Disusun Oleh:
2022
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkatkan puji dan syukur kehadirat Illahi Rabbi akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah “STUDI QUR’AN DAN PENGEMBANGANNYA” Adapun
penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi Qur’an.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kata
sempurna, karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan laporan ini dari awal hingga akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Aamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latarbelakang Masalah..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. Kesimpulan..............................................................................................................................9
B. Saran.......................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang Masalah
Al-Qur’an merupakan kitab suci agama Islam yang dijadikan sebagai
pedoman bagi seluruh umat Islam, kitab yang berisi tentang petunjuk-petunjuk, kisah-
kisah, hukum-hukum dan sebagainya tentu harus dilandasi dengan beberapa ilmu-
ilmu al-Qur’an yang bisa dipertanggungjawabkan. Disisi lain, perkembangan
kemajuan zaman yang semakin maju merupakan tantangan yang harus diatasi oleh al-
Qur’an itu sendiri sehingga perlu adanya ilmu-ilmu al-Qur’an yang bisa menjawab
akan tantangan-tantangan tersebut sehingga al-Qur’an dapat terus eksis di kalangan
masyarakat secara umum. Al-Qur’an yang merupakan mukjizat yang bersifat kekal
dan diturunkan ke Rasulullah saw untuk mengeluarkan umat manusia dari suasana
yang gelap menuju yang terang, al-Qur’an ini pun di sampaikan kepada para sahabat
sehingga mereka dapat memahaminya dengan naluri mereka dan jika dalam
pemahamannya ada ketidakjelasan maka langsung ditanyakan kepada Rasulullah
saw.1
Ilmu-ilmu al-Qur’an ini mencakup pembahasan-pembahasan yang
berhubungan dengan Al-Qur’an dari segi sebab turunnya, pengumpulan dan urutan-
ururannya, pengetahuan tentang ayat-ayat makkiyah dan madaniyyah, nasikh dan
mansukh dan lain- lain. Ulum Al- Qur’an dengan berbagai cabang dan macamnya
tidak lahir sekaligus, tetapi melalui proses dan perkembangan yang dapat dibagi ke
dalam fase periwayatan dan fase kodifikasi. Dengan ini, untuk dapat memahami
dengan al-Qur’an dengan sempurna bahkan sampai menerjemahkannya, diperlukan
sejumlah ilmu pengetahuan yang disebut dengan ilmu-ilmu al-Qur’an atau dengan
istilah arab disebut dengan ulumul Qur’an.2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang diatas, maka masalah yang akan dibahas dapat dirumuskan
sebagai berikut:
a. Apakah pengertian dari studi qur’an?
b. Bagaimana sejarah perkembangan studi qur’an?
1
Manna Khalil al-Qattan, Studi’ Ilmu-Ilmu al-Qur’an, (Bogor: Pusaka Litera AntarNusa, 2013), 1-2.
2
Wahyudin dan M. Syaifulloh, “Ulum Qur’an, Sejarah dan Perkembangannya”, Jurnal Sosial Humaniora, Vol
6 No 1 (2013): 20-21.
1
c. Bagaimana manfaat mempelajari studi qur’an?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi studi qur’an.
b. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan studi qur’an.
c. Untuk mengetahui bagaimana manfaat mempelajari studi qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
2
A. Definisi Studi Qur’an
Studi qur’an dalam bahasa arab disebut dengan ulumul qur’an. Secara bahasa
ulumul Qur’an adalah ilmu-ilmu Qur’an, yakni dari kata Arab ‘ulum yang merupakan
bentuk jamak dari ‘ilm yang mempunyai arti sebagai ilmu atau pengetahuan dan al-
Qur’an itu sendiri merupakan kitab suci agama Islam yang berbahasa Arab yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw melalui malaikat Jibril dan disampaikan
kepada para sahabat secara mutawatir, membacanya bernilai ibadah dan termaktub
dalam mushaf yang diawali dengan QS. Al-Fatihah dan diakhiri dengan QS. An-
Nass.3
Adapun secara terminology, menurut beberapa tokoh atau ilmuan muslim,
diantaranya adalah4
a) Manna Khalil Al-Qaththan
Ulumul Qur’an adalah ilmu yang meliputi beberapa pembahasan yang
berkaitan dengan Qur’an, baik dari segi pengetahuan tentang asbabun nuzul
(sebab turunnya ayat), kodifikasi al-Qur’an dan penyusunannya, makki
madani, nasikh mansukh, muhkam mustasyabih, dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan al-Qur’an.
