinya.
Di ujung ayat terdapat kata “wasykuruulah” dan bersyukurlah kepada-Nya.
Ayat inilah yang menegaskan kepada kita untuk mensyukuri segala rezeki yang telah
diberikan oleh Allah. Baik nikmat/rezeki yang langsung diberikan Allah tanpa
diminta dan diusahakan seperti pemberian nyawa (ruh), anggota tubuh, maupun
rezeki/nikmat yang diminta dan diusahakan terlebih dahulu seperti harta dan benda,
uang, kesehatan dan lain sebagainya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bersyukur berarti kita mensyukuri apa yang diberikan Allah Swt
kepada kita dengan kekuatan iman dan meyakini bahwa segala sesuatu
tidak ada yang sia- sia. Kita dapat mensyukuri nikmat dengan cara
berdzikir, dengan lisan kita dapat mengucapkan alhamdulilla, dengan hati
yaitu meyakini bahwa segala bentuk nikmat & berkah datangnya semata
hanya dari Allah Swt dan kita dapat mensyukuri nikmat Allah Swt dengan
perbuatan kita dengan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala
larangan-Nya. Segala bentuk syukur kita merupakan rasa terimakasih kita
kepada Allah Swt, dan manusia yang tidak mau bersyukur maka ia akan
rugi karena Allah Swt tidak membutuhkan rasa syukurpun dia tidak akan
dirugikan yang pada dasarnya Allah Swt maha kaya akan sesuatu
melainkan orang yang bersyukur ia mensyukuri untuk dirinya sendiri.
Barang siapa yang menyembah selain Allah, ia tidak mampu memberimu
rezeki. Maka sebahlah Allah dan bersyukurlah pada-Nya hanya pada-Nya
lah kamu akan dikembalikan.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ja’far, Muhammad. Tafsir Ath-Thobari, (penerjemah Misbah Abdul Somad).


Jakarta: Pustaka Azzam. 2009.

Al-Qurtubi, Syekh Imam. Tafsir Al-Qurtubi, (Penerjemah Akhmad Khotib), Jakarta:


Pustaka Azzam. 2009.

Departemen Agama RI. Al-Hikmah AL-Qur’an dan terjemahnya. Bandung:


Diponegoro. 2004.

Matsna, Mohammad. Pendidikan Agama Islam Al-Qur’an Hadits. Semarang: Toha


Putra. 2009.

Muslim, Al-Imam. Shohih Muslim Shihab, M. Quraisy, Tafsir Al-Misbah (Pesan,


Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an). Jakarta: Lentera Hati. 2002.

Nawawi, Imam. Riyadhush-Shalihin. Jakarta : Pustaka Azzam. 2006

https://pecihitam.org/surah-az-zukhruf-ayat-9-14-terjemahan-dan-tafsir-al-quran/

http://www.ibnukatsironline.com/2015/10/tafsir-surat-az-zukhruf-ayat-9-14.html

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32686/1/KAREN
%20SOLIHIN.pdf

https://quranhadits.com/quran /29 al-ankabut/al-ankabut-ayat-17/

Anda mungkin juga menyukai