Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ULUMUL QUR’AN
“SEJARAH & PERKEMBANGANYA”
Di susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu :
Drs. H. Sholicin M. Ag.

Disusun oleh :
Salwaa Salsabiila Zazuli
Arina Nirmala
Ria Datul Masfu’ah

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL MUSLIHUUN
TLOGO KANIGORO BLITAR
TAHUN AJARAN 2022/2023

Page | 1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. atas segala limpahan rahmat, ridho,
taufik, hidayah, serta inayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ULUMUL QUR’AN “SEJARAH & PERKEMBANGANYA” dengan baik.
Adapun terselesaikanya makalah ini juga tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Maka dari
itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada para pihak yang ikut terlibat dalam
penyusunan makalah ini. Terutama kepada beliau bapak dosen mata kuliah ulumu qur’an yang
sudah banyak membimbing.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata kepenulisan yang
sempurna, baik dari tata bahasa atau mungkin materi yang dicantumkan. Maka dari itu kami
sangat dengan terbuka menerima segala bentuk saran dan kritik guna memperbaiki kepenulisan
makalah berikutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta bisa menjadi bahan referensi
pengetahuan khususnya bagi para pembaca semua.

Blitar, 6 Oktober 2022

Penulis

Page | 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2
BAB I ................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4
C. Tujuan ....................................................................................................................... 4
BAB II.................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN .................................................................................................................. 5
A. Pengertian Ulumul Qur'an.......................................................................................... 5
B. Ruang Lingkup Pembahasan Ulumul Qur'an dan Relevansinya dengan Tafsir ........... 6
C. Pertumbuhan dan Perkembangan Ulumul Qur'an ....................................................... 8
D. Mempelajari Ulumul Qur'an ...................................................................................... 9
BAB II................................................................................................................................ 10
PENUTUP ......................................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 10
B. Saran ....................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 12

Page | 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam. Segala tuntunan untuk berperilaku sudah
termaktub dalam Alquran. Para ulama pun mencoba membuat sebuah ilmu untuk memahami
lebih dalam kandungan ayat-ayat dalam Al-Qur’an. Ilmu tersebut disebut Ulumul Qur’an.
Dalam Ulumul Qur’an, diuraikan secara terperinci tentang berbagai hal yang berhubungan
dengan ilmu dan penafsiran Al-Qur’an. Seperti metode dan bentuk penafsiran Al-Qur’an,
hubungan antara satu ayat dengan ayat lainnya, termasuk sejarah tentang cara penerimaan
wahyu tersebut oleh Rasulullah SAW, hingga proses pengodifikasiannya.
Kendati menjabarkan berbagai ilmu tentang Al-Qur’an, penulisan Ulumul Qur’an tidak
dilakukan pada masa yang sama ketika Al-Qur’an diturunkan. Al-Qur’an ditulis dan
dikumpulkan secara resmi pada masa Khalifah Utsman bin Affan RA. Sedangkan, penulisan
Ulumul Qur’an dilakukan selepas periode tersebut. Hal ini karena pada masa awal Islam,
pengetahuan mengenai seluk-beluk Al-Qur’an dan hal-hal yang berkaitan dengannya belum
ditulis dan disusun dalam bentuk buku. Pengetahuan tersebut masih tersimpan dalam hati para
sahabat Nabi Muhammad SAW.
Ketika itu, para sahabat Nabi pun belum merasa perlu untuk menuliskan pengetahuan
tentang Al-Qur’an. Hal ini disebabkan dua hal. Pertama, adanya larangan Nabi Muhammad
untuk menuliskan sesuatu, selain Al-Qur’an. Kedua, bila memang ditemukan berbagai masalah
yang berkaitan dengan Al-Qur’an, para sahabat cukup menanyakan hal tersebut langsung
kepada Nabi. Akhirnya, selepas wafatnya Nabi Muhammad, penulisan Al-Qur’an pun mulai
dilakukan. Kekhalifahan Utsman bin Affan yang mulanya merintis pekerjaan ini. Pada masa
tersebut, usaha penulisan Al-Qur’an dengan mushaf yang baik dan benar sedang dicanangkan.
Karena itu, untuk mempermudah pekerjaan tersebut, disusunlah suatu ilmu yang mengatur
metode penulisan mushaf Alquran, yang disebut Ilm Ar-Rasm Al-Qurani atau Ilm Ar-Rasm
Al-Utsmani.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian dari Ulumum Qur’an?
2. Apa saja ruang lingkup pembahasan Ulumul Qur’an dan relevansinya dengan Tafsir?
Jelaskan!
3. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan Ulumul Qur’an? Jelaskan!
4. Seberapa penting mempelajari Ulumul Qur’an? Jelaskan!

