AL QUR’AN
makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar Ilmu Al-Qur’an
Dosen Pengampu :
Dasrizal, M.I.S
Kelompok 2
Disusun oleh :
Anandhia Claudy Thasya 11220340000023
Wildan Miftahudin 11220340000004
Alhamdulillah, puji serta syukur atas rahmat dan rezeki yang telah diberikan
oleh Allah S.w.t kepada kita. Semoga kita senantiasa beriman kepada-Nya dan
mendapatkan Ridha-Nya dan selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
pengantar ilmu al qur’an pada program studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terimakasih kepada bapak Dasrizal, M.I.S selaku dosen pengampu yang telah
memberikan arahan dan bimbingannya.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang paling sempurna. Al-Qur’an
diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril secara
berangsur-angsur. Kitab suci yang Allah turunkan kepada rasul-Nya, ini adalah
rahmat untuk para makhluk-Nya dan sebagai petunjuk untuk mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Al-Qur’an adalah sumber yang haqiqi, dan
didalamnya tidak terdapat keraguan.
“Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka
yang bertakwa. 1 Ayat tersebut menunjukkan bahwa tiada keraguan di dalam Al-
Qur’an yang telah diturunkan beberapa abad yang lalu. Dari ayat di atas dapat
diketahui bahwa orang-orang yang ragu akan kebenaran Al-Qur’an berarti salah
satu syarat taqwa belum tercapai. Dapat ditarik benang merah, yaitu sebagai
seorang muslim diwajibkan untuk mempercayai kebenaran Al-Qur’an, karena
Al-Qur’an memang benar dan dapat dibuktikan kebenarannya sebagai cahaya
dan petunjuk. Namun untuk membuktikan kebenaran memerlukan ilmu-ilmu
pendukung, di antaranya adalah nasikh mansukh, asbabun nuzul dan lain
sebagainya yang terkumpul dalam Ulum Al-Qur’an.
1
Q.S Al Baqarah (1) : 2
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad S.a.w, dengan perantara malaikat Jibril
untuk dibaca, dipahami dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup
bagi seluruh umat. Al-Qur’an dan wahyu adalah kata yang tidak bisa dipisahkan
antara satu sama yang lain sebab Al-Qur’an itu sendiri adalah merupakan wahyu
yang diturunkan oleh Allah S.w.t. kepada Nabi-Nya Muhammad S.a.w.
Sedangkan wahyu merupakan Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi-Nya
sesuai dengan kebutuhan. Wahyu merupakan Kalamullah yang diturunkan
secara berangsur-angsur kepada Nabi-Nya melalui perantara Malaikat Jibril
a’laihissalam. Oleh karena itulah maka kata Al-Qur’an dan wahyu adalah
merupakan kata yang saling berkaitan erat antara satu sama yang lainnya dan di
antaranya tidak dapat dipisahkan, namun tetap dapat dibedakan satu persatunya.
Al-Quran dipercaya sebagai kalam Allah S.w.t. yang menjadi sumber pokok
ajaran agama Islam disamping sumber-sumber lainnya. Kepercayaan terhadap
kitab suci ini dan pengaruhnya dalam sejarah umat Islam sudah terbentuk
sedemikian rupa sehingga percaya terhadap kitab suci menjadi salah satu rukun
iman. Pada era globalisasi sekarang ini, muncul berbagai perubahan yang cukup
signifikan dalam memahami isi dan ajaran kitab suci tersebut, sebagai
kelanjutan dari dinamika pemikiran tentang penafsirannya yang sudah
berkembang pada masa-masa sebelumnya. Gejala ini terjadi tidak hanya di
kalangan umat Islam, tetapi juga di kalangan umat beragama lainnya.2 Ia
diturunkan Allah S.w.t. kepada Rasulullah, Muhammad Saw. untuk
mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta
membimbing mereka ke jalan yang lurus.3
2
Munjir Hitami, Pengantar Studi Al Qur’an (Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2012), p. 1.
