Disusun Oleh:
Salsabila 2230110023
FAKULTAS USHULUDDIN
TAHUN 2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita haturkan kepada kehadirat Allah SWT atas karunia dan segala
hikmah, taufik, dan hidayah-Nya yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “perpedaan pendapat mengenai I’jaz
Al-Qur’an” ini dengan tepat waktu.
Tujuan kita menulis makalah ini adalah sebagai bentuk pertanggung jawaban kami
atas tugas yang telah diberikan oleh bapak Dr. H. Ahmad Atabik, Lc., M.Si. pada mata
kuliah I’jaz Al-Qur’an. Makalah ini juga bertujuan untuk menambah literasi teman-
teman, menambah wawasan mengenai penjelasan I’jaz Al-Qur’an, dan perbedaan
pendapat para Ulama’.
Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Dr. H. Ahmad Atabik, Lc., M.Si. dosen
mata kuliah logika yang telah memberikan tugas makalah ini sehingga kita tau mengenai
penjelasan I’jaz Al-Qur’an, dan perbedaan pendapat para Ulama’.
Tidak lupa juga kami mengucapkan Terima Kasih banyak kepada orang-orang yang
terlibat mengenai sumber-sumber makalah ini yang telah mencurahkan isi pikiran-Nya,
dan ilmu-Nya. Kami sadar makalah yang kami buat ini belum sempurna, untuk itu kritik
dan saran mengenai makalah ini pasti akan kami terima sebagai revisi untuk ke tahap
penyempurnaan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
5
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologis kata i’jaz berasal dari akar kata ,ajzun (artinya
tidak mampu/kuasa. Kata ajzun adalah jenis kata yang tidak memiliki
muatan aktifitas (pasif). Kemudian kata ini dapat berkembang menjadi
kata kerja aktif, mengikuti wazan (af’ala) a`jaza-yu’jizu berarti
melemahkan, dengan demikian, Al-Qur’an sebagai mu’jizat bermakna
bahwa AI-Qur’an merupakan sesuatu yang mampu melemahkan tentang
menciptakan karya yang serupa dengannya. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia, “kata mukjizat” diartikan sebagai kejadian yang luar biasa yang
sukar dijangkau oleh akal pikiran manusia. Pengertian ini punya muatan
yang berbeda dengan pengertian i`jaz dalam perspektif islam. 1
I`jaz sesungguhnya menetapkan kelemahan ketika mukjizat telah
terbukti, maka yang nampak kemudian adalah kemampuan atau “mu`jiz”
(yang melemahkan), oleh sebab itu i`jaz Alquran menampakan kebenaran
Muhammad saw., dalam pengakuannya sebagai rosul yang
memperlihatkan kelemahan manusia dalam menandingi mukjizatnya.2
1
Quraish syihab, mukjizat Alqurandan aspek kebahasaan, isyarat ilmiah dan pemberitaan yang ghaib
(bandung: mizan 1998), cet.IV, hlm.23.
2 Manna Khalil al-qoththan, mabahits fiulumul qur’an diterjemahkan oleh muzakkir AS. Dengan judul studi
ilmu-ilmu Alquran (bogor: Pustaka lentera antar nusa, 1996), cet.III, hlm.371
6
Pemikiran Yusuf al-Qardhawi tentang I’jaz al-Qur’an. Al-Qur’an
adalah kitab suci agama Islam dan merupakan sumber utama syariat
serta ajarannya. Selain sebagai himpunan syari’at, alQur’an juga
merupakan mukjizat kerasulan dan cahaya bagi mata kepala serta mata
hati orang Islam.3
Mukjizat yang didefinisikan oleh pakar agama Islam, antara lain, sebagai
suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku
Nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk
melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu
melayani tantangan itu.4 Berikut ini akan diuraikan beberapa pendapat seputar
kemukjizatan Al-Qur’an perspektif Yusuf al-Qardhawi.
3 Yusuf al-Qardhawi, Ijtihad dalam Syariat Islam, Penerjemah: Achmad Syathori, (Jakarta: PT. Bulan
Bintang, 1987), cet 1, hlm. 6.
4 M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan Isyarat Ilmiah dan
7
hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal al-Quran itu
jika mereka orang-orang yang benar”. (Ath-Thur: 34)
Maksud aspek kemukjizatan yang disepakati ulama adalah sisi itu banyak
didiskusikan dan dibicarakan dalam kitab-kitab mereka. Hampir mereka tidak
8
ada yang mengingkari aspek tersebut. Mereka mengakuinya dan membenarkan
kemukjizatan Al-Qur’an ditinjau dari sisi tersebut. Berbeda halnya dengan aspek
kemukjizatan Al-Qur’an yang masih diperselisihkan di antara mereka. Para
ulama ada yang setuju dan mengakui sisi kemukjizatan itu. Namun, tidak sedikit
dari mereka yang tidak setuju. Bahkan mereka benar-benar ingkar dan tidak
mengakui eksistensi aspek kemukjizatan itu.