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Ulumul Qur’an
2. Mengetahui ruang lingkup Ulumul Qur’an dan relevansinya dengan Tafsir
3. Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan Ulumul Qur’an
4. Mempelajari Ulumul Qur’an

Page | 4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ulumul Qur’an
1. Pengertian lafadz Ulum
Lafadz Ulum merupakan bentuk Jama’ dari kata ‘Ilmu. Ilmu secara etimologis berarti
Faham atau tahu.Secara terminologis Ilmu mempunyai definisi-definisi yang berbeda sesuai
dengan latar belakang pendefinisi tersebut. Para filosof mengartikan bahwasanya ilmu adalah
konsep yang muncul dalam akal maupun keterkaitan jiwa dengan sesuatu menurut cara
pengungkapannya. Sedangkan Para Teologis mengartikan bahwasanya ilmu adalah sifat yang
bisa membedakan sesuatu tanpa kontradiksi.
Adapun Menurut Syara’, ilmu adalah mengetahui dan memahami Ayat-ayat Allah dan
lafalnya berkenaan denagan Hamba dan mahluk-makhluknnya. Dari situlah Imam Ghozali
berpendapat bahwasanya ilmu sebagai objek yang wajib dipelajari oleh orang islam adalah
konsep tentanng ibadah,aqidah, tradisi, dan etika Islam secara lahir dan bathin.
2. Pengertian lafadz Qur’an
a). Pengertian Etimologi. Secara Etimollogi lafadz Qur’an itu sama dengan lafadz Qira’ah,
yang merupakan bentuk masdar dari lafadz qoro’a. Ini dapat dilihat dari firman Allah swt. Surat

Al-Qiyamah ayat 17-18.

Yang artinya: Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. Apabila kamu telah selesai membacanya, maka ikutilah
bacaaan itu. “
Dalam sebagian pendapat disebutkan bahwsanya Al-Qur’an bermakna Al jam’u
(menghimpun,mengumpulkan, atau merangkai). Ini tidak salah ketika lafdz Qara’a (membaca)
dalam ayat tadi itu diartikan sebagi merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang
lainnya dalam satu ungkapan yang teratur.
Ada banyak pendapat menganai asal-usul lafadz Al-qur’an. Suatu pendapat mengatakan bahwa
lafadz Alqur’an berasal dari lafadz qoro’inu yang merupakan bentuk jamak dari Qoronatis
sya’u bi sya’i. Dan pendapat lain mengatakan bahwa lafadz al-qur’an itu merupakan nama
sejak awal untuk kalam yang mengandung kemukjizatan dan diturunkan kepada nabi
Muhammad saw.
b). Pengertian terminologis. Tak mengherankan lagi bahwa Al-qur’an adalah kalamullah. Dan
telah maklum bahwa lafadz kalam selain digunakan untuk menunjaukan makna masdar nya
(pembicaraaan) juga digunakan unutuk menunjukan makan maf’ulnya (sesuatu yang di
bicarakan). Masing-masing dari makna tersbut ada yang bersifat lafdzi ( verbal ) dan ada juga
nafsi (nonverbal-berada dalam jiwa). Para Ulama berbeda pendapat mengenai kajian Al-
qur’an, Apakah ia termasuk dalam kalam nafsi atau kalam lafdzi. Ulama mutakalimin
mengatakan bahwa al-qur’an adalah kalam nafsi, meskipun dalam salah satu definisi yang

