Anda di halaman 1dari 18

I’JAZ AL-QUR'AN DALAM ASPEK TASYRI’

Makalah

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah I’jaz Al-Qur’an

Oleh:

Azmi Mahdiyatul Mawaddah 2318134151

Faqru Nisa' Arrahmah 2318134152

Dosen Pengampu:

Mufti Labib Jalaluddin, S.Ag., M.A

Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an dan Sains Al-Ishlah [STIQSI]

Lamongan

2024
ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada baginda agung Nabi Muhammad
SAW yang syafaatnya kita nantikan di akhirat kelak. Makalah yang berjudul "I’jaz al-
Qur'an Dalam Aspek Tasyri’" ini bertujuan untuk menambah wawasan terhadap
pengertian i’jaz al-Qur'an dalam aspek tasyri’.

Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
I’jaz al-Qur'an, yang membahas tentang i’jaz al-Qur'an dalam aspek tasyri’. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen Mufti Labib Jalaluddin, S.Ag., MA. selaku
dosen pengampu mata kuliah I’jaz al-Qur'an, yang telah memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini. Serta
berbagai pihak yang telah membantu terwujudnya makalah ini.

Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian


dan kesalahan. Meskipun demikian, penulis terbuka pada kritik dan saran dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Sendangagung, 15 Januari 2024

Penulis
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I: PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan Makalah .................................................................................... 2
BAB II: PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Pengertian i’jaz al-Qur'an dalam aspek tasyri’ ...................................................... 3
B. Pengertian i’jaz tasyri’ dalam akidah, syariat, dan akhlak ..................................... 6
C. Tujuan i’jaz al-Qur'an al-tasyri’ ........................................................................... 11
BAB III:PENUTUP ............................................................................................... 13
Kesimpulan.............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 14
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat islam, telah lama menjadi pusat
perhatian bagi para ulam dan peneliti karena keunikanya yang terkandung di
dalamnya, yang dikenal sebagai I’jaz al-Qur’an. I’jaz Al-Qur’an mengacu
pada keistimewaan dan keunggulan Bahasa serta gaya penyampaian yang luar
biasa dalam Al-Qur’an, sehingga tidak dapat ditandingi oleh karya sastra
manusia. Salah satu aspek penting dari I’jaz Al-Qur’an adalah dalam konteks
hukum islam atau tasyri’, di mana Al-Qur’an memberikan pedoman atau
aturan yang mengatur kehidupan umat islam dalam berbagai aspek kehidupan,
mulai dari ibadah hingga mu’amalah sosial. Melalui penulisan makalah ini,
akan dianalisis bagaiman I’jaz Al-Qur’an mempengaruhi dan membentuk
landasan hukum dalam islam, serta relevansinya dalam konteks masyarakat.
I’jaz Al-Qur’an dalam aspek tasyri’ menjadi subjek yang menarik bagi
penulis makalah ini karena implikasinya yang luas terhadap pemahaman
hukum islam. Dalam konteks ini, I’jaz Al-Qur’an tidak hanya dipahami
sebagai keunggulan bahasa, tetapi juga sebagai bukti otentik keabsahan
hukum-hukum yang terkandung didalamnya. Dalam makalah ini akan
membahas bagaimana ayat-ayat Al-Qur’an memberikan landasan bagi
hukum-hukum syariat islam, serta bagaimana konsep-konsep tersebut
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari umat muslim.
Dalam penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana I’jaz Al-Qur’an
berperan dalam membentuk struktur dan prinsip-prinsip hukum islam.
2

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian i’jaz al-Qur'an dalam segi tasyri’?
2. Apa pengertian i’jaz tasyri’ dalam akidah, syariat, dan akhlaq?
3. Apa tujuan i’jaz al-Qur'an tasyri’?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Dari rumusan masalah di atas, maka dapat diambil tujuan penulis
makalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian i’jaz al-Qur'an dalam aspek tasyri’
2. Untuk mengetahui i’jaz tasyri’ dalam akidah, syari'ah, dan akhlaq
3. Untuk mengetahui tujuan i’jaz al-Qur'an tasyri’.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian i’jaz al-Qur'an dalam aspek tasyri’


I’jaz, secara terminology ilmu Al-Qur’an adalah sebagai yang
dikemukakan oleh beberapa ahli berikut:

