Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

WAWASAN AL-QUR’AN

Oleh

Amir Syahidan
Sania Tria Zulpa

KELAS 1C

UNIVERSITAS AL-GHIFARI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA
2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Allah SWT, karena atas berkat rahmat-
Nyalah tulisan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah yang
berjudul “Wawasan Al-Qur’an” ini dalam rangka memenuhi tugas Pengantar Agama
Islam.
Penulis Menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan- kekurangan.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki.
Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan penulis terima dengan senang hati
demi perbaikan makalah ini.
Tulisan ini dapat penuh selesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak, terutama dosen Jurusan
Pengantar Agama Islam yang telah memberikan ilmunya demi kelancaran dan
kelengkapan makalah ini. semoga tulisan yang jauh dari sempuma ini ada manfaatnya.

Bandung, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I ..............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................................................1
1.4 Manfaat.................................................................................................................................1
1.5 Metode...................................................................................................................................2
BAB II .............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
2.1 Pengertian Al-Qur’an.........................................................................................................3
2.2 Sejarah Penulisan Al-Qur’an.............................................................................................4
2.2.1 Pada masa Rasullulah SAW.........................................................................................4
2.2.2 Pada masa pemerintahan Abu Bakar as-Shiddiq......................................................5
2.2.3 Pada masa pemerintahan Utsman ibn Affan..............................................................5
2.3 Fungsi dan Peranan Al-Qur’an..........................................................................................6
2.4 Ilmu-ilmu Al-Qur’an..........................................................................................................8
2.5 Keistimewaan Al-Qur’an..................................................................................................11
BAB III ..........................................................................................................................................14
PENUTUP....................................................................................................................................14
3.1 Simpulan...........................................................................................................................14
3.2 Saran...................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan kitab suci umat islam dan merupakan kalam Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW, disampaikan melalui malaikat jibril yang turun secara
berangsur-angsur dan berfungsi untuk memberi petunjuk kepada jalan yang sebaik-baiknya
untuk. Allah SWT berfirman; “sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk menuju jalan-
jalan yang sebaik-baiknya” (QS.17:9).
Tak dapat dipungkiri, bahwa hendak bahagia bersama islam maka penganutnya harus
dekat dengan Al-Qur’an, dalam artian yang lebih luas harus mengenal al-Qur’an.
Memperhatikan dan mempelajari Al-Qur’an, “tidaklah mereka memperhatikan isi Al-Qur’an,
bahkan atau hati mereka tertutup”(QS.47:24).
Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai fungsi dan kedudukan al-Qur’an
dalam islam. Hal ini menjadi sangat menarik untuk dibahas karena al-Qur’an merupakan
kitab suci dalam agama islam serta sebagai dasar-dasar hukum islam yang utama dan
sekaligus langsung dari Allah yang mempunyai fungsi serta kedudukan penting dalam agama
islam.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa pengertian Al-Qur’an?
2) Bagaimana sejarah penulisan Al-Qur’an?
3) Apa fungsi dan peranan Al-Qur’an?
4) Ilmu-ilmu apa untuk mempelajari tentangAl-Qur’an?
5) Apa keistimewaan Al-Qur’an?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui dan memahami apa itu Al-Qur’an
2) Untuk mengetahui bagaimana sejarah Al-Qur’an
3) Untuk mengetahui fungsi dan peranan Al-Qur’an
4) Untuk mengetahui ilmu-ilmu tentang Al-Qur’an
5) Untuk mengetahui keistimewaan Al-Qur’an

1.4 Manfaat
1) Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang pengertian, sejarah, fungsi, ilmu,
dan keistimewaan tentang Al-Qur’an.

iii
1.5 Metode
1) Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode studi pustaka dan
rangkuman dari berbagai buku, jurnal dan media sosial.

iv
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Al-Qur’an


Secara etimologi, ada beberapa pendapat tentang asal-usul kata al-Quran. Namun, secara
garis besar bisa dikelompokkan menjadi tiga:

(1) Kata al-Qur‘an adalah isim ‘alam (nama) yang digunakan untuk menyebut kitab suci
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Ia tak ubahnya seperti Taurat dan Injil yang
digunakan untuk menyebut kitab yang diberikan kepada Musa dan Isa. Menurut pendapat ini, al-
Qur‘an bukan turunan (musytaqq) dari kata apapun, melainkan isim murtajal, yakni kata yang
terbentuk seperti itu sejak semula. Pendapat ini dikemukaan antara lain oleh Al-Syafi‘i (150-204
H/767-820 M).

(2) Kata Al-Qur‘an berasal dari qarana yang berarti menghimpun atau menggabung‖. Hal
ini sesuai dengan sifat al-Qur‘an yang menghimpun huruf, ayat, dan surat. Pendapat ini
dikemukakan oleh Abu al-Hasan al-Asy‘ary (260- 324 H/767-820 M). Pendapat yang hampir
sama dikemukakan oleh al-Farra (w. 207 H/823 M) yang mengatakan al-Qur‘an berasal dari kata
qara’in (jamak qarinah). Secara morfologis, kata qara’in juga berasal dari qarana. Qara’in
berarti pasangan, bukti, atau sesuatu yang menjelaskan.