Page | 5
diunkapkan mereka menyebut Al-qur’an sebagai lafadz. Ini karena mereka meyakini bahwa
Al-qur’an itu Qodim dan bukan mahluk Allah. Sedangkan di sisi lain ulama' ushul, fiqh dan
bahasa menyatakan bahwasannya al-Qur'an adalah kalam lafdzi. adapun Al- Qur'an menurut
Jumhur Ulama adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. yang mana
dengan membacanya kita dianggap ibadah.
3. Pengertian Ulumul Qur'an
Dari deskripsi yang telah disampaikan diatas, kita bisa menyimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan Ulumul Qur'an adalah Ilmu-ilmu yang mencakup pembahasan-pembahasan
yang berkaitan dengan Al-Qur'an dari sisi informasi tentang Asbabun Nuzul (sebab-sebab
turunnya Al-Qur'an), kodifikasi dan tertib penulisan Al-qur'an, ayat-ayat makkiyah,
madaniyah, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan Al-Qur'an. Sedangkan Ulumul Qur’an
menurut istilah para ulama memberikan redaksi yang berbeda-beda, salah satunya sebagai
berikut : Az-Zarqani

Walaupun redaksi-redaksi dari para ulama berbeda tetapi memiliki maksud dan tujuan yang
sama, bahwa Ulumul Qur’an adalah ilmu-ilmu yang membahas tentang Al-Qur’an. Dan
pembahasannya itu mencakup materi-materi yang menjadi pokok pembahasan Ulumul Qur’an.
B. Ruang Lingkup Pembahasan Ulumul Qur'an dan Relevansinya dengan Tafsir
1. Ruang lingkup pembahasan Ulumul Qur’an
Mengingat banyaknya ilmu yang berkaitan dengan pembahasan tentang Al-Qur’an, ruang
lingkup pembahasan Ulumul Al-Qur’an itu jumlahnya sangat banyak. Bahkan, menurut Abu
Bakar Al-‘Arabi, ilmu-ilmu Al-Qur’an itu mencapai 77.450. hitungan ini diperoleh dari hasil
perkalian jumlah kalimat Al-qur’an dengan empat, karena masing-masing kalimat mempunyai
makna dhohir, batin, hadd dan mathla. Sedangkat As-Suyuti (w.911 H) dalam kitabnya Al-
Itqan fi Ulum Al-Qur’an menyebutkan 80 macam ilmu Al-Qur’an, bahkan menurutnya jumlah
tersebut masih dapat dibagi hingga mencapai 100 macam atau lebih.
Berkaitan dangan masalah ini, M. Hasby As-Shiddiqy berpendapat bahwa ruang lingkup
pembahasan Ulum Al-Qur’an terdiri dari enam pokok yang selanjutnya terdapat cabang-
cabang pembahasan tersendiri berikut ini:
1. Persoalan Turunnya Al-Qur’an (nuzul Al-Qur’an)
Persoalan ini menyangkut tiga hal:
a. Waktu dan tempat turunnya Al-Qur’an
b. Asbabun nuzul
c. Tarikh Al-Qur’an
2. Persoalan Sanad (Rangkaian Para Periwayat)
a. Riwayat Mutawatir
b. Riwayat Ahad

Page | 6
c. Riwayat syadz
d. Macam-macam Qira’at Nabi
e. Tahammul
3. Persoalan Qira’at
Biasanya dalam persoalan ini berkaitan dengan ilmu tajwid.
4. Persoalan Kata-kata Al-Qur’an :
a. Gharib Al-Qur’an
b. Mu’rob Al-Qur’an
c. Kata-kata Al-Qur’an yang mempunyai makna sama
d. sti’arah
e. Tasybih
5. Persoalan makna-makna yang Berkaitan dengan Hukum
a. ‘Am
b. Khas
c. Mujmal
d. Muqoyyad
e. Manthuq
f. Mafhum
g. Muhkam
h. Mutasyabih
i. Musykil
j. Nasikh-Mansukh, dll.
6. Persoalan Makna-makna Al-Qur’an yang berpautan dengan Kata-kata Al-Qur’an
a. Berpisah (Fasl)
b. Bersambung (Washl)
c. Uraian singkat (i’jaz)
d. Uraian panjang (Ithnab)

