Anda di halaman 1dari 14

Pengertian, Ruang Lingkup, Pertumbuhan, Perkembangan, serta Perbedaan

Ulumul Qur’an dan Ulum Al-Tafsir

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Ulumul Qu’an


kelompok 1

Oleh:
Emi Nurasiah
Yulia Nevy
Alfu Zahra
Ai Sumiati

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


ASSA’IDIYYAH
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pengertian, Ruang
Lingkup, Pertumbuhan, Perkembangan, serta Perbedaan Ulumul Qur’an dan Ulum
Al-Tafsir ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ulumul Qur’an.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pengertian,
Ruang Lingkup, Pertumbuhan, Perkembangan, serta Perbedaan Ulumul Qur’an
dan Ulum Al-Tafsir bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari,makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Cipanas, 23 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................4
C. Tujuan penulisan.....................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.................................................................................................................5
A. Pengertian Ulumul Qur’an.....................................................................................5
B. Ruang Lingkup Ulumul Qur’an ...........................................................................6
C. Pertumbuhan dan Perkembangan Ulumul Qur’an.............................................8
D. Perbedaan Ulumul Qur'an dan Ulum Al-Tafsir..................................................11

BAB III..............................................................................................................................13
PENUTUP.........................................................................................................................13
A. Kesimpulan...............................................................................................................13
Daftar Pustaka..................................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Qur’an secara hak milik merupakan kitab suci milik umat Islam, akan tetapi
dari segi nilai manfaatnya, Al-Qur’an bermanfaat untuk semua umat manusia tidak
hanya umat Islam semata. Itu sejalan dengan kedatangan agama Islam sebagai agama
yang rahmatan lil ‘alamin. Kemanfaatan Al-Qur’an dapat diperoleh secara maksimal
apabila mampu menerangkan isi kandungan dari Al-Qur’an itu sendiri secara
komprehensif dan mendetail. Karena apabila Al-Qur’an tidak dapat diterangkan,
kemanfaatannya tidak dapat maksimal. Untuk mampu menerangkan isi kandungan
Al-Qur’an diperlukan kemampuan yang mumpuni. Mungkin semua orang mampu
berbicara tentang Al-Qur’an, akan tetapi tidak semua orang mampu berbicara secara
benar. Yang dimaksud dengan berbicara secara benar disini adalah membicarakan
Al-Qur’an berdasarkan keilmuan yang mumpuni, tidak hanya sekedar berbicara
sekehendak sendiri yang sering diintervensi oleh hawa nafsu.
Keilmuan yang bisa dikatakan sebagai bekal agar supaya mampu berbicara
tentang Al-Qur’an secara benar terangkum kedalam sebuah keilmuan yang lebih
dikenal dengan ‘Ulumul Qur’an. Disiplin ilmu Al-Qur’an (‘Ulumul Qur’an) bisa
dikatakan menjadi standar acuan menilai apakah orang yang berbicara tentang Al-
Qur’an tersebut patut dijadikan sebagai seorang panutan dalam memahami pesan-
pesan yang terkandung dalam Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Ulumul Qur’an ?
2. Apa saja ruang lingkup Ulumul Qur’an ?
3. Bagaimana perkembangan Ulumul Qur’an ?
4. Bagaimana Perbedaan Ulumul Qur’an dan Ulum al-tafsir ?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Ulumul Qur’an ?
2. Untuk Mengetahui Ruang lingkup Ulumul Qur’an ?
3. Untuk Mengetahui Perkembangan Ulumul Qur’an ?
4. Untuk Mengetahui Perbedaan Ulumul Qur’an dan Ulum al-tafsir ?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ulumul Qur’an