(3) Kata Al-Qur‘an adalah bentuk masdar dari qara’a yang berarti membaca. Qur’an
merupakan masdar yang juga bermakna maf‘ul, sehingga artinya bacaan. Bentuk ini sama
dengan ghufran (ampunan) yang merupakan masdar dari ghafara (mengampuni), atau rujhan
yang merupakan masdar dari rajaha. Pendapat ini disampaikan oleh Al-Lihyany (w. 215 H/831
M) dan Al-Zajjaj (w. 311 H/928 M). Hanya saja, Al-Zajjaj memilih mengumpulkan‖ sebagai
makna qara’a. Meskipun begitu, antara membaca dan mengumpulkan‖ sesungguhnya memiliki
kaitan makna, karena membaca hakikatnya adalah mengumpulkan huruf dan kata dalam ucapan,
sehingga antara keduanya bisa berarti sama. Pendapat ini juga didasarkan pada ayat al-Qur‘an
yang berbunyi: Sesungguhnya tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. Maka, apabila Kami selesai membacakannya, ikutilah
bacaannya itu. (al-Qiyamah: 17-18)3

Secara terminologi, al-Qur‘an memiliki beberapa definisi. Banyaknya definisi al-Qur‘an


tidak lepas dari sudut pandang ulama yang menyusunnya atau kepentingan kajiannya. Meskipun
demikian, definisi-definisi itu memiliki esensi yang sama. Beberapa di antaranya:
(1) Al-Qur‘an ialah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw untuk
melemahkan orang yang menentangnya sekalipun hanya dengan surat terpendek, dan
membacanya dianggap sebagai ibadah.

v
(2) Al-Qur‘an ialah firman Allah yang berfungsi sebagai mu‘jizat, diturunkan kepada
penutup nabi dan rasul melalui perantara malaikat Jibril As, ditulis dalam mushaf, dinukilkan
kepada kita secara mutawatir, membacanya dianggap ibadah, dimulai dengan surat al-Fatihah
dan ditutup dengan surat al-Nas.
(3) Al-Qur‘an ialah wahyu Allah yang diturunkan dari sisi Allah kepada Rasul-Nya
Muhammad bin Abdillah sang penutup para nabi, yang dinukilkan secara mutawatir baik lafal
maupun maknanya, dan merupakan kitab samawi terakhir yang diturunkan.
(4) Al-Qur‘an ialah firman Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw,
yang tertulis dalam mushaf, diriwayatkan secara mutawatir, membacanya bernilai ibadah, dan
berfungsi sebagai mu‘jizat meski hanya dengan satu surat darinya.

2.2 Sejarah Penulisan Al-Qur’an


Sesungguhnya penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) Al-Qur'an sudah dimulai sejak
zaman Nabi Muhammad SAW. Kemudian transformasi dan pembukuannya menjadi teks
dilakukan pada masa Khalifah Abu Bakr dan selesai dilakukan pada zaman khalifah Utsman bin
Affan.
2.2.1 Pada masa Rasullulah SAW
Pada masa ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, terdapat beberapa orang yang
ditunjuk untuk menuliskan Al-Qur’an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin
Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau
tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan
batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Pada masa ini
pengumpulan Al-Qur’an di tempuh dengan dua cara: Pertama, al Jam'u fis Sudur, Para sahabat
langsung menghafalnya diluar kepala setiap kali Rasulullah SAW menerima wahyu. Hal ini bisa
dilakukan oleh mereka dengan mudah terkait dengan kultur (budaya) orang arab yang menjaga
Turats (peninggalan nenek moyang mereka diantaranya berupa syair atau cerita) dengan media
hafalan dan mereka sangat masyhur dengan kekuatan daya hafalannya. Kedua : al Jam'u fis
Suthur, Yaitu Rasulullah. SAW setiap kali turun wahyu kepadanya selalu membacakannya
kepada para sahabat secara langsung dan menyuruh mereka untuk menuliskannya sembari
melarang para sahabat untuk menulis hadis-hadis beliau karena khawatir akan bercampur dengan
Al-Qur’an. Rasul SAW bersabda "Janganlah kalian menulis sesuatu dariku kecuali Al-Qur’an,
barangsiapa yang menulis sesuatu dariku kecuali Al-Qur’an maka hendaklah ia menghapusnya"
(Hadis dikeluarkan oleh Muslim (pada Bab Zuhud hal 8) dan Ahmad (hal 1) Di samping itu
banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu
diturunkan.
Penulisan pada masa Rasulullah belum terkumpul menjadi satu mushaf disebabkan
beberapa faktor, yakni; Pertama, tidak adanya faktor pendorong untuk membukukan Al-Qur’an

