Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

IJAZUL QUR`AN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Mata Kuliah Ulumul
Qur’an

Disusun Oleh Kelas IAT-A

Kelompok 8

Muhammad Ramadhan Dahromi : 4123006


Annisa Pitri : 4123015
Farhan Munthe :4123021

Dosen pengampu
M.zubir M.ag

PRODI S1 ILMU AL- QUR`AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USULUDDIN ADAB DAN DAKWAH ( FUAD)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SJECH M. DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
2023 M /1445 H
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Tanpa ridha dan petunjuk darimu
mustahil makalah ini dapat diselesaikan.
Dalam kesempatan ini kami mengucapakan terima kasih kepada pengajar
mata kuliah ulumul qur`an sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “ijazul qur`an”
Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
dijadikan sebagai pegangan dalam mempelajari tentang ulumul qur`an. Juga
merupakan harapan kami dengan hadirnya makalah ini, akan mempermudah
semua pihak dalam proses perkuliahan dalam pelajran ulumul qur`an.
Sesuai kata pepatah “tak ada gading yang tak retak”, kami mengharapkan
saran dan kritik khususnya dari rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Akhir kata, semoga segala daya dan
upaya yang kami lakukan dapat bermanfaat, Aamiin.

Bukittinggi, 1 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian I’Jazul qur’an.........................................................................3
B. Pembagian I’Jazul qur’an........................................................................3
C.Relevansi I’jazul Qur’an Dalam Penafsiran Al:Qur’an...........................
BAB III PENUTUP
A. Simpulan.................................................................................................11
B. Saran........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berangkat dari pradigma umum,bahwa Al Qur`an merupakan


bacaan sempurna yang telah dipilih Allah dengn nama yang sangat
tepat,karna tidak ada satu bacaanpun sejak manusia mengenal tulis
baca lima ribu tahun lalu yng dapat menandingi Al Qur`an Al Karim
sebagai bacaan yang paling sempurna dan lagi mulia.
Al Qur`an dalah pedoman kaum muslimin yang menjadi sumber
ajaran islam yang pertama dan utama yang harus kita Imani serta
aplikasikan dalam kehidupan sehari hari agar memperoleh kebikan di
dunia mupun di akhirat.Selain itu ,Al Qur`an merupakan mukjizat
terbesar bagi nabi Muhammad SAW dan mukjizat Al Qur`an ini
hukumny sepanjng masa ,karena tidak aka nada satu manusiapun yang
mampu membuat satu kitab tandingan atau sama dengan Al
Qur`an.Jadi,seabgai seorang muslim wajib bagi kita untuk
mengimaninya dengan sepenuh hati dan sudh sewajarnya pula
mengetahui segala sesuatu tentang mukjizat Al Qur`an.Karna ada
banyak sekali hikmahnya yang dapat kita ambil untuk menambah
keimanan kita .I`jazul Qur`an adalah bagian dari ilmu tafsir yang
mempelajari tentang segala sesuatu yng menyangkut kemukjizatan Al
Qur`an.
Al Qur`an menganjurkan mempelajari ilmu-ilmu itu untuk
kesejahteraan dan kebahagian ummat manusia .Memang,al Qur`an
menyeru untuk mempelajari ilmi-ilmu ini sebagai jalan untuk
mengetahui al haq dan realitas, dan sebagai cermin untuk mengetahui
alam yang didalamnya pengetahuan tenteang Allah mempunyai
kedudukan paling utama.
A. Rumusan Masalah
1. Pengertian i’jazul Al Qur’an?
2. Apa saja macam-macam i’jazul Al Qur’an?
3. Apa saja Relevansi I’jazul qur’an dalam menafsirkan qur’an?
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian i`jazul al- qur`an
2. Untuk mengethui macam-macam i`jazul al Qur`an
3. Untuk mengetahui relevansi I’jazul qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian I’jaz Al-Qur’an