Dari sudut pandang Bahasa kata ‘Ulum (‫)علوم‬merupakan jamak dari kata ‘Ilm (‫)علم‬
yang berarti ilmu. Sedangkan Al-Qur’an itu sendiri merupakan kitab suci umat Islam
yang berfungsi sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat manusia yang menghendaki
kebahagiaan, baik kebahagiaan didunia maupun diakhirat. Kata ‘Ulum yang
disandarkan kepada kata Al-Qur’an menjadi penjelas, bahwa ilmu ini merupakan
kumpulan dari ilmu-ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an. Sehingga dengan
demikian ilmu-ilmu seperti ilmu tafsir, ilmu qiraat, ilmu asbabun nuzul, serta ilmu-
ilmu lainnya yang berkaitan dengan Al-Qur’an menjadi bagian dari ‘Ulumul Qur’an.
Dalam sejarahnya istilah ‘Ulumul Qur’an baru muncul pada abad ke-5 Hijriyah,
akan tetapi benih-benih dari ‘Ulumul Qur’an telah muncul sejak masa Nabi
Muhammad SAW. Hal tersebut dibuktikan dengan semangat para sahabat untuk
mengkaji Al-Qur’an dengan bersungguh-sungguh. Kumunculan ‘Ulumul Qur’an
sebagai sebuah disiplin ilmu merupakan sebuah langkah untuk memahami isi Al-
Qur’an.
Pengertian ‘Ulumul Qur’an secara etimologis atau secara Bahasa, bahwa kata
‘Ulumul Qur’an merupakan gabungan dari dua kata bahasa Arab yaitu kata “Ulum”
dan kata “al-Qur’an”. Kata ‘Ulum merupakan bentuk jamak dari kata ‘ilm, kata ‘ilm
sendiri merupakan bentuk masdhar dari kata “‘alima”, “ya’lamu” yang berarti
mengetahui. Dalam kamus al-Muht kata ‘alima disinonimkan dengan kata ‘arafa
(mengetahui, mengenal). Kata ‘ilm semakna dengan ma’rifat yang berarti
“pengetahuan.” Sedangkan ‘ulum berarti sejumlah pengetahuan.
Sehingga dapat ditarik sebuah pengertian bahwa ‘Ulumul Qur’an adalah ilmu-ilmu
yang membahas segala sesuatu tentang Al-Qur’an, mulai dari pengertian Al-Qur’an,
pengertian wahyu, sejarah turunnya Al-Qur’an, sejarah pengumpulan Al-Qur’an,
makkiyah dan madaniyah, latar belakang turunnya ayat atau kelompok ayat tertentu,
kisah-kisah dalam Al-Qur’an, mukjizat Al-Qur’an dan lain sebagainya sampai kepada
pembahasan tentang tafsir Al-Qur’an.Menurut istilah pengertian Ulumul Qur’an
didefinisikan oleh para ulama, antara lain sebagai berikut :
1. Menurut Manna Al-Qaththan

،‫ وجمع القرأن وترتيبه‬، ‫العلم الذي يتناول األبحاث المتعلقة بالقرأن من حيث معرفة أسباب النزول‬
‫ إلى غير ذلك مما له بالقرأن‬،‫ والمحكم والمتشابه‬،‫ والناسخ والمنسوخ‬،‫ومعرفة المكي والمدني‬

Artinya : “Ilmu yang meliputi beberapa pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an,
baik dari segi pengetahuan tentang sebab-sebab turun ayat, pengumpulan Al-Qur’an dan
penyusunannya, pengetahuan tentang makki dan madani, nâsikh dan mansûkh, muhkam
dan mutasyâbih dan lain sebagainya yang berhubungan dengan Al-Qur’an.”

2. Menurut Muhammad Abd Azhim Az-Zarqani

‫مباحث تتعلق بالقرأن الكريم من ناحية نزوله وترتيبه وجمعه وكتابته وقراءته وتفسيره وإعجازه وناسخه‬
‫ومنسوخه ودفع الشبه عنه ذلك‬

Artinya : “Beberapa pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an al-Karim, baik dari
segi turunnya, susunannya, pengumpulannya, penulisannya, qirâahnya, tafsirnya,
kemukjizatannya, nâsikh dan mansûkhnya, dan menolak tuduhan-tuduhan terhadapnya
dan lain-lain semacamnya.”