1. Manna al-Qathan: “I’jaz adalah menampakkan kebenaran nabi SAW.


Dalam pengakuan orang lain sebagai seorang rasul utusan Allah SWT.
Dengan menampakkan kelemahan orang arab untuk menandinginya atau
menghadapi mukjizat yang abadi, yaitu Al-Qur’an dan kelemahan-
kelemahan generasi sesudah mereka.” 1

2. Muhammad Bakar Ismail: “I’jaz (mukjizat) adalah perkara luar biasa


yang disertai dan diikuti dengan tantangan yang diberikan oleh Allah
SWT. Kepada nabi-nabi-Nya sebagai hujjah dan bukti yang kuat atas
misi dan kebenaran terhadap apa yang diembannya, yang bersumber dari
Allah SWT.”2

3. Muhmmad Ali Al-Shabuny: “I’jaz (mukjizat) ialah mentapkan


kelemahan manusia baik secara kelompok maupun bersama sama untuk
menandingi hal yang serupa dengannya maka mukjizat merupakan yang
datangnya dari Allah SWT. Yang diberikan kepada hamba Nya untuk
memperkuat kebenaran misi kerasulan dan kenabiaannya.” 3

Dari ketiga definisi diatas dapat dipahami antara I’jaz dan mukjizat itu
dapat dikatakan searti (sama), yakni melemahkan. Hanya saja pengertian
I’jaz di atas mengesankan batasan yang lebih spesifik, yaitu hanya Al-
Qur’an. I’jaz menekankan ketidak mungkinan untuk meniru keunggulan Al-

1
Manna al-Qathan, Mabahits fi Ulum al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010), 323.
2
Muhammad Ali al-Shabuny, al-Tibyan fi Ulum al-Qur’an (Bairut: Dar al-Irsyad, 1970), 91.
3
Mustofa Muslim, Mabahitsul fii I’jazi al-Qur’an (Ar-Riyyad: Daarul Muslim,1996), 251.
4

Qu’an dari segi bahasa, sastra, dan pesan yang disampaikannya. Sedangkan
pengertian mukjizat, mengesankan batasan yang lebih luas, yakni bukan
hanya berupa Al-Qur’an, tetapi tanda atau bukti keilahian yang diberikan
kepada nabi dari Allah untuk mendukung kenabian mereka. Mukjizat ini
bisa berupa peristiwa ajaib atau kejadian yang luar biasa untuk menegaskan
kebenaran kenabian seseorang. Contoh mukjizat termasuk mukjizat Nabi
Musa dalam membelah laut merah ayau mukjizat Nabi Isa dalam
menyembuhkan orang sakit. Jadi I’jaz menekankan kenggulan Bahasa Al-
Qur’an sedangkan mukjizat adalah tanda-tanda luar biasa yang diberikan
kepada para nabi sebagai bukti atas kebenaran misi mereka. 4

Tasyri’ berasal dari kata syara’a-yusyarri’u-tasyri’an yang berarti


memberlakukan sebuah metode ataupun jalan. Sedangkan menurut istilah,
Tasyri’ ialah penetapan atau pemberlakuan syariat yang berlangsung sejak
diutusnya rasulullah SAW dan berakhir hingga wafat. Dalam
perkembangannya para ulama kemudian memperluas pembahsan tasyri’.
Bahasan tasyri’ mencakup pula dinamika perkembangan fiqih islami dan
proses kodifikasinya serta ijtihad-ijtihad para ulama sepanjang sejarah umat
islam. Oleh karena itu, studi dan kajian terkait sejarah perkembangan tasyri’,
mengutib kitab Tarikh Tasyri’ Al-Islami karya Syekh Manna Al-Qattan,
dimulai sejak pertama kali wahyu diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW hingga periode para ulama-ulama fiqih pada era klasik.5

Bila digabungkan dari definisi-definisi diatas, maka I’jaz tasyri’


memiliki makna mukjizat yang berkaitan atau berhubungan dengan syariat.
Syariat ini artinya hukum agama yang menetapkan peraturan hidup manusia.
4
Padepokan Pustaka Salaf, “I’JAZ DAN MUKJIZAT”, dalam
http://padepokanpustakasalaf.blogspot.com/2014/02/ijaz-dan-mukjizat.html;. (diakses tanggal 21
Februari 2024).
5
Chairul Akhmad, Ensiklopedi Islam: Tasyri’ (1), dalam
https://khazanah.republika.co.id/berita/n1ei60/ensiklopedi-islam-tasyri-1;, (diakses tanggal 21 Februari
2024).
5