3
Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Drs. Mudzakir AS (Bogor: Litera Antar
Nusa, 2016), p.1
2
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Al-Qur’an secara bahasa diambil dari kata: وقرانا- قراة- يقرا- قر اyang
berarti sesuatu yang dibaca. Arti ini mempunyai makna anjuran kepada umat
Islam untuk membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an juga bentuk mashdar dari القراة
yang berarti menghimpun dan mengumpulkan. Dikatakan demikian sebab
seolah-olah Al-Quran menghimpun beberapa huruf, kata, dan kalimat secara
tertib sehingga tersusun rapi dan benar.5 Oleh karena itu, Al-Qur’an harus
dibaca dengan benar sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat hurufnya, juga
dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan apa yang
dialami masyarakat untuk menghidupkan Al-Qur’an baik secara teks, lisan
ataupun budaya.
Yang mana pada zaman arab, sastra bahasanya yang paling sempurna
yang belum dicampur oleh bahasa-bahasa lain yang mana pada zaman itu
orang-orang yang ahli sastra tidak mampu untuk membuat bahasa secara sastra
yang menyamai Al-Qur’an. Contoh : Al-Qur’an sudah turun berabad-abad
4
Syaikh Mutawalli Sya’rowi, kitab “Mu’jizatul Quran”
5
Anshori, Ulumul Quran, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), p.17
6
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-qur’an, (Bandung: Mizan, 1996), p.3
4
tahun pada zaman nabi tapi masih bisa diterapkan pada zaman-zaman
seterusnya hingga masa kini. Selamanya Al-Qur’an itu masih bisa berlaku.
Dalam arti, andaikan dicontohkan ke peraturan-peraturan kenegaraan itu setiap
tahun pasti berubah tapi lain halnya dengan Al-Qur’an, jika sudah seperti itu
seterusnya juga akan seperti itu.
7
Anshori,Ulumul Qur’an,(Jakarta:Rajawali press,2013),…p.18
5
tertulis dalam mushaf, yang disampaikan dengan mutawatir, yang dianggap
sebagai ibadah membacanya.
Dari ketiga definisi tersebut, dapat kita peroleh kesimpulan unsur-unsur untuk
menentukan apakah sesuatu itu disebut Al-Qur’an atau bukan, dapat dilihat
sebagai berikut :
1. Al-Qur’an itu haruslah firman Allah.
2. Al-Qur’an itu haruslah berbahasa arab, apabila tidak ditulis dan dilafalkan
dengan bahasa arab maka itu bukanlah disebut Al-Qur’an.
3. Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
S.a.w sebagai rasul terakhir dan dibawa oleh Malaikat Jibril.
4. Al-Qur’an itu haruslah diterima dari orang banyak kepada orang banyak
(mutawatir).
5. Al-Qur’an itu haruslah yang tertulis dalam mushaf (Utsmani), selain dari itu
tidak disebut Al-Qur’an.
8
Dadan Rusmana, Metode penelitian Al-Qur’an dan tafsir (Bandung).p.17
6
Nama lain Redaksi ayat Surah
ًعدْلَ َ صدْقًا
و ِ َت َك ِل َمتُ َر ِبك ْ َوت َ َّم
‘Adla
Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Qur’an Al anam (6):115
dengan adil dan benar)
‘Ajaban
ع َجبًاَ سمِ ْعنَا قُ ْرآنًا
َ إِنَّا
Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur’an Al jin (72):1
yang menakjubkan
‘Aziz يزٌ ع ِزَ ٌَو ِإنَّهُ لَ ِكتَاب Fushshilat (41):41
Sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah kitab yang mulia
َولَئ ِِن ات َّ َبعْتَ أ َ ْه َواءهُم َب ْعدَ َما َجاءكَ مِ نَ ْالع ِْل ِم
‘Ilmu
Seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka Ar rad (13):37
setelah datang pengetahuan kepadamu.