3. Menurut Ali Ash-Shabuni

‫يقصد يعلوم القران اإلبحاث التى تتعلق بهذا الكتاب المحيد الخالد من حيث الترول والجمع والترتيب‬
‫والندوين ومعروفة أسباب الترول وامكي منه والمدني ومعرفة الناسخ والمنسوخ والمحكموالمتشابه وغير‬
‫ذلك من األبحاث الكثيرة التي تتعلق بالقران العظيم‬

Artinya : “Yang dimaksud dengan Ulumul Qur’an ialah pembahasan-pembahasan yang


berhubungan dengan kitab yang mulia ini dari segi turunnya, pengumpulannya,
penertibannya, pembukuannya, mengetahui sebab turunnya, Makiyah dan
Madaniyahnya, nasikh dan mansukhnya, muhkam dan mutasyabihnya dan lainlain
pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an”.

B. Ruang Lingkup ‘Ulumul Qur’an


Ruang lingkup dari ‘Ulumul Qur’an merupakan segala sesuatu yang
membahas mengenai Al-Qur’an baik langsung maupun tidak langsung. Secara
umum ruang lingkup kajian dari Ulumul Qur’an mengarah kepada dua bidang
sasaran, yaitu pembahasan segi : riwayah (periwayatan Al-Qur’an)seperti
mengenai waktu, tempat dan sebab- sebab turun ayat, dan pembahasan segi
dirayah (kandungan al- Qur’an ) seperti mengenai sifat- sifat lafazh.
Didalam buku Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir, karya Hasby
ash-Shiddiqiey disebutkan bahwa pembahasan Ulumul Qur’an bermuara pada :
1. Bahasan yang berkaitan dengan turunya Al-Qur’an (nuzul), seperti tempat
turunnya (makiyah, madaniyah, hadliyah/kampung halaman), waktu
turunnya (nahariyah/siang, lailiyah/malam, shaifiyah/musim
dingin) firasyiyah/di tempat tidur, asbabun nuzul, ayat pertama dan terakhir,
terpisah, atau sekaligus, serta ayat hukum yang pernah diturunkan pada nabi
sebelumnya.
2. Bahasan yang berkaitan dengan sanad, seperti kualitas dan kuantitas sanad,
shahih, ahad, syadz, qiraat nabi, huffazd al-Qur’an, tahammul (penerimaan
riwayat).
3. Bahasan yang berkaitan dengan ‘ada’ al-qira’ah (cara membaca, menerima
dan menyampaikan bacaan) seperti : waqaf, ibtida’, imla’ (lajnah/dialek),
mad, takhfif hamzah (meringankan hamzah) idgham.
4. Bahasan yang berkaitan dengan lafal al-Qur’an gharib, mu’rab, menerima
perubahan pada akhir lafal, mazaj, musytarak (mengandung persamaan
kata), tasbih dan lain-lain.
5. Bahasan mengenai makna lafal al-Qur’an yang berhubungan denganmasalah
hukum, am dan khas, takhsis, mujmal, mufashshal(rinci) dan lain-lain.
6. Bahasan tentang makna al-Qur’an yang berkaitan dengan pengertian lafal
seperti Fashl (pemisahan), washl (persambungan), qashar, itnab (panjang),
musawa (sama) dan lain-lain.

Adapun beberapa disiplin keilmuan yang terbungkus dalam ‘ulumul qur’an antara lain :