I’jaz al-Qur'an dalam segi Tasyri’ (kemukjizatan Al-Qur’an dari segi


hukum) merupakan I’jaz yang berkaitan dengan mukjizat bahwa tidak ada
siapapun yang sanggup menurunkan aturan atau hukum yang menyerupai
syariat Allah SWT, sebagaimana yang ada dalam Al-Qur’an yang memiliki
sifat kekal, bertahap, selalu bisa di praktekkan, dan berlaku untuk muslimin
sampai akhir zaman dimanapun berada. 6

I’jaz tasyri’, kemukjizatan pada aspek syariat yang terkandung


dalam Al-Qur’an, bahwa setiap ketentuan, aturan, dan ketetapan dalam Al-
Qur’an mengandung hikmah, kebenaran, kemaslahatan bagi mahluk. Dalam
sejarah kehidupannya, manusia telah banyak mengenal berbagai macam
doktrin, pandangan hidup, sistem, dan perundang-undangan yang bertujuan
membangun hakikat kebahagiaan individu di dalam masyarakat. Namun
tidak satupun daripadanya yang dapat mencapai seperti yang dicapai Al-
Qur’an dalam kemukjizatan tasyri’nya. 7

I’jaz Tasyri’ adalah istilah yang luas yang mencangkup semua yang
telah ditetapkan oleh Allah untuk hamba-hamba-Nya, dengan kata lain, ini
adalah pendekatan yang Allah inginkan untuk diambil dan diikuti oleh
hamba-hmba-Nya. Allah SWT. Berfirman: “Bagi tiap-tiap umat diantara
kamu, kami jadikan syariat dan aturan (Al-Maidah:48)”. Al-Qur’an adalah
sumber hukum bagi umat islam, diikuti oleh hadis, yang keduanya
merupakan sumber hukum dan wahyu bagi semua orang yang percaya
kepada Allah dan hari akhir. 8

6
Mahfudhil Asrar, “Mengeksplanasi Mukjizat Al-Qur’an”, Jurnal Studi Al-Qur’an, Falsafah dan
Keislaman, Vol. 01, No. 01 (2019), 63.
7
HH Baihaki, “Al-I’jaz Al-‘Ilmi dan Pemberdayaan Spiritual Masyarakat Islam” (Tesis—IAIN Raden
Intan, Lampung, 2017), 20.
8
Mochamad Hasyim, “I’jaz Tasyri ’iyyah”, Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Vol. 02, No. 02
(November, 2017), 341.
6

Tak kalah menakjubkan lagi ketika Al-Qur’an berbicara tentang


hukum (tasyri’) baik yang bersifat individu, sosial (pidana, perdata,
ekonomi serta politik) dan ibadah. Sepanjang sejarah peradaban umat,
manusia selalu berusaha membuat hukum-hukum yang mengatur sekaligus
sebagai landasan hidup mereka dalam kehidupan. Namun demikian hukum-
hukum tersebut selalu direkonstruksi, diamandemen, bahkan dihapus sesuai
dengan tingkat kemajuan intelektualitas dan kebutuhan dalam kehidupan
sosial yang semakin kompleks. Perkara ini tak berlaku dalam Al-Qur’an.
Hukum- hukum Al-Qur’an selalu kontekstual berlaku sepanjang hayat,
dimanapun dan kapanpun karena Al-Qur’an datang dari Zat yang Maha Adil
lagi Bijaksana.9

B. Pengertian i’jaz tasyri’ dalam akidah, syariat, dan akhlak


Dalam I’jaz tasyri’ kita dapat menemukan beberapa aspek dari
petunjuk-petunjuk Al-Qur’an, antara lain: akidah, syariat, dan akhlak.

1. I’jaz tasyri’ dalam akidah

Al-Qur’an telah datang dengan akidah yang mudah tentang keyakinan


yang sesuai kepada fitrah manusia untuk mengisi jiwa dengan kedamaian,
dan hati yang lapang serta akal yang sehat. Sungguh Allah telah menjaga
Al-Qur’an dan menjelaskan aqidah islam dengan cara yang menarik dan
tidak dapat diikuti atau didengar kecuali untuk menanggapi panggilan
naluri dan perkataan yang benar karena Al-Qur’an turun dari zat yang
Maha Bijaksana dari yang Maha Teliti.