ِ سنَ ْال َحدِي
ث َ َّللاُ ن ََّز َل أَ ْح
َّ
Ahsan al Hadist
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik Al zumar (39):23
yaitu Al-Qur’an
س ْب ًعا ِمنَ ْال َمثَانِي
َ ََولَقَدْ آت َ ْينَاك
Al matsania
Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al hijr (15):87
tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang
Al qayima ﴾١﴿ َولَ ْم يَ ْجعَل لَّهُ ع َِو َجا
Al khafi (18):1-2
Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya
Al sahirati Al ص َراطِ ي ُم ْستَقِي ًما ِ َوأ َ َّن َهذَا
mustaqim Dan bahwa yang Kami perintahkan ini adalah jalanku Al anam (6):153
yang lurus
َ ْال ُو ْث ٰقى ِب ْالعُ ْر َوةِ ا ْستَ ْم
َسك
Al urwah
Maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada tali Luqman (31):22
Alwutsqo
yang kokoh
ي َحكِي ٌم ٌّ ب لَدَ ْينَا لَعَ ِلِ َوإِنَّهُ فِي أ ُ ِم ْال ِكت َا
Dan sesungguhnya Al Quran itu dalam induk Al Kitab
Aliyy
(Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar Al zukhruf (43):4
tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung
hikmah.
Amr ِ َّ ذَلِكَ أ َ ْم ُر
َّللا
At talaq (65):5
Itulah perintah Allah
Arabiyyan َ قُرآنًا
ع َربِيًّا
Al zumar (39):28
Ialah AL-Qur’an dalam Bahasa arab
As Syifa
آن َما ه َُو ِشفَاء ِ نُن َِز ُل مِ نَ ْالقُ ْر Al Isra:82
Dan Kami turunkan dari Al Quran sesuatu yang
menjadi penawar
َاس َوهُدًى َو َر ْح َمةٌ ِلقَ ْو ِم يُو ِقنُون ِ َّصائ ُِر لِلن َ َهذَا َب
Basha’ir
Al-Qur’an ini adalah petunjuk bagi manusia, pedoman Al jatsyiah (45):20
bagi yang meyakini
Basyira wa
ِيرا
ً ِيرا َونَذ
ً بَش
Nadzira Fushshilat (41):4
Yang membawa berita gembira
7
ْ َإِنَّهُ لَقَ ْو ٌل ف
ص ٌل
Fashl
Sesungguhnya Al-qur’an itu benar benar firman yang At thoriq (86):13
memisahkan antara haq dan yang bathil
Habl
َّللا َجمِ ي ًعا ِ َص ُمو ْا ِب َح ْب ِل ِ َوا ْعت
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Al Imran (3):103
Allah.
Hadiy إِ َّن َهذَا ْالقُ ْرآنَ يِ ْهدِي
Al isra(17):9
Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk
ِ ب ْال ُم ِب
(2). ين ِ ( َو ْال ِكت َا1). حم
Kitab Ad- Dukhon: 1-2
(1). Hamim (2). Demi kitab (Al Qur’an) yang
menjelaskan
ٌبَ ْل ه َُو قُ ْرآ ٌن َّم ِجيد
Majid
Bahkan yang didustakan mereka ialah Al-Qur’an yang Al buruj (85):21
mulia
Marfua َ ع ٍة ُّم
ٍط َّه َرة َ َّم ْرفُو ‘Abasa (80):14
Yang ditinggikan lagi disucikan
ظةٌ ِمن َّر ِب ُك ْم
َ اس قَدْ َجاءتْ ُكم َّم ْو ِع ُ َّيَا أَيُّ َها الن
Mau’izah Hai manusia,sesungguhnya telah datang kepadamu Yunus (12):57
pelajaran dari tuhanmu.