1. Ilmu Adab Tilawah al-Qur'an, yaitu ilmu- ilmu yang menerangkan aturan
pembacaan al-Qur’an.
2. Ilmu Tajwid, yaitu ilmu yang menerangkan cara membaca al-Qur’an, tempat
memulai, atau tempat berhenti (waqaf).
3. Ilmu Mawathin an-Nuzul, yaitu ilmu yang menerangkan tempat, musim awal dan
akhir turunnya ayat.
4. Ilmu Tawarikh an-Nuzul, yaitu ilmu yang menerangkan danmenjelaskan masa dan
urutan turunnya ayat, satu demi satu dariawal hingga yang terakhir turun.
5. Ilmu Asbab an-Nuzul, yaitu ilmu yang menerangkan sebab-sebab turunnya ayat.
6. Ilmu Qira’at, yaitu ilmu yang menerangkan ragam qira’at (pembacaan al-Qur’an)
yang telah diterima Rasulullah Saw. Qiraat terdiri dari qiraat tujuh (qiraat sab’ah),
qira'at 10 (asyara) dan qira'at empat belas. Ada qira'at yang shahih dan ada qira'at
yang tidak sahih.
7. Ilmu Gharib al-Quran, yaitu ilmu yang menerangkan maknakata-kata ganjil yang
tidak terdapat dalam kitab-kitab konvensional, atau tidak terdapat dalam
percakapan sehari-hari.
8. Ilmu I’rab al-Quran, yaitu ilmu yang menerangkan harakat al-Qur’an dan
kedudukan sebuah kata dalam kalimat.
9. Ilmu Wuzuh wa an-Nazha’ir, yaitu ilmu yang menerangkankata-kata al-Qur’an
yang mempunyai makna lebih dari satu.
10. Ilmu Ma’rifat al-Muhkam wa al-Mutasyabih, yaitu ilmu yangmenerangkan ayat-
ayat yang dipandang muhkam dan yangdipandang mutasyabih

C. Sejarah dan Perkembangan ‘Ulumul Qur’an

Sejarah perkembangan ‘ulumul quran terbagi menjadi beberapa fase,


dimana tiap-tiap fase menjadi dasar bagi perkembangan menuju fase selanjutnya,
hingga ‘ulumul quran menjadi sebuah ilmu khusus yang dipelajari dan dibahas
secara khusus pula. Berikut beberapa fase / tahapan perkembangan ‘ulumul
quran.

‘Ulumul Qur’an pada Masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam.Embrio awal ‘ulumul quran pada fase ini adalah berupa penafsiran ayat
Al-Quran langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para
sahabat, atau berupa riwayat mengenai pertanyaan para sahabat tentang makna
suatu ayat Qur’an, menghafalkan dan mempelajari hukum-hukumnya.Contoh
riwayat saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menafsirkan ayat Qur’an
kepada sahabat, Dari ‘Uqbah bin ‘Amir Al Juhani berkata,

‫َسِم ْع ُت َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َو ُهَو َع َلى اْلِم ْنَبِر َيُقوُل { َو َأِع ُّد وا َلُهْم َم ا اْس َتَطْع ُتْم ِم ْن ُق َّوٍة } َأاَل ِإَّن‬
‫اْلُقَّو َة الَّر ْمُي َأاَل ِإَّن اْلُقَّو َة الَّر ْمُي َأاَل ِإَّن اْلُقَّو َة الَّر ْمُي‬

“Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di atas mimbar


berkata: ‘Dan persiapkan untuk mereka apa yang kalian mampu berupa kekuatan.
Ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah, ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah
memanah, ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah!’” (HR. Abu Daud No. 2153)

Diantara riwayat yang menyebutkan antusiasme sahabat dalam menghafal dan


mempelajari Al-Quran adalah riwayat berikut,
‫ َأَّنُهْم َك اُنوا‬-‫صلى هللا علي˜˜ه وس˜˜لم‬- ‫َع ْن َأِبى َع ْبِد ال˜˜َّرْح َمِن َق اَل َح َّد َثَنا َم ْن َك اَن ُيْقِر ُئَن ا ِم ْن َأْص َح اِب الَّنِبِّى‬
‫ َع َش َر آَياٍت َفَال َيْأُخ ُذ وَن ِفى اْلَع ْش ِر اُألْخ َر ى َح َّتى َيْع َلُم وا َم ا‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َيْقَتِر ُئوَن ِم ْن َر ُسوِل ِهَّللا‬
‫ َقاُلوا َفَعِلْم َنا اْلِع ْلَم َو اْلَع َم َل‬. ‫ِفى َهِذِه ِم َن اْلِع ْلِم َو اْلَع َمِل‬.