a. Dalam menjelaskan masalah keesaan Allah SWT. Dan


membuktikannya melalui makhluk-makhluk-Nya dan proses

9
Kurnia Hafiz Tanjung, “Mukjizat Al-Qur’an dalam segi Tasyri’ (Al-Ahwal Al-Syakhsyiyah/Mu’amalat
dan Jinayat)” (Makalah—UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2020), 3.
7

penciptaan pada ciptaan-Nya, yaitu cara yang alami untuk menyakini


dan mengikuti. Sebagaimana firman Allah SWT. (QS. Al-An’am:95)

ٰۖ َّ ‫ت ِم َن ۡٱل َح ِّۚي ِ ذَ ِلكُ ُم‬


‫ٱَّللُ فَأَنَّى‬ ِ ‫ج ۡٱل َم ِي‬ ِ ‫ي مِنَ ۡٱل َم ِي‬
ُ ‫ت َو ُم ۡخ ِر‬ َّ ‫ج ۡٱل َح‬ ِ ‫ٱَّلل فَا ِلقُ ۡٱل َح‬
ُ ‫ب َوٱلنَّ َو ٰۖى يُ ۡخ ِر‬ َ َّ ‫۞ ِإ َّن‬
٩٥10 َ‫ت ُ ۡؤفَكُون‬

Al-Qur’an menolak paham sesat dan menyebarkan paham tauhid


dengan bukti-bukti yang rasional dan jelas, sebagaimana firman Allah
(QS. Al- Anbiya’: 22)

11
٢٢ َ‫صفُون‬ َ ‫ب ۡٱل َع ۡر ِش‬
ِ ‫ع َّما َي‬ ِ َّ َ‫سدَت َِّۚا فَسُ ۡب َحن‬
ِ ‫ٱَّلل َر‬ َّ ‫لَ ۡو َكانَ فِي ِه َما ٓ َءا ِل َهةٌ ِإ ََّّل‬
َ َ‫ٱَّللُ لَف‬

b. Al-Qur’an memberikan pesan-pesan dalam tujuan, tempat, dan sarana,


walau berbeda dalam hukumnya, sebagaimana firman Allah SWT
(QS. Al-Baqarah:213)

‫ق ِل َي ۡحكُ َم‬ ِ ‫ب بِ ۡٱل َح‬ َ َ ‫ٱَّللُ ٱلنَّبِي ِۧنَ ُمبَش ِِرينَ َو ُمنذ ِِرينَ َوأَنزَ َل َم َع ُه ُم ۡٱل ِكت‬ َّ َ‫اس أ ُ َّم ٗة َوحِ دَ ٗة فَبَ َعث‬
ُ ‫َكانَ ٱل َّن‬
ٰۖۡ‫ف فِي ِه ِإ ََّّل ٱلَّذِينَ أُوتُوهُ ِم ۢن بَعۡ ِد َما َجا ٓ َء ۡت ُه ُم ۡٱلبَ ِينَتُ بَ ۡغ ۢيَا َب ۡينَ ُهم‬ ۡ ‫ٱختَلَفُواْ فِي ِّۚ ِه َو َما‬
َ ‫ٱخت َ َل‬ ۡ ‫اس فِي َما‬
ِ َّ‫بَ ۡينَ ٱلن‬
‫ص َر ٖط ُّم ۡستَق ٍِيم‬ ِ ‫شا ٓ ُء ِإلَى‬ َ ‫ٱَّللُ َيهۡ دِي َمن َي‬ ِ ‫ٱختَلَفُواْ فِي ِه مِنَ ۡٱل َح‬
َّ ‫ق ِبإ ِ ۡذنِ ِۗۦه َو‬ ۡ ‫ٱَّللُ ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ِل َما‬
َّ ‫فَ َهدَى‬
12
٢١٣

c. Al-Qur’an juga menyatakan tentang keyakinan bahwasanya adanya hari


kebangkitan setelahmati dan hisab, hari pembalasan pada hari kiamat
yang mejelaskan keputusan dan penyelesaian, maka hari itu adalah
hari terakhir daripada kebutuhan mutlak akan keadilan ilahi, maka
harus ada perbedaan antara orang yang baik dan buruk.13

10
Al-Qur’an, 6;95.
11
Al-Qur’an, 21:22.
12
Al-Qur’an, 2:213.
13
Fajar Fatuh Sbili, “I’jaz al-Qur’an dalam aspek Tasyri’” (Makalah—STAI Persis Garut, Garut, 2022),
5-6.
8