1. Aspek Kemukjizatan Yang Disepakati.
Aspek kemukjizatan Al-Qur’an yang disepakati ulama adalah
indahnya kebahasaan Alquran. Baik dari segi uslûb (gaya bahasanya),
pilihan derivasi kata yang digunakan, morfologi dan sintaksisnya,
ataupun dari sisi susunan bahasa yang digunakannya. Para ulama
setuju dengan sisi ini. Karena Alquran sendiri memberikan jaminan
sisi bahasa ini.6
Misalnya dalam QS. Az-Zumar: 28 menjamin bahasa Al-Qur’an
itu ghoiro ‘iwajin (tidak serampangan). QS. Asy-Syu’arâ’: 195
menjelaskan Al-Qur’an itu berbahasa Arab yang mubîn (benar-benar
menjelaskan). Ini artinya Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab yang
mampu memberikan hal baru bagi orang Arab. Nuansa justifikasi
kemukjizatan bahasanya sangat nampak dalam ayat tersebut. Ini
dikuatkan dengan QS. Yâsîn: 69 yang mempertegas Al-Qur’an itu
bukan buku syair melainkan penjelas. Tentunya ini memberi
pengertian bahwa Al-Qur’an itu penjelas dengan bahasa yang indah,
sebab narasinya dia dibandingkan dengan syair. Ini pula yang
dijelaskan dalam QS. Ath-Thûr: 29-30.
Di antara aspek kemukjizatan yang disepakati dalam Alquran
adalah ikhbâr al-mâdhi wa al-mustaqbal (menceritakan masa lalu dan
masa depan).7Artinya, Al-Qur’an bisa menceritakan hal-hal gaib yang
belum ada saat orang Arab mendengarkannya. Aspek kemukjizatan
ini disetujui oleh para ulama karena realitasnya memang Al-Qur’an
6 Abdul Wahhab Khollaf, ‘Wujuh I’jaz Alquran’, Majallah Kunuz Alquran, 04.05–06 (1952), p. 4
7 Abdul Wahhab Khollaf, Ushûl Al-Fiqhi (Mesir: Maktabah Dakwah, 2009), p. 28
9
banyak memberikan informasi-informasi masa lalu yang terbukti ada
artifak-artifak peninggalan bersejarah tersebut. Adapun untuk masa
depannya, Al-Qur’an juga terbukti benar dalam memprediksinya dan
tidak melesat satupun.
2. Aspek Mukjizat Yang Diperselisihkan.
8Hamza Hassan, ‘Qadhaya Al-I‘Jaz Al-‘Ilmi Wa At-Tafsir Al-‘Ilmi Li AlQur’an Al-Karim’, El Harakah,
21.1 (2019), 179 (p. 182) .
10
embrio yang begitu detail dalam Alquran itu memerlukan analisis
panjang.
9
Muhammad Izzuddin Taufiq, Dalil Anfus Al-Qur’an Dan Embriologi (Ayat-Ayat Tentang Penciptaan
Manusia) (Indonesia: Tiga Serangkai, 2006), p. 5.
10
Mahmud Syaltut, Tafsir Alquran (Kairo: Dar Syuruq, 1999), pp. 13.
11
penemuan modern itu membenarkan isi-isi Alquran. Maka,
keuntungan bukti baru itu menjadi penguat dari kemukjizatan Al-
Qur’an
11
Musthafa Mu’tamad as-Sisi, p. 131.
12
Ibid, (Placeholder2)150
12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ada beberapa pendapat dari para ulama mengenai ada atau tidaknya
kemukjizatan Al-Qur’an dari dua sisi, yakni sains dan bilangan. Kemukjizatan
dari aspek sains sering disebut sebagai i’jaz ‘ilmi dan kemukjizatan dari aspek
bilangan disebut i’jaz raqmi. Ada ulama yang setuju dan ada yang tidak. Masing-
masing mereka memiliki argumentasi dan dalil untuk menguatkan pendapatnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qardhawi, Y. (1987). Ijtihad dalam Syariat Islam (Vol. 1). (A. Syathor, Trans.)
Jakarta: PT. Bulan Bintang.
Hassan, Hamza. (2019). Qadhaya Al-I‘Jaz Al-‘Ilmi Wa At-Tafsir Al-‘Ilmi Li AlQur’an Al-
Karim. El Harakah, 21.1.179 (p. 182).
Khollaf, A.W. (1952). Wujuh I’jaz Alquran. Majallah Kunuz Alquran, 04.05–0. p. 4.
Manna Khalil al-qothahthahan. (1996). Studi Iilmu-Ilmu Alquran. Bogor: Pustaka lentera
anatar nusa.
Shihab, Q. (1988). Mukjizat Al-Qur'an dan aspek kebahasaan, isyarat ilmiah dan
pemberitaan yang ghaib. Mizan, 23.
Syaltut, Mahmud. (1999). Tafsir Alquran. Kairo: Dar Syuruq. pp. 13.
Taufiq, M.I. (2006). Dalil Anfus Al-Qur’an Dan Embriologi (Ayat-Ayat Tentang
Penciptaan Manusia). Indonesia: Tiga Serangkai. p. 5.
14
15