Riwayat dari Abi Abdul Rahman as-Sulamiy (seorang tabi’in), ia berkata, “Telah
menceritakan kepada kami orang yang dulu membacakan kepada kami yaitu sahabat-
sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa mereka dulu mendapatkan bacaan
(Al-Qur’an) dari Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sepuluh ayat, mereka tidak
mengambil sepuluh ayat yang lainnya sehingga mereka mengerti apa yang ada di
dalamnya yaitu ilmu dan amal. Mereka berkata, ‘Maka kami mengerti ilmu dan
amal.’” (Hadits Riwayat Ahmad nomor 24197, dan Ibnu Abi Syaibah nomor 29929)

Riwayat di atas paling tidak mengandung informasi tentang sejarah Al-Qur’an dan
metode pembelajaran Al-Qur’an.

Hal yang berkaitan dengan ‘ulumul qur’an adalah kebijakan


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang melarang para sahabat–pada masa
tertentu–untuk menulis selain qur’an, sebagai upaya menjaga kemurnian AlQuran.

Dari Abu Sa’id al- Khudri, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

‫اَل َتْكُتُبوا َع ِّني َو َم ْن َكَتَب َع ِّني َغْيَر اْلُقْر آِن َفْلَيْم ُحُه َو َح ِّد ُثوا َع ِّني َو اَل َحَرَج َو َم ْن َك َذ َب َع َلَّي َقاَل َهَّم اٌم َأْح ِس ُبُه‬
‫ْأ‬
‫َقاَل ُم َتَع ِّم ًدا َفْلَيَتَبَّو َم ْقَع َد ُه ِم ْن الَّناِر‬

“Janganlah kalian tulis riwayat/yang kamu terima dariku, barangsiapa yang (telah)
menulis riwayat dariku selain al qur’an hendaklah Ia menghapusnya, dan beritakanlah
apa yang kamu terima dariku ini (kepada orang lain) dan tidak ada halangan (tidak dosa
bagi kamu). Barang siapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka dia akan
menempati (menyiapkan) tempatnya di neraka.” (H.R. Muslim No. 5326)

‘Ulumul Qur’an pada Masa Khalifah

Pada masa khalifah, perkembangan ‘ulumul quran ditandai dengan munculnya


kebijakan-kebijakan para khalifah sebagaimana berikut,

1. Khalifah Abu Bakar: menetapkan kebijakan pengumpulan/penulisan Al-Quran


untuk pertama kalinya yang diprakarsai oleh Umar bin Khattab dan ditangani
prosesnya oleh Zaid bin Tsabit.
2. Kekhalifahan Utsman: menetapkan kebijakan menyatukan kaum muslimin pada
satu mushaf, dan hal itupun terlaksana. Mushaf itu disebut mushaf Imam. Salinan-
salinan mushaf ini juga dikirimkan ke beberapa provinsi. Penulisan mushaf
tersebut dinamakan ar-Rosmul ‘Utsmani yaitu dinisbahkan kepada Utsman, dan
ini dianggap sebagai permulaan dari ilmu Rasmil Qur’an.
3. kekalifahan Ali: menetapkan kebijakan berupa perintah kepada Abu ‘aswad Ad-
Du’ali untuk meletakkan kaidah-kaidah nahwu, cara pengucapan yang tepat dan
baku dan memberikan ketentuan harakat pada qur’an. Ini juga disebut sebagai
permulaan Ilmu I’rabil Qur’an.

‘Ulumul Qur’an Pada Masa Sahabat dan Tabi’in

Para sahabat senantiasa melanjutkan usaha mereka dalam menyampaikan makna-makna


al-qur’an dan penafsiran ayat-ayat yang berbeda diantara mereka, sesuai dengan
kemampuan mereka yang berbeda-beda dalam memahami dan karena adanya perbedaan
lama tidaknya mereka hidup bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal
demikian diteruskan oleh murid-murid mereka, yaitu para tabi’in.