2. I’jaz tasyri’ dalam syariat

Dalam menetapkan hukum Al-Qur’an menggunakan cara-cara sebagai


berikut: Pertama, secara mujmal. Cara ini digunakan dalam banyak urusan
ibadah yaitu dengan menerangkan pokok-pokok hukum saja. Demikian pula
tentang mu’amalat badaniyah Al-Qur’an hanya mengungkapkan kaidah-
kaidah secara kuliyah. Sedangkan perinciannya diserahkan pada as-sunnah
dan ijtihad para mujtahid. Kedua, hukum yang agak jelas dan terperinci.
Misalnya hukum jihad, undang-undang hubungan umat islam dengan umat
lain, hukum tawanan dan rampasan perang. Seperti Qur’an surat Al-Taubah
9: 41:

٤١ َ‫ر لَّكُمۡ ِإن كُنتُمۡ ت َعۡ لَ ُمون‬ٞ ‫ٱَّلل ذَ ِلكُمۡ خ َۡي‬ َ ‫ٱنف ُِرواْ خِ ف َٗافا َوثِقَ ٗاَّل َو َج ِهد ُواْ ِبأَمۡ َو ِلكُمۡ َوأَنفُ ِسكُمۡ فِي‬
ِ ِّۚ َّ ‫س ِبي ِل‬

Artinya: “berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun


berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu dijalan Allah yang
demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”14 Ketiga,
jelas dan terperinci. Diantara hukum-hukum ini adalah masalah hutang
piutang QS. Al-Baqarah 2: 282. Tentang makanan yang halal dan haram, QS
An-Nisa’ 4: 29. Tentang sumpah, QS. An-Nahl 16: 94. Tentang perintah
memelihara kehormatan Wanita, diantara QS. Al-Ahzab 33: 59, dan
perkawinan QS. An-Nisa’ 4: 22.15

Yang menarik diantara hukum-hukum tersebut adalah bagaimana Allah


memformat setiap hukum atas dasar keadilan dan keseimbangan baik untuk
jasmani dan rahani, individu maupun sosial sekaligus ketuhanan. Misalnya
salat yang hukumnya wajib bagi setip muslim yang sudal aqil-balig dan
tidak boleh ditinggalkan atau diganti dengan apapun. Dari segi Gerakan

14
Al-Qur’an, 9: 41.
15
HH Baihaki, “Al-I’jaz Al-‘Ilmi dan Pemberdayaan Spiritual Masyarakat Islam” (Tesis—IAIN Raden
Intan, Lampung, 2017), 21.
9

banyak penelitian yang ternyata Gerakan salat sangat mempengaruhi saraf


manusia, yang intinya kalau salat dilakukan dengan benar dan khusyu’
(konsentrasi) maka dapat menetralisir dari segala penyakit yang terkait
dengan saraf, kelumpuhan misalnya. 16 Dalam konteks sosial salat mampu
mencegah perbuatan keji dan munkar seperti dijelaskan dalam QS. Al-
‘Ankabut 29: 45:

ِ َّ ‫شآءِ َو ۡٱل ُمنك ۗ َِر َولَ ِذ ۡك ُر ٱ‬


‫َّلل أ َ ۡكبَ ۗ ُر‬ َ ‫ع ِن ۡٱلف َۡح‬ َّ ‫صلَو ٰۖة َ ِإ َّن ٱل‬
َ ‫صلَوة َ ت َۡن َهى‬ ِ َ ‫ي ِإلَ ۡيكَ مِنَ ۡٱل ِكت‬
َّ ‫ب َوأَق ِِم ٱل‬ ُ
َ ِ‫ٱ ۡت ُل َما ٓ أوح‬
٤٥ َ‫ٱَّللُ َيعۡ لَ ُم َما ت َصۡ نَعُون‬
َّ ‫َو‬

Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat
Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang
lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”17