b) Muhammad ‘Abd al-Azhim az-Zarqani
Ulumul Qur’an berisi tentang beberapa pembahasan yang berkaitan dengan al-
Qur’an baik dari segi turunnya, susunannya, pengumpulannya, penulisannya,
qiraahnya, tafsirnya, mukjizatnya, nasikh dan mansukh, dan menolak tuduhan-
tuduhan terhadapnya dan lain semacamnya.
Dengan demikian, ulumul Qur’an adalah ilmu yang mencakup pembahasan-
pembahasan yang berkaitan dengan al-Qur’an dari sisi informasi tentang sebab-sebab
turunnya, kodifikasi pengumpulan dan pembukuannya, sistematika penulisannya,
ayat-ayat makkiyahnya dan madaniyahnya, nasikh-mansukhnya, muhkam dan
mutasyabihnya serta hal-hal lain yang memiliki kaitan dengan al-Qur’an.
Pembahasan diatas merupakan ruang lingkup dari ulumul Qur’an itu sendiri,
namun seiring dengan perkembangan zaman bahwa ruang lingkup ulumul Qur’an
tidak mempunyai batasan-batasan tertentu dalam keilmuannya dikarenakan
banyaknya ilmu-ilmu yang masuk dalam ulumul Qur’an ini yang ditarik dari satu ayat
ke ayat yang lain seperti ilmu kedokteran, ilmu astronomi, ilmu pasti dan ilmu
3
Rusyid Khalid, “Ulumul Qur’an dari Masa ke Masa”, Jurnal Adabiyah, Vol 10, No 2 (2010), 123-124.
4
Yuniar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: ITQAN Publishing, 2013), 1-2.
3
ekonomi, kemudian dalam perkembangan akhir hanya dibatasi pada kajian keislaman
dan bahasa Arab, seperti di tangan Imam al-Zarkasyi yang mencapai 47 cabang
keilmuan dan di tangan Imam as-Suyuthi menambah dan memperluas menjadi 80
cabang ilmu.5
5
Rusyid Khalid, “Ulumul Qur’an dari Masa ke Masa”, Jurnal Adabiyah, Vol 10, No 2 (2010), 125-126.
6
Wahyudin dan M. Syaifulloh, “Ulum Qur’an, Sejarah dan Perkembangannya”, Jurnal Sosial Humaniora, Vol
6 No 1 (2013): 25-26.
7
Abdul Wahid dan Muhammad Zaini, Pengantar Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadis, (Banda Aceh: PeNA,
2016), 25-26.