8
ِ اركٌ ِليَدَّب َُّروا آيَاتِ ِه َو ِليَتَذَ َّك َر أ ُ ْولُوا ْاْل َ ْلبَا
ب َ َِكتَابٌ أَنزَ ْلنَاهُ إِلَيْكَ ُمب
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu
Mubarak
penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan Shad (38):29
ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran bagi
orang-orang yang mempunyai fikiran
علَ ْي ِه
َ ب َو ُم َهيْمِ نًا ِ ص ِدقًا ِل َما بَيْنَ يَدَ ْي ِه مِ نَ ْال ِكتَا َ ُم
Muhaiminan membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab
Al maidah (5):48
(yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap
kitab-kitab yang lain itu
ِكت َابًا ُّمتَشَا ِب ًها
Mutasyabiah
Yaitu Al-Qur’an yang serupa mutu ayatnya lagi Al zumar (39):23
berulang-ulang
Muthoharoh ٍط َّه َرة َ ع ٍة ُّمَ َّم ْرفُو ‘Abasa (80):14
Yang ditinggikan lagi disucikan
Naba’azhim ع ِن النَّبَإِ ْالعَظِ ِيم َ An naba(78):1-2
Tentang berita yang besar
Nur
ورا ُّمبِينًا ً ُ…وأَنزَ ْلنَا إِلَ ْي ُك ْم ن
َ
dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang An Nisa:174
terang benderang (Al Quran)
Qoshashan ص َ َسنَ ْالق
ِ ص َ ْأَح Yusuf (12):3
Kisah yang paling baik
ص ْلنَا لَ ُه ُم ْالقَ ْو َل
َّ َولَقَدْ َو
Qoulan
Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut Al qoshos(28):51
perkataan ini (Al-Qur’an)
َض ِل َّللاِ َوبِ َر ْح َمتِ ِه فَبِذَلِكَ فَ ْليَ ْف َر ُحواْ ه َُو َخي ٌْر ِم َّما يَ ْج َمعُون
ْ َقُ ْل بِف
Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya,
Rahmah
hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Yunus:58
Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa
yang mereka kumpulkan"
Ruh ِ يُن َِز ُل ْال َمآلئِ َكةَ ِب ْال ُّر
وح
Dia menurunkan para malaikat dengan membawa An nahl(16):2
wahyu
ُ َّ ْ َ ُ
َصدَّقَ بِ ِه أ ْولئِكَ هُ ُم ال ُمتقون َ ق َو ِ َِوالَّذِي َجاء ب
ِ ْالصد
Dan orang yang membawa kebenaran
Shidq (Muhammad)dan membenarkannya, mereka itulah
Al zumar (39):33
orang-orang
yang bertakwa.
9
ِ قُ ْل إِنَّ َما أُنذ ُِر ُكم بِ ْال َو ْحي
Wahyu Katakanlah (Hai Muhammad): “Sesungguhnya aku
Al anbiya (21):45
hanya memberi peringatan kepada kamu dengan
wahyu
maksudnya adalah pembeda dari yang hak dan yang batil, Allah berfirman pada
surat Al furqon ayat 1 yang berbunyi:
Kata ini murni berasal dari Al Qur’an, Allah berfirman pada surat Al Hijr : ayat 9
ِ ََ اِنَّا نَحْ نُ ن ََّز ْلنَا
ُ الذ ْك َر َواِنَّا لَه لَحٰ ِف
ٗ َظ ْون
3. Al-Qur’an juga dinamakan dengan tanzil yang berarti sesuatu yang diturunkan
yang mengisyaratkan bahwa wahyu Allah diturunkan oleh nabi Muhammad
S.a.w. Firman Allah pada surat Al Hijr ayat 9 :
9
Manna’ Al Qatthan, Dasar dasar Ilmu Al-Qur’an, hal.36
10
ِ اِنَّا نَحْ نُ ن ََّز ْلنَا
ُ الذ ْك َر َواِنَّا لَحٰ ِف
َظ ْون
Kandungan Al-Quran
Secara garis besar, kandungan ayat-ayat Al-Qur’an dapat dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu:11
1. Ayat-ayat yang berhubungan dengan keimanan, baik iman kepada Allah,
malaikat, kitab kitab Allah, rasul-rasul Allah dan hari akhir. Atau dapat
dikatakan kandungan yang pertama adalah pembahasan ilmu kalam (tauhid) dan
ushul.
a. Ayat tentang ilmu kalam
ِ ۡ ص ِدقًا ِل َما َب ۡينَ يَدَ ۡي ِه َواَ ۡنزَ َل التَّ ۡو ٰرٮةَ َو
ال ۡن ِج ۡيل ِ ب بِ ۡال َح
َ ق ُم َ علَ ۡيكَ ۡالـ ِك ٰت
َ ن ََّز َل
11
Manna’ Khalil Al Qatthan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Jakarta: Litera Antar Nusa, 2000.Hal 86
11
Artinya:“Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf,
serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-a’raf ayat 199)
Isi kandungan penting kedua Al-Qur’an setelah aqidah ialah ibadah. Dalam Al-
qur’an terdapat sekitar 140 ayat yang berisikan hal ihwal (ayat al-‘ibadah).
َس ا َِّل َ ِليَ ْعبُد ُْون ِ ْ َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِجن َو
َ ال ْن
“Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah
kepada-Ku. (QS. Al-Dzariyat:56)”.