Secara etimologis kata ‫’) اعجاز‬jaz( berasal dari akar kata ‫‘) عجز‬ajun
(artinya tidak mampu/kuasa. Kata ‫ز‬HH‫ عج‬adalah jenis kata yang tidak
memiliki muatan aktifitas (pasif). Kemudian kata ini dapat berkembang
menjadi kata kerja aktif supaya dengan wajan (af’ala) ‫( اعجزيعجز‬a`jaza-
yu’jizu) berarti melemahkan, dengan demikian, Al-Qur`an sebagai
mukjizat bermakna bahwa Al Quran merupakan sesuatu yang mampu
melemahkan tentang menciptkan karya yang serupa dengannya1.
Kamus besar bahasa Indonesia, “kata mukjizat” diartikan sebagai
kejadian yang luar biasa yang sukar Dalam dijangkau oleh akal pikiran
manusia. Pengertian ini punya muatan yang berbeda dengan pengertian
i`jaz dalam perspektif islam2.
I`jaz sesungguhnya menetapkan kelemahan ketika mukjizat telah
terbukti, maka yang nampak kemudian adalah kemampuan atau “mu`jiz”
[yang melemahkan], oleh sebab itu i`jaz AI-Qur`an menampakan
kebenaran Muhammad SAW dalam pengakuannya sebagai rosul yang
memperlihatkan kelemahan manusia dalam menandingi mukjizatnya3.

B. Macam-macam Kemukjizatan Al-Qur’an


Macam-macam Ijaz al-Qur’an Secara garis besarnya, i'jaz dapat
dibagi ke dalam dua bagian pokok, yaitu:
Pertama, mukjizat yang bersifat material inderawi lagi tak kekal, dan
kedua, mukjizat immaterial, logis lagi dapat dibuktikan sepanjang
masa”4. Untuk lebih jelas akan dijelaskan dari kedua bagian pokok
berikut ini :

1. Mu’jizat material inderawi

1
H.Muh.quraish syihab dkk, sejarah & ulum al-qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), hlm.106
2
Quraish syihab, mukjizat al-qur’an dan aspek kebahasaan, isyarat ilmiah dan pemberitaan yang
ghaib ( bandung: mizan 1998),cet.IV, hlm.23.
3
Manna Khalil al-qothahthahan, mabahits fiulumul qur’an diterjemahkan oleh muzakkir AS.
Dengan judul studi ilmu-ilmu al-qur’an (bogor: Pustaka lentera antar nusa, 1996), cet.III,
hlm.371.
4
Ibid, hal. 43
Mukjizat para nabi terdahulu sebelum Nabi Muhammad saw.
semuanya merupakan jenis ”Mukjizat material inderawi”. Mukjizat yang
dimiliki oleh para nabi tersebut, dapat langsung disaksikan oleh mata
telanjang atau dapat ditangkap oleh indera mata, tanpa perlu dianalisa.
Namun peristiwa tersebut hanya ada dan terbatas pada kaum
(masyarakat) di mana seorang nabi tersebut diutus.
Pada dasarnya, keluarbiasaan yang diberikan Allah kepada para
nabi terdahulu tersebut merupakan jawaban atas tantangan yang
dihadapkan kepada mereka oleh pihak-pihak lawan, misalnya: perahu
Nabi Nuh as. yang dibuat atas petunjuk Allah sehingga mampu bertahan
dalam situasi dalam ombak dan gelombang yang sedemikian dahsyat,
tidak terbakarnya Nabi Ibrahim as. dengan dilemparkan dalam kobaran
api yang sangat besar, tongkat Nabi Musa as. beralih wujud menjadi ular,
penyembuhan yang dilakukan oleh Nabi Isa as. terhadap berbagai macam
penyakit atas izin Allah dan lain-lain5. Semua mukjizat tersebut hanya
bersifat inderawi siapapun tidak bisa menolak, namun terbatas bagi
masyarakat di tempat para nabi menyampaikan risalahnya, dan berakhir
dengan wafatnya nabi-nabi tersebut.