Diantara para Mufasir yang termasyhur dari para sahabat adalah:

1. Empat orang Khalifah ( Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali )


2. Ibnu Masud,
3. Ibnu Abbas,
4. Ubay bin Kaab,
5. Zaid bin sabit,
6. Abu Musa al-Asy’ari, dan
7. Abdullah bin Zubair.

Banyak riwayat tafsir Qur’an yang diambil dari Abdullah bin Abbas, Abdullah bin
Mas’ud dan Ubay bin Ka’ab, dan apa yang diriwayatkan dari mereka tidak berarti
merupakan tafsir Quran yang sudah sempurna, tetapi hanya terbatas pada makna
beberapa ayat dengan penafsiran yang masih samar dan penjelasan yang masih global.

Dari kalangan para tabi’in, diantara mereka ada satu kelompok terkenal yang mengambil
ilmu ini dari para sahabat disamping mereka sendiri bersungguh-sungguh atau melakukan
ijtihad dalam menafsirkan ayat. Yang terkenal di antara mereka adalah,

1. Murid-murid Ibnu Abbas di Makkah yang terkenal ialah: Sa’id bin Jubair,
Mujahid, ‘IKrimah bekas sahaya ( maula ) Ibnu Abbas, Tawus bin Kisan al
Yamani dan ‘Atha’ bin Abu Rabah.
2. Murid-murid Ubay bin Kaab, di Madinah: Zaid bin Aslam, Abul Aliyah, dan
Muhammad bin Ka’b al Qurazi.
3. Murid-murid Abdullah bin Mas’ud di Iraq yang terkenal : ‘Alqamah bin Qais,
Masruq al Aswad bin Yazid, ‘Amir as Sya’bi, Hasan Al Bashri dan Qatadah bin
Di’amah as Sadusi.
Dan yang diriwayatkan oleh mereka meliputi: ilmu tafsir, ilmu Gharibil Qur’an,
ilmu Asbabun Nuzul, ilmu Makki Wal madani dan ilmu Nasikh dan Mansukh, tetapi
semua ini tetap didasarkan pada riwayat dengan cara didiktekan

D. Apa Perbedaan Ulumul Quran dan Ilmu Tafsir ?

Istilah Ulumul Quran berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata ulum dan Al-
Quran. Kata ulum merupakan bentuk jamak dari kata ilmu. Sedangkan AlQur`an menurut
bahasa adalah bentuk jamak dari kata benda atau masdar yang berasal dari kata
kerja qara’a – yaqra’u – qur’anan yang artinya bacaan atau sesuai yang dibaca berulang-
ulang.

Adapun Definisi Ulumul Quran dari Syekh Manna’ al Qattan adalah

‫ ومعرفة المكي‬,‫ وجمع القرآن وترتيبه‬,‫العلم الذي يتناول األبحاث المتعلقة بالقرآن من حيث معرفة أسباب النزول‬
‫ قد يسمى هذا العلم بأصول‬.”‫ إلى غير ذلك مما له صلة بالقرآن‬,‫ والمحكم والمتشابه‬,‫ والناسخ والمنسوخ‬,‫والمدني‬
‫ (مباحث في علوم القرآن‬.‫ ألنه يتناول المباحث التي ال بد للمفسر من معرفتها للستناد إليها في تقسير القرآن‬,‫التفسير‬
)12 ‫ ص‬: ‫لمناع القطان‬

Artiny a : “Ilmu yang membahas masalah-masalah yang berhubungan denga n Al-


Qur`an dari segi asbaabun nuzuul (sebab-sebab turunnya al-qur`an), pengumpulan dan
penertiban Qur`an, pengetahuan tentang surah-surah Mekah dan Madinah, An-Nasikh
wal Mansukh, Al-Muhkam wal Mutasyaabih dan lain sebagainya yang berhubungan
dengan Qur`an.

Oleh sebab itu, penting adanya pemahaman yang baik dalam pembelajaran Ulumul
Qur`an untuk menghindari pemahaman yang literal, keras, kaku, bahkan keliru. Karena
sebagaimana telah disebutkan dalam beberapa ayat perihal keistimewaan-keistimewaan
Al-Quran :

‫َتٰب ـَر َك اَّلِذ ۡى َنَّز َل اۡل ـُفۡر َقاَن َع ٰل ى َع ۡب ِدٖه ِلَيُك ۡو َن ِلۡل ٰع َلِم ۡي َن َنِذ ۡي َر ا‬

Mahasuci Allah yang telah menurunkan Furqan (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya


(Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan
manusia). {Alfurqon:25}.