12
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya. Cet. V; Bandung: CV. Diponegoro, 2005.
12
B. Ahklak
Ahklak yang dalam bahasa indonesia lebih dikenal dengan istilah etika atau
moral, merupakan salah satu isi kandungan Al-qur’an yang sangat mendasar.
Rasulullah saw. Bersabda:
Mengingat diantara tujuan utama dari kenabian dan kerasulan muhammad S.a.w.
adalah untuk menyempurnakan akhlak. 13
C. Hukum
Telah ada kesepakatan dikalangan umat islam, bahwa sumber hukum utama
dan pertama dalam islam ialah al-qur’an. Al-qur’an memang memuat sejumlah
ketentuan hukum, dan sekaligus juga menyinggung kaidah-kaidah umum
pembentukannya. Tapi ada yang lebih urgent lagi yaitu nilai hukum yang bersifat
universal dan mendasar. Antusiasme Al-qur’an paradigma hukum antara lain
dapat ditelusuri melalui indikator-indikator berikut:
Artinya : “Dan demikianlah, kami telah turunkan Al-qur’an itu sebagai hukum
(yang benar)”
2. Surat dan ayat terpanjang dalam Al-qur’an ialah surat dan ayat hukum (surat al-
baqarah yang terdiri atas 287 ayat, 3.100 kata, dan 25.500 huruf).14
13
H.R Al Baihaqi
14
Nawawi al-bantani, al-tafsir al-munir, hlm:135
13
3. Dalam al-qur’an kita jumpai ayat-ayat al-qur’an yang memerintahkan manusia
supaya berlaku adil, baik dalam bertindak dan berprilaku, maupun dalam bersikap
dan bertutur kata.
5. Hampir dalam surat panjang dan semua surat madinah selalu ada ayat-ayat
hukum didalamnya.
D. Kisah
antara lain ialah agar manusia memetik peringatan atau pelajaran berharga dari
padanya disamping mereka agar mereka berfikir.
ّللا ل ُهو ْالع ِزي ُْز ْالح ِك ْي ُم ٰ ص ْالح ُّق ۗ وما ِم ْن ا ِٰله ا َِّّل
ٰ ّللاُ ۗوا َِّن ُ ا َِّن ٰهذا ل ُهو ْالقص
Artinya : “Sesungguhnya inilah kisah yang benar . dan tidak ada tuhan selain
allah. Dan sesungguhnya allah dia saja yang maha perkasa dan bijaksana. (QS.
Al-Imran:62)
Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) merupakan salah satu bagian dari
isi kandungan Al-Qur’an yang tidak kurang pentingnya bagi kehidupan manusia.15
Ayat-ayat ini yang menyinggung tentang persoalan ilmu pengetahuan teknologi,
oleh para ahli tafsir di sebut dengan ayat al-kauniyyah atau ayat al-‘ulum.
15
Dadan Rusmana, Metode penelitian Al-Qur’an dan tafsir (Bandung).hal.13
14
Masih dalam konteks Al-Qur’an dengan ilmu ini juga dapat dipahami dari sekian
banyak Al-qur’an yang menyeru manusia supaya berfikir, melihat dan
merenungkan alam sekitar sebagai berikut berbagai isi yang ada didalamnya.
ٰ ْ ض ۗوما ت ُ ْغنِى
اّليٰتُ والنُّذُ ُر ع ْن ق ْوم َّّل يُؤْ ِمنُ ْون ِ ت و ْاّل ْر ُ قُ ِل ا ْن
ِ ظ ُر ْوا ماذا فِى السَّمٰ ٰو
A. Fungsi Al-Qur’an
1. Pengganti kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah SWT17
Pertama, Al-Qur‘an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah Swt
kepada rasul dan nabi-Nya. Sebagai kitab suci terakhir, Al-Qur‘an membawa
tugas menyempurnakan kitab-kitab suci terdahulu. Rasionalitas di balik fungsi ini
setidaknya bisa diterangkan melalui dua alasan. Pertama, kitab-kitab suci
terdahulu memang diturunkan untuk kaum tertentu dan zaman yang terbatas.