vi
menjadi satu mushaf mengingat Rasulullah masih hidup, di samping banyaknya sahabat yang
menghafal Al-Qur’an dan sama sekali tidak ada unsur-unsur yang diduga akan mengganggu
kelestarian Al-Qur’an. Kedua, Al-Qur’an di turunkan berangsur-angsur, maka suatu hal yang
logis bila Al-Qur’an bisa di bukukan dalam satu mushaf setelah Nabi saw wafat. Ketiga, selama
proses turunnya Al-Qur’an masih terdapat kemungkinan adanya ayat-ayat Al-Qur’an yang
masuk.
2.2.2 Pada masa pemerintahan Abu Bakar as-Shiddiq
pada waktu terjadi pertempuran di Yamamah, yaitu perang kemurtadan (riddah). Perang
ini terjadi pada tahun ke-12H, yakni perang antara kaum muslimin dan kaum murtad (pengikut
Musailamatul Kadzdzab yang mengaku dirinya Nabi baru) dimana mengakibatkan 70 penghaf
Al-Qur’an di kalangan sahabat Nabi gugur.
Akibat banyaknya penghafal Al-Qur’an yang terbunuh, Hal ini membuat Umar ibn al-
Khattab risau tentang masa depan Al-Qur’an, sebab itu beliau mengusulkan kepada Khalifah
Abu Bakr untuk melakukan pengumpulan Al-Qur’an. Kendati pun pada mulanya Abu Bakr ragu-
ragu untuk melakukan tugas itu, karena dia belum mendapat wewenang dari Nabi Muhammad
saw. Secara jelas, keraguan ini nampak ketika Abu Bakar berdialog dengan Umar ibn al-Khattab,
Abu Bakar berkata:” bagaimana aku harus berbuat sesuatu yang tidak pernah di lakukan
Rasulullah SAW?’’ Umar berkata, ‘’ini adalah perbuatan yang sangat baik dan terpuji’’. (Usman,
2009: 69). Hingga pada akhirnya beliau menyetujuinya.
Kemudian beliau menugasi Zaid ibn Tsabit (salah satu mantan juru tulis Nabi
Muhammad saw) untuk menuliskannya. Perlu diketahui juga bahwa metode yang ditempuh Zaid
ibn Tsabit dalam pengumpulan Al-Qur’an terdiri dari empat prinsip: Pertama, apa yang ditulis
dihadapan Rasul. Kedua, apa yang dihafalkan oleh para sahabat. Ketiga, tidak menerima sesuatu
dari yang ditulis sebelum disaksikan (disetujui) oleh dua orang saksi, bahwa ia pernah ditulis
dihadapan Rasul. Keempat, hendaknya tidak menerima dari hafalan para sahabat kecuali apa
yang telah mereka terima dari Rasulullah saw.

2.2.3 Pada masa pemerintahan Utsman ibn Affan


Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman
dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dialek
(lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran
Utsman sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar. (menyalin
mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku. Standar
tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan
hingga saat ini. Bersamaan dengan standarisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar
yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini Utsman berhasil
mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam di masa depan dalam
penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.

vii
Naskah itu kemudian disempurnakan oleh dua orang pejabat Umayyah, Ibn muqlah dan
Ibn ‘Isa pada 933 dengan bantuan Ibn Mujahid. Ibn Mujahid mengenali adanya tujuh corak
pembacaan Al-Qur’an yang berkembang karena tidak adanya huruf vokal dan tanda baca.
Kendatipun begitu, ada satu konsekuensi yang harus diterima oleh umat Islam akibat
kebijakan khalifah Utsman bin affan. Kalau dirunut ulang dari awal, bahwa sebelum pembukuan
Al-Qur’an kita tidak bisa membayangkan betapa banyak ragam bacaan pada saat itu. Al-Qur’an
begitu sangat plural, kaya akan bacaan dan maknanya. Tetapi searah dengan kebijakan politik
khalifah Utsman, Al-Qur’an menjadi tampil dalam bentuk tunggal, Al-Qur’an versi mushaf
Utsmani. Inilah mushaf yang dianggap paling sah dan benar sampai sekarang.Tentunya, sah dan
benar dalam pandangan khalifah saat itu yang memiliki inisiatif dan otoritas untuk
membukukannya. Dari sudut pandang ini, tampilnya mushaf versi Utsman sebagai mushaf resmi
Umat Islam tidak lain adalah hasil dari tafsiran atas berbagai mushaf yang berkembang pada saat
itu, yang didalamnya melibatkan proses selektifitas, pembuangan dan penambahan.