2. Mu’jizat immaterial logis dan kekal


Adapun mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad Saw
yaitu mu’jizat yang bersifat immaterial logis dan kekal, yaitu berupa al-
Qur’an. Hal ini dimaksudkan bahwa Nabi Muhammad diutus kepada
seluruh umat manusia hingga akhir zaman. Al-Qur’an sebagai bukti
kebenaran ajarannya, ia harus siap untuk disajikan kepada semua orang,
kapanpun, tanpa mengenal batas waktu, situasi, dan kondisi apapun6
Hal ini seiring dengan berjalannya waktu setiap manusia mengalami
perkembangan dalam pemikirannya. Sebagaimana yang dikatakan oleh
Auguste Comte sebagaimana yang dikutip oleh Quraish Shihab tentang
fase-fase perkembangan pikiran manusia, yaitu:
a) Fase keagamaan, karena keterbatasan pengetahuan manusia
tentang menafsirkan tentang semua gejala yang terjadi,
dikembalikan kepada kekuasaan Tuhan atau jiwa yang tercipta
dalam pikirannya masing-masing.
b) Fase metafisika, semua fenomena atau kejadian dikembalikan
pada awal kejadian, misalnya: manusia pada awal kejadiannya.

5
Ibid, hal. 36.
6
Shihab, Mu’jizat hal. 36.
c) Fase ilmiah, manusia dalam menafsirkan fenomena melalui
pengamatan yang teliti dan penelitian sehingga didapat sebuah
kesimpulan tentang hukum alam yang mengatur semua
fenomena alam ini. Bila alQur’an tidak logis dan tidak dapat
diteliti kebenarannya melalui metode ilmiah maka membuat
manusia ragu akannya atau akan ada yan mengatakan bahwa al-
Qur’an tidak berguna lagi tidak bisa dipakai pada saat ini. Hal ini
tidak boleh terjadi pada sebuah mu’jizat yang disiapkan untuk
sekarang sampai akhir zaman.