4
karena memang belum diperlukan. Pada masa ini masih berlaku metode
menghafal dan menulis yang dilakukan oleh para sahabat ketika mendapatkan
penyampaian wahyu dari Nabi Muhammad Saw, dan informasi wahyu ini
dilakukan dengan cara lisan di kalangan suku Quraisy yang menjadikan para
sahabat dengan mudah menerima dan memahami dengan baik.8 Pada masa ini
semua permasalahan yang berhubungan dengan al-Qur’an bisa mereka
tanyakan langsung kepada Nabi, misal sahabat yang pernah bertanya tentang
makna ( ظلمDzulmun) pada surat al-An’am ayat 82 pada ayat tersebut adalah
asy-Syirku (perbuatan syirik) sebagaimana terdapat pada surat al-Luqman ayat
13.9
2) Persiapan Tadwin
Pada fase ini dimulai pada masa Usman bin Affan sampai Bani
Umayyah, pada masa ini bangsa Arab sudah berinteraksi dengan bangsa Ajam
(non Arab) sebagai konsekuensi ekspansi umat Islam ke daerah-daerah
sekitarnya. Pada masa ini ada kekhawatiran dimana bangsa-bangsa Ajam tidak
mengetahui dengan baik mengenai bahasa Arab itu sendiri sehingga Usman
bin Affan menisiasi untuk menyeragamkan Al-Qur’an dalam satu mushaf
yakni mushaf usmani dan dikirimkan ke daerah-daerah Islam lainnya dan yang
dilakukan oleh khalifah Usman ini merupakan dasar dari cabang keilmuan
ulumul Qur’an adalah rasm Usmani.10
Pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib pun telah terjadi penambahan
keilmuan dalam ulumul qur’an yakni I’rabul Qur’an dimana ada penambahan
tanda baca dalam al-Qur’an, hal ini diprakarsai oleh Ali bin Abi Thalib yang
memerintahkan Abu Aswad Ad-Duali dengan meletakan dasar-dasar ilmu
nahwu atau kebahasaan dalam al-Qur’an.11
Adapun tokoh-tokoh yang berjasa dalam menyebarkan ulum al- Qur’an
melalui periwayatan, adalah:
Khulafa al-Rasyidin, Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Ubai
bin Ka’ab, Abu Musa al-Asya’ariy, dan Abdullah bin Zubair. Mereka
itu dari golongan sahabat.
8
Subhan Abdullah Acim, Kajian Ulumul Qur’an, (Lombok: Al-Haramain, 2020), 4-5.
9
Abdul Wahid dan Muhammad Zaini, Pengantar Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadis, (Banda Aceh: PeNA,
2016), 20.
10
Subhan Abdullah Acim, Kajian Ulumul Qur’an, (Lombok: Al-Haramain, 2020), 4-5.
11
Ibid, 5.
5
Mujahid, Ata, Ikrimah, Qatadah, Hasan Basri, Said bin Jubair, dan
Zaid bin Aslam. Mereka golongan tabi’in di Madinah.
Malik bin Anas, dari golongan tabi’i tabi’in, beliau memperoleh
ilmunya dari Zaid bin Aslam.
Mereka inilah yang dianggap orang-orang yang meletakkan apa yang sekarng
ini dikenal dengan ilmu tafsir, ilmu asbab al-Nuzul, ilmu nasikh dan mansukh,
ilmu garib al-Qur’an, dan lain-lain.12
3) Tadwin
Pada fase ini para ulama memprioritaskan terhadap pengembangan
keilmuan penyusunan tafsir, diantaranya para ulama yang menyusun tafsir
adalah Syu’bah bin Hujaj, Sufyan bin ‘Uyaynah dan kitab tafsir yang
dipandang sebagai kitab tafsir besar dan tinggi nilainya adalah Kitab Jami’ al-
Bayan fi tafsir al-Qur’an karya Ibnu Jarir ath-Thabari yang mana
penafsirannya disertai dengan riwayat-riwayat yang shahih dan tersusun
dengan rapi.13 Dengan ini pada fase ini, para ulama lebih fokus pada
penafsiran tanpa mengabaikan ilmu-ilmu lainnya, dikarenakan tafsir berada
pada posisi yang tinggi dalam ulumul Qur’an.
Fase ini berada pada akhir abad ke 2 dan awal abad ke 3, ditandai dengan
munculnya beberapa tokoh yang menyusun beberapa cabang dari keilmuan al-
Qur’an, diantaranya adalah14:
a. Ali bin al-Madani yang menyusun Ilmu Asbabun Nuzul.
b. Abu Ubaid al-Qassim Ibn Salam yang menulis tentang nasikh mansukh
serta ilmu qiraat.
c. Muhammad bin Ayyub al-Daris yang menyusun tentang keilmuan
makky madani.
d. Muhammad ibn Khalaf Bin al-Marzuban yang menulis kitab yang
berjudul al-Hawi fi Ulumil Qur’an.