2.3 Fungsi dan Peranan Al-Qur’an


Menelaah fungsi al-Qur‘an tentu tidak bisa mengabaikan apa yang dikatakan al-Qur‘an
tentang dirinya sendiri. Karena, di situlah letak informasi primer yang dibutuhkan. Setelah itu,
baru dengan melihat hadits-hadits Nabi Muhammad Saw yang menjelaskan hal tersebut, dan
tidak tertutup kemungkinan juga pendapat ulama yang terkait hal itu.
Di antara nama-nama al-Quran, yang paling banyak disebut di dalam al-Qur‘an ada
empat, yakni al-Quran, al-Kitab, al-Dzikr, dan al-Furqan. Al-Qur‘an disebut sebanyak 70 kali
dalam 70 ayat dan 38 surat; al-Kitab yang digunakan untuk maksud al-Qur‘an diulang 53 kali
dalam 53 ayat dan 32 surat; sedangkan al-Dzikr yang digunakan dalam pengertian al-Quran
disebut sebanyak 9 kali dalam 8 ayat dan 7 surat. Adapun al-Furqan yang digunakan untuk
maksud al-Qur‘an hanya disebut 2 kali dalam 2 ayat dan 2 surat.
Selain dilihat dari nama-namanya, fungsi al-Qur‘an juga bisa dilihat dari kedudukannya
dalam konteks kesejarahan kitab suci. Sebagaimana diketahui, al-Qur‘an adalah kitab suci
terakhir yang diturunkan Allah Swt kepada nabi dan rasul-Nya. Selain itu, al-Qur‘an juga
berperan sebagai sarana ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt melalui membacanya
dan menangkap pesan-pesan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, fungsi al-Qur‘an bagi
manusia dapat dirinci sebagai berikut:
a. Petunjuk bagi manusia
Fungsi pertama al-Qur‘an adalah sebagai petunjuk bagi manusia. Seperti diketahui,
fungsi utama sebuah kitab suci dalam agama dan keyakinan apapun adalah menjadi pedoman
bagi penganutnya. Begitu pula al-Quran, menjadi pedoman bagi umat Islam. Meskipun begitu,
al-Qur‘an menyatakan bahwa ia bukan hanya menjadi petunjuk bagi kaum Muslimin, tapi juga
bagi umat manusia seluruhnya. Kemenyeluruhan misi al-Qur‘an ini tidak lepas dari

viii
kemenyeluruhan misi Nabi Muhammad Saw yang diutus untuk seluruh manusia. Hal ini
ditegaskan Allah Swt dalam beberapa firman-Nya yang di antaranya adalah sbb.:
Dan Kami (Allah) tidak mengutus kamu (Muhammad), melainkan kepada umat manusia
seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi
kebanyakan manusia tiada mengetahui. (Q.S. Saba: 28).
Di dalam al-Qur‘an memang ada dua versi penyebutan al-Qur‘an sebagai petunjuk. Pertama,
ia petunjuk bagi seluruh manusia. Kedua, ia petunjuk bagi orang-orang yang beriman atau
bertakwa.
b. Penyempurna kitab-kitab suci sebelumnya
Al-Qur‘an juga berfungsi sebagai penyempurna kitab-kitab suci sebelumnya. Fungsi ini
hadir karena al-Qur‘an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan oleh AllahSwt kepada rasul
dan nabi-Nya. Sebagai kitab suci terakhir, al-Qur‘an membawa tugas menyempurnakan kitab-
kitab suci terdahulu. Rasionalitas di balik fungsi ini setidaknya bisa diterangkan melalui dua
alasan. Pertama, kitab-kitab suci terdahulu memang diturunkan untuk kaum tertentu dan zaman
yang terbatas. Kedua, dalam perkembangan sejarah, kitab-kitab suci terdahulu tidak bebas dari
perubahan dan penyimpangan.
Terkait fungsi al-Qur‘an sebagai penyempurna kitab-kitab suci sebelumnya, ada tiga
rincian tugas. Pertama, membenarkan adanya kitab-kitab suci terdahulu; Kedua, meluruskan hal-
hal yang telah diselewengkan dari kitab-kitab suci tersebut; Ketiga, menjadi kitab alternatif
untuk kitab-kitab suci yang pernah ada.

c. Sumber pokok agama Islam

Al-Qur‘an merupakan sumber pokok seluruh ajaran Islam. Yusuf al-Qardlawi


mengatakan bahwa al-Qur‘an adalah pokok Islam dan jiwanya. Dari al-Quranlah diperoleh
ajaran tentang keimanan (aqidah), ibadah, akhlak, dan prinsip-prinsip hukum serta syariat.16
Secara garis besar, Al-Qur‘an sebagai sumber ajaran Islam dapat dirinci sebagai berikut:
Pertama, sumber pokok aqidah. Dalam banyak ayat, al-Qur‘an berbicara kepada banyak
kalangan, termasuk mereka yang tidak percaya kepada Tuhan, Hari Akhir, atau kenabian
Muhammad. Al-Qur‘an berusaha meyakinkan mereka tentang adanya Allah yang menciptakan
alam semesta dengan argumen-argumen yang bisa diterima oleh akal. Al-Qur‘an juga
menjelaskan prinsip-prinsip ketuhanan, menegaskan kenabian Muhammad Saw yang diutus
sebagai penerus para nabi dan rasul sebelumnya. Al-Qur‘an juga mengabarkan berita tentang
umat-umat terdahulu untuk dijadikan pelajaran bagi yang hidup sesudahnya.