C. Relevansi I’jaz Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an

Sebelum membahas lebih jauh tentang hal ini, pertama sekali penulis tertarik
untuk mengulang kembali pertanyaan yang pernah dikemukakan oleh M.
Quraish Shihab dalam bukunya Mukjizat Al-Qur‟an, yaitu: apakah kemukjizatan
AlQur‟an itu perlu dibuktikan? Maka jawabannya diuraikan dalam buku
tersebut, yang setidaknya menurut penulis tercakup dalam tiga aspek yang
menjadi fokus kajian pembuktian kebenaran tersebut yaitu aspek kabahasaan,
isyarat ilmiah, dan pemberitaan gaib.
Berkaitan dengan hal ini, tidak dapat disangkal bahwa jika seseorang berpikir
secara obyektif, maka akan dapat mengatakan bahwa Al-Qur‟an itu memiliki
keistimewaan-keistimewaan, yang semua keistimewaan itu belum tentu ada pada
kitab-kitab sebelumnya atau pada bukubuku lain yang dianggap memiliki
keistimewaan. Tentunya keistimewaan itu sudah terbukti sejak dahulu pada masa
Nabi. Namun pada masa itu pembuktian lebih banyak terarah pada aspek
kebahasaan saja, karena memang pada waktu itu orang-orang Arab terkenal
dengan kelihaian mereka dalam bidang sastra. (Saudi, 2019) Lantas
pertanyaanya, bagaimana di zaman era globalisasi saat ini apakah masih relevan
pembuktian kemukjizatan AlQur‟an dari aspek kebahasaanya? Dalam hal ini
pemakalah bukanlah sama sekali mengesampingkan aspek kebahasaan, namun
hanya melihat dari sisi mana yang paling dominan. Menurut pemakalah saat ini
sangatlah tepat sekali jika pembuktian kebenaran Al-Qur‟an itu dihubungkan
dengan IPTEK.
Salah satu alasanya adalah karena sesuai dengan peradaban manusia saat ini.
Rata-rata manusia di zaman modern itu berpikir secara ilmiah dan rasional.
Artinya mereka yang di zaman modern ini akan mau menerima kebenaran
apabila dihubungkan dengan bukti-bukti konkrit, fakta-fakta atau hasil dari
sebuah eksperimen. Sebagai buktinya adalah bahwa di dalam Al-Qur‟an terdapat
beberapa isyarat ilmiah yang masih relevan dan sesuai dengan eksperimen
kekinian.
Banyak terdapat contohnya di dalam Al-Qur‟an seperti proses reproduksi
manusia, seperti yang akan dijelaskan setelah sub bab ini. Proses refroduksi ini
dijelaskan dalam AlQur‟an jauh sebelum ditemukannya Mikroskop, atau USG
yang dapat melihat proses perkembangan janin dalam rahim perempuan. Hal ini
semakin membuktikan bahwa Al-Qur‟an yang turun sekitar 14 abad yang lalu
adalah benar-benar dari Allah SWT. bukanlah buatan Muhammad SAW. Maka
tidak heran banyak para ilmuan-ilmuan Barat yang mengkhususkan dirinya
untuk mengkaji Al-Qur‟an seperti yang dilakukan oleh Ignaz Goldziher. Namun
dalam hal ini menurut pemakalah ada yang lebih penting untuk dikaji yang
sampai saat ini menjadi perdebatan hangat yaitu pertama: mengenai apakah Al-
Qur‟an itu mengandung segala teori ilmiah atau mencakup seluruh bentuk
pengetahuan (sumber ilmu pengetahuan)? Kedua: mengenai apakah semata-mata
Al-Qur‟an itu hanyalah kitab petunjuk, dan di dalamnya tidak ada tempat bagi
ilmu kealaman? (Qutub, 2011).
Di antara ulama-ulama yang berpendapat sesuai dengan pandangan yang
pertama adalah Imam al-Gahazâlî, dalam hal ini beliau menuturkan bahwa:
“seluruh ilmu tercakup di dalam karya–karya dan sifat-sifat Allah, dan Al-
Qur‟an adalah penjelasan esensi, sifat-sifat dan perbuatanNya. Tidak ada batasan
terhadap ilmu-ilmu ini dan di dalam Al-Qur‟an terdapat indikasi pertemuannya
(Al-Qur‟an dan ilmu-ilmu). (Ghulsyani, 2015). Selain beliau, terdapat juga
ulama lain yang sama pendapatnya seperti, Abd. Rahman al-Kawakibi, dan
Musthafa Shadiq al-Rafi‟i. Mereka berpendapat bahwa kitab Al-Qur‟an
mencakup segala sesuatu. Tidak ada bagian atau problem dasar suatu ilmu pun
yang tidak ditunjukkan dalam AlQur‟an. Selain itu Ahmad Baiquni juga
berpendapat bahwa, “sebenarnya segala ilmu yang diperlukan manusia itu
tersedia di dalam Al-Qur‟an.
Sebagai hudan lin nas, kitab suci itu berisi petunjuk-petunjuk bagi manusia
untuk dapat hidup bahagia di dunia dan di akhirat, meskipun hanya sebagian
besar saja.(Baiquni, 1996). Sedangkan ulama yang mendukung pendapat kedua
di antaranya Manna‟ Khalil Al-Qattan, dalam penuturanya: “orang yang
menafsirkan Qur‟an dengan hal-hal yang sesuai dengan masalah ilmu
pengetahuan dan berusaha keras menyimpulkan dari padanya segala persoalan
yang muncul dalam ufuk kehidupan ilmiah, sebenarnya telah berbuat jahat
terhadap Al-Qur‟an”.
Selain beliau terdapat juga ulama lain seperti, Abu Ishak Al-Syatibi (w.
790/1388), dan termasuk juga M. Quraish Shihab. Maka pandangan pemakalah
terkait dengan hal ini adalah Al-Qur‟an tidak lah tepat kalau dikatakan sebagai
sumber segala teori ilmiah, karena Al-Qur‟an itu berbeda dengan ensklopedi
sains. Pemakalah juga kurang setuju kalau setiap teori baru yang lahir kemudian
mencarikan untuknya kemungkinannya dalam ayat, lalu ayat ini dita‟wilkan
sesuai dengan teori ilmiah. Hal ini tidak benar karena ilmu pengetahuan itu
adalah sesuatu hal yang bisa berubah kapan saja sesuai dengan eksperimen yang
membatalkan kebenaran sebelumnya.
Namun di sisi lain pemakalah tidak dapat menolak bahwa Al-Qur‟an
mengandung rujukan-rujukan pada sebagian fenomena alam. Namun ini
bukanlah menunjukkan bahwa Al-Qur‟an itu mengandung segala teori ilmiah,
penulis lebih setuju kalau hal itu dikatakan hanya sebagai isyarat ilmiah sehingga
mendorong umat islam untuk berpikir tentang alam ini sehingga dengan hal
tersebut akan terbuka pintu-pintu ilmu pengetahuan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari kajian di atas dapat disimpulkan bahwa:


1. Al-Qur’an memiliki banyak kemukjizatan, di antaranya mukjizat dari segi
bahasa ini, yaitu: susunan kata dan kalimat serta keseimbangan redaksi al-
Qur’an itu sendiri, dari segi kajian ilmiah, kajian hukum dan kajian
pemberitaan yang gaib.
2. Al-Qur’an sudah sangat jelas kemu’jizatannya. Namun demikian, masih
ada juga hal-hal yang dipertentangkan, dipermasalahkan, dikritik yang
berkaitan dengan kemukjizatan al- Qur’an oleh sebagaian para ilmuan, di
antaranya berkaiatan dengan sistematika dan kritik terhadap bahasa al-
Qur’an.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
Pengertian Mu’jizat adalah merupakan petunjuk dari Allah SWT
kepada manusia akan kebenaran para Rasul dan Nabi Nya. Mereka benar-
benar utusan Allah dan mereka hanyalah memberi kabar, menyampaikan
risalah dari Allah SWT. Berdasarkan keindahan bahasanya para Ulama sepakat
bahwa Al-Qur’an mempunyai uslub (gaya bahasa) yang tinggi, fashohah
(ungkapan kata yang jelas, dan balaghoh (kefasihan lidah yang dapat
mempengaruhi jiwa pembaca, pendengar yang mempunyai rasa bahasa yang
tinggi).
Berdasarkan segi kandungan isinya,untuk berita ghoib (terjadinya
peperangan antara kerajaan Romawi dan Kerajaan Persia dan kemenangan di
pihak romawi), informasi sejarah (kisah Nabi Adam, nabi Nuh dan lainya adalah
peristiwa ribuan tahun sebelum Nabi Muhammad. saw), ilmu pengetahuan (al-
Qur’an mengisyaratkan bahwa “cahaya matahari bersumber dari dirinya sendiri
sedang cahaya/sinar bulan berasal dari pantulan), hukum (al-Qur’an
mengajarkan akan dasar-dasar aqidah, hukum-hukum ibadah, akhlak, dan dasar-
dasar mu’amalah seperti ekonomi, politik, hidup berumah tangga, sosial,
larangan khomer, curang, mencuri), bilangan (Keseimbangan bilangan kata
dengan antonimnya dan sinononimnya)7.

B. Saran
Dari uraian diatas saya menyadari bahwa makalah yang disusun ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik, saran, dan masukan yang
sifatnya mambangun sangatlah saya harapkan untuk baiknya makalah ini
kedepannya. Dan semoga apa yang saya tulis di dalam makalah ini bermanfaat
bagi pembaca dan berguna untuk menambah ilmu kita.

7
M. Quraish Shihab , Membumikan Al-Qur’an (Bandung; Mizan 2004) hal 29-31
DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Badrudin, M.Ag., Ulumul Qur’an: Prinsip-prinsip dalam pengkajian ilmu


tafsir al-Qur’an

H.Muh.quraish syihab dkk, sejarah & ulum al-qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1999), hlm.106

Quraish syihab, mukjizat al-qur’an dan aspek kebahasaan, isyarat ilmiah dan
pemberitaan yang ghaib ( bandung: mizan 1998),cet.IV, hlm.23.

Manna Khalil al-qothahthahan, mabahits fiulumul qur’an diterjemahkan oleh


muzakkir AS. Dengan judul studi ilmu-ilmu al-qur’an (bogor: Pustaka lentera
antar nusa, 1996), cet.III, hlm.371.
Usman, ulumul qur’an hlm.287

Imam suyuti, ulumul qur’an terj. Al-itqon fi ulumil qur’an (Surakarta:


indiva Pustaka, 2009), hlm.667
Quraish Shihab (1998). Wawasan al-Qur’an. Cet. VIII, Bandung: Mizan.

Anda mungkin juga menyukai