Adapun ulama yang hidup sejak awal abad ke IV H disebut dengan ulama
mutaakhirin yang mana dimulai dengan tersusunnya ilmu gharibil qur’an dan
beberapa kitab ulumul Qur’an diantaranya adalah Abu Bakar al-Sijistani dan
12
Wahyudin dan M. Syaifulloh, “Ulum Qur’an, Sejarah dan Perkembangannya”, Jurnal Sosial Humaniora, Vol
6 No 1 (2013): 26.
13
Abdul Wahid dan Muhammad Zaini, Pengantar Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadis, (Banda Aceh: PeNA,
2016), 21-22.
14
Ibid, 23.
6
Muhammad bin Ali al-Afdawi. Adapun pada abad ke Vdan VI muncul kitab yang
berjudul Kitab al-Burhan fi Ulum Qur’an karangan Al-Hufi dan pada abad ke VI H
muncul ulama yang menyusun kitab Mubhamat al-Qur’an yang membahas mengenai
kata-kata al-Qur’an yang tidak jelas, yang disusun oleh Abu Al-Qasim al-Shuaili. 15
Dan sesuai dengan perkembangan zaman, ulumul Qur’an semakin berkembang dari
mulai abad ke VII dengan mulai tersusunnya ilmu-ilmu majaz al-Qur’an, tokohnya
adalah Al-Izz bin ‘Abd Salam, lalu ilmu badai al-Qur’an, hujaj al-Qur’an, aqsam al-
Qur’an dan ilmu amsal al-Qur’an, tokoh-tokohnya adalah Ibn Abi al-Isba, Ibn al-
Qayyim dan Najmudin al-Thaufi.16
Adapun pada abad ke IX dan awal abad ke X H perkembangan ulumul Qur’an
mencapai kesempurnaanya, ditandai dengan kitab yang disusun oleh Jalaludin as-
Suyuthi yang berjudul al-Tahbir fi Ulumi Tafsir yang merupakan kitab ulumul Qur’an
yang paling lengkap karena memuat 102 macam-macam ilmu-ilmu al-Qur’an dan
dilanjut dengan kitab al-Itqan fi Ulumil Qur’an. Namun setelah itu terjadi kepakuman
selama beberapa abad, maka pada abad ke XIV H bangkit kembali perhatian ulama
mengenai penyusunan kitab yang membahas al-Qur’an dari berbagai aspek, seperti
Thantawi al-Jauhari yang menyusun kitab al-Qur’an wa ilmu al-Ashriyyah.17
Di Indonesia sendiri kajian tentang Ulumul Qur’an berada di tengah-tengah
antara kajian yang dilakukan orang-orang barat dan tradisi klasik yang sebenarnya
tradisi klasik ini lebih bisa dianggap sakral dalam mengkaji wahyu Tuhan ketimbang
pendekatanpendekatan moderen yang berkembang pesat. Dalam definisinya ulumul
Qur’an sendiri adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan AlQur’an baik
pembahasannya dan juga pengetahuannya mulai dari sebab diturunkannya sebuah
ayat dan surat, qira’at, makiyah dan madaniyah, dan lainnya. Hal tersebut menjadi
patokan dalam pengkajian bahwa ulumul Qur’an adalah ilmu yang penting dalam
memahami al-Qur’an. Dalam hal ini dapat terlihat dengan banyaknya studi-studi al-
Qur’an diberbagai perguruan tinggi Islam negeri.18 Di kalangan penulis Indonesia
dijumpai beberapa karya yakni buku Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an atau
15
Abdul Wahid dan Muhammad Zaini, Pengantar Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadis, (Banda Aceh: PeNA,
2016), 23-24.
16
Ibid, 25.
17
Ibid, 26.
18
Zaenatul Hakamah,“Konsep Ulumul Qur’an Muhammad Mahfuz Termas dalam Manuskrip Fath al-Khabir
bin Sharh Miftah al T-afsir”, Nun, Vol 4 No 1 (2018):188.
7
Tafsir karangan T.M Hasby al-Shiddieqy dan Prof Quraisy Shihab yang mempunyai
karya yang berjudul Membumikan Al-Qur’an.19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
19
Amroeni Drajat, “Ulumul Qur’an”, (Depok: KENCANA, 2016):16
20
Rusyid Khalid, “Ulumul Qur’an dari Masa ke Masa”, Jurnal Adabiyah, Vol 10, No 2 (2010), 126-128.