ix
2.4 Ilmu-ilmu Al-Qur’an
Ilmu al-Qur'an atau 'Ulumul Qur'an adalah pembahasan-pembahasan yang berkaitan
dengan al-Qur’an Sebagian pokok-pokok pembahasan ilmu al-Qur'an dapat ditinjau dari segi
turunnya ayat, urut-urutan ayat, pengumpulan ayat, penulisan ayat, pembacaan ayat, tafsir ayat,
i'jaz, nasikh dan mansukh, atau bantahan terhadap hal yang menyebabkan keraguan terhadap al-
Qur'an. Menurut az-Zaqrani, Ilmu al-Qur'an terdiri dari ilmu :

a. Auqat wa Mawathin an-Nuzul


Ilmu al-Qur’an yang mempelajari waktu dan tempat turunnya ayat al-Qur’an Auqat wa
Mawathin an-Nuzul berasal dari dua kata, yaitu Auqat yang artinya "waktu-waktu"
dan Mawathin artinya "tempat-tempat". Dalam pembahasannya, bidang ilmu dibagi menjadi
beberapa bagian, di antaranya: tertib masa turun ayat, tertib tempat turun ayat, tertib mahdu' yang
dibicarakan ayat yang diturunkan, tertib orang yang dihadapi nabi Muhammad SAW saat ayat
diturunkan.

b. Asbābun Nuzūl 
sebab-sebab turunnya (suatu ayat)) adalah ilmu al-Qur’an yang membahas mengenai latar
belakang atau sebab-sebab suatu atau beberapa ayat al-Qur’an diturunkan. Pada umumnya,
Asbabun Nuzul memudahkan para Mufasir untuk menemukan tafsir dan pemahaman
suatu ayat dari balik kisah diturunkannya ayat itu. Selain itu, ada juga yang memahami ilmu ini
untuk menetapkan hukum dari hikmah di balik kisah diturunkannya suatu ayat. Ibnu tamiyyah
mengemukakan bahwa mengetahui Asbabun Nuzul suatu ayat dapat membantu Mufassir
memahami makna ayat. Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul suatu ayat dapat memberikan dasar
yang kukuh untuk menyelami makna suatu ayat Al-Qur’an.

c. Tawarikh an-Nuzul 
adalah ilmu al-Qur’an yang menjelaskan masa dan tertib turunnya ayat al-Qur’an satu
demi satu dari awal hingga akhir. Yang termasuk dalam Tawarikh an-Nuzul adalah ayat yang
diturunkan pertama hingga terakhir, ayat yang diturunkan berulang-ulang, ayat yang diturunkan
sekaligus atau terpisah, ayat yang pernah diturunkan kepada nabi sebelum nabi Muhammad, dan
ayat yang belum pernah diturunkan sebelumnya. Pada umumnya, ilmu ini digunakan para
penafsir al-Qur’an untuk mengetahui marhalah-marhalah dakwah islam secara rinci. Kegunaan
lain adalah untuk mengetahui asas tasyri’ah dan yang paling penting adalah untuk menolak
argumen orang-orang atau kelompok tertentu yang ingin menggoyahkan iman umat muslim
terhadap al-Qur'an.

d. Adabi Tilawat al-Qur'an 


adalah ilmu al-Qur’an yang membahas tata cara dan aturan seseorang dalam membaca al-
Qur’an dari segi kondisi lahir maupun batin.

x
e. Tajwid 
secara harfiah bermakna melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau bagus dan
membaguskan, tajwid berasal dari kata jawwada (‫دا‬N‫تجوي‬-‫وّد‬N‫يج‬-‫ )جوّد‬dalam bahhasa arab. Dalam
ilmu qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat
yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara
membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci al-Qur’an maupun
bukan.

f. Fawatih as-Suwar 
adalah ilmu al-Qur’an yang membicarakan kalimat-kalimat pembuka suatu surah. Ilmu
ini cenderung mempelajari arti dan tafsir kalimat-kalimat tersebut.

g. Ilmu Qira'at atau Maharat Qiraah 


adalah keterampilan dalam membaca yang disajikan dalam materi pembelajaran, dengan
cara dibacakan terlebih dahulu oleh seorang guru, kemudian diikuti oleh para murid. Setelah
belajar Maharat Qiraah, ditargetkan para murid dapat membaca, menerjemahkan, dan memahami
teks yang berbahasa arab.

h. Rasm Al-Qur’an 
adalah ilmu yang mempelajari tentang penulisan Mushaf Al-Qur’an yang dilakukan
dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang
digunakan.

i. Gharib al-Qur'an 
Ilmu al-Qur’an yang membahas mengenai arti kata dari kata-kata yang ganjil dalam al-
Qur’an yang tidak biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari.