Kedua, dalam perkembangan sejarah, kitab-kitab suci terdahulu tidak bebas dari
perubahan dan penyimpangan. Terkait fungsi Al-Qur‘an sebagai penyempurna
kitab-kitab suci sebelumnya, ada tiga rincian tugas :
16
Muhammad Amin Suma, ‘Ulumul Qur’an, Jakarta:Rajawali pers. 2013 hlm:109
17
Fahd bin Muhammad Al-Rummi, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta : Titian Ilahi Press, 1997),
hlm.38
15
b.Meluruskan hal-hal yang telah diselewengkan dari kitab-kitab suci terdahulu
(Q.S. Al-Baqarah : 4)
18
Atang Abd. Hakim, Metodologi Studi Islam, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya) hlm.70
16
dan sebagainya. Al-Qur‘an juga menerangkan hukum-hukum yang mengatur
masalah pribadi dan keluarga, seperti pernikahan, talak, pembagian waris, dan
sebagainya. Juga menerangkan hukum-hukum kemasyarakat baik yang
menyangkut ekonomi, perdagangan, transaksi, pidana, pemerintahan, kehakiman,
hubungan sosial, baik dengan sesama Muslim atau dengan umat lain, dan
sebagainya. Islam, melalui Al-Qur‘an dan Sunnah, mengatur semua aspek
kehidupan manusia. Ketetapan hukum yang ada dalam Al-Qur‘an hakikatnya
bertujuan unuk menciptakan kemaslahan dan kebaikan bagi manusia,
mewujudkan keadilan, serta menghindarkan kehidupan dari kerusakan dan
kehancuran. Sebagaimana disimpulkan oleh ulama, tujuan ketetapan hukum
dalam Islam utamanya adalah untuk menjaga unsur-unsur penting hidup, yakni
agama, nyawa, akal, keturunan, harta, dan kehormatan manusia. 19
Ketiga, sumber pokok akhlak. Al-Qur‘an juga merupakan sumber ajaran
agama Islam yang terkait dengan akhlak, baik akhlak ketuhanan (rabbaniyah)
maupun akhlak kemanusiaan (insaniyah). Di antara akhlak ketuhanan yang
diajarkan al-Qur‘an adalah seperti ikhlas dalam beribadah hanya untuk Allah Swt,
bertawakkal kepada-Nya, mengharap rahmat dan ridho-Nya, takut akan siksa-
Nya, merasa malu kepada-Nya, bersyukur atas nikmat-Nya, sabar atas cobaan-
Nya, menerima dengan rela segala keputusan-Nya, mengutamakan kehidupan
akhirat daripada dunia, dan sebagainya. Akhlak rabbaniyah bertujuan untuk
menjalin hubungan intim dengan Allah dan memperkuat ketakwaan kepada-Nya.
Adapun akhlak insaniyah adalah akhlak pergaulan dengan sesama manusia. Al-
Qur‘an misalnya mengajarkan kejujuran dalam perkataan maupun perbuatan,
amanah dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab, keberanian dalam
memperjuangkan kebenaran, sikap rendah hati, menepati janji, santun, sabar, adil,
bijaksana, dan sebagainya. Dalam banyak ayat, Al-Qur‘an mengapresiasi orang-
orang yang berakhlak baik dan mencela orang-orang yang berakhlak buruk.
Misalnya, dalam bagian akhir sejumlah ayat, Al-Qur‘an sering menyebut bahwa
Allah menyukai orang-orang yang bertakwa, orang-orang yang sabar, orang-orang
yang berbuat baik, dan sejenisnya. Sebaliknya, al-Qur‘an menyebutkan bahwa
19
Atang Abd. Hakim, Metodologi Studi Islam, hlm. 75
17
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat dholim, orang-orang yang
membuat kerusakan, orangorang yang ingkar atau kufur, dan sebagainya.20
3. Sebagai Obat
ارا
ً س ّٰ َونُن َِز ُل ِمنَ ْالقُ ْر ٰا ِن َما ه َُو ِشف َۤا ٌء َّو َرحْ َمةٌ ِل ْل ُمؤْ ِم ِني َْۙنَ َو َل يَ ِز ْيدُ ال
َ ظ ِل ِميْنَ ا َِّل َخ
“Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman, dan (Alquran itu) tidaklah menambah kepada orang-
orang yang zalim selain kerugian”.21
َ ع ٰلى
ع ْبد ِٖه ِليَ ُك ْونَ ِل ْل ٰعلَ ِميْنَ نَ ِذي ًْرا َ َِي ن ََّز َل ْالفُ ْرقَان
ْ تَ ٰب َركَ الَّذ
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqon (Al-Qur’an) kepada
hambaNya, agar menjadi peringatan kepada seluruh alam”.22
b. Kedudukan Al-Qur’an
Sebagai kitab suci sepanjang zaman, Al-Qur‟an memuat informasi dasar
berbagai masalah termasuk informasi mengenai hukum, etika, science, antariksa,
kedokteran dan sebagainya. Kedudukan Al Quran dalam Islam adalah sebagai
sumber hukum umat Islam dari segala sumber hukum yang ada di bumi.24 Hal ini
merupakan salah satu bukti bahwa kandungan Al-Quran bersifat luas dan luwes.