2. Ulumul Qur’an dan tafsir


Sebagaimana kita ketahui bahwa ulumul qur’an adalah ilmu yang mencakup pembahasan-
pembahasan yang berhubungan dengan Al-Qur’an al-Karim, dari segi pengetahuan tentang
sebab-sebab turunnya, pengumpulan Al-Qur’an dan urut-urutannya, pengetahuan tentang ayat
Makkiyah dan Madaniah, dan hal-hal lain yang ada hubungannya dengan Al-Qur’an. Sebelum
membahas mengenai hubungan antara Ulumul Qur’an dengan tafsir, maka kita harus lebih
dahulu mengemukakan hal-hal yang berhubungan dengan tafsir. Menurut bahasa, tafsir berarti
“menerangkan dan menyatakan”. Sedangkan menurut istilah, artinya adalah menerangkan
ayat-ayat Al-Qur’an, baik menerangkan artinya, maksud yang terkandung di dalamnya atau
pun mengenai kandungan isinya, baik dengan ketentuan yang jelas atau dengan isyarat.
Untuk menjelaskan dan menafsirkan tentang ayat-ayat dalam Al-Qur’an, seseorang harus
mempunyai pengetahuan yang mantap tentang ulumul Qur’an. Dengan demikian, maka antara
Ulumul Qur’an dan tafsir mempunyai hubungan yang sangat erat sekali. Ulumul Qur’an amat
menentukan bagi seseorang yang ingin menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an secara tepat dan dapat
dipertanggung jawabkan. Apabila dilihat dari segi lain, maka ulumul Qur’an juga dapat
merupakan ukuran atau standar bagi tafsir Al-Qur’an. Artinya, semakin tinggi dan mendalam
ulumul Qur’an dikuasai oleh seorang mufassir, maka tafsir yang diberikannya juga akan

Page | 7
semakin mendekati kebenarannya. Oleh karena itu, maka selain berfungsi sebagai kunci
pembuka, ulumul Qur’an juga dapat berfungsi sebagai standard terhadap tafsir Al-Qur’an yang
dibuatnya. Fungsi sebagai standar, yaitu dengan ulumul Qur’an akan dapat dibedakan antara
tafsir yang shahih dan yang tidak shahih.
C. Pertumbuhan dan Perkembangan Ulumul Qur'an
1. Sejarah Ulumul Qur’an
Pada masa Rasulullah SAW sampai masa kekhalifahan Abu Bakar (12-13 H) dan Umar bin
Khattab (13-23 H) ilmu Al-qur’an terutama mengenai tafsir Al-Qur’an masih diriwayatkan
secara lisan. Ketika zaman kekhalifahan Utsman dimana pada saat itu Utsman memerintahkan
Zaid bin Tsabit untuk membukukan Al-Qur’an menjadi satu mushaf dan satu bahasa yaitu logat
orang Quraisy, karena pada saat itu umat muslim memperdebatkan masalah bahasa Al-Qur’an
(Qira’at) yang berbeda, yang kemudian hal tersebut terlaksana. Mushaf itu disebut Mushaf
imam. Penulisan mushaf tersebut dinamakan ar-Rasmul ‘Utsmani, dan itu dianggap sebagai
permulaan ilmu Rasmil Qur’an. Kemudian datang masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Dan
atas perintahnya, Abul Aswad Ad-Du’ali meletakkan qaidah-qaidah nahwu, cara pengucapan
yang tepat dan baku dan memberikan ketentuan harakat pada Qur’an. Yang kemudian hal ini
disebut ‘ilmu I’rabul Qur’an. Yang selanjutnya para sahabat dan tabi’in melanjutkan usaha
mereka dalam menyampaikan makna-makna Al-Qur’an beserta ilmunya.
2. Perkembangan Ulumul Qur’an
a. Perkembangan Ulum Al-Qur’an Abad II H
Pada abad ini tiba masa pembukuan yang dimulai dengan pembukuan hadist dengan
segala babnya, akan tetapi para ulama lebih memprioritaskan penyusunan tafsir karena
tafsir adalah induk ‘Ulum Al-Qur’an. Diantara mufassir yang terkenal pada abad ini
adalah:
 Syu’bah Al-Hajjaj (w. 160 H)
 Sufyan bin Uyainah (w. 198 H)
 Sufyan Ats-Tsauri (w. 161 H)
 Ibn Jarir Ath-Thabari (w. 310 H)
b. Perkembangan Ulum Al-Qur’an Abad III H
Pada abad ini para ulama mulai menyusun pula beberapa ilmu Al-Qur’an diantaranya:
 Ali bin Al-Madini (w. 234 H) telah menyusun karangannya mengenai Asbabun
Nuzul.
 Abu ‘Ubaid Al-Qasim (w. 224 H) menulis tentang Nasikh-Mansukh dan Qira’at
 Ibn Qutaibah (w. 276 H) menulis tentang Musykilatul Qur’an
c. Perkembangan Ulum Al-Qur’an Abad VI H
Pada ini mulai disusun ilmu Gharib Al-Qur’an, di antara ulama yang menyusun ilmu
ini adalah:
 Abu Bakar As-sijistani (w. 330 H)
 Abu Bakar Muhammad bin Al-Qasim (w. 328 H)
d. Perkembangan ulum Al-Qur’an Abad V H
 Abu Bakar Al-Baqalani (w. 403 H) menyusun I’jazul Qur’an
 Alamudin As-Sakhawi (w. 643 H), menyusun Aqsamul Qur’an
 Ali bin Ibhrahim bin Said Al-Hufi (w. 430 H), menyusun mngenai I’rabul;
Qur’an.