j. I'rab al-Qur'an 
adalah ilmu al-Qur’an yang membahas kedudukan setiap kata dalam susunan kalimat
(ta'bir), untuk mengetahui arti dan makna suatu ayat.

k. Bada'i al-Qur'an 
adalah ilmu al-Qur’an yang membahas keindahan bahasa dalam susunan al-Qur’an baik
mengenai sastra, keistimewaan, uslub, dan susunan kalimat-kalimatnya.

l. Ma'rifatil Muhkam wa al-Mutasyabih


adalah ilmu al-Qur’an yang menyatakan ayat-ayat mana yang
dipandang muhkam atau mutasyabih.

m. Naskh ( ‫) نسخ‬

xi
adalah kata dalam bahasa arab yang biasanya diterjemahkan sebagai "pembatalan".
Dalam penafsiran hukum islam (atau tafsir), naskh adalah teori yang dikembangkan untuk
menyelesaikan putusan-putusan wahyu Islam yang tampaknya kontradiktif dengan menggantikan
atau membatalkan wahyu sebelumnya. Dalam bentuk naskh dan "klasik" yang diakui secara luas,
peraturan/hukum Islam dibatalkan demi yang lain, tetapi teks yang menjadi dasar hukum tidak
dihilangkan.

n. Tanasubi Ayat al-Qur'an 


adalah ilmu al-Qur’an yang membahas penyesuaian atau hubungan antara satu ayat al-
Qur’an dengan ayat lain, baik yang ada di depannya atau dibelakangnya. Ilmu ini bersifat itjihad,
bukan tauqif.

o. Wujh wa an-Nazha'ir 
adalah ilmu aq-Qur’an yang membahas kata-kata dalam al-Qur’an yang memiliki banyak
arti dan makna yang dimaksud dalam suatu ayat. Wujh adalah lafal yang digunakan untuk
beberapa makna, sedangkan an-Nazha'ir adalah lafal-lafal yang berhampiran maknanya.

p. Amsal al-Qur'an
Adalah ilmu al-Qur’an yang membahas perumpamaan-perumpamaan yang terdapat
dalam al-Qur’an dengan mensyarah ayat-ayat perumpamaan yang ada di dalamnya.

q. Jidal al-Qur'an 
Adalah ilmu al-Qur’an yang membahas tentang bantahan al-Qur’an terhadap orang yang
mengingkari seruan dan keterangan-keterangannya.

r. Qasas al-Qur'an 
adalah ilmu al-Qur’an yang membahas tentang kisah-kisah umat-umat dan nabi terdahulu
serta peristiwa-peristiwa yang terjadi semasa al-Qur’an diturunkan. Faedah ilmu ini diantaranya:
menjelaskan dasar-dasar dakwah yang disampaikan para nabi, sebagai penguat hati seorang
muslim, dan menarik perhatian pendengarnya.

s. Sumpah 
dalam al-Qur’an digunakan untuk menghilangkan keraguan, membatalkan menegakkan
argumentasi, menekankan berita, dan mengikrarkan hukum. Pembahasan mengenai sumpah dalam
Alquran disebut ilmu aqsām al-Qur’ān. 

t. I'jaz al-Qur'an 
adalah ilmu al-Qur’an  yang membahas mengenai kekuatan dari susunan lafal dan
kandungan al-Qur’an hingga dapat mengalahkan ahli-ahli bahasa arab dan ahli-ahli lain.

u. Tafsir Al-Qur'an 

xii
adalah ilmu pengetahuan untuk memahami dan menafsirkan yang bersangkutan
dengan al-Qur’an  dan isinya berfungsi sebagai mubayyin (pemberi penjelasan), menjelaskan
tentang arti dan kandungan Al-Qur'an, khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak di pahami
dan samar artinya. Kebutuhan umat islam terhadap tafsir Al-Qur'an, sehingga makna-maknanya
dapat dipahami secara penuh dan menyeluruh, merupakan hal yang mendasar dalam rangka
melaksanakan perintah Allah sesuai yang dikehendaki-Nya.

2.5 Keistimewaan Al-Qur’an

a. Al-Qur’an terjaga kemurniannya


Keistimewaan Al Quran yakni sejak diturunkan hingga akhir zaman kelak kemurnian dan
keotentikan Al Quran akan senantiasa terjaga. Hal ini karena kemukjizatan yang terkandung di
dalam Al Quran, baik dari aspek bahasa dan uslubnya maupun dari aspek isi kandungannya yang
memang terbukti tak satupun manusia yang dapat meniru atau mendatang semisal-nya. Al Quran
memuat kalam-kalam Allah yang dijadikan pedoman hidup manusia sepanjang masa sehingga Al
Quran memang dikehendaki Allah untuk kekal. Kewajiban muslim menjaganya dari serangan
pihak-pihak yang menginginkan al-Qur’an musnah dan Nengubah kemurniannya. Meskipun
tidak mampu menjaganya, maka Allah pasti akan menjaganya dan Allah sebaik-baik dzat yang
Mahapenjaga.
Allah SWT berfirman:   َ‫ِإنَّا نَحْ نُ نَ َّز ْلنَا ال ِّذ ْك َر وَِإنَّا لَهُ لَ َحافِظُون‬ 
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya." (QS Al-Hijr: 9).
b. Pemberi Syafa’at
Keistimewaan Al Quran berikutnya adalah kitab suci yang akan menjadi penolong di
akhirat kelak. Al Quran akan memintakan syafa’at kepada Allah SWT bagi orang yang selalu
membacanya. Diriwayatkan oleh Abu Umamah Al Bahiliy, bahwa Rasulullah bersabda,