Mayoritas kandungan Al-Qur’an merupakan dasar -dasar hukum
dan pengetahuan, manusialah yang berperan sekaligus bertugas menganalisa,
merinci, dan membuat garis besar kebenaran Al-Qur’an agar dapat dijadikan
20
Ibid. hlm. 76
21
Q.S. Al-Isra' (17): 82
22
Q.S. Furqon (25) : 1
23
Al-Isrâ (17): 9
24
Rusdaya Basri, Ushul Fiqih 1, (Pare : IAIN Parepare Nusantara Press, 2012)
18
sumber penyelesaian masalah kehidupan manusia. Pada zaman Rasulullah,
sumber hukum Islam ada dua yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Rasulullah selalu
menunggu wahyu untuk menjelaskan sebuah kasus tertentu,namun apabila wahyu
tidak turun, maka beliau menetapkan hukum tersebut melalui sabdanya, yang
kemudian dikenal dengan Hadits. Sebagai sumber hukum islam yang pertama dan
utama, Al-Qur’an sangat berperan penting dalam rangka penetapan hukum Islam.
Seperti kita ketahui bahwa Al- Qur’an merupakan buku petunjuk (hidayah)
bagi orang-orang yang bertakwa yaitu orang-orang yang percaya kepada halghaib,
yang mendirikan shalat, yang menginfakkan sebagian rizki mereka, dan yang
meyakini adanya akhirat.
Adapun menurut beberapa ulama terdahulu kedudukan Al-Qur’an itu terbagi
menjadi 6 diantaranya yaitu25:
25
Atang Abd. Hakim, Metodologi Studi Islam, hlm. 185
26
QS. An Naba’ (78 : 1-2)
27
QS. Al Maidah (5) : 49-50
28
QS. Al Ankabut (29) : 69
29
QS. Ali Imran (3) : 79
30
M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al Qur`an, Ulumul Qur`an ,No. 4, Vol. 1, 1990, hlm. 102-103.
19
paling mengetahui segala sesuatu, lebih tahu, sangat mengetahui, cerdik,
mengajar, belajar, orang yang diajari dan mempelajari.
Wahyu pertama tersebut tidak menjelaskan apa yang harus dibaca karena
Al-Qur`an menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut bismi
31
QS. al-Mujadalah: 11
20
Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Pengulangan membaca dalam
wahyu pertama ini bukan sekadar menunjukkan bahwa kecakapan membaca tidak
akan diperoleh kecuali mengulang-ulang bacaan atau dalam bahasa lain, membaca
hendaknya dilakukan sampai mencapai batas maksimal kemampuan, tetapi hal itu
mengisyaratkan bahwa mengulang-ulang bacaan bismi Rabbik akan menghasilkan
pengetahuan dan wawasan baru, walaupun yang dibaca masih itu-itu juga. Kata
iqra` dalam ayat tersebut akar katanya berarti menghimpun. Dari menghimpun
lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti,
mengetahui ciri sesuatu, dan membaca, baik teks tertulis maupun tidak. Jadi, iqra`
berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam,
tanda-tanda zaman, sejarah, maupun diri sendiri, yang tertulis maupun tidak.32
32
M. Quraish Shihab, Wawasan al- Qur`an (Bandung: Mizan, 2006), h. 434.
33
Ibid. hlm. 437
21
semboyan “ilmu untuk ilmu” tidak dikenal dalam Islam. Apa pun ilmunya, materi
pembahasannya harus bismi Rabbika, atau dengan kata lain harus bernilai
Rabbani. Sehingga ilmu pengetahuan yang dalam kenyataannya dewasa ini
mengikuti pendapat sebagian ahli “bebas nilai”, harus diberi nilai Rabbani oleh
ilmuwan Muslim.