Page | 8
Sedangkan pengumpulan hasil pembahasan dan bidang-bidang tersebut mengenai Al-
Qur’an, semuanya atau sebagian besarnya dalam satu karangan, maka syaikh Muhammad
Abdul ‘Azim Az-zarqani menyebutkan didalam kitabnya Manahilul Irfan Fi Ulumil Qur’an
bahwa ia telah menemukan di dalam perpustakaan mesir sebuah kitab yang ditulis oleh Ali bin
Ibrahim bin Said Al-Hufi yang terkenal dengan Al-Hufi, judulnya Al-Burhan fi Ulumil Qur’an
yang terdiri atas tiga puluh jilid. Dari ketiga puluh jilid itu terdapat lima belas jilid yang tidak
tersusun dan tidak berurutan. Pengarang membicarakan ayat-ayat Qur’an menurut tertib
mushaf. Dia membicarakan ilmu-ilmu Al-Qur’an yang dikandung ayat itu secara tersendiri,
masing-masing diberi judul sendiri. Dengan metode seperti ini, Al-Hufi dianggap orang yang
pertama yang membukukukan ‘Ulumul Qur’an.
D. Mempelajari Ulumul Qur’an
 Fungsi dan Keutamaan Ulumul Qur’an

1. Fungsi Ulumul Qur’an


Adanya golongan yang bersifat radikal akhir-akhir ini tidak lepas dari penafsiran mereka
tentang Al-Qur’an. Mereka yang toleranpun tidak lepas dari interpretasi mereka akan ayat-ayat
Al-Qur’an. Dari sini bisa diketahui bahwa sebuah penafsiran itu sangat berpengaruh pada
implementasi keagamaan seseorang. Untuk mengawal berjalannya penafsiran agama sesuai
dengan yang dikehendaki oleh syari’at (maqosidus syari’ah), Maka disinilah tampak akan
urgensinya sebuah Ulumul Qur’an. Ulummul Qur’an sangat dibutuhkan untuk mencapai
penafsiran yang sejalan dengan maqosidus syari’ahnya.
2. Keutamaan Ulumul Qur’an
Tidak dipungkiri lagi bahwa Al-Qur’an adalah sumber dari segala ilmu. Banyak teori-teori
yang ditemukan belakang ini sesuai dengan ayat Al-Qur’an yang sudah turun ribuan tahun
sebelumnya.Teori yang diungkapakan Harun Yahya mengenai terbentuknya Bumi yang tidak
tercipta secara kebetulan, melainkan sudah diatur sedemikian rupa secara implisit itu sudah ada
dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 10-11. Dan untuk menggali nilai-nilai dan khazanah
keilmuan yang ada dalam Al-Qur’an, Kita membutuhkan ilmu-ilmuyang berhubunngan
dengannya. Dari sinilah tampak keutamaan Ulumul Qur’an dibanding dengan ilmu-ilmu yang
lain.