ِ َ‫ا ْق َر ُءوا ْالقُرْ آنَ فَِإنَّهُ يَْأتِى يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َشفِيعًا َألصْ َحابِ ِه ا ْق َر ُءوا ال َّز ْه َرا َو ْي ِن ْالبَقَ َرةَ َوسُو َرةَ آ ِل ِع ْم َرانَ فَِإنَّهُ َما تَْأتِي‬
‫ا‬NN‫ ِة َكَأنَّهُ َم‬N‫ان يَوْ َم ْالقِيَا َم‬
ٌ‫ ة‬N‫ َذهَا بَ َر َك‬N‫ِإ َّن َأ ْخ‬Nَ‫ر ِة ف‬N
َ َ‫و َرةَ ْالبَق‬N‫ َر ُءوا ُس‬N‫ َحابِ ِه َما ا ْق‬N‫ص‬ ْ ‫اف تُ َحاجَّا ِن ع َْن َأ‬ َّ ‫ َو‬N‫ص‬َ ‫ر‬Nْ ٍ ‫طي‬ َ ‫ا ِن ِم ْن‬Nَ‫ا فِرْ ق‬N‫َغ َما َمتَا ِن َأوْ َكَأنَّهُ َما َغيَايَتَا ِن َأوْ َكَأنَّهُ َم‬
ُ‫َوتَرْ َكهَا َحس َْرةٌ َوالَ تَ ْستَ ِطي ُعهَا ْالبَطَلَة‬

“Bacalah Al Quran karena Al Quran akan datang pada hari kiamat nanti sebagai syafi’ (pemberi
syafa’at) bagi yang membacanya. Bacalah Az Zahrowain (dua surat cahaya) yaitu surat Al
Baqarah dan Ali Imran karena keduanya datang pada hari kiamat nanti seperti dua awan atau
seperti dua cahaya sinar matahari atau seperti dua ekor burung yang membentangkan sayapnya
(bersambung satu dengan yang lainnya), keduanya akan menjadi pembela bagi yang rajin
membaca dua surat tersebut. Bacalah pula surat Al Baqarah. Mengambil surat tersebut adalah
suatu keberkahan dan meninggalkannya akan mendapat penyesalan. Para tukang sihir tidak
mungkin menghafalnya.” (HR. Muslim No. 1910).

xiii
c. Al Quran Membawa Kebenaran 
Keistimwaan Al Quran lainnya yakni memuat ringkasan dari ajaran-ajaran ketuhanan
yang pernah dimuat kitab-kitab suci sebelumnya seperti Taurat, Zabur, Injil dan lain-lain. Juga
ajaran-ajaran dari Tuhan yang berupa wasiat.  Al-Qur’an juga mempertegas tentang kebenaran
yang pernah terkandung dalam kitab-kitab suci terdahulu yang berhubungan dengan peribadatan
kepada Allah Yang Maha Esa, beriman kepada para rasul, membenarkan adanya balasan pada
hari akhir, keharusan menegakkan hak dan keadilan, berakhlak luhur serta berbudi mulia dan
lain-lain.

ِ ‫ه ِمنَ ْال ِك ٰت‬Nِ ‫ص ِّدقًا لِّ َما بَ ْينَ يَ َد ْي‬


Allah SWT berfirman: ‫ب َو ُمهَ ْي ِمنًا َعلَ ْي ِه فَاحْ ُك ْم بَ ْينَهُ ْم بِ َمآ‬ ِّ ‫ب بِ ْال َح‬
َ ‫ق ُم‬ َ ‫َواَ ْن َز ْلنَآ اِلَ ْيكَ ْال ِك ٰت‬
ِّ ۗ ‫زَل هّٰللا ُ َواَل تَتَّبِ ْع اَ ْه َو ۤا َءهُ ْم َع َّما َج ۤا َءكَ ِمنَ ْال َح‬
‫ق‬ َ ‫اَ ْن‬ 
Artinya: Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu
ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang
Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang telah datang kepadamu. (QS. Al maidah: 48). .