3. I’jaz tasyri’ dalam akhlak

Misalnya dalam QS. Al-Imran [3: 159] yang menanamkan sistem


hukum sosial dengan berdasar pada asas musyawarah

ۡ‫ٱست َۡغف ِۡر لَ ُهم‬


ۡ ‫ع ۡن ُهمۡ َو‬
َ ‫ف‬ ۡ َ‫ب َلَنفَضُّواْ م ِۡن َح ۡول ِٰۖكَ ف‬
ُ ‫ٱع‬ ِ ‫ظ ۡٱلقَ ۡل‬ َ ‫غلِي‬ َ ‫ظا‬ًّ َ‫ٱَّلل لِنتَ لَ ُهمٰۡۖ َولَ ۡو كُنتَ ف‬
ِ َّ َ‫فَبِ َما َر ۡح َم ٖة مِن‬
١٥٩ َ‫َّلل يُحِ بُّ ۡٱل ُمت ََو ِكلِين‬ َ ‫َوشَا ِو ۡرهُمۡ فِي ۡٱۡل َ ۡم ٰۖ ِر فَإِذَا‬
َ ‫عزَ مۡ تَ فَت ََو َّك ۡل‬
ِ ِّۚ َّ ‫علَى‬
َ َّ ‫ٱَّلل ِإ َّن ٱ‬

Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah


lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,

16
Kurnia Hafiz Tanjung, “Mukjizat Al-Qur’an dalam segi Tasyri’ (Al-Ahwal Al-
Syakhsyiyah/Mu’amalat dan Jinayat)” (Makalah—UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2020), 3.
17
Al-Qur’an, 29:45.
10

maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-


orang yang bertawakkal kepada-Nya.”18

Dalam ayat ini semua urusan-urusan peperangan dan segala bentuk


urusan diniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi,
kemasyarakatan, dan lain-lainnya diutamakan dengan bermusyawarah
sehingga mendapatkan keberkahan didalamnya, ia menanamkan sistem
hukum sosial dengan berdasar pada asas musyawarah. Maka disebabkan
rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya.

Ayat diatas menganjurkan untuk menyelesaikan semua problem sosial


dengan asas musyawarah agar dapat memenuhi keadilan bersama dan tidak
ada yang dirugikan. Nilai yang dapat diambil adalah bagaimana manusia
mampu bertanggungjawab terhadap diri sendiri dan kelompoknya, karena
hasil keputusan dengan musyawarah adalah keputusan bersama. Dengan
demikian keutuhan masyarakat tetap terjaga. Ayat selanjutnya apabila sudah
sepakat dan bertanggungjawab maka bertawakkal kepada Allah. Hal ini
mengindikasikan harus adanya kekuasaan mutlak yang menjadi sentral
semua hukum dan sistem tata nilai manusia.

Demikianlah karakteristik sekaligus rahasia hukum-hukum Allah yang


selalu mejaga keadilan dan keseimbangan baik individu, sosial, dan
ketuhanan yang tidak mungkin manusia mampu menciptakan hukum secara

18
Al-Qur’an, 3: 159.
11

kooperatif dan holistic. Oleh karena itu Rasyid Rida sebagaimana dikutip
oleh Quraish Shihab mengatakan dalam Al-Manarnya bahwa petunjuk Al-
Qur’an dalam bidang akidah, metafisika, akhlak, dan hukum hukum yang
berkaitan dengan agama, sosial, politik dan ekonomi merupakan
pengetahuan yang sangat tinggi nilainya. 19

C. Tujuan i’jaz al-Qur'an al-tasyri’


Menurut Abdul Wahab Khallaf, ada lima prinsip yang menjadi
kebutuhan dasar manusia, yaitu:

1. Memelihara agama, mencakup aqidah, ibadah, hukum, dan undang-undang


yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT, dan hubungan
manusia dengan sesama manusia.

2. Memelihara jiwa manusia, mengenai pencegahan ancaman terhadap


eksistensi manusia melalui undang-undang seperti hukum qishash, dan lain-
lain.

3. Memelihara akal, seperti pengharaman minuman keras atau hal lain yang
bisa merusak fungsi akal dan memberi sanksi terhadap orang yang
mengkonsumsinya.

4. Memelihara kehormatan, didasarkan pada kemulian yang sudah


didapatkan oleh manusia sejak lahir, ajaran dalam rangka menjaga
kehormatan, yaitu adanya hukuman untuk pezina dan penuduh zina.