Page | 9
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ulumul Qur'an adalah Ilmu-ilmu yang mencakup pembahasan-pembahasan yang berkaitan
dengan Al-Qur'an dari sisi informasi tentang Asbabun Nuzul (sebab-sebab turunnya Al-
Qur'an), kodifikasi dan tertib penulisan Al-qur'an, ayat-ayat makkiyah, madaniyah, dan hal-hal
lain yang berkaitan dengan Al-Qur'an.
Secara garis besar Ulumul Qur’an memiliki enam ruang lingkup pembahasan yang pokok,
antara lain Persoalan Turunnya Al-Qur’an (nuzul Al-Qur’an), Persoalan Sanad (Rangkaian
Para Periwayat), Persoalan Qira’at, Persoalan Kata-kata Al-Qur’an, Persoalan makna-makna
yang Berkaitan dengan Hukum, Persoalan Makna-makna Al-Qur’an yang berpautan dengan
Kata-kata Al-Qur’an.
Ulumul Qur’an dan tafsir mempunyai hubungan yang sangat erat sekali. Ulumul Qur’an
amat menentukan bagi seseorang yang ingin menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an secara tepat dan
dapat dipertanggung jawabkan. Apabila dilihat dari segi lain, maka ulumul Qur’an juga dapat
merupakan ukuran atau standar bagi tafsir Al-Qur’an. Artinya, semakin tinggi dan
Pada masa Rasulullah SAW sampai masa kekhalifahan Abu Bakar (12-13 H) dan Umar bin
Khattab (13-23 H) ilmu Al-qur’an terutama mengenai tafsir Al-Qur’an masih diriwayatkan
secara lisan. Ketika zaman kekhalifahan Utsman dimana pada saat itu Utsman memerintahkan
Zaid bin Tsabit untuk membukukan Al-Qur’an menjadi satu mushaf. Kemudian datang masa
kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Dan atas perintahnya, Abul Aswad Ad-Du’ali meletakkan
qaidah-qaidah nahwu, cara pengucapan yang tepat dan baku dan memberikan ketentuan
harakat pada Qur’an. Yang kemudian hal ini disebut ‘ilmu I’rabul Qur’an.
Fungsi dari Ulumul Quran’an ialah untuk mengawal berjalannya penafsiran agama sesuai
dengan yang dikehendaki oleh syari’at (maqosidus syari’ah), Maka disinilah tampak akan
urgensinya sebuah Ulumul Qur’an. Ulummul Qur’an sangat dibutuhkan untuk mencapai
penafsiran yang sejalan dengan maqosidus syari’ahnya.
Untuk menggali nilai-nilai dan khazanah keilmuan yang ada dalam Al-Qur’an, Kita
membutuhkan ilmu-ilmuyang berhubunngan dengannya. Dari sinilah tampak keutamaan
Ulumul Qur’an dibanding dengan ilmu-ilmu yang lain.

Page | 10
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami dari tim penulis banyak mengalami kendala baik dari
waktu, materi, referensi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
keritik dan saran baik dari pembaca atau dari dosen pengampu dalam proses perbaikan makalah
ini selanjutnya.

Page | 11
DAFTAR PUSTAKA
Syadali, Ahmad dan Ahmad Rofi’i. Ulumul Qur’an. Pustaka Setia. Bandung. 2000.
Ash Shiddieqy, M.Hasbi. Ilmu Hadits. Bulan Bintang. 1987 Ash Shidieqy.
M. hasby. Ilmu Al-Qur’an / Tafsir. Bulan Bintang. 1989.
Al-Zarqoni, M. Abdul Adzim, manahil al-’urfan fi ulum al-qur’an, Jakarta : Gaya Media
Utama, 2001.
A. Partanto,Pius dan M. Dahlan. Kamus Ilmiah Populer,Surabaya. Manna' al-Qoththan,
Mabahits fi 'Ulumul Qur'an, Muasasah Ar-Risalah. 1996.
makalah “Ruang lingkup dan Pembagian Ulumul Qur’an” Posted by sandiari on Juli 3, 2012
in Uncategorized with Comments closed.
Al-Qathan, Manna Khalil, Mabahis fi Ulum Al-Qur’an, Riyad:Dar ar-Rasyid,1973.
Anwar, Rosihon, ‘Ulum Al-Qur’an untuk STAIN, Jakarta:Pustaka Firdaus, 2008.
As-Suyuti, Jalaluddin Abd al-Rahman, Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an, Beirut:Dar ar-Fikr, 1979.
Az-Zarqani, Muhammad ‘Abd ‘Adzim, Manahil Al-irfan fi Ulum Al-Qur’an, Beirut: Dar Al-
Fikr, 1988.

Page | 12

Anda mungkin juga menyukai