d. Al Quran Mudah Dihafalkan


Keistimewaan Al Quran berikutnya yakni memiliki gaya bahasa yang istimewa, mudah
dihafalkan, Allah SWT menghendaki agar Al Quran dapat disyiarkan kepada akal pikiran dan
seluruh pendengaran sehingga dapat menjadi kenyataan dan perbuatan.
Allah SWT berfirman: ‫َولَقَ ْد يَسَّرْ نَا ْالقُرْ ٰانَ لِل ِّذ ْك ِر فَهَلْ ِم ْن ُّم َّد ِك ٍر‬
Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang
yang mengambil pelajaran. (QS. Al Qomar: 23).
Dalam Hadits Nabi SAW disebutkan: ‫ َو‬Nُ‫رْ آنَ َوه‬NNُ‫ َرُأ ْالق‬N‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل َمثَ ُل الَّ ِذي يَ ْق‬ َ ‫ع َْن عَاِئ َشةَ ع َْن النَّبِ ِّي‬
‫ُأ‬
ِ ‫َحافِظٌ لَهُ َم َع ال َّسفَ َر ِة ْال ِك َر ِام ْالبَ َر َر ِة َو َمثَ ُل الَّ ِذي يَ ْق َر َوهُ َو يَتَ َعاهَ ُدهُ َوهُ َو َعلَ ْي ِه َش ِدي ٌد فَلَهُ َأجْ َر‬
‫ان‬
Dari Aisyah dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda: "Perumpamaan orang
membaca Al Qur`an sedangkan ia menghafalnya, maka ia akan bersama para Malaikat mulia.
Sedangkan perumpamaan seorang yang membaca Al Qur`an dengan tekun, dan ia mengalami
kesulitan atasnya, maka dia akan mendapat dua ganjaran pahala." (HR Bukhari).
Selain empat keistimewaan Al Quran seperti disebutkan di atas, Al Quran juga
merupakan obat penenang hati. Kitab Suci Al Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW tidak hanya sebagai mukjizat, tapi juga rahmat dan obat penawar bagi Muslim.
Allah SWT berfirman: {‫} َونُنز ُل ِمنَ ْالقُرْ آ ِن َما هُ َو ِشفَا ٌء َو َرحْ َمةٌ لِ ْل ُمْؤ ِمنِينَ َوال يَ ِزي ُد الظَّالِ ِمينَ ِإال خَ َسارًا‬

xiv
Artinya: Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman, dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian. (QS. Al Isra ayat 82).
Allah SWT menyebutkan tentang kitab yang diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya Nabi
Muhammad SAW, yaitu Al Quran yang tidak datang kepadanya kebatilan, baik dari depan
maupun dari belakangnya; yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji. 
Sesungguhnya Al Quran itu adalah penawar dan rahmat bagi orang-orang mukmin, yakni dapat
melenyapkan berbagai penyakit hati, antara lain keraguan, kemunafikan, kemusyrikan, dan
menyimpang dari perkara yang hak serta cenderung kepada hal yang batil. Al Quran pun
merupakan rahmat bagi mereka, karena dengan Al-Qur'an dapat dipertebal keimanan, hikmah
dapat diperoleh, dan kebaikan dapat dijumpai padanya serta akan menambah kecintaan
kepadanya.

xv
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa al-Qur‘an sebagai kitab suci terakhir
merupakan kelanjutan dari kitab-kitab suci yang telah diturunkan oleh Allah Swt sebelumnya.
Misi yang dibawa al-Qur‘an tidak jauh berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya, yaitu sebagai
petunjuk bagi manusia. Al-Qur’an mushaf yang ada seperti sekarang juga telah melewati
pejalanan panjang, yang awalnya dihafal dan ditulis dibatu dan pelepah kurma sampai dengan
dibukukan. Ada juga ilmu-ilmu untuk mehami al-Qur’an (ilmu) yang berkaitan dengan al-Qur’an
baik secara umum seperti ilmu-ilmu agama Islam dan bahasa Arab, dan secara khusus adalah
kajian tentang al-Qur’an seperti sebab turunnya al-Qur’an.

3.2 Saran
Penulis berharap dengan makalah ini pembaca bisa mengetahui wawasan baru tentang al-
Qur’an dan senantiasa bisa meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT di akhir zaman ini.

xvi
DAFTAR PUSTAKA

Al, |, & Jaz, -I’. (2019). FUNGSI AL-QUR’AN BAGI MANUSIA. 1(1).

Rifky, M., Prodi, J., Hadis, I., Ushuludhin, F., Adab, D., Islam, U., Sultan, N., & Hasanudin Banten, M.
(n.d.). ULUMUL QUR’AN SEBAGAI ILMU. http://www.ulumulquranab.com/2018/11/modul-
ulumul-quran.html

Rouf, A. (2019). Al-Quran dalam Sejarah (Diskursus Seputar Sejarah Penafsiran al-Qur’an). Mumtaz:
Jurnal Studi Al-Qur’an Dan Keislaman, 1(1). https://doi.org/10.36671/mumtaz.v1i1.1

Shihab, M. Q. (1996). Wawasan Al-Qur’an. Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’I Atas Pelbagai
Persoalan Umat, November.

17

Anda mungkin juga menyukai