Dalam sesi ”Tanya Jawab” acara Dr. Hamka (Buya Hamka), seorang
pembaca mengajukan pertanyaan, “Seorang ulama di tempat saya menyatakan,
jika manusia mendarat di bulan, maka batallah kerasulan Nabi Muhammad S.a.w.
Bagaimana pendapat Bapak dalam hal ini?”, Hamka menanggapi, “Jika manusia
sudah dapat mendarat di bulan, kami akan bersujud syukur kepada Tuhan, karena
dengan demikian akan bertambah nyatalah ke-Rasulan Nabi Muhammad Saw.
Karena di dalam Al-Quran sebagai wahyu yang diturunkan kepada Nabi kita
Muhammad Saw berjumpa beberapa ayat yang hanya dapat ditafsirkan dengan
ilmu pengetahuan alam yang mendalam berkenaan dengan bulan”. Kalau kita tilik
sejarah Islam, penyelidikan tentang ruang angkasa ini, hanyalah lanjutan saja
daripada peneropong bintang dan bulan yang telah didirikan oleh sarjana-sarjana
Islam di Baghdad, di Samarkand, di Mesir dan di Andalusia beberapa abad yang
telah lalu. Lalu disambung sekarang dengan penyelidikan tajribiah (empirisme)
orang Barat. Karena kita tidak mempunyai kesanggupan lagi menyambung rantai
pengetahuan itu, lalu kita sandarkan ketiadaan-tahu kita itu, kepada agama.
Padahal karena kekurangan pengetahuan kita dalam hal ilmu alam, tidak kita
sadari bahwa penafsiran kita terhadap agama pun amat sempit pula.34
34
Dalam ”Tanya Jawab”, Majalah Gema Islam (1962)
22
1. Observasi (Pengamatan )
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan
segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya
kebinasaan mereka? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman
sesudah al-Qur’an itu?”( QS Al `Araf: 185)
Dalam ayat tersebut, al-Qur`an mengemukakan tema ayat yang bersifat sinkronis,
artinya berupa pandangan tentang eksistensi langit, bumi, manusia dan
sebagainya.35
2. Eksplorasi (Pemaparan)
Dalam Q.S. Yunus: 6, dan surat Yasin: 37-40 dijelaskan yang artinya :
“Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang
diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda
(kekuasaan-Nya) bagi orang- orang yang bertakwa.”36
“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam;
kami tanggalkan siang dari malam itu, Maka dengan serta merta mereka berada
dalam kegelapan. Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah
ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah kami tetapkan
bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang
terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tanda yang tua. Tidaklah mungkin bagi
Matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang dan
masing-masing beredar pada garis edarnya.”37
35
Suharno, Berpikir Islami, Al Jami`ah, Dirasah Islamiyah (Yogyakarta: t.p., 1990), hlm. 18.
36
Q.S. Yunus : 6
37
Q.S. Yasin : 37-40
23
Kedua ayat tersebut memaparkan fenomena sesuai dengan hukum alam
(sunnatullah) yang berlaku, atau masih dalam tahap pemaparan (description). Bila
fenomena berupa pergantian siang dan malam akan diangkat sebagai suatu metode
ilmu pengetahuan maka seseorang harus menempuh prosedur sebagaimana yang
ditempuh dalam ilmu pengetahuan.
3. Eksperimen (Percobaan)
“Bukankah kami Telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? Dan gunung-
gunung sebagai pasak?”.38
“Dan kami hamparkan bumi itu dan kami letakkan padanya gunung-gunung yang
kokoh dan kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah
dipandang mata.”39
38
Q.S. An Naba : 6-7
39
Q.S. Qaaf : 7
24
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
40
An-Naba’ul Azhim, hal 23-24, Darul Qalam, 2015
25
DAFTAR PUSTAKA
26
27