Dan disebutkan pula oleh beberapa ulama’ ushul, ulama’ fiqih dan ulama’ bahasa
dalam mendefinisikan Al-Qur`an (Syahbah, 1992:18) :
‫كالم المنزل على نبيه محمد صلعم المعجز المتعبد بتالوته المنقول بالمتوتر المكتوب في المصاحف من أول سورة‬
‫الفاتحة إلى أخر سورة الناس‬.

Artinya : “Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Nya, Muhammad SAW yang
lafadz-lafadznya mengandung mukjizat, membacanya mengandung nilai ibadah,
diturunkan secara mutawatir dan ditulis pada mushaf, mulai dari awal surat Al-fatihah
sampai akhir surat An-Naas”.

Sementara itu, Ibn Khaldun memberi pengertian bahwa pokok kajian dalam ulumul
Quran itu ada dua, yaitu ilmu yang membahas cara membaca teks-teks Al-Quran (Ilmu
Qira’at) dan ilmu-ilmu yang membaas cara memahami apa yang ada di balik teks-teks Al-
Quran (ilmu Tafsir). Sebagaimana pemberian judul pasal kelima dalam
bukunya Muqaddimah, yaitu

‫ علوم القرآن من التفسير والقراءات‬: ‫ الفصل الخامس‬.

Jadi, dari pernyataan beberapa sumber tersebut bisa kita simpulkan bahwa ilmu Tafsir
adalah bagian dari Ulumul Qur`an. Karena dengan mempelajari Ulumul Quran berarti
kita mendalami pula cara-cara mengkaji dan mena Al-Quran.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa kata
Ulumul Qur’an secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata,
yaitu “ulum” dan “Al-Qur’an”. Kata ulum adalah bentuk jama’ dari kata “ilmu” yang
berarti ilmu-ilmu. Kata ulum yang disandarkan kepada kata Al-Qur’an telah
memberikan pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu yang
berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari segi keberadaanya sebagai Al-Qur’an
maupun dari segi pemahaman terhadap petunjuk yang terkandung di dalamnya.
Sedangkan secara terminologi dapat disimpulkan bahwa ulumul qur’an adalah ilmu
yang membahas hal-hal yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari aspek
keberadaanya sebagai Al-Qur’an maupun aspek pemahaman kandunganya sebagai
pedoman dan petunjuk bagi manusia.
Ulumul Qur’an merupakan suatu ilmu yang mempunyai ruang lingkup
pembahasan yang luas. Ulumul Qur’an meliputi semua ilmu yang ada kaitanya
dengan Al-Qur’an, baik berupa ilmu-ilmu agama, seperti ilmu tafsir maupun ilmu-
ilmu bahasa Arab. Disamping itu, masih banyak lagi ilmu-ilmu yang tercakup di
dalamnya.
Secara garis besar Ilmu alQur’an terbagi dua pokok bahasan yaitu :
1. Ilmu yang berhubungan dengan riwayat semata-mata, seperti ilmu yang membahas
tentang macam-macam qira’at, tempat turun ayat-ayat Al-Qur’an, waktu-waktu
turunnya dan sebab-sebabnya.
2. Ilmu yang berhubungan dengan dirayah, yakni ilmu yang diperoleh dengan jalan
penelaahan secara mendalam seperti memahami lafadz yang ghorib (asing) serta
mengetahui makna ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum.
Daftar Pustaka

Abdul Wahid Ramli.Drs, Ulumul Qur’an, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002
Nata Abuddin, Al-Qur’an dan Hadits, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1992
Al-Alwi Sayyid Muhammad Ibn Sayyid Abbas, Faidl Al-Khobir, Al-Hidayah,
Surabaya
Imam Al-Zarqani, manahil al-irfan fi ulum al-qur’an
Imam Al-Suyuthi itmamu al-dirayah

Anda mungkin juga menyukai