19
Ade Sanjaya, “Kemukjizatan Al-Qur’an dari Aspek Tasyri’ (hukum), dalam
http://aadesanjaya.blogspot.com; (diakses tanggal 19 Februari 2024).
12

5. Memelihara harta, syariat mengatur tentang kewajiban mencari rezeki,


transaksi yang saling menguntungkan, dan aturan-aturan lain yang sejenis,
sehingga kemudian diaturlah pengharaman pencuri, berkhianat, curang
dalam jual beli, dan lain-lain. 20

20
Kurnia Hafiz Tanjung, “Mukjizat Al-Qur’an dalam segi Tasyri’ (Al-Ahwal Al-
Syakhsyiyah/Mu’amalat dan Jinayat)” (Makalah—UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2020), 7.
13

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dalam makalah yang telah dijabarkan diatas, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:

1. Dari beberapa pendapat ulama definisi ini dapat dipahami antara I’jaz dan mukjizat
dapat dikatakan searti (sama), yakni melemahkan. Hanya saja pengertian I’jaz di atas
mengesankan batasan yang lebih spesifik, yaitu hanya Al-Qur’an. Dan kata Tasyri’
berasal dari kata syara’a-yusyarri’u-tasyri’an yang berarti memberlakukan sebuah
metode ataupun jalan. Sedangkan menurut istilah, Tasyri’ ialah penetapan atau
pemberlakuan syariat yang berlangsung sejak diutusnya rasulullah SAW dan berakhir
hingga wafat. maka I’jaz tasyri’ memiliki makna mukjizat yang berkaitan atau
berhubungan dengan syariat. Syariat ini artinya hukum agama yang menetapkan
peraturan hidup manusia

2. Dalam I’jaz tasyri’ kita dapat menemukan beberapa aspek dari petunjuk-petunjuk
Al-Qur’an, antara lain: akidah, syariat, dan akhlak. I’jaz tasyri’ dalam akidah adalah
tentang keyakinan yang sesuai kepada fitrah manusia untuk mengisi jiwa dengan
kedamaian, dan hati yang lapang serta akal yang sehat. I’jaz Tasyri’ dalam syariat
yaitu menjelaskan tentang menetapkan hukum dalam Al-Qur’an. Dan I’jaz Tasyri’
dalam akhlak yakni membahas tentang mejaga keadilan dan keseimbangan baik
individu, sosial, dan ketuhanan yang tidak mungkin manusia mampu menciptakan
hukum secara kooperatif dan holistic

3. Menurut Abdul Wahab Khallaf, tujuan I’jaz tasyri’ ada lima, yaitu memelihara
agama, memelihara jiwa manuisa, memelihara akal, memelihara kehormatan, dan
memelihara harta.
14

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Mulim, Mustofa, Mabahitsul fii I’jazi al-Qur;an. Ar-Riyyad: Daarul Muslim, 1996.

Qathan (al), Manna. Mabahits fi Ulum al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010.

Shabuny (al), Muhammad Ali, al-Tibyan fi Ulum al-Qur’an. Bairut: Dar al-Irsyad,
2010.

Artikel dalam Jurnal

Asrar, Mahfudhil. “Mengeksplanasi Mukjizat Al-Qur’an,” Jurnal Studi Al-Qur’an,


Falsafah dan Keislaman, Vol. 01, No. 01 (2019), 63.

Hasyim, Mochamad. “I’jaz Tasyri ’iyyah”, Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Vol. 02,
No. 02 (November, 2017), 341.

Makalah dan Tesis

Baihaki, HH. “Al-I’jaz Al-‘Ilmi dan pemberdayaan Spiritual Masyarakat Islam."


Tesis—IAIN Raden Intan, Lampung, 2017.

Sbili, Fajar Fatuh. “I;jaz al-Qur’an dalam aspek Tasyri’.” Makalah—STAI Persis
Garut, Garut, 2022.

Tanjung, Kurnia Hafiz. “Mukjizat Al-Qur’an dalam segi Tasyri’ (Al-Ahwal Al-
Syakhsyiyah/Mu’amalat dan Jinayat.” Makalah—UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta, 2020.

Internet

Salaf, Padepokan Pustaka. “I’JAZ DAN MUKJIZAT”. dalam


http://padepokanpustakasalaf.blogspot.com/2014/02/ijaz-dan-mukjizat.html;.
diakses tanggal 21 Februari 2024.
15

Akhmad, Chairul. Ensiklopedi Islam: Tasyri’ (1), dalam


https://khazanah.republika.co.id/berita/n1ei60/ensiklopedi-islam-tasyri-1;,
diakses tanggal 21 Februari 2024.

Sanjaya, Ade.“Kemukjizatan Al-Qur’an dari Aspek Tasyri’ (hukum), dalam


http://aadesanjaya.blogspot.com; diakses tanggal 19 Februari 2024.

Anda mungkin juga menyukai