21
Subhan Abdullah Acim, Kajian Ulumul Qur’an, (Lombok: Al-Haramain, 2020), 9-10.
8
Ulum al-Quran secara etimologis berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari
dua kata, yaitu ulum dan al-Quran. Kata ulum adalah bentuk jamak dari ilm yang
berarti ilmu-ilmu, dan al-Qurān menunjukkan adanya penjelasan tentang jenis-jenis
ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan al-Qur’an. Sedangkan pengertian ulumul
Quran secara terminologis adalah ilmu yang mencakup pembahasan-pembahasan
yang berkaitan dengan al-Qur’an dari sisi informasi tentang sebab-sebab turunnya,
kodifikasi pengumpulan dan pembukuannya, sistematika penulisannya, ayat-ayat
makkiyahnya dan madaniyahnya, nasikh-mansukhnya, muhkam dan mutasyabihnya
serta hal-hal lain yang memiliki kaitan dengan al-Qur’an.
Proses kristalisasi ulum al-Qurān menjadi suatu disiplin ilmu yang independen
mengalami tiga fase, yaitu pertama, fase pra-tadwin; dimulai sejak masa Nabi sampai
dengan masa khalifah Umar bin Khattab r.a. Kedua, fase persiapan tadwin; dimulai
pada masa kekhalifaan Usman r.a dan berakhir pada masa kekuasaan Bani Umayyah.
Ketiga, fase tadwin yaitu fase penulisan karya-karya ulama dalam ulumul Quran yang
pertama kali muncul adalah ilmu tafsir, sehingga disebut juga induk dari ilmu-ilmu al-
Quran.
Adapun urgensi mempelajari ulumul Qur’an antara lain: untuk dapat
memahami kalam Allah swt sejalan dengan keterangan dan penjelasan dari Rasulullah
saw serta keterangan yang dikutip oleh para sahabat dan tabi’in. Adapun secara
manfaatnya adalah:
1. Membantu untuk mengkaji dan memahami al-Qur’an secara benar dan untuk
menarik hukum dan adab al-Qur’an serta menafsirkan ayat-ayatnya.
2. Mengetahui dari sejarah kitab al-Qur’an itu sendiri.
3. Menambah khazanah keilmuan yang berkaitan dengan al-Qur’an.
4. Dapat membantu untuk menangkis dan membantah keraguan dari pihak-pihak
yang meragukan al-Qur’an.
5. Menciptakan kemampuan dan bakat untuk menggali pelajaran, hikmah dan
hukum dari al-Qur’an.
B. Saran
Sebagai umat islam yang baik. membaca dan mempelari al-Qur’am merupakan suatu
amal ibadah, namun disisi lain juga mempelajari mengenai ulumul qur’an merupakan
hal yang perlu dikarenakan dengannya dapat memberikan khazanah keilmuan
9
mengenai al-Qur’an secara mendalam dan luas mengenai kitab suci agama kita
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qattan, Manna Khalil. 2013. Studi’ Ilmu-Ilmu al-Qur’an. Bogor: Pusaka Litera
AntarNusa.
10
Drajat, Amroeni. 2016. Ulumul Qur’an. Depok: KENCANA.
Hakamah, Zaenatul. 2018. “Konsep Ulumul Qur’an Muhammad Mahfuz Termas dalam
Manuskrip Fath al-Khabir bin Sharh Miftah al T-afsir”. Nun, Vol 4 No 1.
Khalid, Rusyid. 2010. “Ulumul Qur’an dari Masa ke Masa”. Jurnal Adabiyah, Vol 10, No 2.
Wahid, Abdul dan Muhammad Zaini. 2016. Pengantar Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadis.
Banda Aceh: PeNA.
Wahyudin dan M. Syaifulloh. 2013. “Ulum Qur’an, Sejarah dan Perkembangannya”, Jurnal
Sosial Humaniora, Vol 6 No 1.
11